Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Sewa Menyewa dalam Islam (Al-Ijarah)


Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalat

Dosen Pengampu: Bpk. M. Zaenal Arifin, MA

Disusun oleh

Cindy Tri Apriliani 202101027


Liyana Ramadhan 202101032

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI

Website : www.staibinamadani.ac.id

JL. KH. Hasyim Ashari Gg. Ambon Kavling DPR, No. 236, Nerogtok Pinang,
RT.003/RW.004, Kenanga, Kota Tangerang, Banten 15148. (021) 55774928

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum  warahmatullahi wabarakatuh
 Segala puji hanya untuk Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Sholawat dan salam
tetap tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan segala
karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan makalah yang telah diberikan
kepada kami dengan judul “AL-IJARAH” Kami berharap agar semua pengetahuan dan
pengalaman yang telah kami peroleh selama penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
sebagai bekal dikemudian hari.

Akhirnya, atas segala keterbatasan yang dimiliki oleh kami apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan mohon maaf, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang hendak menambah wawasan dan pengetahuan, kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga terselesaikan dengan baik, kami menyampaikan terima kasih .

Wasssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tangerang, 06 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
A. Pengertian Al-ijarah...................................................................................................................2
B. Dasar Hukum Al-ijarah...............................................................................................................3
C. Rukun dan Syarat Ijarah.............................................................................................................4
D. Macam-Macam Ijarah................................................................................................................5
E. Pembatalan dan Berakhirnya Al-ijarah.......................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................................................6
A. Kesimpulan.................................................................................................................................6
B. Penutup......................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................7

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership atau milkiyyah) atas
barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract di mana
suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment) kepada salah satu
nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya
(fixed charge). Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat atau sewa. Transaksi
ini dapat menjadi transaksi leasing sebagai pilihan kepada penyewa/nasabah untuk membeli
aset tersebut pada akhir masa penyewaan, meskipun hal ini tidak selalu dibutuhkan. Dalam
perbankan syariah transaksi ini dikenal dengan ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang
diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Bank mendapatkan imbalan atas jasa sewa
tersebut. Harga sewa dan harga jual pada akhir masa sewa disepakati pada awal perjanjian.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ijarah
2. Dasar Hukum Ijarah
3. Rukun dan Syarat Ijarah
4. Macam-Macam Ijarah
5. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-ijarah
Al-ijarah berasal dari kata al-ajru(‫ )األجر‬yang arti menurut bahasanya ialah al-‘iwadh
yang arti dalam bahasa indonesia-nya ialah ganti dan upah.1 Adapun menurut istilah, para
ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan ijarah, antara lain sebagai berikut:

a) Menurut Ulama Hanafiyah

‫ض‬
ٍ ‫ستَا ِج َر ِة بِ َع ْو‬ ُ ‫ُع ْق ٌد يُفِ ْي ُد تَ ْملِ ُك َم ْنفَ َع ٍة َم ْعلُ َو َم ٍة َم ْق‬
ْ ‫ص ْو َد ٍة ِمنَ ال َع ْي ِن ال ُم‬
Ijarah adalah akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja
dari suatu zat yang disewa dengan imbalan.

b) Menurut Malikiyah

‫ض ال َم ْنقُ ْو الَ ِن‬ ِّ ‫َت ْس ِم َي ُة ال َّت َعا قُ ِد على َم ْن َف َع ِة اَأل َدم‬


ِ ‫ِى َو َب ْع‬
Ijarah adalah nama bagai akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk
sebagian yang dapat di pindahkan.

c) Menurut Sayyis Sabiq

Ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.

d) Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie

Ijarah adalah akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu
pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.2

e) Menurut Amir Syaifudin

Ijarah secara sederhana dapat diartikan dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa
dengan imbalan tertentu. 3

Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa ijarah atau sewa-menyewa
adalah akad atas manfaat dengan imbalan.4 Adapun istilah-istilah dalam Al-ijarah pemilik
1
Qomarul Huda, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Teras,2011),hlm.77.
2
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2008), hal.114-115.
3
Amir Syarifudin, Garis-garis besar Fiqih, (Jakarta: Kencana,2003), Cet:ll, hal.216.
4
Ahmad Wardi Mslich, Fiqih Muamalah, (Jakarta:Amzah,2010),hal..317.

2
yang menyewakan manfaat disebut Mu’ajir (orang yang menyewakan). Pihak lain yang
memberikan sewa disebut Musta’jir (orang yang menyewa). Dan, sesuatu yang di akadkan
untuk diambil manfaatnya disebut Ma’jur (sewaan). Sedangkan jasa yang diberikan
sebagai imbalan manfaat disebut Ajran atau Ujrah (upah). Dan setelah terjadi akad Ijarah
telah berlangsung orang yang menyewakan berhak mengambil upah, dan orang yang
menyewa berhak mengambil manfaat, akad ini disebut pula Mu’addhah (penggantian).5

Al-Ijarah ada dua macam yaitu Ijarah al’Ain dan Ijarah ad-Dzaimah.

1. Ijarah atas manfaat (Ijarah al’Ain) disebut juga sewa-menyewa. Dalam ijarah
bagian pertama ini, objek manfaatnya adalah manfaat dari suatu benda.
2. Ijahah atas pekerjaan (Ijarah ad-Dzaimah) disebut juga upah-mengupah. Dalam
ijarah bagian kedua ini, objek akadnya adalah amal atau pekerjaan seseorang.

B. Dasar Hukum Al-ijarah


Al- Ijarah dalam bentuk sewa-menyawa maupun dalam bentuk upah-mengupah
merupakan muamalah yang telah di disyariatkan dalam islam. Hukum aslinya menurut
jumhur Ulama adalah Mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang di
tetapkan oleh syariah’. Adapun dasar hukum tentang kebolehan Al-Ijarah sebagai berikut:

Firman Allah QS. Al- Qashash (28): 26:

ُّ ‫ستَْأ َج ْرتَ ا ْلقَ ِو‬


ُ‫ي ااْل َ ِميْن‬ ْ ‫ستَْأ ِج ْرهُ ۖاِنَّ َخ ْي َر َم ِن ا‬ ِ َ‫قَالَتْ اِ ْح ٰدى ُه َما ٰيٓاَب‬
ْ ‫تا‬

Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “ Wahai bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya, orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.

َ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم َفـَٔا ُتوهُنَّ ُأ ُج‬


َّ‫ورهُن‬ َ ‫ۖ َفِإنْ َأ ْر‬
“jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah mereka (al-thalaq:6)”

Perlu diketahui bahwa tujuan di syariatkan al-Ijariah itu adalah untuk memberikan
keringanan pada umat dalam pergaulan hidup.6

5
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, (Bandung:PT,AL-Ma’arif, 1987) hal,9.
6
Abdul Rahman Ghazaly,Ghufron Ihsan, dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), hal 227-278.

3
C. Rukun dan Syarat Ijarah
Menurut hanafiyah rukun ijarah hanya satu yaitu ijab dan qobul dari dua belah
pihak yan bertransaksi. Adapun menurut jumhur ulama rukun ijarah ada empat yaitu:

1. Dua orang yang berakad (akid) yaitu mua’jir (orang yang menyewakan atau orang
yang memberi upah) dan musta’jir (orang yang menyewakan sesuatu atau yang
menerima upah).
2. Sighat (ijab dan qobul)
3. Sewa atau imbalan
4. Manfaat.7

Adapun syarat-syarat Ijarah sebagaimana yang ditulis Nasrun Haroen yaitu sebagai
berikut:

1. Berkaitan dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabiyah
disyaratkan telah baligh dan berakal. Menurut Ulama Hanafiyah dan Malikiyah bahwa
kedua orang tersebut tidak harus mencapai usia baligh hanya pengasahnnya perlu
persetujuan walinya.

2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad ijarah.

3. Manfaat yang menjadi objek al-ijarah harus diketahui, sehingga tidak muncul
perselisihan dikemudian hari.

4. Objek al-ijarah itu boleh diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidak ada
cacatnya.

5. Objek al-ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’.

6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa.

7. Objek Al-ijara itu merupakan sesuatu yang bisa disewakan seperti rumah, kendaraan dan
alat-alat perkantoran.

8. Ujrah atau upah,disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam
sewa menyewa ataupun dalam upah-mengupah.8

D. Macam-Macam Ijarah
Al-Ijarah ada dua macam yaitu Ijarah al’Ain dan Ijarah ad-Dzaimah.
7
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Hukum Fiqih Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994), hal 304.
8
Abdul Rahman Ghazaly,Ghufron Ihsan, dkk Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 278-280.

4
1. Ijarah atas manfaat (Ijarah al’Ain) disebut juga sewa-menyewa. Dalam ijarah
bagian pertama ini, objek manfaatnya adalah manfaat dari suatu benda.
Contohnya: menyewa mobil atau kendaraan, menyewa lokasi tinggal, dan lain-lain.
Yang butuh diperintahkan ialah tidak boleh menjadikan obyek sebagai lokasi yang
manfaatnya dilarng oleh syara’.

2. Ijarah atas pekerjaan (Ijarah ad-Dzaimah) disebut juga upah-pengupah. Dalam


ijarah bagian kedua ini, objek akadnya adalah amal atau pekerjaan seseorang.
Contohnya: penjahit, atau jasa insinyur dalam pembangunan, dan lain-lain. Dan
tentunya guan yang diserahkan tidak terbit atau dilarang oleh syara’. Akad ijarah ini
berhubungan erat dengan masalah upah-mengupah.9

E. Pembatalan dan Berakhirnya Al-ijarah


Ijarah merupakan akad yang tidak membolehkan adanya pembatalah pada salah
satu pihak, kecuali jika ada faktor yang mewajibkan terjadinya pembatalan. Berikut faktor-
faktor penyebab ijarah menjadi batal.

1. Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika barang sewaan berada di tangan orang yang
menyewa. Missal: barang yang disewakan rusak, seperti rumah yang disewa roboh atau
binatang yang disewa mati.

2. Terpenuhinya manfaat benda ijarah atau selesai dan juga berakhirnya waktu yang telah
ditentukan, kecuali ada alasan yang menbatalkannya. Missalnya: masa ijarah terhadap
tanah pertanian yang telah habis masa sewanya sebelum masa panennya. Dalam kondisi
demikian, status benda ijarah masih berada ditangan penyewa dengan syarat dia harus
membayar uang sewa lagi kepada pemilik tanah tersebut, sesuai kesepakatan.

Ketika masa ijarah telah berakhir, musta’jir harus mengembalikan benda ijarah
kepada mu’jir. Apabila benda ijarah berupa benda bergerak, benda tersebut diserahkan
kepada pemiliknya, untuk benda yang tidak bergerak, must’ajir harus menyerahkannya
dalam keadaan kosong dari harta miliknya, jika benda ijarohnya merupakan tanah
pertanian, maka tanah tersebut diserahkan dalam keadaan kosong dari tanaman.10

9
Wahbah Zuhail, Fiqih Imam Asayfi’i, (Jakarta: PT. Niaga Swadaya,2010), hal. 50.
10
Qomarul Huda, Fiqih Muamalah, hal.88-89.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-ijarh adalah akad atas manfaat dengan imbalan. Adapun istilah-istilah dalam Al-
ijarah pemilik yang menyewakan manfaat disebut Mu’ajjar(orang yang menyewakan).
Pihak lain yang memberikan sewa disebut Musta’jir(orang yang menyewa/penyewa). Dan,
sesuatu yang di akadkan untuk di ambil manfaatnya disebut Ma’jur(sewaan). Sedangkan
jasa yang diberikan sebagai imbalan manfaat disebut Ajran atu Ujrah(upah), ijarah dibagi
menjadi dua, al-Ain dan ad-Dzimmah.

Hukum asalnya menurut jumhur Ulama adalah Mubah atau boleh bila dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara’. Adapun rukun ijarah adanya dua
orang yang berakad, Sighat (ijab dan qobul), sewa atau imbalan, Manfaat, ijarah
merupakan akad yang tidak membolehkan pembatalan pada salah satu pihak, kecuali ada
faktor yang menyebabkan terjadinya pembatalan.

B. Penutup
Demikianlah yang dapat kelompok kami paparkan dari makalah yang berjudul Al-
ijarah. Kami masih menyadari dalam penyusunan makalah yang kami susun masih terdapat
banyak kesalahan. Untuk itu kami mengharap keritik dan saran dari saudara/i untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.

6
DAFTAR PUSTAKA
Qomarul Huda, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Teras,2011)

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2008)

Amir Syarifudin, Garis-garis besar Fiqih, (Jakarta: Kencana,2003)

Ahmad Wardi Mslich, Fiqih Muamalah, (Jakarta:Amzah,2010)

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 13, (Bandung:PT,AL-Ma’arif, 1987)

Abdul Rahman Ghazaly,Ghufron Ihsan, dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010)

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Hukum Fiqih Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido,
1994)

Wahbah Zuhail, Fiqih Imam Asayfi’i, (Jakarta: PT. Niaga Swadaya,2010)

Anda mungkin juga menyukai