Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

AKAD IJARAH

DOSEN PENGAMPU: Dr. H. Baidhillah Riyadhi, S.Ag., M.Ag

DISUSUN OLEH:
TUTRIANI (3202105156)
YESSY WALIAH (3202105186)

KELAS: 4F

AKUNTANSI KEUANGAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemahaman Akad Ijarah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Akuntansi Syari’ah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Akad Ijarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Baidhillah Riyadhi, S.Ag., M.Ag
selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syari’ah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................

1.3 Tujuan …..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................

2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Akad Ijarah’ ...................................................

2.1.1 Pengertian Akad Ijarah …………………..….…………………….

2.1.2 Jenis-jenis Akad Ijarah ………………………………...………….

2.2 Dasar Syari’ah …......................................................................................

2.3 Perlakuan Akuntansi (PSAK 102)………………………………………

2.4 Ilustrasi Kasus Akad Istishna’ …………………………………………..

BAB III PENUTUP ........................................................................................................

Kesimpulan ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana satu sama lain saling
membutuhkan. Dinamika kehidupan tidak memungkinkan manusia selalu berada dalam
kondisi yang berkecukupan untuk memenuhi kebutuhannya, kadang ketika mendapat
kebutuhan seseorang sedang berada dalam kondisi ekonomi yang tidak baik sehingga tidak
dapat memenuhi kebutuhannya, disinilah Islam menganjurkan kepada umatnya untuk saling
tolong meolong dalam kebaikan. Salah satu yang termasuk dalam kategori tolong menolong
dalam bermu’amalah adalah sewa menyewa atau dalam istilah ekonomi syariah dikenal
dengan istilah Ijārah. Secara sederhana Ijārah dapat diartikan dengan transaksi sewa-
menyewa baik barang ataupun jasa. Bila yang menjadi objek transaksi itu adalah manfaat
atau jasa dari suatu benda disebut al-Ijārah al-‘ain, seperti menyewa rumah untuk ditempati,
bila yang menjadi objek transaksi berupa manfaat atau jasa dari tenaga seseorang disebut
dengan al-Ijārah ad-dzimah atau upah mengupah. Seperti upah pekerja bangunan, sekalipun
objeknya berbeda, dalam hukum ekonomi syariah keduanya masuk kategori Ijārah

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan jenis-jenis akad ijarah?
2. Dasar Syariah?
3. Perlakuan akuntansi (PSAK ED 107)?
4. Ilustrasi kasus akad ijarah?

1.3 Tujuan
Agar mamapu memahami dan menjelaskan tentang akad ijarah mulai dari
pengertian,jenis,dasar,dll
BAB I
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Akad Ijarah

2.1.1 Pengertian Akad Ijarah

Ijarah berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna imbalan, atau upah sewa/jasa.
Istilah “Ijarah” pada umumnya digunakan dalam perbankan syariah. Secara makna dan
konteksnya dalam perbankan, Ijarah adalah pemindahan hak guna suatu barang dengan
pembayaran biaya sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Singkat kata
Ijarah berarti menyewa suatu tanpa maksud memilikinya.

Lebih lanjut, yang berperan sebagai penyewa adalah nasabah dengan objek yang akan disewakan
dan bank adalah pihak yang menyewakan. Transaksi dengan akad Ijarah diatur dalam Fatwa
MUI tentang Pembiayaan Ijarah Nomor 09/DSN-MUI/VI/2000. Oleh sebab itu, pembiayaan
dengan akad Ijarah diatur sesuai syariat Islam.

Baik proses maupun Imbalan dari transaksi Ijarah ini sendiri juga berdasarkan hasil kesepakatan
kedua belah pihak. Bukan hanya itu saja, tujuan dari penyewaan barang atau asset tersebut
haruslah jelas dan telah diketahui sebelumnya. Akad Ijarah berfokus kepada manfaat barang dan
tidak boleh dilakukan atas suatu benda. Misalkan saja apabila ada seekor sapi yang diIjarahkan
untuk diambil susunya, hal ini tidak diperbolehkan karena susu dapat menjadi benda yang dapat
diperjual-belikan.

2.1.2 Jenis-jenis Akad Ijarah

Terdapat dua jenis Ijarah berdasarkan objek yang disewakan, yaitu sebagai berikut:

 Ijarah Manfaat 

Ijarah jenis ini memiliki objek sewa berupa asset yang tidak bergerak seperti rumah, kendaraan,
pakaian, perhiasan, dan lain sebagainya.
 Ijarah Pekerjaan

Ijarah atas pekerjaan mengarah kepada objek sewa yang berbentuk pekerjaan atau jasa yakni
seperti menjahit baju, memperbaiki barang, membangun bangunan, mengantar paket, dan lain-
lain.Sementara berdasarkan PSAK Nomor 107, Ijarah terbagi ke dalam beberapa jenis di bawah
ini:

 Ijarah Asli

Ijarah asli adalah transaksi sewa-menyewa terhadap objek Ijarah yang dilakukan tanpa ada
perpindahan hak kepemilikan atas asset atau barang tersebut. 

 Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

Ijarah Muntahiya Bit Tamlik atau yang disingkat sebagai IMBT ini adalah akad Ijarah yang
terjadi dengan adanya perjanjian atau wa’ad perpindahan kepemilikan objek yang disewakan
tersebut pada waktu tertentu. Pepindahan kepemilikan dapat dilakukan setelah proses
pembayaran objek Ijarah telah lunas dan telah kembali kepada pemilik atau pemberi sewa.
Kemudian, perpindahan hak milik tersebut dapat dilakukan dengan membuat akad baru yang
terpisah dari akad ijarah sebelumnya. Pembayaran pemindahan kepemilikan dapat melalui hibah,
penjualan, atau angsuran.

 Jual-dan-Ijarah

Transaksi Ijarah ini dilakukan saat objek Ijarah yang telah dijual kepada pihak lain, kemudian
disewa kembali karena penyewa atau pemilik sebelumnya masih membutuhkan manfaat yang
ada di objek tersebut. Hal ini bisa saja terjadi apabila pemilik objek Ijarah masih memerlukan
kegunaan dari barang tersebut namun membutuhkan uang sehingga harus menjualnya.

 Ijarah-Lanjut

Ijarah-Lanjut merupakan kegiatan menyewakan lebih lanjut barang atau asset yang sebelumnya
telah disewa dari pemilik kepada pihak lain.
2.2 Dasar Syariah

Sumber Hukum Akad Ijarah


1.                  Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah SWT:
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-Mu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
yang lain. Dan rahmat Tuhan-Mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-
Zukhruf : 32)

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketauhilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”  (QS.al-Baqarah : 233)

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada kita) adalah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya”  (QS an-Naml : 26)

2.                  As-Sunnah
Diriwayatkan dari bnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berbekamlah kamu, kemudian
berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering.” (HR.Ibnu Majah)

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya” (HR ‘Abd ar-Razzaq dari


Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri)

Dari Saad bin Abi Waqqash r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Dahulu kami menyewa
tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami
cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau
perak.”  (HR.Nasa’i)

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW, Beliau bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Ada tiga
golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka: (pertama) seorang
laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua) seorang laki-laki
yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang
mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia
tidak memberinya upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no: 1489 dan Fathul Bari IV: 417 no:
2227)

“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu obyek” (HR Ahmad dari Ibnu
Mas’ud)

2.3 Perlakuan Akuntansi (PSAK ED 107)

PSAK 107 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik
berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.

PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari sisi pemilik (mu’jir) dan penyewa
(Musta’jir).

  Akuntansi Pemilik (Mu’jir) Akuntansi Penyewa


(Musta’jir)

Biaya Perolehan Objek ijarah diakui pada saat  


objek ijarah diperoleh sebesar
biaya perolehan.

Penyusutan dan Amortisasi Objek ijarah disusutkan atau  


diamortisasi, jika berupa aset
yang dapat disusutkan atau
diamortisasi, sesuai dengan
kebijakan penyusutan atau
amortisasi untuk aset sejenis
selama umur manfaatnya
(umur ekonomis).

Pendapatan dan Beban Pendapatan sewa selama Beban sewa diakui selama
masa akad diakui pada saat masa akad pada saat manfaat
manfaat atas aset telah atas aset telah diterima.
diserahkan kepada penyewa.

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

2.4 Ilustrasi Kasus Akad Ijarah

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-data
sebagai berikut:

 Jenis Aad (pertama) : Ijarah

Nama Penyewa : Hasan

Jenis Barang yang Disewa : Kijang Inova

Harga barang perolehan : Rp 120.000.000

Nilai sisa/residu value : Rp 1

Total pembayaran sewa per tahun : Rp 28.800.000 (Rp 2.400.000/bulan)

Uang muka sewa dari penyewa : Rp 14.400.000

Jangka waktu sewa : 1 (satu) tahun

Biaya administrasi : Rp 300.000


Pengikatan : Dibawah tangan

PERHITUNGAN PENYUSUTAN IJARAH

Perhitungan penyusutan obyek ijarah sbb:

Harga perolehan obyek ijarah : Rp 120.000.000

Umur ekonomis (masa penyusutan) : 5 tahun (sesuai kebijakan)

Metode penyusutan : garis lurus (straight line methode)

Rumus :

Harga perolehan – nilai residu


-------------------------------------
Masa penyusutan (umur ekonomis)

Rp 120.000.000 - 1
Penyusutan = ------------------------- = Rp 24.000.000/thn atau Rp 2.000.000/bln
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akad al-Ijarah berasal dari kata al-Ajru yang berarti al-‘Iwadhu (ganti/kompensasi).
Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi, Ijarah dimaksudkan untuk mengambil
manfaat atas suatu barang atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian
(membayar sewa atau  upah sejumlah tertentu).
Adapun rukun ijarah ada 3 macam, yaitu: (1) Pelaku yang terdiri atas pemberi
sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan penyewa/pengguna jasa/lessee/musta’jir. (2) Obyek akad
Ijarah, yaitu: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau  manfaat jasa dan pembayaran
upah. (3) Pernyataan/sighat ijab qabul berupa pernyata an dari kedua belah pihak yang
berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. kedua belah pihak harus saling rela, tidak
terpaksa dalam melakukan akad.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsgd.ac.id/34588/4/4_BAB%20I.pdf
https://kamus.tokopedia.com/i/ijarah/
https://yusran-juni.blogspot.com/2016/11/akad-ijarah-dalam-akuntansi-islam.html
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-70-psak-107-akuntansi-
ijarah
taff.blog.ui.ac.id/martani/files/2014/10/PST-UNPAD-107-AKT-AKUNTANSI-IJARAH-Read-Only.pdf

Anda mungkin juga menyukai