SKRIPSI
Oleh :
Pembimbing:
2019
ABSTRAK
Purnama, Hadi Jaka. 2019. Tinjauan Fikih Muamalah Terhadap Praktik Sewa-
Menyewa Kios Di Pasar Desa Milangasri Kecamatan Panekan Kabupaten
Magetan. Skripsi. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Udin Safala,
M.H.I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh seseorang dengan orang lain, baik yang bersifat tabarru' (saling
satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk yang tidak dapat hidup sendiri,
manusia menerima dan membiarkan andil nya kepada orang lain. Saling
dalam hidupnya.2
1
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2014),
71.
2
Hamzah Ya’kub, Kode Etik Dagang Menurut Islam II (Bandung: CV. Diponegoro, 1992),
13.
1
2
menyewakan berhak atas imbalan atau uang sewa.4 Dan jangka waktu yang
akad (ija>b dan qabu>l) yang terkandung di dalam rukun dan syarat sewa-
perjanjian, yakni antara orang yang menyewa dan yang menyewakan. Akad
ialah hubungan antara ija>b dan qabu>l sesuai dengan kehendak syariat yang
ini diwujudkan pertama dalam ija>b dan qabu>l. Kedua, sesuai dengan
kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada objek perikatan. Dalam
pelaksanaan suatu akad atau perjanjian, para pihak harus melaksanakan apa
yang telah dijanjikan atau apa yang telah menjadi kewajibannya dalam
3
Adiwarna Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), 137.
4
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian di Indonesia (Yogyakarta: Citra
Media, 2006), 51.
3
telah dibuat, oleh salah satu pihak dalam akad tersebut maka sewa menyewa
rukun akad dalam ija>rah yaitu sebagai berikut: al- a>qidāni (para pihak),
maa’qu>d ‘aqd (objek akad), maudhu’ al-‘aqd (tujuan dalam berakad) dan
Salah satu rukun ija>rah ialah ujrah (upah) yaitu, suatu harta yang
berupa uang atau barang, yang memiliki nilai harta yang dapat
dimanfaatkan. Ujrah (upah) tidak bisa dipisahkan dari ija>rah karena ujrah
termasuk bagian dari ija>rah. Adapun rukun dan syarat ujrah sebagai berikut:
menyewa tersebut ialah berupa kios yang akan diambil manfaat atau
5
Ibid., 55.
6
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>mi> Wa A>dillatuhu. (Damaskus: Dar al-Fikr, 1998),
92.
7
Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan
4
aturan yang ada dan memodifikasi kios tersebut dengan cara menambahi
terdapat suatu aturan yang telah dibuat oleh para panitia sewa kios dan
sepakati. Adapun salah satu aturan tersebut berbunyi “Pihak penyewa harus
melunasi biaya sewa kios paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
ditetapkan sebagai penyewa kios oleh panitia sewa kios tersebut”.10 Namun,
hingga sampai batas waktu yang telah di tetapkan yaitu 14 hari setelah
mencapai kesepakatan biaya sewa kios harus lunas dan bahkan sampai akhir
waktu sewa kios tersebut.11 Pihak panitia pun juga sudah melakukan
8
Peraturan Sewa-Menyewa Kios Desa Milangasri, 2018.
9
Suyadi, Wawancara, Senin 16 Agustus 2019. Lihat transkrip wawancara kode 05/2-W/F-
1/16-VIII/2019
10
Peraturan Sewa-menyewa Kios desa Milangasri, 2018.
11
Suyadi, Wawancara, Senin 17 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 06/1-W/F-
2/17-VI/2019
5
namun pada kenyataannya pihak tersebut tidak menggubris hal tersebut. Hal
karena sudah jelas bahwa salah satu faktor yang membuat ijarah berakhir
Kabupaten Magetan”.
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Magetan?
C. Tujuan Penelitian
Magetan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Masyarakat
(ijārah).
c. Bagi Penulis
pengetahuan penulis.
7
E. Kajian Pustaka
Pertama, penelitian Zusnia Eka Putri Dewi pada tahun 2018 Jurusan
tinjauan tinjauan hukum Islam dam fikih ijārah, akad sewa-menyewa yang
terkandung di dalam akad ijārah, mulai dari rukun dan syarat-syarat dari
akad ijārah. Dan melihat dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan dan
dibandingkan dengan rukun dan syarat ijārah sudah bisa di katan memenuhi
Madiun Kamera sudah sesuai dengan ketentuan ganti rugi atau resiko
dalam akad ijarah.12 Perbedaan yang muncul dalam penelitian ini dengan
yang diteliti oleh peneliti ialah pada pokok pembahasannya, pada penelitian
ini membahas masalah akad dan ganti rugi sedangkan penelitian yang
diteliti oleh peneliti terfokus pada objek dan sistem pembayaran sewa.
menurut hukum Islam, karena tidak terpenuhinya rukun dan syarat sewa-
menyewa (ijārah). Karena pemilik sah atas tanah yang sebenarnya adalah
pihak perhutani bukan warga. Karena warga hanya mengantongi hak garap
12
Zusnia Eka Putri Dewi, ” Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Sewa-Menyewa
Kamera Di Madiun Kamera Kota Madiun,” Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018), i.
9
atau hak mengelola bukan sebagai pemilik sah atas tanah lahan tersebut.
Untuk itu lebih baiknya jika ingin mengalihkan hak garap dengan akad sewa
lebih baiknya untuk meminta izin kepada pihak Perhutani terdahulu agar di
Perhutani dengan pihak penyewa dan juga tidak merugikan salah satu
pihak.13 Perbedaan yang muncul dalam penelitian ini dengan yang diteliti
di luar akad sewa, sedangkan yang diteliti peneliti ialah membahas masalah
sistem pembayarannya.
fiqih muamalah tentang proses pelaksanaan dan alat pembayaran sewa ayam
Desa Putat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah jenis
13
Hardianto ” Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Sewa-Menyewa Tanah Lahan
Perhutani di Dukuh Sekopek Desa Jimbe Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo,” Skripsi
(Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018), i.
10
disimpulkan akad perjanjian sewa ayam babon sudah sesuai dengan fiqih,
akan tetapi alat pembayaran yang digunakan ialah dengan anak ayam yang
ditetaskan, dalam syarat ijārah upah atau alat pembayaran harus jelas dan
diketahui nilainya dan bila objek sewa hilang, mati atau sakit belum
ditentukan dalam perjanjian awal, hasilnya apabila objek hilang, mati atau
muncul dalam penelitian ini dengan yang diteliti oleh peneliti ialah pada
pembayaran.
dua pokok yang dibahas dalam skripsi ini yaitu: Bagaimana tinjauan hukum
Islam terhadap akad dalam sewa menyewa pohon mangga di Desa Ngendut
tidak sesuai dengan prinsip ijārah, karena tidak terpenuhinya salah satu
rukun dan syarat dalam ijārah yaitu dalam hal manfaat, dimana manfaat dari
pohon mangga itu sendiri, sedangkan dalam prinsip ijārah, jumhur ulama
upah, kecuali disyaratkan upah yang ditempo. Dan untuk tinjauan hukum
Desa Ngendut tidak sesuai dengan prinsip ijārah karena terjadi ketidak
jelasan dalam berakhirnya akad, yaitu ketika pohon mangga pada musim ini
harus jelas yaitu waktu minimal atau maksimal dari penyewaan barang atau
jasa.15
15
Dwi Rianti, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sewa Menyewa Pohon Mangga di Desa
Ngendut Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo,” Skrisi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018), i.
12
Sistem Paket Studi Kasus di Warnet Semeru.Net Ponorogo. Ada dua pokok
yang dibahas dalam skripsi ini yaitu: Bagaimana tinjauan hukum Islam
dengan perbuatan sebagai sarana ijab dan kabul tidak diperbolehkan karena
risiko dari perpindahan jam paket, hal tersebut jelas dilarang dikarenakan
adanya aspek gharar dimana tidak adanya kejelasan dalam akad sewa
menyewanya. Dan mengenai pembayaran sewa secara penuh dari sewa yang
belum selesai durasi pemakaian akibat pergantian jam paket jelas itu
pihak.16
16
Moch Cholil Nawawi, ” Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa Menyewa Internet
dengan Sistem Paket Studi Kasus di Warnet Semeru.Net Ponorogo,” Skripsi (Ponorogo: IAIN
Ponorogo, 2017), i.
13
pembahasannya hampir sama dengan yang diteliti oleh peneliti ialah sama-
internet yang belum habis waktunya sedangkan penelitian yang diteliti oleh
F. Metode Penelitian
untuk menemukan secara khusus dan realistik apa yang tengah terjadi
penelitian ini karena peneliti akan meneliti kegiatan sewa menyewa yang
17
Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Muamalah (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010), 6.
14
tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
6.
19
Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantittaif (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002), 11.
15
dan perlu adanya kajian lebih lanjut terhadap praktik sewa-menyewa kios
dan sistem pembayaran sewa kios dan juga data dokumentasi berupa
wawancara. Sumber data primer dari penelitian ini adalah hasil dari
adalah informasi yang didapat peneliti dari pihak-pihak lain atau dari
a. Observasi (Pengamatan)
20
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2015), 70.
17
kesimpulan.
b. Wawancara
berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap
penyewa dan Bapak Suyadi selaku ketua panitia sewa kios dan Bapak
menyewa tersebut.
c. Dokumentasi
dengan masalah yang diteliti dari pihak panitia sewa kios yang bisa
21
Ibid., 83.
18
6. Analisis Data
dalam bangunan teori, hukum, bukan dari teori yang telah ada melainkan
pihak yang kemudian dibenturkan dengan teori yang sudah ada, yaitu
menghindari data yang tidak valid. Hal ini untuk menghindari adanya
22
Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009), 93.
19
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
berikut:
bengkel las dan para pemesan, serta mencari hal-hal yang berkaitan
peneliti.
data pada sumber yang sama dalam waktu yang berbeda maksudnya
23
Afifudin dan Beni Ahmad Saebani, Metododlogi Penelitian Kualitatif (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2009), 143.
20
sumber-sumber data yang sama yaitu panitia sewa kios dan penyewa
8. Tahapan-tahapan Penelitian
data.
G. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : IJARAH
24
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R & D (Bandung: Alvabeta, 2009), 252.
21
kasus ini.
BAB V : PENUTUP
SEWA-MENYEWA (IJA>RAH)
A. Fikih Muamalah
hukum wajib, haram, ibahah, sunnah dan makruh, juga mengenai apakah
suatu transaksi itu sah atau batal, suatu ibadah itu dilaksanakan pada
22
23
hukum itu sendiri. Akan tetapi, belakangan istilah ini berkembang dan
hukum syar’i yang bersifat praktis yang dikeluarkan oleh para mujtahid
d. Fikih itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan istidlal seorang
tidak ada yang melarang kreasi jenis muamalah, maka muamalah itu
dibolehkan.
3
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009),4-5.
4
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqih Muamalat (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 4-5.
24
adanya rasa saling suka sama suka, supaya nanti tidak ada kekecewaan
tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain dalam hubungan
bertransaksi.
B. Ijārah
1. Pengertian Ija>rah
Iijārah berasal dari kata al-ajr yang berarti sama dengan kata
iwad yaitu ganti rugi atau upah. Wahbah al-Zuhaily menjelaskan ijārah
menurut bahasa, yaitu bai’ al-manfaah yang berarti jual beli manfaat.5
upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan sesuatu kegiatan, atau
(sewa) tertentu.
manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa
dengan imbalan”.
5
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 129.
6
Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2012), 247.
7
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 114.
26
dapatdipindahkan.”
syarat-syarat”.
5. Menurut Sayyi>d Sabiq bahwa ijārah ialah suatu jenis akad untuk
8
Pasal 20 ayat (9).
27
Dengan istilah lain dapat pula disebutkan bahwa ijārah adalah salah satu
penggantian.10
1. Al-Quran
9
Sohari Saharani dan Ruf’ah Abdullah, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia: 2011),
168.
10
Helmi Karim, Fiqih Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 29.
11
Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 123.
28
Artinya: “26. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". 27. Berkatalah
Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu
bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh
tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak
12
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah (Jakarta: Indah Press, 1994), 559.
29
2. As-Sunah
setelah selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada
13
Ibid., 388.
14
Ibid., 491.
30
لي هلل َعلَ ْي ِه َو َسلَ َن اِحْ ت َِج ْن َواَ ْع ِط الح َُجا َم أَجْ َرهُ (رواه البخارى
َ صَ ِأَنَ َرسُوْ ُل هلل
(وهسلن
manfaat.15
3. Ijma’
akad ija>rah juga merupakan akad jual beli namun pada objeknya
15
Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqih Muamalat, 278.
31
ija>rah.16
Menurut H}ana>fiyah rukun ijārah hanya satu yaitu ijab dan qabul
dari dua belah pihak yang bertransaksi. Adapun menurut jumhur ulama
3. Ujrah (upah/sewa)
4. Manfaat sewa
Oleh sebab itu, apabila orang yang belum baligh atau tidak berakal,
seperti anak kecil dan orang gila, menyewakan harta mereka atau diri
16
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008),
158.
17
Helmi Karim, Fiqih Muamalah, 34.
18
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama: 2007), 232.
32
atau hartanya, maka hukumnya sah dan akad itu digantungkan pada
kerelaan walinya.
adalah tidak sah karena tidak ada kepemilikan atau hak kuasa.19
tempat, upah, dan akad itu sendiri. Diantaranya syarat sah akad ijārah
pihak ataupun dari pihak lain. Hal ini berdasarkan kepada firman
19
Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>mi> Wa A>dillatuhu, 3807.
20
Ibid., 3807.
33
sah.
menghindari perselisihan
tidak jelas, maka akadnya tidak sah.22 Kejelasan manfaat itu dapat
maupun syara’
21
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya (Jakarta: Indah Press, 1994), 84.
22
Haroen, Fiqih Muamalah, 233.
34
(hakiki), seperti menyewakan onta yang lepas dan orang bisu untuk
syara’
23
Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>mi> Wa A>dillatuhu, 3814.
35
tidak jelas.
24
Ibid., 3823.
36
anaknya.25
masyarakat.
27
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah (Jakarta: Indah Press, 1994), 37.
28
Sayyid Sabiq, Fiqhu Sunnah, 291.
38
biji-bijian yang digiling atau satu sha’ dari tepungnya. Hal itu
dengan upah kulit hewannya adalah tidak sah. Hal itu karena
dikuliti kulit itu tetap dalam keadaan baik atau rusak?. Begitu
29
Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>mi> Wa A>dillatuhu, 3824.
39
hewannya.30
yang diberikan setiap bulan atau tahun adalah bagian lain dari
30
Ibid., 3824.
31
Ibid.
40
menjadi batal.
penangguhan pembayaran.
Disyaratkan dua hal dalam akad ijārah agar akad ini menjadi
lazim/mengikat.
yang disewa itu. Apabila terdapat suatu cacat (aib), maka orang
yang dicarter rusak atau mogok. Apabila rumah yang disewa itu
fasahknya akad.
ijārah. Seperti jika terjadi sesuatu terhadap salah satu pihak atau
32
Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalah (Jakarta: Amzah, 2010), 327.
33
Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>mi> Wa A>dillatuhu, 3831.
42
atau tidak?
sepihak, apabila terdapat uzur seperti meninggal dunia atau tidak dapat
mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak dapat dimanfaatkan.
akad ijārah menjadi batal, karena manfaat tidak dapat diwariskan kepada
ahli waris, sedangkan mnurut jumhur ulama, akad itu tidak menjadi batal
kesepakatan.
34
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003),
235.
35
Abu Azam Al Hadi, Fikih Muamalah Kontemporer (Depok: PT Raja Grafindo Persada,
2017), 85-86.
44
kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu jasa sesorang, maka
karena akad ijārah, menurut mereka tidak bisa diwariskan, akan tetapi
menurut jumhur ulama, akad ijārah tidak batal dengan wafatnya salah
diwariskan dan ijārah sama dengan jual beli, yaitu mengikuti kedua
3. Menurut ulama H}ana>fiyah apabila ada masalah dari salah satu pihak,
utang banyak, maka transaksi ijārah batal. Beda dengan jumhur ulama
6. Resiko
36
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, 284.
45
dari penyewa.
barang yang disewakan selama berlangsunya sewa. Selain itu pihak yang
bertanggung jawab sepenuhnya atas barang yang rusak atau hilang akibat
7. Macam-macam Ijārah
kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.39 Pada ijārah ini benda
37
Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, 49.
38
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, 131.
39
Ascara, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 99.
47
Konsekuensi dari pendapat ini adalah bahwa sewa tidak dapat dimiliki
bahwa ijārah ini sudah tetap dengan sendirinya sejak akad ijārah
milik barang sejak akad ijārah terjadi. Karena akad ijārah memiliki
disewakan.40
kewajiban para pihak yang membuatnya. Diawah ini akan dijelaskan hak
disewakan.
e. Ia berhak atas uang sewa yang besarnya sesuai dengan yang telah
diperjanjikan.
d. Menerima ganti rugi, jika terdapat cacat pada barang yang disewa.
42
Ibid., 52.
BAB III
1. Keadaan geografis
sebelah selatan, Desa Cepoko sebelah barat dan Desa Kentangan sebelah
timur. Desa ini memiliki wilayah yang luas yang sebagian besar berupa
lahan pertanian.1
dusun tersebut:
a. Dusun Pilangasri
1
Kemendagri, “Data Statistik Desa Milangasri,” dalam http://Prodeskel Bina Pemdes
Milangasri.go.id, (diakses pada tanggal 21 Juni 2019, jam 16.00).
49
50
Desa Milangasri.2
yang baik, meskipun masih ada sebagian yang hidup dalam kategori
ialah sebagai petani, karena desa ini memiliki lahan pertaian yang luas
lainnya.
Milangasri ialah sebagai petani. Hal ini dibuktikan dengan luasnya lahan
3. Keadaan Keagamaan
2
Ibid.
51
ibu yang dilakukan setiap bulan sekali. Kegiatan ini biasanya diisi oleh
Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Milangasri hidup aman dan
Selain untuk tempat ibadah, masjid di Desa ini juga digunakan sebagai
3
Ibid.
52
sebagian besar lainnya masih tergolong minim, hal ini bisa dilihat sering
dituangkan dalam sebuah ija>b dan qabu>l. Akad selalu di gunakan dalam
dikenal dengan istilah ijārah, yaitu menjual manfaat. Salah satu rukun
dalam akad ijārah ialah s}igha>t (ija>b dan qabu>l). Adapun pihak yang
disepakati dalam aturan yang telah dibuat pihak panitia sewa kios.
periode mas, setiap 1 periode itu 5 tahun mas jangka waktunya”. 4 Lokasi
Kios tersebut juga telah di fasilitasi oleh pihak panitia berupa listrik
untuk dapat menyewa kios tersebut, karena pihak pemenang lelang yang
berikut:
4
Suyadi, Wawancara, Senin 17 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 01/1-W/F-1/17
–VI/2019
5
Suyadi, Wawancara, Senin 17 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 03/2-W/F-
1/17-VI/2019
54
keras untuk usaha permainan (PS, billyard, jualan minuman keras dan
lain-lain)
untuk kanor penyalur tenaga kerja keluar negeri (TKI, TKW, dan lain-
lain).
Ukuran dari kios tersebut per kiosnya ialah seluas 4 x 6 meter dan
bapak Edyana: “Kios ini berukuran 4 x 6 meter mas dan ada terasan kecil
kira-kira berukuran setengah meter mas. Yaa cukuplah mas jika untuk
berjualan”.6
Dalam sewa kios di pasar Desa Milangasri ini kedua belah pihak
panitia juga telah menjelaskan secara jelas aturan tersebut mas kepada
6
Edyana, Wawancara, Jumat 16 Agustus 2019. Lihat transkrip wawancara kode 08/2-W/F-
1/16-VIII/2019
55
para calon penyewa dan pihak penyewa juga menyanggupi mas dan
luas, sebagaimana penjelasan bapak Lanjar: “Tidak boleh mas, sudah ada
aturanya kok mas. Para penyewa dilarang keras mas apabila ingin
menambahi teras tambahan untuk tempat berjualan, aturan itu juga sudah
di sepakati kok mas dalam perjanjian oleh kedua belah pihak.”8 Pihak
untuk lahan parkir bagi para pembeli dan supaya lebih terlihat rapi dan
“Supaya terlihat rapi mas jika dilihat orang yang lewat, takutnya nanti
jadi semrawut apabila semua kios dimodifikasi oleh para penyewa. Dan
lahan yang ada di depan kios sendiri sebanrnya untuk tempat parkir mas
supaya para pembeli juga merasa nyaman dan tidak parkir di pinggir
jalan, takutnya kalau menggangu lalu lintas mas kan dekat lampu merah
itu mas”.9
penyewa yang acuh terhadap aturan yang telah dibuat pihak panitia
7
Suyadi, Wawancara, Senin 17 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 02/2-W/F-1/17-
VI/2019
8
Lanjar, Wawancara, Jumat 16 Agustus 2019. Lihat transkrip wawancara kode 10/3-W/F-
1/16-VIII/2019
9
Suyadi, Wawancara, Jumat 16 Agustus 2019. Lihat transkrip wawancara kode 04/1-W/F-
1/16 –VIII/2019
56
atau upah bisa dilakukan secara lunas atau kredit yang diberikan di awal
pembayaran atau upah sewa kios tersebut dilakukan secara kontan dan di
awal sewa. Besar biaya sewa kios tersebut di lelang dengan harga dasar
10
Suyadi, Wawancara, Jumat 16 Agustus 2019. Lihat transkrip wawancara kode 05/1-
W/F-1/16 –VIII/2019
57
bapak Edyana: “Saya mendapatkan harga 17 juta mas dari harga dasar
Harga tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak baik pihak
dibuat dan tidak dapat melunasi pembayaran sesuai dengan jangka waktu
pemberi sewa. Resiko dari hal tersebut sendiri sebenarnya sudah sangat
jelas dan disepakati di awal akad bahwa pihak penyewa yang tidak dapat
tersebut akan dilelang kembali. Hal ini diperkuat oleh penjelasan Bapak
Lanjar: “Kita lelang kembali mas kios tadi, karena di awal setelah
11
Edyana, Wawancara, Senin 17 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 09/2-W/F-
2/17-VI/2019
12
Suyadi, Wawancara, Senin 17 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 06/1-W/F-
2/17-VI/2019
13
Lanjar, Wawancara, Selasa18 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 11/3-W/F-
2/18-VI/2019
58
desa dari hasil uang sewa kios tersebut. Sebenarnya pihak panitia sudah
panitia malu sendiri karena terlalu sering datang dan menanyakan mas.”14
14
Suyadi, Wawancara, 17 Juni 2019. Lihat transkrip wawancara kode 7/1-W/F-2/17-
VI/2019
BAB IV
KABUPATEN MAGETAN
akad dan aturan yang ada dalam sewa kios di pasar Desa Milangasri.
tentang sewa kios tersebut, adapun salah satunya aturan tentang larangan
merubah atau modifikasi objek akad yang berupa kios. Akan tetapi dalam
sewa kios tersebut diketahui terdapat pelanggaran dari pihak penyewa kios
untuk berjualan.
objek akad, tempat, upah, dan akad itu sendiri. Diantaranya syarat sah akad
sewa-menyewa karena paksaan oleh salah satu pihak ataupun dari pihak
59
60
lain. Hal ini berdasarkan kepada firman Allah dalam QS. An-Nisa> ayat
29 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu dan
janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”1
dalam muamalah jika dilakukan dengan cara terpaksa/ tidak saling rela,
salah satu pihak yaitu pihak mu’jir (pemerintah Desa Milangasri) karena
tersebut.
menghindari perselisihan
1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahanya (Jakarta: Indah Press, 1994), 84.
61
Apabila manfaat yang akan menjadi objek akad ijārah itu tidak
jelas, maka akadnya tidak sah.2 Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan
di pasar Desa Milangasri sudah jelas manfaat guna sewa tersebut yaitu
hak guna manfaat atas kios untuk berjualan dan untuk jangka waktu
pemanfaatan hak guna kios juga sudah dijelaskan oleh pihak panitia
maupun syara’
terhadap sesuatu yang tidak dapat diserahkan, baik secara nyata (hakiki),
seperti menyewakan onta yang lepas dan orang bisu untuk bicara,
2
Haroen, Fiqih Muamalah, 233.
3
Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>mi> Wa A>dillatuhu, 3814.
62
syara’.
bayaran), dan orang Islam tidak boleh menyewakan rumah kepada orang
objek sewa dalam contoh di atas termasuk maksiat, dan maksiat tidak
syara’.
Jika dilihat dari sahnya akad, praktik sewa kios di pasar Desa
syarat sahnya akad ija>rah, yaitu ketidak relaan pihak mu’jir (pemerintah
Magetan
sewa kios.
menyewa kios di pasar Desa Milangasri sudah jelas yaitu berupa uang
2. Upah tidak berbentuk manfaat yang sejenis dengan objek akad (ma’qu>d
‘alaih).
pembayaran.
fiqih muamalah, karena tidak terpenuhinya hak penerimaan upah bagi mu’jir
pihak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
terpenuhinya syarat sahnya akad ija>rah, yaitu ketidak relaan pihak mu’jir
B. Saran
66
67
pembayaran sewa kios tersebut. Dan juga untuk pihak panitia maupun
Ascara, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Cahyono, Adhi Putro. ”Tinjauan Fiqih Muamalah terhadap Praktik Sewa Ayam
Babon di Desa Putat Kecamatan Geger Kabupaten Madiun," Skripsi.
Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2017.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemah. Jakarta: Indah Press, 1994.
Dewi, Zusnia Eka Putri. ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Sewa-
Menyewa Kamera Di Madiun Kamera Kota Madiun,” Skripsi. Ponorogo:
IAIN Ponorogo, 2018.
Djuwaini, Dimyauddin. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2008.
Ghazaly dkk, Abdul Rahman, Fiqih Muamalat. Jakarta: Prenada Media Group,
2010.
Hasan, Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo,
2003.
Karim, Adiwarna. Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
Rianti, Dwi. “Tinjauan Hukum Islam terhadap Sewa Menyewa Pohon Mangga di
Desa Ngendut Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo,” Skrisi Ponorogo:
IAIN Ponorogo, 2018.
Sabiq, Sayyid. Fiqhu Sunnah, Juz IV. Kairo: Da>rul ‘ilmu, 1990.
Ya’kub, Hamzah. Kode Etik Dagang Menurut Islam II. Bandung: CV.
Diponegoro, 1992.