Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LEASING SYARIAH

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah bank dan lembaga keuangan syariah

Di buat oleh;

1. Ida Zulviani (3418017)


2. Selvi Ayu Pratiwi (3418018)
3. Riyano Asbet (3418029)

Dosen pengampu

Zulvaruri sintia putri S.E. Sy M.E

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “leasing syariah” adapun makalah ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk ini kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah tentang leasing syariah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Bukittinggi, 23 april 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Leasing Syariah .................................................................................2
B. Landasan Hukum Leasing Syariah ......................................................................3
C. Rukun dan Syarat..................................................................................................4
D. Macam-macam Ijarah...........................................................................................5
E. Mekanisme Ijarah.................................................................................................5
F. Perbedaan Leasing syariah dan Konvensional.....................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..........................................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak. Dengan
berkembangnya dunia bisnis ini, kebutuhan dana menjadi hal yang tak dapat dielakkan lagi baik
oleh kalangan usahawan perseorangan maupun usahawan yang tergabung dalam suatu badan
hukum di dalam mengembangkan usahanya maupun di dalam meningkatkan mutu produknya,
sehingga dapat dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi
kalangan lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang mendirikan
suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana ataupun barang yang akan
dipergunakan oleh pihak lain di dalam mengembangkan usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut
merupakan lembaga keuangan nonbank. Yang membedakan lembaga pembiayaan dengan bank
adalah bank mengambil dana secara lansung dari masyarakat sedangkan lembaga pembiayaan
tidak mengambil dana secara langsung dari masyarakat.
Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna usaha atau
biasa disebut juga dengan Leasing. Saat ini, leasing merupakan salah satu cara perusahaan
memperoleh asset atau kepemilikan tanpa harus melalui proses yang berkepanjangan. Semuanya
telah diatur oleh perusahaan leasing yang disediakan oleh berbagai perusahaan. Leasing juga
merupakan salah satu langkah penghindaran resiko tinggi yang saat ini sudah disadari oleh para
usahawan yang ada. Pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba membahas tentang
pembiayaan dalam perbankan syariah, yaitu Leasing atau disebut juga Ijarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian leasing syariah?
2. Apa landasan hukum leasing syariah ?
3. Apa rukun dan syarat leasing syariah ?
4. Apa saja macam-macam ijaroh ?
5. Bagaimana mekanisme ijarah ?
6. Apa perbedaan leasing syariah dengan konvensional ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Leasing Syariah


Menurut bahasa leasing berarti “sewa guna usaha”. Secara umum leasing artinya
equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada
proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak. Leasing berasal
dari kata lease yang berarti menyewa. Dalam syariah dikenal sebagai Al Ijarah. Al Ijarah
berasal dari kata al ajru yang berarti al ‘iwadhu (ganti).
Pengertian Berdasar Mazhab :
 Mazhab Syafi’i : suatu transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju secara
tertentu bersifat mubah dan bisa dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.
 Mazhab Hambali dan Maliki : pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan
dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.
 Mazhab Hanafi : transaksi suatu manfaat dengan imbalan.
Leasing (sewa guna usaha) pertama dikenal di Amerika Serkat, yaitu berasal dari
kata lease yang berarti menyewa. Sedangkan dalam ekonomi Islam dikenal dengan al-
ijarah, berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadhu (ganti).
Pada pasal 1 surat keputusan bersama 3 mentri keuangan, mentri perdagangan, dan
mentri perindustrian. NO. KEP-122/MK/IV/2/1974, dan No 30/Kpb/I/1974 7 februari
1974, menyebutkan bahwa leasing itu adalah: “setiap kegiatan pembiayaan perusahaan
dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
untuk satu jangka waktu secara berkala, disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilali sisa yang telah disepakati bersama”
Al-Ijarah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan waktu
tertentu, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233,
Firman Allah:

2
3

“.....dan jika Kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Sewa guna usaha syari’ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi yang
akan digunakan oleh penyewa selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara angsuran dimana menggunakan prinsip ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik.
Sewa guna usaha syari’ah diatur di dalam;
 Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-
03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip
Syari’ah.
 Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-
04/BL/2007 tentang Akad-akad Yang Digunakan Dalam Kegiatan Perusahaan
Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syari’ah.
 Surat Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor B-
323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal 29 November 2007 tentang Pernyataan DSN-
MUI atas Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.

B. Landasan Hukum Leasing Syariah


Landasan hukum leasing syariah yaitu menurut Al-Qur’an dan Hadits adalah, (QS.
Az-Zukhruf : 32) dan (QS. Al-Qashash: 26)

َ ‫ك نَحْ نُ قَ َس ْمنَا بَ ْينَهُ ْم َّم ِع ْي َشتَهُ ْم فِي ْال َحيَ َو ِة ال ُّد ْنيَا َو َرفَ ْعنَا بَ ْع‬
‫ضهُم‬ َ ِّ‫أَهُ ْم يَ ْق ِس ُموْ نَ َرحْ َمتَ َرب‬
َ‫ت َربِّكَ َخ ْي ٌر ِّم َّما يَجْ َمعُوْ ن‬ ُ ‫ضهُ ْم بَ ْعضًا س ُْخ ِريًّا َو َرحْ َم‬ ُ ‫ت لِّيَتَّ ِخ َذ بَ ْع‬
ٍ ‫ْض َد َر َج‬
ٍ ‫ق بَع‬ َ ْ‫فَو‬
“Apabila mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian meraka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Qs. Az-Zukhruf: 32)
4

ُ‫ت ا ْستَ ْئ ِجرْ هُ إِ َّن َخي َْر َم ِن ا ْستَ ْئ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ اأْل َ ِمين‬
ِ َ‫ت إِحْ َدهُ َما يَأ َ ب‬
ْ َ‫قَا ل‬
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”
(Qs. Al-Qashash:26)
Adapun dasar hukum leasing dalam hadits adalah, Hadist Rasulullah SAW yang
artinya:
“Berikanlah upah atau jasa kepada orang yang kamu pekerjakan, sebelum kering
keringat mereka” (HR.Abu Ya’la, Ibnu Majah, at-Tabrani dan at-Tirmidzi)
Sedangkan, landasan hukum di Indonesia menurut:
1. Fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-
Tamlik (sewa-beli).[2]
2. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) senin,10
Desember 2007 menerbitkan 2 peraturan tentang leasing syariah yaitu:
a. Peraturan Ketua Bapepam-LK No Per-03/BL/2007 tentang kegiatan
perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
b. Peraturan Ketua Bapepam-LK No Per-04/BL/2007 tentang akad-akad yang
digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

C. Rukun dan Syarat Leasing Syariah


Sebagai suatu transaksi umum, leasing baru dianggap sah apabila telah memenuhi
rukun dan syaratnya.
Adapun rukun dan syarat leasing adalah:
1. Kedua orang yang berakad telah baligh dan berakal.
2. Adanya kerelaan dari kedua belah pihak untuk melakukan akad.
3. Objek ijarah harus diketahui secara sempurna agar tidak ada perselisihan di
kemudian hari, memiliki manfaat, tidak cacat, dan halal menurut syara’.
4. Barang yang disewakan tidak terpaut utang.
5. Objek leasing diserahkan dan dipergunakan secara langsung.
6. Mengenai upah sewa harus jelas.
5

D. Macam-macam Ijarah
Dalam hukum Islam, akad ijarah dibagi kepada dua jenis, yaitu:
1. Ijarah Sewa Jasa
Ijarah sewa jasa merupakan sebuah kegiatan mempekerjakan seseorang dengan
memberikan imbalan atas jasanya.
Upah yang diberikan oleh musta'jir (orang yang mempekerjakan) kepada ajir
(pekerja) disebut dengan ujrah.
2. Ijarah Sewa Barang dan ijarah munthahiya bit tamlik.
a) Ijarah sewa barang merupakan sebuah kegiatan pemindahan hak guna terhadap
suatu barang dengan adanya imbalan atas pemanfaatan barang tersebut.
Ijarah ini tidak terlalu berbeda dengan leasing (sewa) yang ada dalam bisnis
konvensional, di mana pihak yang menyewa (lesse) disebut dengan musta'jir
sedangkan pihak yang menyewakan (lessor) disebut dengan mu'jir/muajir, serta
harga sewa disebut dengan ujrah.
b) ijarah munthahiya bit tamlik (IMBT)
Memberikan fasilitas kepada nasabah yang membutuhkan manfaat atas barang
(sewa) dengan pembayaran tangguh, dengan opsi memiliki dikemudian hari
IMBT adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

E. Mekanisme Pembiayaan Ijarah pada Perbankan Syariah


Berikut penjelasan mengenai mekanisme pembiayaan ijarah pada perbankan
syariah:
Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan ijarah ke Bank Syariah.Bank
Syariah menyediakan barang untuk disewakan kepada nasabah.Selanjutnya, Bank
Syariah membuat kesepakatan dengan pihak nasabah mengenai kegiatan penyewaan
barang tersebut, hal yang akan disepakati antara lain yaitu: objek ijarah, harga sewa,
jangka waktu ijarah, serta biaya pemeliharaan objek ijarah. Setelah semua itu disepakati
maka nasabah akan menandatangani perjanjian ijarah tersebut dan pihak nasabah
diwajibkan untuk memberikan barang jaminan yang dimilikinya kepada pihak bank.
6

Setelah ditandatangani akad ijarah maka hal selanjutnya yaitu pihak bank menyerahkan
objek ijarah tersebut kepada pihak nasabah.
Apabila jangka waktu ijarah telah berakhir, maka pihak nasabah harus
mengembalikan objek ijarah tersebut kepada pihak bank.Setelah objek ijarah tersebut
dikembalikan oleh nasabah kepada pihak bank, maka terdapat dua kemungkinan yang
akan terjadi yaitu:
1) Jika objek ijarah tersebut merupakan barang yang disewa oleh bank dari pemasok,
maka bank akan mengembalikan objek ijarah tersebut kepada pihak pemasok.
2) Jika objek ijarah tersebut merupakan barang yang dibeli oleh bank dari pihak
pemasok. maka bank akan menyimpan objek ijarah tersebut sebagai persediaan untuk
transaksi kedepannya.

F. Perbedaan Leasing Syariah dan Konvesional

NO Aspek Leasing Syariah Konvensional


1 Kerangka Hukum Mengacu pada hukum syariah Mengacu pada hukum
dan hukum positif positif saja
2 Isi perjanjian Dijelaskan secara rinci biaya Tidak dijelaskan secara
modal, margin, ansuransi, rinci
administrasi lain
3 Tingkat Margin Laba Bunga uang
Keuntungan
4 Denda Menjadi dana sosial Menjadi pendapatan
perusahaan
5 Jika ada pelunas- Nasabah tidak dikenakan biaya Nasabah tetap dikenak-
an lebih awal administrasi an biaya administrasi
6 Jika pelunasan Tidak ada istilah bunga Dikenakan bunga
lewat jatuh tempo berjalan berjalan
7 Bentuk transaksi IMBT dengan obyeknya Pinjam meminjam
barang sehingga merupakan obyeknya uang dengan
transaksi sewa beli atau BBA mekanisme bunga
(Bai’ Bitsaman Ajil) yaitu jual
beli dengan cicilan
pembayaran
7

8 Discount Apabila ada discount unit, Apabila ada discouny


maka discount menjadi milik unit, maka discount bisa
nasabah dengan mengulangi untuk dealer atau milik
harga jual nasabah
9 Ansuransi Memakai ansuransi syariah Memakai ansuransi
konvensional
10 Pengawasan Dewan penasehat syariah dan Otoritas jasa
otoritas jasa keuangan
11 Sumber dana Bank Syariah Bank Konvensional
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sewa guna usaha (leasing) syariah menurut surat Keputusan Bersama Mentri
Keuangan dan Mentri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP-
122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7
Februari 1974 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati
bersama. Adapun dasar hukum leasing syariah yaitu menurut Al-Qur’an ada di dalam
(QS. Az-Zukhruf : 32) dan (QS. Al-Qashash: 26). Rukun dan syarat leasing yaitu: Kedua
orang yang berakad telah baligh dan berakal, Adanya kerelaan dari kedua belah pihak
untuk melakukan akad, Objek ijarah harus diketahui secara sempurna agar tidak ada
perselisihan di kemudian hari, dan lain sebagainya.
Prinsip akad dan instrumen keuangan yaitu sebagai berikut: Sewa (Ijarah) dan Sewa
diakhiri dengan beli (Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik). Perbedaan antara leasing syariah
dengan leasing konvensional yaitu: Dalam kerangka hukum , leasing  syariah mengacu
pada hukum Syariah dan hukum positif. Sedangkan, leasing konvensional lebih mengacu
pada hukum positif saja, dan lain sebagainya. Mekanisme yang dilakukan di sector
Perbankan Syariah sebagai berikut: Transaksi Ijarah ditandai dengan adanya pemindahan
manfaat. Jadi dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan jual beli. Namun, perbedaan
terletak pada obyek transaksinya, pada Ijarah obyeknya adalah jasa, Pada akhir sewa,
bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam
perbankan syariah dikenal ijarah Muntahiya Bittamlik (Ijarah dengan wa’ad perpindahan
kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu), dan lain sebagainya. Beberapa contoh
produk yang menggunakan prinsip leasing syariah: Produk dari ALIF antara
lain,Pembiayaan Konsumer (Pembiayaan mobil baru/mobil purna pakai/sepeda motor)
dan Pembiayaan Korporasi (Pembiayaan komersial/kendarran komersial). Produk dari

8
FIF yaitu, Produk NMC dan UMC yang dapat dibiayai dengan pembiayaan syariah hanya
untuk Reguler saja. Manfaat dan keunggulan dari kegiatan atau industri sewa guna
usaha/leasing antara lain: Leasing/sewa guna usaha dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber dana bagi pengusaha yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu
tertentu dengan membayar sewa, dan lain sebagainya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Maka dari
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga dengan penulisan
makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai referensi dalam mempelajari
Lembaga Keuangan Syariah khususnya leasing syariah.

Anda mungkin juga menyukai