Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PERBANKKAN SYARIAH TENTANG PEMBIAYAAN IJARAH DAN


IMBT

DOSEN PENGAMPU : SUPRATMAN, SE., ME.

OLEH KELOMPOK 6

BUHARI

RATU ANISA

LOLA VIA APRIANA

GHIYAN’T KUSUMA PRATIWI

GINA SONIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA

FAKULTA BUDAYA MANAJEMEN DAN BISNIS

2023/2024
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbankan merupakan industri keuangan yang berfungsi sebagai motor
penggerak roda perekonomian di Indonesia. Sehingga dalam menjaga
kestabilan jalannya sistem keuangan di sektor perbankan, pemerintah terus
berupaya mengembangkan sistem perbankan yang ada. Saat ini
pengembangan system perbankan di Indonesia dilakukan dengan cara
sistem perbankan ganda (dual-banking system). Dimana terdapat sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Upaya ini dilakukan
untuk menghadirkan alternatif bagi masyarakat Indonesia dalam
menggunakan jasa perbankan. Sehingga diharapkan secara bersama-sama,
kedua sistem perbankan tersebut dapat bersinergi dalam mendukung
mobilisasi dana masyarakat luas untuk meningkatkan - kemampuan
pembiayaan bagi sector-sektor perekonomian di Indonesia. Sebagai langkah
konkret pemerintah dalam mendukung pengembangan perbankan syariah di
Indonesia ditetapkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, maka pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia
semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan diharapkan dapat
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat. Pertumbuhan perbankan
syariah di Indonesia kini sudah terbukti secara nyata melalui banyaknya
bermunculan institusi keuangan syariah di Indonesia. Berdasarkan data
statistik yang dipublikasikan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada Juni
2015, Indonesia memiliki 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha
Syariah (UUS) dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Dari beragam produk dalam perbankan syariah, terdapat akad yang
digunakan sebagai landasan dasar atas produk-produk yang ada. Pada aspek
penyaluran dana, dalam perbankan syariah terdapat beberapa bentuk akad
yang digunakan antara lain: pembiayaan atas dasar akad mudharabah(bagi
hasil), pembiayaan atas dasar akad musyarakah (bagi hasil), pembiayaan
atas dasar akad murabahah(jualbeli), pembiayaan atas dasar akad
salam(jual-beli pesanan), pembiayaan atas dasar akad istisna’(jualbeli
pesanan), pembiayaan atas dasar akad qordh (pinjaman
qordhulhasan),pembiayaan atas dasar akad multijasa pembiayaan atas dasar
akad ijarah(sewa-menyewa) dan ijarah muntahia bi tamlik (sewa-beli).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian mengenai pembiayaan ijarah dan IMBT ?
2. Bagaimana hukum pembiayaan ijarah dan IMBT menurut para ulama ?
3. Bagaimana perbedaan prospek antara pembiayaan ijarah dengan
pembiayaan IMBT ?
4. Bagaimanakah sifat akad ijarah dan IMBT ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang ijarah dan IMBT
2. Untuk mengetahui hukum ijarah dan IMBT menurut para ulama
3. Untuk mengetahui perbedaan antara ijarah dan IMBT
4. Untuk mengetahui sifat akad ijarah dan IMBT
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijarah Dan IMBT

1. Ijarah

Secara sederhana, ijarah diartikan sebagai transaksi manfaat atau jasa dengan
imbalan tertentu. Dalam Bahasa Arab ijarah berasal dari kata ‫ َر‬::‫َأ َج‬, yang
memiliki sinonim dengan: ‫ َري‬::‫ َأ ْك‬yang artinya: menyewakan, seperti dalam
kalimah ‫( َأجْ َرال َّشىء‬menyewakan sesuatu). Ali Fikri mengartikan ijarah menurut
bahasa dengan: ‫ ِة‬:‫ ُع ال َم ْنفَ َع‬: ‫ ال َك َرا ُءَأوْ بَ ْي‬yang artinya: sewa-menyewa atau jual beli
manfaat. Bila yang menjadi objek adalah transaksi manfaat atau jasa dari suatu
benda, disebut ijarah al-‘ain atau sewa menyewa. Seperti menyewa rumah
untuk ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa
dari tenaga seseorang, disebut ijarah al-zimmah atau upah mengupah, seperti
upah menjahit pakaian. Pendapat yang sama juga juga disampaikan oleh Idris
Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqh Syafi’i, bahwa ijarah berarti upah-
mengupah. Sedangkan Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnahnya, menjelaskan
makna ijarah dengan sewa-menyewa. Secara etimologi al-ijarah berasal dari
kata al-ajru yang berarti al-iwadh/pergantian, dari sebab itulah ats-tsawabu
dalam konteks pahala dinamai juga al-ajru/upah. Adapun secara terminologi,
para ulama fiqh berbeda pendapatnya, antara lain:

1. Menurut Sayyid Sabiq al-ijarah adalah suatu jenis akad atau transaksi
untuk mengambil manfaat dengan jalan memberi penggantian.

2. Menurut ulama Syafi‟iyah al-ijarah adalah suatu jenis akad atau


transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh
dimanfaatkan dengan cara memberi imbalan tertentu.
3. Menurut Amir Syarifuddin al-ijarah secara sederhana dapat diartikan
dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu. Bila
yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu benda disebut
Ijarah al‟ain, seperti sewa menyewa rumah untuk ditempati. Bila yang menjadi
objek transaksi manfaat atau jasa dari tenaga seseorang disebut Ijarah ad-
dzimah atau upah mengupah, seperti upah mengetik skripsi. Sekalipun
objeknya berbeda keduanya dalam konteks fiqh disebut al-ijarah.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi


ijarah menurut pendapat ulama fiqh:

a. Ulama Hanafiyah: ٍ ‫“ ض ْ و َ ع ِ ِع ب ِ اف َ ن َ ْمل لَى ا َ ْ ٌد ع ق َ ع‬Akad atas suatu


kemanfaatan dengan pengganti.”

b. Ulama Asy-Syafi‟iyah: ْ ٌ ‫د ق َ ع ـ ِ ْذل َ ْلب ِ ل ٍ لَة ِ اب َ ق ٍ ة َ اح َ ب ُ م ٍ ة َ م ْ لُو ْ ع َ م ٍ ة‬


‫و ْ ع َ ٍض م ْ و َ ع ِ ب ِ ة َ اح َ ِإلب ْ ا َ و‬::ُ‫ل لَى ا َ ع ٍ م ْ ل‬::‫“ َ د ْ و ُ ْص ق َ م ٍ ة َ َع ْف نـ َ ْم‬Akad atas
suatu kemanfaatan yang mengandungmaksud tertentu dan mubah, serta
menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.”

c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah: ٍ ‫ض ْ و ِ ع ِ ب ً ة َ م ْ لُو ْ ع َ ً م دة َّ ُ م ٍ ة َ اح َ ب ُ م‬


ْ َ ِ ‫ي ِع ِ اف َ ن َ ْ ُك م ي‬::‫“ ء ْ َش‬Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah
‫ت‬
dalam waktu tertentu.”

Ada yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual beli jasa (upah mengupah),
yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan sewa
menyewa, yakni mengambil manfaat barang dari barang.Jumhur ulama fiqih
berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat yang boleh disewakan adalah
manfaatnya bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang menyewakan
pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diambil susunya, sumur untuk
diambil airnya, dan lain-lain, sebab semua itu bukan manfaatnya, tetapi
bendanya.
Berdasarkan beberapa pendapat ijarah adalah akad untuk mendapatkan
manfaat dengan membayar ongkos atau suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa atau upah.Manfaat bisa berupa sewa rumah,
dan lainnya.Bisa juga berupa manfaat pekerjaan seperti pekerjaan artis, arsitek,
pembantu rumah tangga, kuli, karyawan, dan sebagainnya.

2. IMBT

Anda mungkin juga menyukai