Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GANJIL

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama : Muhammad Azhar Al-Asy’ari


NIM : 0102.2101.034
Mata Kuliah : Fiqih Muamalah dan Siyasah
Jurusan/Semester : HKI/4 (Non Reguler)
Dosen Pengampu : Drs. A. Rahmat, MA
Hari/Tanggal : Sabtu/15 April 2023

1. Fiqih Muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang


ditunjukan untuk mengatur kehidupan manusia dalamu urusan
keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan
sosial kemasyarakatan.
Fikih muamalah membahas masalah hubungan sesama manusia,
baik hubungan antar individu, hubungan individu dengan masyarakat,
atau hubungan masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, seperti
transaksi perdagangan, penentuan kejahatan dan sanksi, pengaturan
perang dan perjanjian, perusahaan, dan sebagainya.
Manfaat Belajar Muamalah dalam Islam
Kita dapat mengatasi masalah yang ada sekarang ini dengan mudah
bila menguasai kaidah-kaidah fiqh. Fiqh muamalah lebih berfokus
pada urusan dunia terlebih lagi jual beli, jadi bila kita mempelajari
muamalah ini kita akan bisa belajar masalah usaha atau bisnis.
2. Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakekatnya hanya
dititipkan kepada kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Terdapat
kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk mengeluarkan
zakat untuk kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah maliyah
sunnah yakni sedekah dan infaq.
Pembagian Harta
a) Perlindungan Syara’
Harta yang bernilai, yaitu harta yang memiliki harga. Harta ini
dapat dikategorikan sebagai harta bernilai yang berdasarkan dua
ketentuan.
b) Harta yang Bergerak dan Tidak Bergerak
Harta tidak bergerak, yaitu semua jenis harta yang tidak bisa dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Contohnya tanah, bangunan, dan
sebagainya.

Harta bergerak, yaitu semua harta yang bisa dipindahkan dari suatu tempat
ke tempat yang lain. Contohnya mobil, perabotan rumah tangga, dan
sebagainya.

c) Harta yang memiliki Kesamaan

Harta yang serupa, yaitu jenis harta yang ada padanannya di pasar,
sedikitpun tidak ada perbedaannya. Contohnya gandum, beras, jagung,
kurma, dan sejenisnya.

Harta yang tidak serupa, yaitu harta yang pada dasarnya tidak ada
padanannya. Contohnya sebuah berlian, intan, Mutiara langka.

d) Harta yang konsumtif dan Tidak Konsumtif


e) Harta yang Dapat Dimiliki dan Tidak Dapat Dimiliki

Menurut para fuqaha, harta dalam perspektif Islam bersendi pada dua
unsur; Pertama, unsur ‘aniyyah dan Kedua, unsur ‘urf. Unsur ‘aniyyah
berarti harta itu berwujud atau kenyataan (a’yun). sebagai contoh, manfaat
sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi
termasuk milik atau hak. Sedangkan unsur ‘urf adalah segala sesuatu
yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau oleh sebagian manusia,
tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya,
baik manfaat yang bersifat madiyyah maupun ma’nawiyyah.

3. Dalam muamalah dimulai dengan adanya akad. Akad adalah salah


satu sebab yang ditetapkan syara' yang karenanya timbullah
beberapa hukum. Akad adalah perbuatan yang disengaja dibuat oleh
dua orang atau lebih, berdasarkan persetujuan masing-masing.

Rukun Akad menurut para jumhur ulama yaitu

a) ‘Aqid atau ‘aqidain, yaitu orang yang berakad


b) Mahallul Aqdi atau ma’qud alaih, yaitu objek akad
c) Shigatul ‘aqdi yaitu pernyataan kalimat akad

Syarat akad
Syarat terjadinya akad

a) Pelaku akad cakap bertindak (ahli).


b) Yang dujadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
c) Akad itu diperbolehkan syara’dilakukan oleh orang yang
berhak melakukannya walaupun bukan aqid yang memiliki
barang.
d) Akad dapat memberikan faidah sehingga tidak sah bila rahn
dianggap imbangan amanah.
e) Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul.
Oleh karenanya akad menjadi batal bila ijab dicabut kembali
sebelum adanya kabul.
f) Ijab dan kabul harus bersambung, sehingga bila orang yang
berijab berpisah sebelum adanya qabul, maka akad menjadi
batal.

Macam-macam akad

a) Wadiah
Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan
pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan,
serta keutuhan barang atau uang.
b) Mudharabah
Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank
syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ('amil, mudharib, atau
nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika
pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
c) Musyarakah
Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang masing-masing
pihak memberikan porsi dana masing-masing.
d) Murabahah
Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
e) Salam
Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang
dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
f) Istisna'
Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu yang
disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni') dan penjual atau pembuat (shani').
g) Ijarah
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikian barang itu sendiri.
h) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan
barang.
i) Qardh
Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
4. bunga bank diartikan adalah kelebihan jasa yang harus dibayarkan
kepada bank dari pihak peminjam atau pihak yang berhutang.
Secara leksikal, bunga sebagai terjemahan dari kata interest yang
berarti tanggungan pinjamanuang, yang biasanya dinyatakan dengan
persentase dari uang yang dipinjamkan.
Sedangkan riba adalah iba adalah tambahan yang disyaratkan dan
diterima pemberi pinjaman sebagai imbalan dari peminjam utang.

Jadi uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa riba "usury" dan bunga
"interest"pada hakekatnya sama, keduanya sama-sama memiliki arti tambahan
uang.

Para ulama, baik ulama salaf (mazhab empat) maupun ulama kontemporer, semua
sepakat akan keharaman riba. Bahkan ulama yang membolehkan bunga bank, juga
mengharamkan riba. (Lihat: Al-Mabsut juz 14 halaman 36, Al-Syarh al-Kabir juz
3 halaman 226, Nihayatul Muhtaj juz 4 halaman 230, Al-Mughni juz 4 halaman
240, Al-Tafsir al-Wasit juz 1 halaman 513).

Anda mungkin juga menyukai