Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Akad Sewa Menyewa Menurut Berbagai Pandangan

Agama
Aqilah Shadiqah Helke
(Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Parepare)
Hasriani
(Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Parepare)
Indah Permatasari
(Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Parepare)
Noviana Ramadani
(Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Parepare)

Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia selalu membutuhkan manusia yang lain, salah satu
hubungan kerja sama yang dilakukan manusia yaitu kegiatan sewa menyewa. Di Indonesia
kegiatan sewa menyewa sudah tidak asing lagi dilakukan oleh masyarakat, Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4, dilihat dari data The United States Census Bureau
dan United Nations Population Departement, jumlah penduduk Indonesia mencapai kurang lebih
273 juta jiwa1. Jumlah penduduk sebanyak itu Indonesia juga dikenal dengan negara yang
memiliki keberagaman agama yang dianut warganya, kurang lebih ada lima agama yang berdiri
di Indonesia diantaranya Islam, kristen, hindu, budha, dan konghucu, setiap agama tersebut
memiliki keberagaman aturan dalam melakukan kegiatan sewa menyewa.
Sewa menyewa merupakan suatu persetujuan dengan mana pihak yang lainnya dengan
perjanjian sewa menyewa terdapat dua pihak yaitu pihak penyewa dan pihak yang menyewakan.
Pihak yang menyewakan menyerahkan barang atau jasa yang hendak disewa kepada pihak
penyewa untuk digunakan sepenuhnya2. Mengenal bentuk kegiatan usaha persewaan yang
didalamnya terdapat kesepakatan dan para pihak, dikenal sebagai perjanjian sewa menyewa.
Ada satu pihak (yang menyewakan) mengikatkan diri untuk memberikan suatu barang
kepada pihak yang lain (penyewa) selama waktu tertentu dengan pembayaran suatu harga yang
disanggupi atau sudah disepakati.
Subjek atau pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa menyewa adalah pihak yang
menyewakan dan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan adalah orang atau badan hukum yang
menyewakan barang atau benda kepada pihak penyewa, sedangkan pihak penyewa adalah orang
atau badan hukum yang menyewa barang atau benda dari pihak yang menyewakan.

1
Siti Nurhikmah, “10 Negara Dengan Penduduk Terbanyak Di Dunia. Tebak, Indonesia Urutan Ke Berapa!,”
Rumah123.Com, last modified 2020, accessed May 1, 2021, https://artikel.rumah123.com/10-negara-dengan-
penduduk-terbanyak-di-dunia-tebak-indonesia-urutan-ke-berapa-76173.
2
Kitab Undang-undang Hukum Perdata and Pradya Paramita, “Subekti Dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (Jakarta: PT. Pradya Paramita, 2008), h. 381. 1” (2008): 1–10.
Objek dalam perjanjian sewa menyewa adalah barang atau benda, dengan syarat barang
atau benda yang disewakan adalah barang yang halal, artinya tidak bertentangan dengan undang-
undang, ketertiban, dan kesusilaan. Hak dari pihak yang menyewakan adalah menerima harga
sewa yang telah ditentukan. Hak dari penyewa adalah menerima barang yang disewakan dalam
keadaan baik.
Risiko mewajibkan seseorang untuk memikul suatu kerugian, jikalau ada kejadian di luar
kemampuan salah satu pihak yang menimpa benda yang menjadi objek perjanjian. Musnah atas
barang atau benda yang menjadi objek sewa menyewa dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam,
yaitu musnah secara total dan musnah sebagian dari objek sewa (ketentuan Pasal 1553
KUHPerdata).
• Jika barang yang disewakan oleh penyewa itu musnah secara keseluruhan di luar kesalahannya
pada masa sewa, sewa yang disewakan itu gugur demi hukum dan risiko atas musnahnya
barang tersebut adalah pihak yang menyewakan. Artinya, pihak yang menyewakan yang akan
memperbaiki dan segala kerugiannya.
• Jika barang yang disewa hanya sebagian yang musnah maka penyewa dapat memilih menurut
keadaan, akan meminta ganti harga sewa atau akan meminta pembatalan perjanjian sewa
menyewa. Pada kenyataan, pihak penyewa dapat menuntut kedua hal tersebut, namun tidak
dapat menuntut pembayaran kerugian kepada pihak yang menyewakan.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akad sewa menyewa?
2. Bagaimana penerapan kegiatan sewa menyewa dalam pandangan agama yang dianut di
Indonesia?
3. Perbedaan sistem sewa menyewa dalam pandangan agama yang dianut di Indonesia?

Teori
Agama bagi manusia dijadikan sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan,
baik didunia maupun kebahagiaan di dunia akhirat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
manusia yang tidak memiliki agama adalah manusia yang tidak memiliki tujuan dalam hidupnya.
Agama merupakan sebuah doktrin kepercayaan manusia terhadap penciptanya, sehingga
kepercayaan tersebut merupakan pendorong bagi kehidupan umat manusia untuk selalu berpikir
positif sesuai dengan agama yang dianutnya3. Ada banyak bentuk kegiatan manusia yang telah
diatur oleh agama, salah satunya adalah sewa-menyewa. Dalam penerapan sewa menyewa setiap
agama begitu berbeda baik dari hukumnya, berikut penelitian dari kegiatan sewa menyewa dari
agama yang dianut di Indonesia:

3
Lili Andria Putri, “Hukum Sewa Menyewa Mobil Tanpa Izin Dari Pemiliknya Menurut Mazhab Syafi’i”
(UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA, 2017).
 Islam
Dalam Islam sewa menyewa merupakan akad yang berasal dari bahasa arab yang berar ti
membangun atau mendirikan, memegang, perjanjian, percampuran, menyatukan, dan bisa pula berarti
kontrak (perjanjian yang tercatat)4. Akad sewa menyewa dalam Islam ada dua yaitu Akad Ijarah dan
Akad Jua’lah. Sewa menyewa (ijarah) ialah suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan
jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu yang sudah disepakati dan dasar hukumnya dalam
sabda Rasulullah adalah: Rasulullah SAW berbekam, lalu beliau membayar upahnya kepada
orang yang membekamnya. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad), adapun hukum kebolehannya
berdasarkan ijma’ adalah bahwa semua ulama sepakat membolehkannya, walaupun dari al-‘Ash
Hamin dan Ibnu ‘Ulayyah diriwayatkan melarangnya. Alasan Fuqaha’ yang tidak membolehkan
adanya perjanjian sewa-menyewa adalah bahwa dala mmenukar barang harus terjadi penyerahan
harga dengan imbalan penyerahan barang seperti halnya dalam barang yang nyata. Sedangkan
manfaat (kegunaan) dalam sewa-menyewa pada saat terjadi akad, maka oleh sebab itu adalah
suatu tipuan dan sama dengan hanya menjual barang yang belum ada5.
Secara etimologis al Ju‟alah adalah apa saja yang dijadikan (imbalan) bagi seseorang atas
suatu pekerjaan atau apa saja yang diberikan seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan
tertentu dan dalam konsep al-Jualah dalam kehidupan sehari-hari sangatlah banyak seperti
dalam bidang pendidikan, bisnis, dan Iptek sedangkan, dalam bidang pendidikan misalnya, al
Ju’alah dengan hadiah beasiswa kuliah penuh untuk siswa yang berhasil meraih peringkat 3
besar selama di SLTA, dan dalam bidang bisnis misalnya, Al Ju‟alah untuk membuat system
pembayaran modern yang memudahkan dalam transaksi6. Dalam bidang Iptek seperti, Al Ju’alah
membuat mobil, pesawat, dan berbagai alat transportasi untuk kelancaran urusan manusia.
Dalam perjanjian/akad dan termasuk juga sewa-menyewa menimbulkan hak dan
kewajiban kepada para pelaku akad yang membuatnya. Hak-hak dan kewajiban tersebut iyalah7:
a. Pihak yang menyewakan (Mu‟ajjir)
1) Ia wajib menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa.
2) Memelihara barang yang disewakan sedemikian sehingga barang itu dapat dipakai untuk
keperluan yang dimaksudkan.
3) Memberikan si penyewa manfaat atas barang yang disewakan selama waktu
berlangsungnya sewa menyewa.
4) Menanggung si penyewa terhadap semua cacat dari barang yang disewakan, yang
merintangi pemakaian barang.
5) Ia berhak atas barang sewa yang besarnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan,
4
Novi Fuji Astuti, “Akad Adalah Perjanjian Tertulis, Berikut Jenisnya Menurut Hukum Islam,” Merdeka.Com, last
modified 2021, accessed May 2, 2021, https://m.merdeka.com/jabar/akad-adalah-perjanjian-tertulis-berikut-
jenisnya-menurut-hukum-islam-kln.html.
5
Kustiadi Basuki, “BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM A. Pengertian Sewa-Menyewa (Ijarah),” ISSN
2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta 53, no. 9 (2019): 3–4, www.journal.uta45jakarta.ac.id.
6
Haryono, “KONSEP AL JU’ALAH DAN MODEL APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI,” AAL MASHLAHAH
JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM (n.d.): 14.
7
“BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Tori Sewa Menyewa” (UIN SUSKA RIAU, 2013), http://repository.uin-
suska.ac.id/18373/8/8. BAB III__2018520EI.pdf.
6) Menerima kembali barang obyek perjanjian diakhir masa sewa.
b. Pihak penyewa (Musta‟jir)
1) Ia wajib memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik, sesuai dengan
tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak ada
perjanjian mengenai itu, menurut tujuan berhubungan dengan itu.
2) Membayar harga sewa pada waktu yang telah ditentukan.
3) Ia berhak menerima manfaat dari barang yang disewanya.
4) Menerima ganti kerugian, jika terdapat cacat pada barang yang disewakan.
5) Tidak mendapat gangguan dari pihak lain, selama memanfaatkan barang yang disewa.

 Kristen
Dalam Alkitab SABDA kata menyewa (root: sewa) merupakan kata kerja, kata benda dan keluarga
kata dari sewa, menyewa, menyewakan, sewaan, mempersewakan, penyewa, penyewaan, dan jumlah
dalam TB adalah 1-4 dalam 4 ayat (dalam OT : 4 dalam 4 ayat)8:
(1.00) 2Taw 25:6 Selain itu ia menyewa seratus ribu pahlawan yang gagah perkasa dari Israel
dengan bayaran seratus talenta perak.
(0.73) 1Taw 19:7 Mereka menyewa tiga puluh dua ribu kereta, serta raja negeri Maakha
dengan tentaranya, yang datang berkemah dekat Medeba.  o  Juga bani Amon
itu berkumpul dari kota-kota mereka dan datang untuk berperang.
(0.59) 2Sam 10:6 Setelah dilihat bani Amon, bahwa mereka dibenci y  Daud, maka bani Amon
itu menyuruh orang menyewa dari orang Aram-Bet-Rehob z  dan orang
Aram a  dari Zoba b  dua puluh ribu orang pasukan berjalan kaki, dari raja
negeri Maakha c  seribu orang dan dari orang-orang Tob d  dua belas ribu
orang.
(0.59) 1Taw 19:6 Setelah dilihat bani Amon, bahwa mereka telah membuat dirinya
dibenci m  oleh Daud, maka Hanun dan bani Amon itu mengirim seribu
talenta perak untuk menyewa kereta dan orang-orang berkuda dari Aram-
Mesopotamia, dari Aram-Maakha dan dari Aram-Zoba. n 

1 - 2 dari 2 ayat untuk sewa9:
Sedangkan Kata sewa dalam Alkitab SABDA yaitu: jumlah dalam TB
(1.00) 1Taw 2:49 Perempuan itu melahirkan juga Saaf, bapa Madmana,  d  dan Sewa, bapa
Makhbena dan bapa Gibea; anak perempuan Kaleb ialah Akhsa. e 
(0.86) Kel 22:15 Tetapi jika pemiliknya ada di situ, maka tidak usahlah ia membayar ganti
kerugian. Jika binatang itu disewa, maka kerugian  p  itu telah termasuk
dalam sewa.
Misalnya jika orang Non-muslim (Kristen) menyewa rumah untuk tempat tinggal,
kemudian dia salah gunakan dengan dijadikan gereja, atau tempat peribadatan umum, sewa-

8
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), “Menyewa AND Book:[1 TO 39] (TB)-Teks,” Alkitab SABDA, accessed May 2,
2021, https://alkitab.sabda.org/search.php?exact=on&scope=def&version=tb&search=menyewa AND book:[1 TO
39].
9
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), “Sewa (TB)-Teks,” Alkitab SABDA, accessed May 2, 2021,
https://alkitab.sabda.org/search.php?exact=on&scope=def&version=tb&search=sewa.
menyewa tetap sah dengan kesepakat ulama. Sementara pemiliknya atau kaum muslimin yang
lain punya tanggung untuk melarangnya dalam rangka amar makruf nahi munkar.
Bahkan menurut Imam Sarkhasi, menyewakan tempat kos atau rumah kepada non-
muslim tetap diperbolehkan meskipun nantinya rumah atau tempat kos tersebut hendak dijadikan
tempat maksiat, seperti minum khamar dan lainnya. Beliau berkata dalam kitab Al-Mabsuth
berikut; Seorang muslim boleh menyewakan rumah kepada non-muslim untuk tempat tinggal.
Jika di rumah itu dia minum khamar, menyembah salib, atau membawa babi,maka dia
tidak mendapat dosanya sama sekali10. Karena dia tidak menyewakan rumah untuk itu.
Sementara tindakan maksiat yang dilakukan penyewa, di luar tanggung jawab pemilik rumah.

 Hindu-Budha
Pada permulaan tarikh masehi, pada Benua Asia terdapat 2(dua) negeri besar yang tingkat
peradabannya itu dianggap sudah tinggi, yaitu India dan juga Cina. Kedua negeri
tersebut menjalin hubungan ekonomi serta juga perdagangan yang baik. Arus lalu lintas
perdagangan serta juga pelayaran berlangsung dengan melalui jalan darat serta laut. Salah satu
jalur lalu lintas laut yang dilalui oleh India-Cina ialah Selat Malaka. Keterlibatan bangsa
Indonesia didalam kegiatan perdagangan serta juga pelayaran internasional yang menyebabkan
timbulnya percampuran budaya. India adalah negara pertama bangsa yang memberikan pengaruh
kepada Indonesia, yakni didalam bentuk budaya Hindu11.
Dalam penerapan sewa menyewa agama Hindu-Budha yaitu kegiatan perjanjian sewa
menyewa tanah adat di Bali. Dalam Hukum Tanah Adat dikenal beberapa macam jenis dan
fungsi tanah adat di Bali, yaitu12:
1. Tanah Druwe atau sering disebut juga Druwe Desa adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai
oleh desa pakraman seperti Tanah Pasar, Tanah Lapang, Tanah Kuburan, Tanah Bukti,
2. Tanah Pelaba pura adalah tanah yang dulunya milik desa yang khusus digunakan untuk
keperluan Pura yaitu tempat bangunan Pura dan yang digunakan untuk pembiayaan keperluan
Pura seperti pembiayaan upacara-upacara rutin, hingga perbaikan pura,
3. Tanah Pekarangan Desa merupakan tanah yang dikuasai oleh desa pakraman yang diberikan
kepada krama negak untuk tempat tinggal dengan ayahan yang melekat,
4. Tanah Ayahan merupakan tanah yang dikuasai desa pakraman yang penggarapannya
diserahkan kepada krama desa setempat dengan hak untuk dinikmati dengan perjanjian
tertentu serta kewajiban memberikan ayahan.
Desa adat dalam melakukan perbuatan hukum perjanjian sewa menyewa tanah adat di
Bali telah sah karena telah memenuhi Kriteria dari pasal 1320 BW, yaitu13:
1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya,
2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian,

10
Moh Juriyanto, “Hukum Menyewakan Tempat Kos Kepada Non-Muslim,” Bincang Syariah, last modified 2019,
accessed May 2, 2021, https://bincangsyariah.com/kalam/menyewakan-tempat-kos-kepada-non-muslim/.
11
Parta Setiawan, “Sejarah Perkembangan Hindu Budha Di Indonesia,” GURUPENDIDIKAN.Com, last modified 2021,
accessed May 2, 2021, https://www.gurupendidikan.co.id/perkembangan-hindu-budha/.
12
Dewi Ayu Dwi Mayasari, “KEDUDUKAN DESA PAKRAMAN DALAM PRAKTEK PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH
PELABA PURA” (UNIVERSITAS UDAYANA, 2018).
13
SH H.FERI NIFAL, “PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH ADAT DI BALI” (UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2003).
3) Suatu hal tertentu, dan
4) Suatu sebab yang halal.
Akan tetapi guna menjamin kepastian hokum yang diberikan ole peraturan perundang-undangan
seyogyanya pemerintah Cq Departemen Kehakiman (d/h Gubernur Jendral-Pasal 1 Stb 1870
No.64) menetapkan/menunjuk keberadan dari desa adat di Bali sebagai badan hukum keagamaan
yang boleh memiliki ha katas tanah, karena merupakan syarat mutlak untuk dapat dikatakan
sebagai badan hukum adalah adanya pengaturan dalam hukum positif yang berlaku pada suatu
negara tertentu, pada waktu tertentu, pada waktu tertentu, dan pada masyarakat tertentu,
misalnya perseroan firman diakui sebagai badan hokum di perancis dab belgia. Bila terjadi suatu
perselisihan maka, pola-pola yang digunakan adalah:
1. Negoisasi: Perundingan diantara pihak-pihak yang berselisi dengan menggunakan cara-cara
mereka yang dianggap baik,
2. Mediasi: Kepala Adat bertindak sebagai mediator atau penegah bagi phak-pihak yang
bersengketa,
3. Ajudikasi: Kepala adat bertindak sebagai hakim yang akan memberikan keputusan terhadap
perkara yang diajukan.
Bagi kasus-kasus yang masih pada tingkatan infralegal atau belum menyentuh
ketentraman desa, menggunakan cara-cara negoisasi atau kalau diminta kepala adat hadir maka
ia bertindak sebagai penengah (mediator) yang tidak memberi keputusan tetapi bertindak
mengarahkan, memberi pertimbangan dan ikut memberi jalan keluar sepantasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Kustiadi. “BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM A. Pengertian
Sewa-Menyewa (Ijarah).” ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal Online
Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta 53, no. 9 (2019): 3–4. www.journal.uta45jakarta.ac.id.
Dewi Ayu Dwi Mayasari. “KEDUDUKAN DESA PAKRAMAN DALAM PRAKTEK
PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH PELABA PURA.” UNIVERSITAS
UDAYANA, 2018.
H.FERI NIFAL, SH. “PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH ADAT DI BALI.”
UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2003.
Haryono. “KONSEP AL JU’ALAH DAN MODEL APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI.” AAL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL
ISLAM (n.d.): 14.
Lili Andria Putri. “Hukum Sewa Menyewa Mobil Tanpa Izin Dari Pemiliknya Menurut Mazhab
Syafi’i.” UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA, 2017.
Moh Juriyanto. “Hukum Menyewakan Tempat Kos Kepada Non-Muslim.” Bincang Syariah.
Last modified 2019. Accessed May 2, 2021.
https://bincangsyariah.com/kalam/menyewakan-tempat-kos-kepada-non-muslim/.
Novi Fuji Astuti. “Akad Adalah Perjanjian Tertulis, Berikut Jenisnya Menurut Hukum Islam.”
Merdeka.Com. Last modified 2021. Accessed May 2, 2021.
https://m.merdeka.com/jabar/akad-adalah-perjanjian-tertulis-berikut-jenisnya-menurut-
hukum-islam-kln.html.
Parta Setiawan. “Sejarah Perkembangan Hindu Budha Di Indonesia.”
GURUPENDIDIKAN.Com. Last modified 2021. Accessed May 2, 2021.
https://www.gurupendidikan.co.id/perkembangan-hindu-budha/.
Perdata, Kitab Undang-undang Hukum, and Pradya Paramita. “Subekti Dan Tjitrosudibio, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Jakarta: PT. Pradya Paramita, 2008), h. 381. 1” (2008):
1–10.
Siti Nurhikmah. “10 Negara Dengan Penduduk Terbanyak Di Dunia. Tebak, Indonesia Urutan
Ke Berapa!” Rumah123.Com. Last modified 2020. Accessed May 1, 2021.
https://artikel.rumah123.com/10-negara-dengan-penduduk-terbanyak-di-dunia-tebak-
indonesia-urutan-ke-berapa-76173.
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). “Menyewa AND Book:[1 TO 39] (TB)-Teks.” Alkitab
SABDA. Accessed May 2, 2021. https://alkitab.sabda.org/search.php?
exact=on&scope=def&version=tb&search=menyewa AND book:[1 TO 39].
———. “Sewa (TB)-Teks.” Alkitab SABDA. Accessed May 2, 2021.
https://alkitab.sabda.org/search.php?exact=on&scope=def&version=tb&search=sewa.
“BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Tori Sewa Menyewa.” UIN SUSKA RIAU, 2013.
http://repository.uin-suska.ac.id/18373/8/8. BAB III__2018520EI.pdf.

Anda mungkin juga menyukai