MAKALAH
Pendidikan Adat Masyarakat Minangkabau
"Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Keminangkabauan”
Kelompok 6
Dosen Pengampu :
Hengki Purnomo, S.Sos.,M.Si
AKUTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2021
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Keminangkabauan tentang “Pendidikan Adat Masyarakat
Minangakabau”. Sholawat dan salam tak lupa pula kita sanjungkan kepada nabi Muhammad
SAW.
Dengan kerjasama yang kami lakukan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Meskipun masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini baik dari segi bahasa
maupun isi. Karena kami masih dalam tahap belajar, oleh karena itu kami menerima saran
dan kritikan dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan dalam penulisan
makalah untuk kedepannya.
Dan kami pun menyadari bahwa kami masih perlu banyak belajar lagi. Dengan
adanya kritik dan saran dari para pembaca kami berharap bisa dapat lebih baik dalam
menulis makalah. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan untuk para pembaca terutama kami sebagai penulis.
Bukittinggi, 26 April2021
Pemakalah
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................4
B. Rumusan masalah.................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Adat Bakaum........................................................................................5
B. Adat Bakampuang................................................................................7
C. Adat Bergaul.........................................................................................7
D. Adat Sumando Manyumando Didalam Masyarakat Minangkabau......9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bakaum merupakan salah satu bentuk persaudaraan atau basuku di
Minangkabau. Masyarakat Minangkabau hidup dalam lingkungan adat istiadat yang
menganut system garis keturunan Ibu(matrilineal), sehingga bakaum selalu dikaitkan
dalam kehidupan masyarakatnya.Bakaum merupakan suatu ikatan kekeluargaan atau
persaudaraan yang diikat oleh suku yang sama, suku yang datang dari Ibu. Apabila
ibu bersuku caniago maka sang anak juga akan bersuku caniago begitu seterusnya
berjalan sampai kapanpun. Dalam bakaum tentu setiap individu harus mempunyai
tanggung jawab dalam menjaga nama kaum seperti anak dengan Ibu, Ibu dengan
Mamak, Mamak dengan kemenakan.
Bakorong bakampuang adalah ciri masyarakat Minangkabau, basasok
bajarami, bapandan bapakuburan.Kaum sebagai anggota masyarakat harus pandai
mejaga diri, kalau tak pandai menjaga diri maka cemo dalam nagari (cacat) dan
terhina dalam adat.Beberapa hal yang perlu dijaga dalam bakampuang.
Didalam adat minangkabau kita mengakui ada 4 kata yaitu kato malereng,
mandaki, mandata dan manurun. Masing-masing kato dalam minangkabau memiliki
arti masing-masing, dimana setiap kata mengajarkan bagaimana kita bertindak dan
berucap dalam bersosialisasi.
Sumando adalah hubungan adat yang terjadi antara seorang lak-laki dalam
suatu suku dengan kaum keluarga suku lainnya di Minangkabau, sebagai akibat
pernikahannya dengan seorang perempuan dalam suku tersebut.Maka dalam hal ini
sumando manyumando ini, berdiri adat didalammnya.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui pendidikan
adat masyarakat Minangkabau terutama dibidang bakaum, bakampuang, bergaul serta
bagaimana adat sumando manyumando didalam masyarakat Minangkabau.
B. Rumusan Masalah
1. Memahami adat bakaum didalam masyarakat Minangkabau
2. Memahami adat bakampuang didalam masyarakat Minangkabau
3. Memahami adat bergaul didalam masyarakat Minangkabau
4. Memahami adat sumando manyumando didalam masyarakat Minangkabau
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Adat Bakaum
Bakaum merupakan salah satu bentuk persaudaraan atau basuku di
Minangkabau. Masyarakat Minangkabau hidup dalam lingkungan adat istiadat yang
menganut system garis keturunan Ibu(matrilineal), sehingga bakaum selalu dikaitkan
dalam kehidupan masyarakatnya. Bakaum merupakan suatu ikatan kekeluargaan atau
persaudaraan yang diikat oleh suku yang sama, suku yang datang dari Ibu. Apabila
ibu bersuku caniago maka sang anak juga akan bersuku caniago begitu seterusnya
berjalan sampai kapanpun. Dalam bakaum tentu setiap individu harus mempunyai
tanggung jawab dalam menjaga nama kaum seperti anak dengan Ibu, Ibu dengan
Mamak, Mamak dengan kemenakan.
Kesadaran penuh dalam menjaga kaum seperti harus adanya rasa saraso
samalu, sanasib sapananguangan, saling menasehati, saling silaturahmi, saling tolong
menolong dan saling memaafkan.Dalam kaum sendiri terdiri dari banyak keluarga
dan banyak individu hal itu tentu memiliki karakter dan beragam perangai. Jangankan
satu kaum, dalam keluarga pun kita sudah banyak perbedaan sifat dan kemauan,
berlainan sudut pandang, berlainan karakter adalah hal yang lumrah dan dari
perbedaan inilah akan melahirkan salah paham apalagi bila tingkat pendidikan yang
tak sebanding. Seperti seorang kemenakan melancarkan pencurian di rumah
Mamaknya sendiri. Banyak kita temui dalam masyarakat terjadi keretakan antara satu
sama lain bahkan timbul permusuhan, pergunjingan, saling fitnah dan
bacaran(adumulut, saling Membuka aib).
Inilah akibat sifat yang terlalu berlebihan dalam mempertahankan harga diri
kaum.Padahal tidak demikian sebenarnya yang dituntut dalam adat
Minangkabau.Seseorang yang sedang bertengkar harus didamaikan. Maka sifat
pemaaf adalah sikap terpuji dalam adat, karena menjadi orang pemaaf akan
melahirkan sikap sabar. Lawan dari sifat pemaaf adalah pendendam. Dendam jika
membara biasanya tidak lain kecuali perasaan ingin membalas, ingin menyakiti
bahkan biasa menzalimi. Bakampuang di Minangkabau berarti suatu kaum yang
hidup saling berdampingan.Kaum sebagai anggota masyarakat harus pandai menjaga
diri.
6
banyak juga yang akhirnya elanggar aturan dalam adat.Lalu akhirnya yang disalahkan
adat itu sendiri.
Hubungan seorang ibu dengan anak-anaknya pada prinsipnya sama saja, baik
kepada anak laki-laki ataupun perempuan. Perbedaanya terletak pada sudut
kepentingan dan ruang lingkup tanggung jawab atau tugas masing- masingnya.Hal ini
disebabkan tugas seorang anak laki-laki di Minangkabau jauh berbeda dari yang
diharapkan dari anak perempuan.
a. Kato malereng
Kato malereng adalah bagaimana sikap atau perkataan seseorang kepada orang
yang lebih disegani seperti bersikap kepada orang yang lebih menumpangkan kita
tinggal. Seperti yang diucapkan Win kepada pak ahmad dan bu arti yang telah
menganggap win sebagai anak. Terlihat pada kutipan dibawah:
“assalamuaikum guru, ajar win mengucapkan salam sambal melangkah
masuk. Waalaikusalam warahmatullahi jawab pak malin sembari
memperbesar cahaya tangan gurunya”
8
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa kita harus mempunyai rasa hormat
kepada orang yang lebih besar dari kita apalagi terhadap orang yang memegang
hak lebih.
b. Kato manurun
Kato manurun yaitu bagaimana sikap dan berkata kepada yang lebih
kecil.Baik dari segi status social, atau pun hubungan keluarga.Dalam kehidupan
sehari-hari tidak jarang atasan berkata kasar kepada bawahan naming di
Minangkabau hal demikian ada aturannya, apalagi kita seorang datuk yang kaya
berkata kepada bawahannya.Sang datuk menghardik dan bermata merah berarti
sudah mewariskan sikap yang tidak baik.
Seperti kutipan berikut “wim sebagaimana uang ini harus kamu
zakatkan.Zakatnya sepuluhpersen” iya yah, baiknya dizakatkan kepada siapa ya?
“sebaiknya zakatnya kepada fakir miskin terlebih dahulu. Sisanya mungkin dapat
kamu berikan untuk pembangunan TK aisyiyah yang saat ini sedang dikerjakan”
Kata itu keluar dari mulut seorang ayah kepada anaknya, bagaimana ayah
menasehati dan memberikan arahan kepada wim merupakan sebuah cerminan dari
kato manurun.Kata yang dipakaikan orang yang lebih tua kepada yang lebih
muda.
c. Kato mandaki
Kato mandaki adalah bagaimana berkata dan bersikap kepada orang yang
lebih dewasa atau lebih tua dai kita. Baik dari segi umur, status social yang
dimiliki oleh seorang tempat lawan bicara.Menghargai orang yang lebih tua dari
kita termasuk kepada guru yang mengajarkan mengaji dan ilmu silat. Rasa hormat
tidak hanya ada perkataan tapi juga perbuatan
Terlihat dari kutipan berikut “Alhamdulillah ada baik-baik saja, pak. Dan
kedua orang tua ku mengirmkan salam buat bapak dan ibu” terimakasih, lalu
bagaimana tanggapan kedua orang tua mu atas kegagalan mu tidak lulus ujian?
Dari kutipan di atas terlihat bahwa sikap dalam kato mandaki yang dipakai
wim berupa ungkapan syukur dan terima kasih kepada pak ahmad atas perhatian
yang telah diberikan kepadanya, pak ahmad sudah dianggap orang tua kedua wim
karena tanpa mereka wim tidak akan bisa apa-apa disana.
d. Kato mandata
Kato manadata dipakai untuk sesame besar. Baik segi usia atau statusnya
dalam kaum harus ada saling harga menghargai apalagi dalam berkata-kata,
9
a. Adat Kasumando
Sumando adalah hubungan adat yang terjadi antara seorang lak-laki dalam
suatu suku dengan kaum keluarga suku lainnya di Minangkabau, sebagai akibat
pernikahannya dengan seorang perempuan dalam suku tersebut.Maka dalam hal
ini sumando manyumando ini, berdiri adat didalammnya.
Mamak rumah harus menghargai sumando karena sumando adalah orang yang
dijapuik secara adat untuk menjadi suami adik atau kakak.Dia adalah orang yang
berperan sebagai pemelihara keluarga dan juga bagian dalam keluarga. Mamak
rumah harusnya menjalin rasa persaudaraan dengan sumando kalau tidak tentu ini
akan menyalahi adat kasumando seperti yang dilakukan Datuk Mantiko kepada
ayah Wim selaku sumando bagi kaumnya. Datuk Mantiko tidak menyukai Pak
Imam lantaran dalam musyawarah datuk dan pak Imam adalah dua orang yang
berbeda pendapat. Hal itu terlihat dari kutipan ini1:
“hal ini adalah di sebabkan Pak Imam dan Datuk Mantiko adalah dua orang
yang sering berdebat dalam rapat nagari. Datuk Mantiko yang merasa dirinya
adalah sebagai keturunan bangsawan biasanya selalu memaksakan kehendaknya
dalam setiap rapat”. (Syafiwal Azzam, 2011:100)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa datuk mantiko tidak menyukai Pak
Imam selaku sumando dikaumnya, datuk mantiko memandang pak Imam sebelah
mata hanya karena dia merasa lebih bermartabat dibanding suami adiknya sendiri.
b. Adat Sebagai Sumando
Sebagai sumando juga harus bersikap hati-hati dan pandai menempatkan diri,
jangan berpikiran picik apalagi berniat untuk menguasai harta benda istri,
1
Sepli ratihfa,”Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam novel jejak-jejak yang membekas karya safiwal
azzam”,skripsi, Padang Sebtember 2017, hal.56.
10
pemalas, karajo ndak bakakok, Maka hendaknya menjadi sumando ninik mamak,
yaitu tempat seiya sekata.Artinya pandai menepatkan diri.Menjadi tempat
bertanya, suka membantu, suka bergaul dan memakai sopan dan santun.Itulah
yang dilakukan oleh pak Imam. Sebagai sumando, pak Imam juga menjadi
panutan untuk masyarakat kampung. Terlihat dari kutipan di bawah ini:
“hal ini seringterjadi, sehingga akhirnya simpati orang kampungberpindah pada
Pak Imam yang alim dan rendah hati. Itulah pangkal mulanya Datuk Mantiko
memusuhi pak Imam”. (Syafiwal Azzam, 2011:100)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulakan bahwa pak Imam selaku sumando di
kaumnya dan juga di kampung lebih sering menjadi panutan karena saran pak
Imam selalu ditemukan kebenarannya selain orangnya taat agama, alim dan
rendah hati2.
c. Tantangan sumando manyumando, yang sama-sama senagari,
nan selingkung aur,
nan berjumbai daun,
ditentukan. Dia tidak boleh mencampuri urusan harta pusaka dan tidak ikut
bertanggung jawab didalam masalah-masalah yang timbul dalam keluarga
isterinya itu, kecuali apabila dia sebagai urang sumando diajak duduk sehamparan
dalam membahas sesuatu masalah yang memerlukan kehadiran urang sumando.
Dalam duduk sehamparan itupun dia harus tahu bahwa setiap kata yang
dikatakannya bukanlah "kata mamak" akan "kata urang sumando". Kata mamak
adalah "kata manurun", sedangkan urang sumando "kata malereng".
Sehubungan dengan kedudukannya, didalam adat disebutkan bahwa urang
sumando itu adalah :
mangabek indak arek
mamancuang indak putuih
maksudnya adalah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dia
tidak boleh
memakan menghabiskan
mencencang memutuskan
dirumah nan bermamak, kampuang nan bertua. Walaupun pekerjaan baik
sekalipun yang akan dilakukannya didalam rumah isterinya itu, maka wajib
baginya membawa kata dengan mufakat dengan mamak rumah. Hak mamak
tersebut dilambangkan dengan tempat duduknya didalam rumah gadang, yaitu
membelakang ke luar dan menghadap ke bilik dalam.
f. Urang sumando harus manyadari benar bahwa kedudukannya dirumah isterinya
itu tidak berurat berakar. Statusnya sebagai urang sumando didalam adat
disebutkan sebagai :
langau di ikua kabau
lacah di kaki
abu diatas tunggua
Seorang laki-laki di Minangkabau harus menyadari bahwa dia mempunyai dwi
fungsi kepemimpinan didalam hidupnya, yaitu sebagai kepala keluarga di dalam
rumah isterinya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan
"kode etik" urang sumando, dan juga sebagai tanggung jawab mamak rumah
dalam keluarga ibunya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai
dengan "kode etik" mamak rumah3.
3
Ranah Minangkabau, Seputar Adat dan Budaya Minangkabau, Buletin Sungai Puar 24 maret 1988.
http://salingkaminang.blogspot.com/2012/06/adat-sumando-manyumando.html
12
urang sumando itu, bila dilihat dari sudut cacad dan celanya, sedangkan dari sudut
yang terbaik hanya satu julukan yaitu :
"urang sumando ninik mamak"
Yang memiliki arti sangat didambakan semua pihak. Adapun pengertian urang
sumando ninik mamak antara lain adalah :
kok kusuik sato manyalasaikan
kok karuah sato mampajaniahan
5
Ibid.
14
kalau tak pandai menjaga diri maka cemo dalam nagari (cacat) dan terhina dalam
adat.Beberapa hal yang perlu dijaga dalam bakampuang.
Sumando adalah hubungan adat yang terjadi antara seorang lak-laki dalam suatu
suku dengan kaum keluarga suku lainnya di Minangkabau, sebagai akibat
pernikahannya dengan seorang perempuan dalam suku tersebut.Maka dalam hal ini
sumando manyumando ini, berdiri adat didalammnya.
B. Saran
Untuk para pembaca diharapkan dapat mengambil pelajaran dari pembahasan
yang telah dipelajari dalam materi tentang pengertian dan ruang lingkup
keminangkabauan ini. Walaupun dalam penulisan makalah ini kami masih banyak
kekurangan semoga bisa diambil manfaatnya.