D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Parnaungan Siregar 1940100258
DOSEN PENGAMPU:
WINDARI, S.E., M.A.
KATA PENGANTAR
i
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,sehingga makalah
ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Bank Syariah.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun isi penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………….………………………………...1
A. PENDAHULUAN…………………………………….………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………….……………………………1
BAB 2
PEMBAHASAN……………………………………………………….……………………..2
A. PENGERTIAN AKUNTANSI IJARAH………………………….……………………2
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN AKUNTANSI IJARAH…..……………………3
BAB 3
PENUTUP………………………………………………………………..…………………...8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..………………….9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dari ayat al Qur’an Allah Swt. memerintahkan kita dalam melaksanakan kegiatan
muamalah untuk selalu dicatat sehingga dapat diketahui dalam bentuk laporan-laporan yang
mudah dibaca, serta sebagai penentu pencapaian yang diinginkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntansi dalam bahasa arabnya adalah Al-Muhasabah berasal dari kata masdar
hassaba-yuhasbu yang artinya menghitung atau mengukur. Secara istilah, al-Muhasabah
memiliki berbagai asal kata yaitu ahsaba yang berarti “menjaga” atau “mencoba
mendapatkan” juga berasal dari kata Ihtiasaba yang berarti “mempertanggung jawabnya”.
Sedangkan al-Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang
memperbolehkan penyewa memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai
dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan
dikembalikan kepada pemilik. Ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang dipindahkan
bukan hak kepemilikanya tapi hakguna atau manfaat, manfaat darisuatu aset atau dari
jasa/pekerjaan. Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan
lain sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset, sehingga segala
sesuatu yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah. Landasan syariah dari
ijarah adalah al Qur’an, surat al Baqarah ayat 233, yang artinya “Dan jika kamu ingin
anakmu disusunkan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu, apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Sedangkan al-Ta’jiri yaitu perjanjian antara pemilik barang dengan yang
membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai
dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah berakhir masa sewanya, maka pemilik barang
menjual barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.
Ijarah adalah akad pemindahan hak/manfaat atas suatu asset dalam waktu tertentu, dengan
pembayaran sewa (ujrah ) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikkan assset sendiri
(PAPSI). Contoh : Toni menggunakan jasa cukur rambut rina, atau rina mempekerjakan elin,
hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dlam akad ijarah, dan
pengguna jasa harus membayar upah. Akad ijarah mewajibkan memberikan hak kepada
pemberi sewa untuk menerima sewa upah (ujrah ).
3
Landasan syariah akad ini adalah Fatwa DSN-MUI No.09 /DSN-MUI/IV/2000 tentang
Ijarah. Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai berikut:
4
dan pengungkapan aset yang disewakan. Tetapi standarisasi pemberlakukan akuntansu
perlakuan keuntungan transaksi ijarah dan IMBT sesuai dengan ketentuan kerangka dasar
seperti “penentuan hak dan kewajiban semua pihak terkait (mu’ajir dan musta’jir), termasuk
hak yang berasal dari transaksi yang tidak selesai dan kejadian-kejadian sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah dan konsep keadilannya, charity-nya dan kepatuhan terhadap etika
bisnis Islam, dan memberikan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan
perbankan syariah untuk dapat diambil keputusan yang sah dalam bermuamalah dengan
koleganya.
5
Dr Rp.xxx
Dr Piutang pendapatan sewa Rp.xxx
Cr Piutang Sewa Rp.xxx
Selanjutnya mengenai pencatatan tunggakan sewa. Mengacu pada kacamata PSAK
107 yang telah dirangkum dalam PAPSI 2013, bahwa tunggakan sewa diakui dengan metode
accrual basic . Berikut ini jurnal saat terjadi pengakuan tunggakan sewa oleh PSAK 107:
nasabah masih tergolong performing.
Porsi Pokok Porsi ujroh
Piutang sewa Rp.xxx
Piutang pendapatan sewa Rp.xxx
multijasa Rp.xxx
Pendapatan ijarah Rp.xxx
nasabah tergolong non – performing yakni dilakukan jurnal balik pendapatan sewa:
Porsi Pokok Porsi ujroh
Piutang sewa Rp.xxx
Piutang pendapatan sewa Rp.xxx
Piutang pendapatan sewa multijasa Rp.xxx
Pendapatan ijarah Rp.xxx
Mengenai cadangan kerugian penurunan nilai, PSAK 107 mewajibkan bank syariah
untuk membentuk cadangan kerugian penurunan nilai untuk piutang pendapatan sewa
multijasa sebesar porsi pokok sewa yang tertunda sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
PSAK yang terkait. Berikut jurnal pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas
piutang sewa berdasarkan PSAK 107:
Piutang sewa
Nilai aset keuangan Rp.xxx
Cadangan kerugian Rp.xxx
Penurunan Nilai Aset Keuangan Rp.xxx
PSAK 107 juga mewajibkan bank syariah untuk melakukan pencatatan saat terjadi
pemulihan atas pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang sewa.
Adapun jurnalnya adalah sebagai berikut :
Cadangan Kerugian Penurunan
Piutang sewa
Nilai aset keuangan Rp.xxx
6
Beban Kerugian Penurunan
Piutang sewa
Nilai aset keuangan Rp.xxx
Keuntungan Pemulihan Nilai Rp.xxx
Dalam PSAK 107 perolehan aset ijarah atas jasa diakui sebagai aset ijarahpada saat
bank melakukan perolehan hak atas jasa sebesar biaya yang terjadi, sehingga transfer akan
dilakukan ke rekening induk atau yang menjadi supplier. Jurnal berdasarkan PSAK 107
adalah sebagai berikut :
Aset Ijarah Rp xxx
Kas/RekeningSuplier Rp xx
Penyajian Pendapatan Ijarah disajikan secara netto setelah dikurangi beban yang
terkait misalnya beban penyusutan, beban pemiliharaan, dan perbaikan dan sebagainya.
Pengungkapan Berdasarkan PSAK 107 tentang akuntansi ijarah bahwa pemilik diwajibkan
untuk mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait dengan transaksi ijarah dan transaksi
ijarah muntahiyah bittamlik. Jadi dalam hal pencatatan, pengukuran,pengakuan, penyajian
serta pengungkapannya harus mengcau kepada PSAK 107 tentang akutansi ijarah.
Contoh kasus : PT. A yang merupakan anak perusahaan dari PT. M mengajukan
permohonan pembiayaan ijarah kepada Bank Syariah “X” untuk pembelian dan instalasi
sebuah mesin cetak dengan fasilitas pembiayaan sebesar Rp 500 Juta. Berikut pencatatan
transaksi-transaksi yang terjadi selama masa akad ijarah berlangsung, yaitu: pertama, pada
saat pembelian barang oleh bank dari supplier, pada 14 Juni 2016 Bank Syariah “X” membeli
mesin cetak dengan harga perolehan sebesar Rp. 500 juta dari supplier (PT. NIKI). Menurut
PSAK 107 tentang ijarah,pencatatan untuk pembelian aktiva ijarahadalah:
Aset Ijarah Rp xxx
Kas/Rekening Pemilik Aset Rp xx
Itu artinya pencatatan yang harus dilakukan oleh Bank Syariah “X” saat pembelian
aktiva ijarah, harus mengacu pada PSAK 107, adapun jurnalnya sebagai berikut :
Persediaan Ijarah Rp 500 juta
Rekening PT.NIKI Rp 500 juta
Pada saat pelaksanaan akad ijarah (transaksi ijarahantara Bank Syariah “X” dengan PT. A),
pada saat perjanjian ijarah dilaksanakan, maka bank sebagai pemilik objek sewa akan
7
mencatat aktiva yang diperoleh untuk ijarah didebet, karena kepemilikan objek sewa masih
ada di Bank Syariah “X”, serta mencatat persediaan ijarah dikredit.
Menurut PSAK 107 tentang ijarah, pencatatan pada saat pelaksanaan akad ijarah
dilakukan adalah sebagai berikut: Dr. Aktiva yang diperoleh untuk ijarah xxx Cr. Persediaan
ijarah xxx
Pencatatan yang harus dilakukan oleh Bank Syariah “X” saat pelaksanaan akad ijarah,
haruslah mengacu pada PSAK 107, agar terjadi kesusauaian antara PSAK dan prakteknya.
Adapun jurnalnya sebagai berikut :
Dr. Aktiva yang diperoleh untuk ijarah Rp. 500 Juta. Cr. Persediaan ijarah Rp. 500 Juta Bank
Syariah “X” sepakat dengan PT. A bahwa mengenai uang sewa yang harus dibayarkan oleh
PT.PBB tiap bulannya ialah Rp. 20 juta. Menurut PSAK 107 tentang ijarah, pencatatanya
adalah sebagai berikut :
Dr. Kas/rekening penyewa xxx Cr. Pendapatan Sewa xxx.
Agar pencatatan yang dilakukan sesuai dengan PSAK 107 maka pencatatan yang harus
dilakukan oleh Bank Syariah “X” adalah sebagai berikut:
Dr. Rekening PT. PBB Rp. 20 Juta
Cr. Pendapatan Ijarah Rp. 20 Juta
Saat terjadi jatuh tempo pembayaran sewa Bank Syariah “X” harus mengakui pembayaran
sewa yang telah jatuh tempo sebagai piutang ijarah . Menurut PSAK 107 tentang ijarah,
pencatatan untuk mengakui angsuran sewa yang telah jatuh tempo, yaitu:
Dr. Piutang Pendapatan Ijarah xxx
Cr. Pendapatan Ijarah xxx
Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah “X” terhadap angsuran yang jatuh tempo agar
sesuai dengan yang ditetapkan dalam PSAK 107 adalah sebagai berikut:
Dr. Piutang Pendapatan Ijarah Rp. 20Juta
Cr. Pendapatan Ijarah Rp. 20 Juta
Pada saat akad ijarah dilaksanakan yaitu tanggal 14 Juni 2016 ada biaya administrasi
yang harus dibayar oleh PT. A yaitu sebesar 5 Juta, bank akan mencatatnya sebagai
pendapatan fee
ijarah.Menurut PSAK 107 tentang ijarah, pencatatan untuk mengakui pendapatan dari biaya
administrasi, yaitu:
Dr. Kas/rekening penyewa xxx
Cr. Pendapatan fee ijarah xxx
8
Itu artinya pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah “X” untuk mengakui
pendapatan dari biaya administrasi agar sesuai dengan PSAK 107 adalah sebagai berikut:
Dr. Rekening PT. PBB Rp. 5 Juta
Cr. Pendapatan fee ijarahRp. 5 Juta
Selanjutnya, jika misalnya dilakukan perbaikan atas aset yang disewakan walaupun
secara prinsip aset ijarah adalah milik Bank Syariah “X”, sehingga biaya perbaikan rutin dan
pemeliharaan atas aktiva ijarah tersebut menjadi tanggung jawab Bank Syariah“X” dan
diakui pada saat terjadinya. tetapi, jika biaya perbaikan rutin dan pemeliharaan itu terjadi
karena kelalaian atau kesalahan musta’jir , Bank Syariah “X” akan melakukan penelitian
terlebih dahulu terhadap biaya perbaikan rutin dan pemeliharaan yangnantinya akan
dibebankan kepada bank.
Pada 18 Agustus 2017 PT. A memberikan informasi kepada Bank Syariah “X” bahwa
ada biaya pemeliharaan aktiva ijarah sebesar Rp. 15 Juta. Menurut PSAK 107 tentang ijarah,
pencatatan untuk mengakui biaya perbaikan rutin dan pemeliharaan, yaitu:
Dr. Biaya perbaikan aktiva ijarah xxx
Cr. Kas xxx
Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Syariah “X” untuk mengakui biaya perbaikan rutin dan
pemeliharaan agar sesuai dengan PSAK 107 adalah sebagai berikut:
Dr. Beban perbaikan aktiva ijarah Rp.15 Juta
Cr. Kas 15 Juta.
Dalam hal penyajian Bank Syariah “X” harus mengikuti seperti apa yang dimaksud
didalam PSAK 107, dimana menurut PSAK 107 tentang akuntansi ijarah, penyajian ijarah
disajikan secara netto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan,
beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya. Penyajian pembiayaan ijarah harus
ditampilkan neraca.
Bank Syariah “X”. Objek sewa yang dibeli Bank Syariah “X” Indonesia sebesar harga
perolehan yang bertujuan untuk disewakan kembali disajikan dalam neraca pada pos aktiva
yang diperoleh untuk ijarah. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah disajikan sebagi pos lawan
dari aktiva ijarah . Begitu juga dengan pendapatan sewa yang sudah jatuh tempo, namun
belum diperoleh Bank Syariah “X” harus disajikan dalam neraca pada pos piutang
pendapatan ijarah. Bank syariah “X” sebagai pemilik aset ijarah sesuai denga PSAK 107
tentang akuntansi ijarah harus mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi
ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada: penjelasan umum isi akad
9
yang signifikan yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada, keberadaan wa’d pengalihan
kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika wa’ad pengalihan kepemilikan),
pembatasan- pembatasan, misalnya ijarah -lanjut, agunan yang digunakan (jika ada). Nilai
perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset ijarah .
Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada).
Pengungkapan transaksi ijarah dan ijarah muntanhiyah bit tamlik pada Bank Syariah
“X”, mencakup: (a) kebijakan akuntansi yang digunakan atas transaksi ijarah dan ijarah
muntanhiyah bit tamlik. (b) Kebijakan akuntansi yang ada di Bank Syariah “X” Indonesia
mengatur mengenai penyusutan aktiva yang diperoleh untuk ijarah, dengan ketentuan sebagai
berikut: 1) untuk transaksi ijarah, aktiva ijara h disusutkan dengan menggunakan straight line
method. 2) Sedangkan untuk transaksi IMBT, aktiva ijarah disusutkan sesuai dengan masa
sewanya.
10
BAB III
PENUTUP
Akuntansi dalam bahasa arabnya adalah Al-Muhasabah berasal dari kata masdar
hassaba-yuhasbu yang artinya menghitung atau mengukur. Sedangkan al-Ijarah adalah
perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa
memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua
belah pihak. Setelah masa sewa berakhir, maka barang akan dikembalikan kepada pemilik.
Ijarah sesuai jenisnya dapat dibedakan menjadi: Pertama, Ijarah fee, ijrah fee antara lain:
Ijarah SDB, Ijarah pemeliharaan rahn emas, Ijarah penyimpanan rahn emas. Kedua, Ijarah
asset, ijarah asset dapat dibedakan sebagai berikut: Asset berwujud (Ijarah, IMBT, Jual
ijarah) dan Asset tidak berwujud (Ijarah berlanjutdan Multijasa).
Dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian serta pengungkapan sangat penting bagi
bank syariah di Indonesia untuk menyempurnakan seperti PSAK 107 tentang akuntansi
ijarah. Jangan sampai niat bank syariah untuk mempermudah nasabah untuk memeroleh
pembiayaan justru mengabaikan peraturan sebagaimana mestinya. Keteraturan dan
kesesuaian ini sangat penting guna menjamin kesahihan dalam pencatatan yang dilakukan
oleh bank syariah, karena alangkah indahnya jika pembiayaan yang diberikan dalam hal ini
pembiayaan ijarah yang diberikan tidak menyimpang sebagaimana standar yang
mengaturnya. Penting bagi bank syariah yang selama ini telah memberikan pembiayaan
ijarah namun belum melakukan pencatatan yang sesuai dengan standar untuk lebih
memperhatikan standar- standar yang berlaku dan berterima umum, baik berdasarkan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Iindonesia, Pengaturan Standar Akuntansi
Keuangan, sehingga akan tercipta bank syariah yang patuh dan disiplin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mauludi, Akuntansi Syariah: Pendekatan Normatif, Historis, dan Aplikatif, jurnal
istiqhadha Vol. 1 no.1 juni 2014
Bank Indonesia. 2013. Pedoman PAPSI2013.
Deliyani, Indah. 2008. Skripsi. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan ijarah Multijasa Pada
BMT Al-Munawwarah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Dewi, I. 2009. Analisis Perlakuan Akuntansi Ijarah Dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada
PT.Bank Muamalat, Tbk Berdasarkan PSAK No. 107. Jakarta:
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama (MUI) No. 44/DSN- MUI/ VII/2000
tentang Pembiayaan Multiguna.
Haris, H. 2007. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan
Syari’ah). La_Riba Jurnal Ekonomi Islam.
Hijrianto, D. 2010. Pelaksanaan Akad Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik Pada
BankMuamalat Indonesia Cabang Mataram . Semarang:Universitas Diponegoro.
Karim, Adiwarman A. 2015, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi 5.Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Rizal Yaya, dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat. Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal. 2008. Islamic
Financial Management . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suhardjono. 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah.Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
UU no.10/1998 tentang perbankan dan undang-undang no. 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah
Wasilah, Sri Nurhayati, 2014, Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 4. Jakarta: Salemba
Empat.
Yusuf, M., dan Wiroso. 2011. Bisnis Syariah, Edisi 2 . Jakarta: Mitra
12
13