Anda di halaman 1dari 27

AKAD IJARAH

Kelompok 6 :

1. Valentina Febria Eka Amanda (7211420023)


2. Rizka Kriswiafriana (7211420032)
3. Indah Surabina Pepayosa (7211420120)
4. Arin Lutfiah Ikhmawati (7211420125)
5. Bryan Samo Putra (7211420133)
6. Restu Mahani (7211420134)
7. Ovi Artiratna Delvia (7211420243)
8. Nafisah Zehny Pradini (7211420244)
Pengertian Akad Ijarah
sumber : buku Bpk. Asrori hal 127

Akad ijarah dalam praktik ekonomi Syariah di Indonesia diatur berdasarkan Fatwa Dewan
Syariah Nasional-MUI No : 112/DSN-MUI/IX/2017 tentang Akad Ijarah. Dalam fatwa ini
dijelaskan, bahwa Akad Ijarah adalah akad sewa antara mu’jir (pemberi sewa) dengan musta’jir
(penyewa) atau antara musta’jir dengan ajir (pihak pemberi jasa akad sewa) mempertukarkan
manfa’ah dan ujrah, baik manfaat barang atau jasa.
Secara teknis, akad ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang tersebut.
Bentuk Akad Ijarah

Ijarah Murni

Bentuk Akad
Ijarah

Ijarah Wal iqtina/


mutahiyah bi tamlik
1. Ijarah Murni
Perjanjian sewa menyewa biasa, dalam ijarah ini yang disewakan tidak hanya berupa
manfaat atas suatu barang saja, melainkan juga manfaat atas suatu jasa tertentu.
2. Ijarah Mutahiyah bi Tamlik (IMBT)
Perjanjian sewa menyewa dengan hak opsi pada masa akhir sewa, penyewa diberikan hak
membeli barang yang disewakan. Dalam sewa menyewa tersebut, uang pembayaran sewanya
sudah termasuk cicilan atas harga pokok barang. Pihak yang menyewakan berjanji kepada
penyewa untuk memindahkan kepemilikan obyek setelah masa sewa berakhir. Ketika masa sewa
berakhir, objek sewa akan dihibahkan atau dijual kepada penyewa.

Sumber : Buku Bpk. Asrori hal 127


Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (IMBT)

Berbagai bentuk alih kepemilikan IMBT antara lain :


1. Hibah diakhir periode, yaitu ketika akhir periode sewa aset dihibahkan kepada penyewa
2. Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset dibeli
oleh penyewa dengan harga yang berlaku pada saat itu
3. Harga ekuivalen dalam periode sewa, yaitu ketika penyewa membeli aset dalam periode
sewa sebelum kontrak sewa brakhir dengan harga ekuivalen
4. Bertahap selama periode sewa, yaitu ketika alih kepemilikan dilakukan
5. Bertahap dengan pembayaran cicilan selama periode sewa.

Sumber https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/Al-intaj
Contoh Ijarah
Seseorang menggunakan mobilnya sebagai jaminan ke
bank agar mendapatkan pinjaman. Dengan begiru, hak
guna mobil tersebut berpindah ke bank, namun tidak
atas kepemilikannya. Hak guna mobil tersebut akan
Kembali setelah nasabah melunasi pinjamannya.

Sumber :artikel.prospeku.com
Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (IMBT)
Obyek IMBT :
1. Alat –alat berat
2. Alat-alat kantor
3. Alat-alat foto
4. Alat-alat medis
5. Alat-alat printer
6. Mesin-mesin
7. Gedung
8. Komputer dan
9. Peralatan telekomunikasi atau satelit.

Sumber https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/Al-intaj
Sumber Hukum Akad Ijarah
( SUMBER REFERENSI : FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA NO: 112/DSN-
MUI/IX/2017 Tentang AKAD IJARAH)

1) Al-Quran

Artinya

"...Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada
Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.“
(Q.S Al-Baqarah (2) : 233)
Q.S. al-Qashash (28): 26-27

"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, 'Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang paling baik yang kamu ambil untuk bekeria (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya“’. Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari
kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka
itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". (Q.S Al-Qashash (28) : 26-27)
Dalam Q.S Az-Zukhruf ayat 32 Allah berfirman yang
artinya

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?


Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Sumber Hukum Akad Ijarah
( SUMBER : FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA NO: 112/DSN-MUI/IX/2017
Tentang AKAD IJARAH)

2) Hadist

Hadits di atas menjelaskan tentang ketentuan pembayaran upah


terhadap orang yang dipekerjakan, yaitu Nabi sangat menganjurkan
agar dalam pembayaran upah itu hendaknya sebelum keringatnya
kering atau setelah pekerjaan itu selesai dilakukan
Skema ijarah (objek milik bank)

Skema ijarah (objek sewa bukan milik bank)


Ketentuan terkait Hukum dan Bentuk
Ijarah
1. Akad ljarah boleh direalisasikan dalam bentuk akad ijarah
'ala al a'yan dan akad ijarah 'ala al - a'mal/ijarah' ala al
-asykhash.
2. Akad Ijarah boleh direalisasikan dalam bentuk akad
ijarah tasyghiliyyah, ijarah muntahiyyah bi al-tamlik
(IMBT), dan ijarah maushufah fi al-dzimmah (IMFD).
( SUMBER REFERENSI : FATWA DEWAN SYARIAH
NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA NO: 112/DSN-
MUI/IX/2017 Tentang AKAD IJARAH)
Ketentuan terkait Shighat Akad Ijarah
1. Akad Ijarah harus dinyatakan secara tegas dan
jelas serta dimengerti oleh Mu'jir/Ajir dan
Musta'jir.

2. Akad Ijarah boleh dilakukan secara lisan, tertulis,


isyarat, dan perbuatan/tindakan, serta dapat
dilakukan secara elektronik sesuai syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

( SUMBER REFERENSI : FATWA DEWAN SYARIAH


NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA NO:
112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang AKAD IJARAH)
Ketentuan terkait Mu'jir, Masta'jir dan Ajir

1. Akad Ijarah boleh dilakukan oleh orang (Syakhshiyah thabi'iyah) maupun


yang dipersamakan dengan orang baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum (Syakhshiyahi'tibariah/syakhshiyah hukmiyah) berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mu'jir, Musta jir, dan Ajir wajib cakap hukum sesuai dengan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mu'jir wajib memiliki kewenangan (wilayah) untuk melakukan akad ijarah


baik kewenangan yang bersifat ashliyyah maupun niyabiyyah.

( SUMBER REFERENSI : FATWA DEWAN SYARIAH


NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA NO: 112/DSN-
MUI/IX/2017 Tentang AKAD IJARAH)
Ketentuan terkait Mu'jir, Masta'jir dan Ajir

4.Mu'jir wajib memiliki kemampuan untuk menyerahkan manfaat.


5.Musta'jir wajib memiliki kemampuan untuk membayar ujrah.
6.Ajir wajib memiliki kemampuan untuk menyerahkan jasa atau
melakukan perbuatan hukum yang dibebankan kepadanya.

( SUMBER REFERENSI : FATWA DEWAN SYARIAH


NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA NO:
112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang AKAD IJARAH)
Macam-Macam Ijarah
Pembagian ijarah biasanya dilakukan dengan memperhatikan objek ijarah tersebut. Ditinjau dari segi
objeknya,akad ijarah dibagi ulama fiqih menjadi dua macam,yaitu :
1.Ijarah yang bersifat manfaat.
Akad sewa menyewa dibolehkan atas manfaat yang mubah,diumpamakan sewa-menyewa
rumah,toko,kendaraan,dan pakaian untuk dipakai(pengantin).Apabila terjadi kerusakan pada benda yang
disewa,maka yang bertanggung jawab adalah adalah pemilikm barang(mu’jir) dengan sayarat kecelakaan
tersebut bukan akibat dari kelalaian penyewa(musta’jir).Apabila kerusakaan benda yang disewakan
itu,akibat dari kelalaian penyewa(musta’jir) maka yang bertanggung jawab atas kerusakan barang tersebut
adalah penyewa itu sendiri.Adapun manfaat yang diharamkan maka tidak boleh disewakan,karena
barangnya diharamkan.Dengan demikian,tidak boleh mengambil imbalan untuk manfaat yang diharamkan
ini,seperti bangkai dan darah.
 
Sumber : buku M. Ali Hasan,Berbagai Sumber : buku Hendi Suhendi,Fiqih Muamalah,Jakarta:
Macam Transaksi dalam Islam,hal 236. Raja Grafindo Persada,2002,hal 122
Sumber : buku Ahmad Wardi Muslich, Fiqh
Muamalat,Jakarta: Sinar Grafika Offset,2010,hal 333.

2.Ijarah yang bersifat pekerjaan.

Ijarah atas pekerjaan atau upah-mengupah adalah suatu akad ijarah dengan cara mempekerjakan seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan.Ijarah semacam ini dibolehkan seperti buruh bangunan,tukang pijat,tukang
jahit,dan lain-lain.Orang yang melakukan pekerjaan disebut ajir atau tenaga kerja.Ajir atau tenaga kerja ada
dua macam:
1.)Ajir khusus,yaitu orang yang bekerja pada satu orang untuk masa tertentu.
2.)Ajir musytarak,yaitu orang yang bekerja untuk lebih dari satu orang,sehingga mereka
bersekutu di dalam memanfaatkan tenaganya.
Rukun dan Syarat Akad Ijarah
1. Adanya 'Aqid (orang yang berakad). Orang yang yang berakad baik mu'ajir
dan mustajir keduanya harus baligh, serta cakap dalam mengendalikan harta
dan saling meridhai.
2. Sighat akad atau ijab qobul. Dalam melakukan ijab dan qobul ini haruslah
menggunakan kalimat yang jelas dan terbuka, sehingga dimengerti dan
dipahami oleh pihak penyewa.
3. Ujrah (upah). Besar upah yang dikeluarkan haruslah diketahui oleh kedua
belah pihak.
4. Manfaat. Memperhatikan manfaat yang akan didapat ketika akan melakukan
akad ijarah ataupun akad perjanjian lainnya.

Sumber : buku Bapak Asrori, hal 128.


Syarat Terjadinya, Pelaksanaan, Sah dan
Kelaziman Akad Ijarah
1. Syarat terjadinya akad ijarah. Hal berkaitan dengan 'Aqid, zat dan tempat akad. Ketiga hal ini
harus diketahui oleh pihak yang akan melakukan akad. Seperti untuk 'Aqid (telah dijelaskan pada
bagian rukun ijarah) dimana yaitu baligh, berakal, cakap dalam mengendalikan harta dan saling
meridhoi. Akan tetapi menurut pendapat ulama' Hanafiah, seorang 'Aqid haruslah berusia minimal
7 tahun dan tidak harus baligh.
2. Syarat pelaksanaan akad ijarah. Barang yang dimiliki oleh penyewa haruslah dimiliki sepenuhnya
atau memiliki kekeuasaan atas barang tersebut
3. Syarat sah akad ijarah. Sahnya akad ijarah berkaitan dengan adanya orang yang akad, keridhaan
dari kedua belah pihak yang melakukan akad dan barang yang menjadi objek akad memiliki
manfaat yang jelas.
4. Syarat kelaziman akad ijarah. Syarat yang terakhir adalah syarat kelaziman. Syarat ini meliputi:
(1) Mauquf 'Alaihi (barang sewaan) terhindar dari cacat.
(2) Tidak ada udzur yang dapat membatalkan akad. Udzur yang dimaksud adalah sesuatu yang
baru yang akan menyebabkan kemudharatan bagi yang akad.

Sumber : buku Bapak Asrori, hal 128-


129.
Berakhirnya Perjanjian Ijarah
Pada dasarnya perjanjian sewa-menyewa merupakan perjanjian yang lazim, masing-masing pihak
yang terikat dalam perjanjian tidak berhak membatalkan perjanjian (tidak mempunyai hak fasakh) karena
termasuk perjanjian timbale balik.Bahkan,jika salah satu pihak (yang menyewa atau penyewa) meninggal
dunia,perjanjian sewa-menyewa masih ada.Sebab dalam hal salah satu pihak meninggal dunia,maka
kedudukannya digantikan oleh ahli waris.Demikian juga halnya dengan penjualan objek perjanjian sewa-
menyewa yang tidak menyebabkan putusnya perjanjian yang diadakan sebelumnya.Namun tidak tertutup
kemungkinan pembatalan perjanjian (fasakh) oleh salah satu pihak jika ada alas an atau dasar yang kuat.

Sumber : buku Bapak Asrori, hal 129.


Hal-hal yang menyebabkan ijarah fasakh (batal) ada 5,yakni :

1. Terjadi aib pada barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa atau terlihat aib lama padanya.

2. Rusaknya barang yang disewakan,seperti rumah dan binatang yang menjadi ‘ain.

3. Rusaknya barang yang diupahkan(ma’jur ‘alaih),seperti baju yang diupahkan untuk dijahitkan,
karena akad tidak mungkin terpenuhi sesudah rusaknya (barang).

4.Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, atau selesainya pekerjaan,berakhirnya masa, kecuali jika
terdapat użur yang mencegah fasakh.Seperti jika masa ijarah tanah pertanian telah berakhir sebelum
tanaman dipanen, maka ia tetap berada di tangan penyewa sampai masa selesai diketam,sekalipun
terjadi pemaksaan,hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya bahaya (kerugian) pada pihak
penyewa yaitu dengan mencabut tanaman sebelum waktunya.

5.Penganut-penganut mazhab Hanafi berkata: “Boleh memfasakh ijarah,karena adanya użur sekalipun
dari salah satu pihak. Seperti seseorang yang menyewa toko untuk berdagang,kemudian hartanya
terbakar,atau dicuri,atau dirampas,atau bangkrut, maka ia berhak memfasakh ijarah”.

Sumber : buku Bapak Asrori, hal 129.


Bentuk Pelanggaran Dalam Ijarah

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan upah bagi ajir, apabila barang yang
ditangannya rusak.
Menurut ulama syafi’iyah, jika ajir bekerja ditempat yang dimilki oleh penyewa, ia
tetap memperoleh upah. Sebaliknya, apabila barang berada ditangannya, ia tidak
mendapatkan upah. Pendapat tersebut senada dengan ulama Hanabilah.
Ulama Hanafiyah juga hampir senada dengan pendapat ulama Syafi’iyah. Hanya saja
mereka mengurai lebih detail lagi.
Bentuk Pelanggaran Ijarah
Menurut Ulama Hanafiyah

Jika Benda berada ditangan


Jika Benda ada di tangan Ajir Penyewa, Pekerja berhak
mendapat upah selesai kerja

Pengekang Barang.
Jika ada bekas Ulama Hanafiyah membolehkan ajir
pekerjaan, ajir untuk mengekang barang yang ia
berhak Jika tidak ada bekas kerjakan sampai menpat upah. Tetapi,
mendapat upah pekerjaannya, ajir jika dalam masa pengekangan, barang
sesuai bekas berhak tersebut rusak, ia harus
pekerjaan mendapatkan upah bertanggungjawab.
tersebut atas pekerjaannya
sampai akhir

Noor harisudin, Fiqih Muamalah 1,


(Surabaya: Buku pena Salsabila, 2014), 55
Hikmah Ijarah
Hikmah disyari’atkannya ijarah dalam bentuk pekerjaan atau upah mengupah adalah karena dibutuhkan dalam kehiduan
manusia. Tujuan dibolehkan ijarah pada dasarnya adalah untuk mendapatkan keuntungan materil.Namun itu bukanlah
tujuan akhir karena usaha yang dilakukan atau upah yang diterima merupakan sarana untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Adapun hikmah diadakannya ijarah antara lain:

1 Membina Ketentraman dan Kebahagiaan.


Dengan adanya ijarah akan mampu membina kerja sama antara mu’jir dan mus’tajir. Sehingga akan
menciptakan kedamaian dihati mereka. Dengan diterimanya upah dari orang yang memakai jasa, maka yang
memberi jasa dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

2
Memenuhi Hajat Hidup Masyarakat
Dengan adanya transaksi ijarah khususnya tentang pemakaian jasa, maka akan mampu memenuhi hajat hidup
masyarkat baik yang ikut bekerja maupun yang menikmati hasil proyek tersebut. Maka ijarah merupakan
akad yang mempunyai unsur tolong menolong antar sesama.

3 Menolak Kemungkaran
Diantara tujuan ideal berusaha adalah dapat menolak kemungkaran yang kemungkinan besar akan dilakukan
oleh yang menganggur. Pada intinya hikmah ijarah yaitu untuk memudahkan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari
Sumber : Konsep Ijarah
Hendi Suhendi, badayatul al Mujahidi wa nihayah al mutashid
Al jurjani Al- ta’rifat ( Daral kutub al- ilmiyah)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai