Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI TRANSAKSI IJARAH

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah

Yang Diampu Oleh

Ibu Ira Hasti Priyadi, M.A

Disusun Oleh:

Maulana Ahmad Ridho 21383031114

Nova Arijatil Ma’rifa 21383032043

Marisa Ulfani 21383032113

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil‘alamin, Puji syukur ke hadiran Tuhan Yang Maha


Esa. Atas rahmat dan hidayah- Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul "Akuntansi Transaksi Ijarah" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Akuntasi Keuangan Syariah.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pengertian Ijarah,
Ketentuan syar’i, Rukun transaksi dan Pengawasan syari’ah dalam Transaksi
Ijarah, Cakupan standar akuntansi Ijarah, Alur Transaksi Ijarah, Teknis
Perhitungan dan Penjurnalan transaksi Ijarah, Penyajian Transaksi Ijarah di
laporan Keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ira Hasti Priadi dosen Mata
Kuliah Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 26 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah ..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3

A. Definisi Akuntansi Transaksi Ijarah...............................................................3


B. Ketentuan Syari’i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah Transaksi
Ijarah...............................................................................................................3
C. Alur Transaksi Ijarah......................................................................................7
D. Cakupan Standar Akuntansi Ijarah.................................................................8
E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Ijarah ...................................8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................15

A. Kesimpulan ....................................................................................................15
B. Saran ..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-'iwadhu (ganti).
Dalam pengertian istilah yang dimaksud dengan ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership atau
milkiyyah) atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syariah,
ijarah adalah lease contract di mana suatu bank atau lembaga keuangan
menyewakan peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya
berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti
sebelumnya (fixed charge).
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat atau sewa.
Transaksi ini dapat menjadi transaksi leasing sebagai pilihan kepada
penyewa/nasabah untuk membeli aset tersebut pada akhir masa
penyewaan, meskipun hal ini tidak selalu dibutuhkan. Dalam perbankan
syariah transaksi ini dikenal dengan ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa
yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Bank mendapatkan
imbalan atas jasa sewa tersebut. Harga sewa dan harga jual pada akhir
masa sewa disepakati pada awal perjanjian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Ijarah?
2. Apa saja Ketentuan Syari’i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah
Transaksi Ijarah?
3. Bagaimana Alur Transaksi Ijarah?
4. Apa saja Cakupan Standar Akuntansi Ijarah?
5. Bagaimana Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Ijarah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi ijarah.

1
2. Untuk mengetahui ketentuan syari’i, rukun transaksi, dan pengawasan
syariah transaksi ijarah.
3. Untuk mengetahui alur transaksi ijarah.
4. Untuk mengetahui cakupan standar akuntansi ijarah.
5. Untuk mengetahui teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ijarah
Al-ijarah atau (ijarah) disebut juga lease contact dan hire contact.
Yang berasal dari bahasa arab al-ajr dan merupakan turunan dari kata
kerja ajara, serta termasuk mashdar al-simai. Secara bahasa, ia berarti al-
tsawab , al-jaza’, al-hasan, al-jaza’ ‘ala al-amal, dan al-iwadh (ganjaran,
balasan atas kebaikan, balasan atas perbuatan, dan pergantian). Ijarah
adalah istilah dalam fikih islam dan berarti memberikan sesuatu untuk
disewakan. Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi hakikatnya ijarah
adalah penjualan manfaat1.
Dan dijelaskan pula pengertian ijarah menurut Muhammad Syafi‟i
Antonio bahwa “Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership/ milkiyyah) atas barang itu sendiri”.
Al-ijarah secara sederhana dapat diartikan dengan akad atau
transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu. Bila yang menjadi
objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu benda disebut ijarah
al’ain, seperti sewa-menyewa rumah untuk ditempati. Bila yang menjadi
objek transaksi manfaat atau jasa dari tenaga seseorang disebut ijarah ad-
Dzimah atau upah mengupah, seperti upah mengetik skripsi. Sekalipun
objeknya berbeda keduanya dalam konteks fiqih disebut al-ijaroh2.
B. Ketentuan Syari’i, Rukun Transaksi, dan Pengawasan Syariah
Transaksi Ijarah
1. Ketentuan Syar’i Transaksi Ijarah
Berdasarkan terminologi, Ijarah adalah pemindahkan kepemilikan
fasilitas dengan imbalan. Penyewaan dalam sudut pandang islam
meliputi dua hal yaitu;

1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 99.
2
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta: Kencana, 2003), 216.

3
1. Penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia
2. Penyewaan terhadap suatu fasilitas
Ketentuan syar’i transaksi ijarah diatur dalam fatwa DSN no 09
tahun 2000. Adapun ketentuan syar’i transaksi ijarah untuk penggunaan
jasa diatur dalam fatwa DSN no 44 tahun 2004. Sedangkan ketentuan
syar’i IMBT diatur dalam fatwa DSN no 27 tahun 20003.
2. Rukun Transaksi Ijarah
Adapun rukun transaksi ijarah meliputi:
a. Transaktor
Transaktor terdiri atas penyewa (nasabah) dan pemberi sewa
(bank syariah). Kedua transaktor disyartkan memiliki kompetensi
berupa akil baligh dari kemampuan memilih yang optimal seperti
tidak gila, tidak sedang dipaksa dan yang lain yang sejenis. Adapun
transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan
pantauan dari walinya. Perjanjian sewa-menyewa antara bank
syariah sebagai pemberi sewa dengan nasabah sebagai penyewa
memiliki implikasi kepada kedua belah pihak. Implikasi perjanjian
sewa kepada bank syariah sebagai penyewa adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan asset yang disewakan.
2) Menanggung biaya pemeliharaan asset. Biaya ini meliputi biaya
yang terkait langsung dengan subtansi objek sewaan yang
manfaatnya kembali kepada pemberi sewanya (misalnya
renovasi, penambahan fasilitas dan reparasi yang bersifat
insidental). Semua biaya ini dibebankan kepada pemberi sewa.
Jika pemberi sewa menolak menanggung, maka sewa-menyewa
sifatnya batal. Jika terdapat kelalaian penyewa, tanggung jawab
ada pada penyewa.
3) Menjamin bila terdapat cacat pada asset yang disewakan.

Adapun kewajiban nasabah sebagai penyewa adalah:

3
Safira, Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Universitas Mercu Buana, 2016), 2.

4
1) Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan asset yang disewa serta menggunakannya sesuai
kontrak.
2) Menanggung biaya pemeliharaan yang sifatnya ringan (tidak
materiil). Biaya ini meliputi biaya yang berkaitan langsung
dengan optimalisasi fasilitas yang disewa dan kegunaannya
adalah kewajiban penyewa (misal pemeliharaan rutin). Semua
biaya ini merupakan tanggung jawab penyewa.
3) Jika asset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.
b. Objek ijarah
Adapun objek kontrak ijarah meliputi pembayaran sewa dan
manfaat dari penggunaan asset. Adapun ketentuan objek ijarah
adalah sebagai berikut:
1) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa.
2) Manfaat barang harus bias dinilai dan dapat dilaksanakan dalam
kontrak. Dalam hal ini, hendaklah fasilitass objek sewaan itu
mempunyai nilai komersial, dengan demikian kita dilarang
menyewakan durian untuk sekedar dicium baunya. Hendaknya
juga penggunaannya.
3) Fasilitasnya mubah (dibolehkan).
4) Kesanggupan memnuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan
syariah.
5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan ketidaktahuan yang akan mengakibatkan
sengketa.
6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas termasuk
jangka waktunya.
7) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar kepada LKS
sebagai pembayaran manfaat.

5
8) Ketentuan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam
ukuran waktu, tempat dan jarak.
c. Ijab dan Kabul
Ijab Kabul dalam akad ijarah merupakan pernyataan dari kedua
belah pihak yang berkontrak dengan cara penawaran dari pemilik
asset (bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan dengan lisan,
isyarat (bagi yang memiliki keterbatasan dama berbicara), tindakan
maupun tulisan, bergantung pada praktik yang lazim di masyarakat
dan menunjukkan keridhaan satu pihak untuk menyewa dan pihak
lain untuk menyewakan fasilitas/tenaga4.
3. Pengawasan Syariah Transaksi Ijarah
Untuk menguji kesesuaian transaksi ijarah yang dilakukan bank
dengan fatwa dewan DSN, DPS suatu bank syariah akan melakukan
pengawasan syariah. Menurut bank Indonesia, pengawasan tersebut
antara lain berupa:
a. Memastikan penyaluran dana berdasarkan prinsip ijarah tidak
dipergunakan untuk kegiatan yang bertentangan dengan prinsip
syariah.
b. Memastikan dalam akad ijarah, janji (wa’ad) untuk pengalihan
kepemilikan harus dilakukan pada saat berakhirnya akad ijarah.
c. Meneliti pembiayaan berdasarkan prinsip ijarah untuk multijasa
menggunakan perjanjian sebagaimana diatur dalam fatwa yang
berlaku tentang multijasa dan ketentuan lainnya antara lain
ketentuan standard akad.
d. Memastikan besar ujrah atau fee multijasa dengan menggunakan
akad ijarah telah disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal bukan dalam bentuk persentase5.

4
Safira, Perbankan Syariah, 3.
5
Ibid., 5.

6
C. Alur Transaksi Ijarah

Bank syariah
sebagai 1. Negosiasi Nasabah
pemberi sewa dan akad sebagai
barang dan ijarah penyewa
jasa

4. membayar sewa pada


bank

2. membeli 3. menggunakan objek


barang/jasa dari ijarah
pemasok

Objek ijarah

5. mengalihkan hak milik


barang ijarah pada akhir
masa sewa (khusus
IMBT)

Transaksi dilakukan dengan alur sebagai berikut6:

1. Nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi formulir


permohonan. Berbagai informasi yang diberikan selanjutnya
deverifikasi kebenarannya dan dianalisis kelayakannya oleh bank
syariah.
2. Sebagaimana difatwakan oleh DSN, bank selanjutnya menyediakan
objek sewa yang akan digunakan nasabah.
3. Nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan sebagaimana
yang disepakati dalam kontrak.
4. Nasabah menyewa membayar fee sewa kepada bank syariah sesuai
dengan kesepakatan akad sewa.
5. Pada transaksi IMBT, setelah masa ijarh selesai, bank sebagai pemilik
barang dapat melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.

6
Safira, Perbankan Syariah, 6.

7
D. Cakupan Standar Akuntansi Ijarah
Pada PSAK 107 membahas mengenai Akuntansi Ijarah
menjelaskan terkait tujuannya ialah untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pada transaksi ijarah. Aturan
yang mencakup yaitu :
1. Pernyataan ini diperuntukkan bagi semua entitas yang bertransaksi
ijarah.
2. Pernyataan ini mencakup aturan atas pembiayaan multijasa dengan akad
ijarah, tetapi bukan mencakup peraturan perlakuan akuntansi untuk
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah7.
E. Teknis Perhitungan dan Penjurnalan Transaksi Ijarah
Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah
akan mengacu pada kasus berikut8.
Kasus: Transaksi ijarah PT. Namira membutuhkan sebuah mobil
untuk keperluan usahanya. Pada bulan januari 20XA, PT Namira
mengajukan permohonan ijarah kepada bank syariah. Adapun informasi
tentang penyewaan tersebut adalah sebagai berikut:

Harga perolehan barang : Rp 125.000.000


Umur ekonomis barang : 5 tahun (60 bulan)
Masa Sewa : 24 bulan
Nilai sisa umur ekonomis : Rp 5.000.000
Sewa per bulan : Rp 2.400.000
Uang muka sewa : Rp 7.200.000
Biaya administrasi : Rp 480.000

1. Teknis Perhitungan Transaksi Ijarah

7
Renny Oktafia, Nihlatul Qudus Sukma Nirwana, DKK, Akuntansi Perbankan Syariah (Sidoarjo:
UMSIDA Press, 2020), 215-216.
8
Muammar Khaddafi, Saparuddin Siregar, DKK, Akuntansi Syariah, (Medan: Madenatera, 2016),
276-279.

8
Beberapa hal yang perlu dilakukan perhitungan terkait transaksi
ijarah adalah perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah,
perhitungan uang muka sewa, dan biaya administrasi ijarah.
2. Perhitungan biaya administrasi ijarah
Biaya administrasi bisa diterapkan dengan menggunakan
persentase tertentu dari modal yang digunakan untuk persewaan.
Misalkan dalam kasus di atas, bank syariah menggunakan kebijakan
1% dari modal persewaan. Maka biaya administrasinya adalah sebagai
berikut:
Biaya administrasi ijarah = n% x modal persewaan per bulan x
jumlah bulan
= 1% x Rp 2.000.000 x 24
= 1% x Rp 48.000.000
= Rp 480.000

Penjurnalan Transaksi Ijarah


(Transaksi Pengadaan Aset Syariah)
Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah terlebih dahulu
melakukan pengadaan aset ijarah. Berdasarkan PSAK no 59 paragraf 108
disebutkan bahwa objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat
perolehan.
Misalkan untuk keperluan transaksi ijarah PT Namira di atas, pada
tanggal 5 juni 20XA bank syariah membeli aset pada perusahaan yang
mensuplai barang yang diperlukan. Pembelian dilakukan via rekening
pemasok tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
5/6/XA Db Persediaan ijarah 120.000.000
Kr. Kas/Rekening supplier 120.000.000

1. Transaksi pada saat akad disepakati


Pada saat akad disepakati, terdapat beberapa transaksi yang harus
diakui oleh bank syariah. Transaksi tersebut adalah (1) konversi

9
persediaan untuk ijarah menjadi aset ijarah, sebagai bentuk pengakuan
atas adanya pengalihan hak guna kepada penyewa (2) Penerimaan
biaya administrasi.
Misalkan pada tanggal 10 Juni, PT. Namira menandatangani akad
ijarah untuk sebuah mesin. Maka jurnal yang diperlukan pada waktu
itu adalah:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/6/XA Db. Aset yang diperoleh 120.000.000
untuk ijarah
Kr. Persediaan ijarah 120.000.000
10/6/XA Db. Rekening nasabah – 480.000
PT. Namira
Kr.Pendapatan administrasi 480.000

Sebelum akad ijarah dilakukan, bank syariah terlebih dahulu


melakukan pengadaan aset ijarah. Berdasarkan PSAK no 59 paragraf
108 disebutkan bahwa objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada
saat perolehan.
Misalkan untuk keperluan transaksi ijarah PT Namira di atas, pada
tanggal 5 juni 20XA bank syariah membeli aset pada perusahaan yang
mensuplai barang yang diperlukan. Pembelian dilakukan via rekening
pemasok tersebut adalah sebagai berikut:
2. Transaksi Pengakuan Pendapatan Ijarah
Misalkan rencana dan realisasi pembayaran sewa oleh PT. Namira
adalah sebagai berikut:

No. Tanggal jatuh Sewa per Tanggal Jumlah


tempo bulan (Rp) pembayaran yang
dibayar
1 10 Juli XA 2.400.000 10 Juli XA 2.400.000
2 10 Agust XA 2.400.000 10 Agust 2.400.000
XA
3 10 Sept XA 2.400.000 10 Sept XA 2.400.000
4 10 Okt XA 2.400.000 10 Okt XA 2.400.000
5 10 Nov XA 2.400.000 5 Des XA 2.400.000

10
6 10 Des XA 2.400.000 10 Des XA 1.400.000
3 Jan XA 1.000.000

a. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan saat jatuh tempo


Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/7/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa 2.400.000
10/8/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa 2.400.000
10/9/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa 2.400.000

b. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan setelah tanggal jatuh


tempo
Misalkan untuk pembayaran sewa bulan Nopember, pada
tanggal 10 Nopember 20XA, nasabah belum membayar sewa
kepada bank. Pembayaran baru dilakukan pada tanggal 5 Desember
20XA. Maka jurnal atas transaksi tanggal 10 Nopember dan 5
Desember tersebut adalah:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/11/XA Db. Piutang pendapatan sewa 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa – akrual 2.400.000
5/12/XA Db. Kas/rekening nasabah 2.400.000
Kr. Piutang pendapatan sewa 2.400.000
Db.Pendapatan sewa – akrual 2.400.000
Kr. Pendapatan sewa 2.400.000

c. Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat jatuh


tempo dan sebagian lagi setelah tanggal jatuh tempo
Misalkan tanggal 10 Desember 20XA, nasabah membayar
sebesar Rp 1.400.000. Sisanya dibayar kemudian pada tanggal 3

11
Januari 20XB. Maka jurnal atas transaksi tanggal 10 Desember
20XA dan 3 Januari 20XB tersebut adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/12/XA Db. Kas/rekening nasabah 1.400.000
Db. Piutang pendapatan sewa 1.000.000
Kr. pendapatan sewa 1.400.000
Kr.Pendapatan sewa – akrual 1.000.000
3/1/XA Db. Kas/rekening nasabah 1.000.000
Kr. Piutang pendapatan sewa 1.000.000
Db.Pendapatan sewa – akrual 1.000.000
Kr. Pendapatan sewa 1.000.000

3. Pengakuan penyusutan aset yang diperoleh untuk ijarah


Dengan menggunakan teknik perhitungan penyusutan yang telah
dibahas, jurnal untuk pengakuan penyusutan aset yang diperoleh ijarah
untuk enam bulan pertama adalah sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
10/9/XA Db. Beban penyusutan aset 2.000.000
ijarah
Kr. Akumulasi penyusutan aset 2.000.000
ijarah
10/10/XA Db. Beban penyusutan aset 2.000.000
ijarah
Kr. Akumulasi penyusutan aset 2.000.000
ijarah
10/11/XA Db. Beban penyusutan aset 2.000.000
ijarah
Kr. Akumulasi penyusutan aset 2.000.000
ijarah
10/12/XA Db. Beban penyusutan aset 2.000.000
ijarah
Kr. Akumulasi penyusutan aset 2.000.000
ijarah

4. Perlakuan akuntansi beban perbaikan dan pemeliharaan

12
Biaya perbaikan dan pemeliharaan, jika tidak material berdasarkan
PSAK no 59 paragraf 112, dibebankan pada periode terjadinya. Akan
tetapi jika biaya perbaikan diperkirakan material dan berbeda
jumlahnya dari tahun ke tahun, maka sisitem pencadangan perbaikan
harus ditetapkan.
Misalkan pada tanggal 23 Desember 20XA dilakukan perbaikan
aset ijarah sebesar Rp 500.000. Perbaikan tersebut dilakukan atas
tanggungan Bank Syariah sebagai pemilik objek sewa dengan sistem
pembayaran langsung pada perusahaan jasa ruko maka jurnal atas
transaksi tersebut adalah:
Tanggal Rekening Debit Kredit
(Rp) (Rp)
23/12/XA Db. Beban perbaikan asset ijarah 500.000
Kr. Kas/rekening 500.000

5. Penyajian pada laporan laba rugi dan laporan perhitungan bagi hasil
Pendapatan sewa, dilaporkan baik pada laporan laba rugi maupun
laporan perhitungan bagi hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang
disajikan adalah pendapatan bersih yaitu pendapatan sewa dikurangi
beban-beban yang terkait dengan ijarah antara lain beban penyusutan
dan beban perbaikan dan pemeliharaan. Pada laperan laba rugi
biasanya dibuat pada akhir tahun, sedangkan laporan perhitungan bagi
hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk keperluan perhitungan bagi
hasil dengan pemilik dana pihak ketiga.
6. Laporan Laba Rugi
Pendapatan sewa, dilaporkan baik pada laporan laba rugi maupun
laporan perhitungan bagi hasil. Pada kedua laporan, pendapatan yang
disajikan adalah pendapatan bersih yaitu pendapatan sewa dikurangi
beban-beban yang terkait dengan ijarah antara lain beban penyusutan
dan beban perbaikan dan pemeliharaan. Pada laperan laba rugi
biasanya dibuat pada akhir tahun, sedangkan laporan perhitungan bagi

13
hasil biasanya disajikan setiap bulan untuk keperluan perhitungan bagi
hasil dengan pemilik dana pihak ketiga.
7. Laporan Perhitungan Bagi hasil
Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Pendapatan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 - 3.800.000 13.400.000
sewa
(hanya yg
telah
berwujud
kas saja)
(beban (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (2.000.000) (12.000.000)
penyusutan)
(beban - - - - - (500.000) (500.000)
perbaikan)
(beban lain) - - - - - - -
(pendapatan 400.000 400.000 400.000 400.000 (200.000) 1.300.000 900.000
sewa
bersih)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penerapan diatas dapat kita simpulkan bahwa:
1. Ijarah adalah istilah dalam fikih islam dan berarti memberikan sesuatu
untuk disewakan. Menurut Sayyid Sabiq, ijarah adalah suatu jenis
akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Jadi
hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat.
2. Adapun rukun transaksi ijarah meliputi: (a) transaktor, (b) objek
ijarah, dan (c) ijab dan kabul.
3. Ketentuan akuntansi untuk transaksi ijarah diatur dalam PSAK No.
107 yang berlaku untuk penyusunan dan pengajian laporan keuangan
mulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009.
B. Saran
Apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan maupun dari segi
bahasa kami mohon maaf. Karena kami hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan. Kami sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini pada penulisan-penulisan
berikutnya

15
DAFTAR PUSTAKA

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Khaddafi, Saparuddin Siregar, DKK, Muammar. Akuntansi Syariah. Medan:
Madenatera, 2016.

Oktafia, Nihlatul Qudus Sukma Nirwana, Dkk, Renny. Akuntansi Perbankan


Syariah. Sidoarjo: UMSIDA Press, 2020.

Safira. Perbankan Syariah. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana, 2016.


Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana, 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai