Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Tentang:

AL-IJARAH ( SEWA MENYEWA )

Oleh:

Lutfiah Octaviani 1703020031

Azizah Syaharani 2103020036

Yuniar 2103020041

Nuryakin M 2103020052

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KOTA PALOPO


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Palopo, 7 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

1. Latar Belakang Masalah............................................................................................


2. Rumusan Masalah.....................................................................................................
3. Tujuan Pembahasan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

1. Pengertian Ijarah.......................................................................................................
2. Dasar Hukum Ijarah..................................................................................................
3. Akad Ijarah................................................................................................................
4. Implementasi Sewa menyewa Barang.......................................................................
5. Rukun dan Syarat Ijarah............................................................................................
6. Macam-macam Ijarah................................................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

1. Kesimpulan................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
................................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sewa menyewa merupakan Suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari
sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga,
yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Islam itu agama
yang mudah meliputi segenap aspek kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa
menyewa. Islam selalu memperhatikan berbagai maslahat dan menghilangkan segala
bentuk mudarat. Sesuatu yang Allah syariatkan dalam sewa menyewa dengan
berbagai aturan yang melindungi hak dan kewajiban pelaku bisnis dan memberikan
berbagai kemudahan dalam pelaksanaannya. Tidak sedikit kaum muslim yang lalai
mempelajari hukum sewa menyewa maupun jual beli bahkan melupakannya,
sehingga tidak memperdulikan apakah yang dilakukan dalam sewa menyewa dan jual
beli itu haram atau tidak. Keadaan seperti itu merupakan kesalahan besar yang harus
dicegah.
Sewa menyewa adalah suatu cara untuk memperoleh manfaat dengan jalan
penggantian berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Allah Swt agar dalam melakukan
kegiatan muamalah jangan sampai memakan harta sesama secara batil. Sewa
menyewa harus dilaksanakan dengan persetujuan kedua pihak dengan sukarela dalam
menjalankan akad. Sesuai dengan firman Allah SWT:

‫ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َت َر اٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْقُتُل ْٓو ا‬ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن‬
٢٩ ‫َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬ ‫َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن‬
Terjemah: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta
sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar
suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Prinsip ini memuat ketentuan bahwa segala bentuk muamalah adalah boleh
kecuali telah ditentukan oleh al-Quran dan al-Sunnah; muamalah dilakukan atas dasar
suka rela tanpa mengandung unsur paksaan; muamalah dilakukan atas dasar
pertimbangan manfaat dan menghindarkan mudarat dalam kehidupan masyarakat dan
muamalat.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Dalam hidupnya, manusia bersosialisasi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ,
yang termasuk di dalamnya merupakan kegiatan ekonomi. Segala bentuk interaksi sosial
guna memenuhi kebutuhan hidup manusia memerlukan ketentuan-ketentuan yang membatasi
dan mengatur kegiatan tersebut. Islam pun mengatur hubungan interaksi sosial ini yang
disebut Muamalah. Contoh hukum Islam yang termasuk muamalah salah satunya adalah
Ijarah sewa menyewa. Dalam bahasa Arab kata Ijarah berarti sewa menyewa dan upah, antara
keduanya terdapat perbedaan makna operasional. Sewa menyewa biasanya digunakan untuk
benda, dan upah untuk tenaga.
Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan seseorang dengan orang lain
dengan menggunakan ketentuan syariat Islam. Kegiatan Ijarah ini tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan kita sehari-sehari baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar kita.
Oleh sebab itu, penting untuk kita mengetahui apa pengertian dari Ijarah sebenarnya, rukun
dan syaratnya serta bagaimana dalil yang mengatur Ijarah dalam Islam. Yang mana hal ini
akan dijelaskan dalam pembahasan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diuraikan rumusan masalah
menjadi, sebagai berikut :
1. Apakah pengertian ijarah ?
2. Apa dasar hukum ijarah ?
3. Bagaimana akad ijarah ?
4. Bagaimana implementasi sewa menyewa barang ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian ijarah.
2. Untuk mengetahui dasar hukum ijarah.
3. Untuk mengetahui bagaimana akad ijarah.
4. Umtuk mengetahui bagaimana implementasi sewa menyewa barang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijarah

Al Ijarah berasal dari kata Al-Ajru yang berarti Al-‘Iwaḍh (ganti).Ijarah


menurut arti bahasa adalah nama upah. Menurut pengertian syara’, Al-Ijarah ialah:
Suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam
tanggungan waktu tertentu yang diikuti dengan pembayaran upah atau biaya sewa
tanpa disertai dengan perpindahan hak milik atas barang itu sendiri.
Pengertian ijarah menurut fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan ijarah, menyebutkan bahwa ijarah adalah akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan
demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak
guna saja dari yang menyewakan pada penyewa.
Pengertian ijarah dari ulama fiqih antara lain; menurut ulama Hanafiyah ijarah
adalah akad atau suatu kemanfaatan dengan pengganti. Sedangkan menurut ulama
Syafi'iyah, bahwa ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung
maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan
pengganti tertentu. Adapun menurut ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan
bahwa ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu
tertentu dengan pengganti (Syafi’i, 2001).

Berikut definisi dan pengertian ijarah dari beberapa sumber buku:

 Menurut Suhendi (2002), ijarah adalah transaksi atas suatu manfaat yang
mubah berupa barang tertentu atas dijelaskan sifatnya dalam tanggungan dalam
waktu tertentu, atau transaksi atas suatu pekerjaan yang diketahui dengan upah
yang diketahui pula.
 Menurut Nurhayati dan Wasilah (2013), ijarah adalah akad pemindahan hak
guna dari barang atau jasa yang diikuti dengan pembayaran upah atau biaya
sewa tanpa disertai dengan perpindahan hak milik.
 Menurut Antonio (2001), ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa, melalui sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri.

Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan


Ijarah, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada
perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang
menyewakan pada penyewa. Al-ijarah disebut pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dari beberapa pengertian
tersebut dapat ditarik pengertian bahwa Ijarah adalah suatu jenis perikatan atau
perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu benda yang diterima dari orang
lain dengan jalan membayar upah sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah
pihak dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan.

B. Dasar Hukum Ijarah


Al-ijarah dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah mengupah
merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut
Jumhur Ulama adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh syara’ berdasarkan ayat al-Qur’an, hadishadis Nabi dan
ketetapan Ijma Ulama.
Adapun dasar hukum tentang kebolehan al-ijarah dalam al-Quran terdapat
dalam firman Allah Surah Al-Qasas ayat 26 :
٢٦ ‫َقاَلْت ِاْح ٰد ىُهَم ا ٰٓيَاَبِت اْسَتْأِج ْر ُهۖ ِاَّن َخ ْيَر َمِن اْسَتْأَج ْر َت اْلَقِوُّي اَاْلِم ْيُن‬
Terjemah: “Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku,
pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”

Hukum dasar ijarah dari hadis riwayat ibnu majah : Artinya : “Berikanlah
olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya kering(riwayat ibnu majah).
Perbedaan pendapat para ulama mengenai upah untuk praktek ibadah antara lain:
• Mazhab hanafi menyebutkan tidak boleh membayar jasa atas praktek ibadah seperti
menyewa orag lain untuk shalat,puasa,haji,membaca alquran yang pahalanya
dihadiahkan untuk orang yang menyewa.
• Mazhab hambali mengatakan pembayaran upah atas azan,iqamat,mengajarkan al-
quran, fiqh, hadist tidak diperbolehkan. Praktek tersebut diperbolehkan hanya sebagai
taqarrub bagi pelakunya. Dan diharamkan mengambil bayaran dari perbuatan
tersebut.
• Mazhab maliki, syafi’i dan ibnu hazm membolehkan upah bagi yang mengajarkan
al-quran dan ilmu karna bisa digolongkan sebagai imbalan atas perbuatan dan usaha
yang diketahui dengan jelas.

C. Akad Ijarah
Akad ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang tersebut. Contoh akad ijarah adalah akad-akad investasi, jual
beli, sewa-menyewa dan lain-lain.
Berakhirnya akad Ijarah / Sewa menyewa :
1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian
2. Periode akad belum selesai tapi pemberi sewa dan penyewa sepakat
menghentikan akad ijarah
3. Terjadi kerusakan aset
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak ingin meneruskan akad.

D. Implementasi Sewa Menyewa Barang

Sebagaimana halnya perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa merupakan


perjanjian konsesualisme, dimana perjanjian terbentuk berdasarkan kesepakatan
antara para pihak satu sama lain saling mengikatkan diri.
Semua hubungan sewa menyewa yang telah ada berdasarkan perjanjian tertulis
maupun tidak tertulis dengan menetapkan batas waktu tetap berlaku sesuai dengan
waktu berakhirnya perjanjian sewa, atau paling lambat 3 tahun sejak berlakunya
Undang-undang Page 13 Nomor 4 tahun 1992.

E. Rukun dan Syarat Ijarah


Menurut Hanafiyah rukun ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul dari duabelah
pihak yang bertransaksi. Adapun menurut jumhur ulama iajarah ada empat yaitu:
1. Dua orang yang berakad
2. Sighat (ijab dan qabul)
3. Sewa atau imbalan
4. Manfaat (Manfaat suatu barang/jasa)

Adapun syarat-syarat ijarah sebagimana yang ditulis Nasrun Haroen


sebagaiberikut:

1. Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’yah dan
Hanabalah disyaratkan telah balig dan berakal.
2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akadal-
ijarah
3. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus dikatahui, sehingga tidak
munculperselisihan dikemudian hari
4. Objek ijarah itu boleh diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidakada
cacatnya
5. Objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara‟
6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa
7. Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan
8. Upah atau sewa dalam ijarah harus jelas

F. Macam-macam Ijarah
Ijarah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ijarah yang bersifat manfaat, umpamanya adalah sewa-menyewa rumah, toko,
kendaraan, pakaian, dan pehiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat yang
dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama sepakat menyatakan boleh
dijadikan objek sewa-menyewa, jadi penyewaan barang-barang tersebut tergantung
pada kemanfaatannya.
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (jasa) ialah dengan cara mempekerjakan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut para ulama ijarah ini
hukumnya boleh apabila pekerjaan itu jelas, seperti buruh bangunan, tukang jahit,
buruh pabrik, tukang sepatu dan lain-lain. Ijarah ini ada yang bersifat pribadi seperti
menggaji pembantu rumah tangga, dan ada yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak, seperti
tukang sepatu, tukang jahit dan lain-lain. Kedua bentuk ijarah ini menurut para ulama
fiqh hukumnya boleh.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari penjelasan dan pemaparan ijarah diatas baik itu definisi, syarat dan rukun-
rukunnya dapat disimpulkan bahwa:
 Ijarah adalah salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan
manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak atau menjual jasa perhotelan dan lain-
lain dengan ada imbalannya atau upahnya.
 Dalam memaknai ijarah itu sendiri banyak perbedaan-perbedaan pendapat
dikalangan para ulama. Namun intinya mereka menyetujui adanya ijarah setelah
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing para
ulama, sehingga meskipun terjadi perbedaan didalamnya selalu ada pemecahan
persoalan terhadap permasalahan-permasalan yang timbul dikarenakan hal-hal
yang terkait dengan ijarah itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.makalah.co.id/2016/09/makalah-ijarah-sewa-menyewa.html
https://www.academia.edu/41385339/
MAKALAH_FIQIH_IJARAH_SEWA_MENYEWA

https://zahrasysyauqillah.wordpress.com/2015/05/25/makalah-ijarah-sewa-menyewa/

https://emakalahonline.blogspot.com/2017/04/makalah-fiqh-muamalah-ijarah-
sewa.html

http://etheses.uin-malang.ac.id/344/5/10220023%20Bab%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai