Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FILSAFAT ILMU FILSAFAT

ILMU PENGETAHUAN SAINS

Dosen Pengampu :
Abdul Rosyid, M.Pd

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Filsafat Ilmu

Disusuh Oleh :

Adiyan 202101018
Dahlia 202101050
Meylani Latipiya 202104003
Farmin Adi Miratama 202101039
Fahrizal syarif 202101042
Dede Febriansyah 202101045

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI


JL. KH. Hasyim Ashari Gg. Ambon Kavling DPR, No. 236, Nerogtok Pinang,
RT.003/RW.004, Kenanga, Kec. Pinang, Kota Tangerang, Banten 1514

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, dan Hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam pembahsan MAKALAH FILSAFAT ILMU FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN SAINS
Harapan kami ialah, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
agar kedepannya dapat menciptakan makalah yang lebih baik.
Kami akui masih banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan, kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami tunggu untuk menyempurnakan
makalah kami ini.

Tangerang, 25 Juli 2021


Hormat Kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................1

1. Latar Belakang ....................................................................................................................1

2. Rumusan Masalah ..............................................................................................................1

3. Tujuan Makalah .................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................2

1. Filsafat Ilmu Pengetahuan Sains .......................................................................................2

2. Logika Ilmu..........................................................................................................................5

3. Berfikir Ilmiah .....................................................................................................................7

4. Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan Sains ..................7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................13

1. Saran ..................................................................................................................................13

2. Kesimpulan ........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................14

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat, yang menjawab beberapa pertanyaan tentang
hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari pengetahuan dasar filsafat, asumsi dan pengaruh ilmiah,
termasuk ilmu-ilmu sosial dan ilmu pengetahuan. Ada banyak cabang filsafat ilmu, dan ada banyak
cabang ilmu dalam cabang filsafat ilmu.
Filsafat ilmu adalah cabang dari rasionalitas dalam filsafat, yang meliputi ontologi, epistemologi, dan
teori nilai.Seperti yang kita ketahui bersama, filsafat ilmu (sains) merupakan cabang filsafat yang
berdiri sendiri. Konsisten dengan hal tersebut, kajian filsafat ilmu adalah kajian filosofis tentang
hakikat ilmu (science).
Untuk membahas lebih detail, kami menyajikan pembahasan terkait filsafat ilmu dalam bentuk
makalah kami yang berjudul "Filsafat Ilmu"
2. Rumusan Masalah

Didalam makalah ini kami merumuskan beberapa masalah diantaranya :

a) Apa itu filsafat ilmu pengetahuan sains?


b) Bagaimana ontology, aksiologi, dan epistemologi ilmu pengetahuan sains?
c) Bagaimana berfikir ilmiah ilmu pengetahuan sains?
d) Bagaimana logika ilmu pengetahuan sains?
e) Apa ada ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sains?

3. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah kami yaitu :

a) Pembaca dapat mengetahai tentang filsafat ilmu pengetahuan sains.


b) Pembaca dapat memahami tentang ontology, aksiologi, dan epistemology dari ilmu
pengetahuan sains.
c) Pembaca dapat berpikir ilmu dengan logika ilmu pengetahuan sains.
d) Pembaca mengetahui tentang ayat-ayat yang berkaitan tentang ilmu pengetahuan sains.

1
BAB II PEMBAHASAN

1. Filsafat Ilmu Pengetahuan Sains

Filsafat ilmu adalah cabang ilmu filsafat yang secara sistematis mengkaji dan mempertanyakan
hakikat pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan filsafat dan persoalan-persoalan dasar yang
terkandung dalam ilmu guna mewujudkan pengetahuan ilmiah. Sains adalah sistem pengetahuan apa
pun yang berhubungan dengan dunia fisik dan fenomenanya, membutuhkan pengamatan yang tidak
biasa dan eksperimen sistematis. Secara umum, sains melibatkan pengejaran pengetahuan termasuk
kebenaran umum atau operasi hukum dasar.
Dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang secara sistematis mempelajari
pengetahuan tentang hakikat pengetahuan melalui pengamatan dan banyak eksperimen.. Menurut
Muhammad Muslih dalam jurnalnya yang berjudul “ Sains Islam Dalam Diskursus Filsafat Ilmu “
dikatakan bahwa Thomas Khun melihat pentingnya filsafat Ilmu untuk berguru pada sejarah ilmu

sebagai upaya untuk menelusuri proses pembentukan paradigmanya.1

A. Ontologi Sains
Ontologi sains merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sains, struktur sains
dan karakteristik sains.Hakikat sains menjawab pertanyaan apa sains itu sebenarnya, struktur
sains menjelaskan tentang cabang-cabang sains, dan karakteristik sains menjelaskan tentang
karakter atau ciri dari sains menurut para ahli.

Menurut Al-fatih team dalam jurnal ontology dan aksiologi sains islam dikemukakan bahwa
konsep dasar ontology ilmu pengetahuan sains yang pertama adalah Allah Swt karena dengan
rahmat dan kebaikan Allah Swt yang menciptakan alam sehingga para filsuf dapat meneliti
tentang alam, kemudian yang kedua wahyu yaitu al-Qur’an dan Hadist.

1 Mohamad Muslih, (2014). Sains Islam Dalam Dirkursus Filsafat Ilmu, Jurnal Studi Agama dan Pemikiran
Islam.Vol. 8, No.1
2 Salim, Dkk. (2020). Ontologi dan Aksiologi Sains Islam, Jurnal Pendidikan dan Keislaman. Vol.III. No.1

2
B. Epistemologi Sains
Epistemologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara bagaimana kita mempelajari suatu
ilmu atau objek yang kita kaji. Istilah “epistemologi” di dalam bahasa inggris dikenal dengan
istilah “Theory of knowledge”. Epistemologi berasal dari asal kata “episteme” dan “logos”.
Episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan
bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan
radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.

Sains menggunakan pemikiran logis, yaitu logika kesinambungan berpikir. Sains mengadopsi
langkah-langkah sistematis dalam penerapannya, yaitu dalam proses pemecahan masalah, sains
mengadopsi langkah-langkah teratur (sistematis) sesuai dengan aturan standar. Langkah-langkah
sistem ini berlaku untuk setiap bidang penelitian ilmiah, jika dilakukan dalam kondisi yang sama,
hasilnya akan sama

Selain itu, dalam memecahkan masalah dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman


yang dapat dirasakan oleh semua orang (pengalaman nyata).3

Ada empat cara menemukan pengetahuan yaitu metode kegigihan, metode kewibawaan,
metode apriori dan metode sains.

• Metode kegigihan banyak digunakan dalam lingkungan masyarakat yang masih sangat
erat hubungannya dengan lingkungan alam tempatnya hidup. Sebagai contoh dapat
diambil kasus petani di jawa yang sejak dulu secara turun temurun diajari bahwa memanen
padi harus dilakukan dengan menggunakan ani-ani. Kalau ada pihak yang menganjurkan
agar sewaktu memanen ia menyabit saja padanya, maka hal itu akan dianggap sebagai
suatu perintah yang tidak benar dan perlu disanggah. Pengetahuan bahwa padi harus dituai
dengan menggunakan ani-ani dan bukan disabit ditemukan petani melalui metode
kegigihan.

• Metode kewibawaan ada kalanya perlu di terapkan. Apalagi kalau di masyarakat terlalu
banyak pendapat tidak beralasan yang simpang siur. Kearifan yang muncul dari wibawa
seseorang kemudia diharapkan menjadi petunjuk pengamat untuk menyelesaikan suatu
masalah.
• Metode apriori atau yangsering disebut metode ontuisi adalah metode yang memandang
suatu hal yang dianggap benar karena tampaknya jelas benar.
• Metode Khas Metode ini secara khas menonjol diatas ketiga metode lainnya karena dalam
menemukannya mengembangkan pengetahuan, di sepanjang proses penemuan

3
pengetahuan itu metode ini selalu menilai dan memperbaiki pengetahuan yang diperoleh

3 A.H. Nasoetion. Pengantar ke Filsafat Sains, Jakarta: PT Pustaka Litera AntarNusa) 1992.
5

4
itu secara terus menerus melalui berbagai macam batu uji. Oleh karena itu metode sains
dikenal sebagai suatu cara menemukan pengetahuan yang obyektif. Karema pengetahuan
yang di temukan itu harus obyektif maka pada dasarnya semua persyaratan yang
dimintakan lain, apabila semua persyaratan yang diminta telah dopenuhi siapapun yang
melakukannya ia akan mendapatkan akibat yang sama. Itulah sebabnya mengapa
dikatakan bahwa inti sains adalah perumunan.

C. Aksiologi Sains
Dalam aksiologi ilmiah ini, kita membahas apa tujuan sains dan bagaimana menyelesaikan
masalah, dan terakhir membahas netralitas sains. Dalam aksiologi ilmiah ini, kita membahas
apa tujuan sains dan bagaimana menyelesaikan masalah, dan terakhir membahas netralitas
sains.
Aksiologi sains ini dijadikan alam sebagai pengetahuan tentang Allah, tentang bagaimana
proses pemciptaan alam semesta sehingga dapat menjadi alat untuk umat muslim senantiasa
beribadah semakin baik kepada-Nya.

Menurut Drs, H. Mohammad Adib, MA, dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu dikatakan
“ lmu pengetahuan itu hanya alat (means) dan bukan tujuan (ends). Substansi ilmu itu bebas
nilai (value-free), tergantung pada pemakaiannya. Karena itu, sangat dikhawatirkan dan
berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat muatan negatif dikendalikan atau jatuhnya ke
orang- orang yang berakal sempit. “4

2. Logika Ilmu

Logika berasal dari bahasa Latin logos, yang berarti “kata-kata”. Istilah logo secara etimologis berasal
dari kata sifat logis "pikiran" atau "kata". Kata mantiq dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja
nataqa, yang berarti “mengatakan” atau “mengatakan”. Dari segi etimologi, kata logika berasal dari
kata Yunani logos, yang memiliki banyak arti, seperti ucapan, bahasa, tulisan, pemahaman, pemikiran,
akal, dan ilmu pengetahuan. Kata sifat logis berasal dari kata logos, kata sifat ini sering terdengar
dalam percakapan kita sehari-hari.
Selain definisi di atas, logika sering disebut sebagai “jembatan” antara filsafat dan sains, artinya teori
penalaran yang efektif. Nah, kesimpulan yang valid itu tepat

5
4 Drs, H. Mohammad Adib, MA. (2011). Filsafat Ilmu. Cetakan 1 Yogyakarta:Pustaka Pelaj

6
Benar juga pertimbangan yang masuk akal dan koheren sehingga dapat ditelusuri kembali.
Logika juga dapat didefinisikan sebagai teori penalaran berdasarkan konsep. Itu dapat
dinyatakan dalam kata-kata, istilah, atau kumpulan. Inilah sebabnya mengapa tes psikologi
atau tes IQ harus memiliki bagian tes untuk menguji kemampuan penalaran. Jadi dia mengukur
kedalaman dan tingkat penggunaan kemampuan penalaran ini.
Secara ringkas, semua pengertian logika dapat disimpulkan bahwa logika adalah ilmu yang
mengajarkan kegiatan rasional atau berpikir sebagai objek material, sedangkan bentuk dan
hukum berpikir adalah objek formal.5

3. Berfikir Ilmiah

Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris
adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat di pertanggung jawabkan. Karya
ilmiah memerlukan tata bahasa yang menjadi aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk
mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Sementara
itu,ilmu pengetahuan sains merupakan suatu pengetahuan yang memberikan suatu cara tentang
bagaimana langit dapat terus berputar, matahari terus berjalan dan tergantikan dengan bulan dalam
filsafat ilmu pengetahuan sains ini memberikan kita banyak pengetahuan sehinggga manusia dapat
berpikir secara kritis terhadap suatu masalah.

4. Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Filsafat Ilmu Pengetahuan Sains

➢ Surat Adz-Dzariyat tentang angin, hujan, dan alam semesta

ِ ‫َوالذّٰ ِر ٰي‬
‫ت ذَ ْر ًوا‬
Demi (angin) yang menerbangkan debu

ِ ‫فَ ْالحٰ ِم ٰل‬


‫ت ِو ْق ًرا‬
dan awan yang mengandung (hujan),

7
Surah adh-Dzariyat ini dimulai dengan sumpah dari Allah swt bahwa semua yang
diancamkan itu pasti akan berlaku dan bahwa balasan terhadap segala amal pasti akan terbukti.
Dalam surah yang sebelumnya, dikisahkan kebinasaan beberapa umat yang terdahulu secara
umum dan dalam Surah adh-dzariyat ini diberikan perinciannya. Surah-surah yang pada
permulaannya ada sumpah dengan huruf-huruf hijaiyah (fawatihus-suwar) biasanya dimaksudkan

5 Hidayat, Ainur Rahman. 2018. Filsafat Berpikir. Pa 75i7mekasan: Duta Media Publishing
7
untuk memperkuat salah satu dari tiga unsur yaitu ketauhidan, kerasulan dan kebangkitan. Dalam
ayat-ayat ini Allah bersumpah, "Demi angin kencang yang menerbangkan debu dengan tiupannya
yang sangat kuat dan dahsyat. Dan dengan awan yang gumpalannya mengandung banyak air
hujan. Dan kapal-kapal yang berlayar hilir-mudik di lautan dengan mudah". Ayat di atas mengajak
kita untuk berpikir tentang angin. Angin adalah masa udara yang bergerak dari tempat yang
bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan lebih rendah. Penyebab adanya perbedaan tekanan ini
adalah perbedaan suhu. Pada keadaan volume yang tetap, kenaikan suhu udara akan menaikkan
tekanannya. Tetapi pada kenyataannya di alam kenaikan suhu udara pada suatu tempat akan
menyebabkan pemuaian volume udara dan pengaliran udara ke atas, sehingga kerapatan udara di
tempat itu akan berkurang dan akan diisi oleh massa udara dari tempat lain yang lebih dingin. Jadi
pada dasarnya pergerakan udara ini dikendalikan oleh energi yang ditimbulkan oleh perbedaan
suhu di tempat-tempat berlainan di permukaan bumi. Dengan pergerakannya, angin juga berperan
sebagai radiator penyeimbang suhu udara. Tanpa adanya angin suhu di daerah gurun akan jauh
lebih panas daripada yang didapati sekarang, demikian pula di daerah dingin akan sangat
membekukan. Energi pergerakan angin yang memadai dapat memberikan banyak manfaat kepada
manusia, seperti untuk pelayaran, memutar kincir untuk pembangkit energi. Di luar kendali
manusia angin berperan penting dalam penyerbukan bunga-bunga menjadi buah dan
menerbangkan biji-bijian serta spora untuk penyebaran tumbuhan. Fenomena lain yang terjadi
adalah terciptanya gelombang di lautan. Pergerakan udara dapat pula terjadi dengan energi yang
demikian besar sehingga menimbulkan bencana dan kerugian misalnya dalam bentuk badai dan
topan.

8
‫ت ۡال ُحـب ُِك‬
ِ ‫س َما ٓ ِء ذَا‬
َّ ‫َوال‬
Demi langit yang mempunyai jalan-jalan,

Dalam ayat ini Allah bersumpah: Demi langit yang mempunyai garis edar (orbit) tempat
beredarnya bintang-bintang dan plane-planet. Menurut Prof. DR. Quraish Shihab, kata al-hubuk dapat
berarti yang indah dan baik atau yang teratur. Dapat pula dipahami sebagai bentuk jamak dari habikah
atau hibak, yakni jalan, seperti jalan-jalan yang terlihat di atas air apabila ditimpa hembusan angin.
Dalam teori fisika relativitas umum, dikenal mengenai mekanisme pemendekan jarak yang sangat
jauh menjadi hanya beberapa meter saja. Einstein menyebutnya sebagai jembatan (bridge) dan saat
ini para ilmuwan menyebutnya sebagai wormhole (lubang cacing). Wormhole ini merupakan jalan
pintas yang menghubungkan dua tempat di jagad raya ini. Sebagai gambaran, kita ingin bepergian ke
suatu galaksi yang letaknya 100 juta tahun cahaya dari bumi (jika 1 tahun cahaya = 9,46 x 1012 km,
maka galaksi tersebut jaraknya dari bumi sekitar 9,46x1018 km, atau 9,46 juta-juta-juta km!). Tidak

9
terbayangkan kapan kita sampai ke galaksi tersebut. Andaikata ada pesawat ulang-alik yang memiliki
kecepatan mendekati kecepatan cahaya saja kita memerlukan waktu 100 juta tahun! Namun apabila
kita menggunakan jalan pintas 'wormhole, kita akan sampai di galaksi hari ini. Perlu dicatat bahwa
ini merupakan konsekuensi dari pemendekan jarak yang terjadi dalam wormhole. Dengan demikian
bisa jadi, al-hubuk berupa sebuah jalan seperti yang digambarkan oleh para ahli fisika, wormhole,
sebuah jalan 'khusus yang diberikan Allah kepada para Malaikat dan hamba-hambaNya yang terpilih.

➢ Surah Ar-Rahman ayat 19-20 tentang bertemunya dua arus laut

ِ ‫برزَ خ َّّل ي ْب ِغ َي‬


‫ان‬ ِ ‫َم َر َج ْٱل َب ْح َري ِْن ْيلتَ ِق َي‬
ْ ‫بين ُه َما‬. ‫ان‬

“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu. Di antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Dalam Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, Tanthawi Jauhari menfsirkan “marajal-


bahrain” aliran air yang bertemu. Dua air tersebut adalah air laut yang asin dan air laut yang tawar
rasanya. Keduanya tidak tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Tantawi Jauhari
penyebab kedua lautan tersebut tidak saling bercampur satu sama lain dikarenakan adanya pembatas
yang bersifat illahiyah.

Ibnu Asyur dalam kitab tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir menguraikan pendapat bahwa yang
dimaksud dengan al-bahrain adalah Sungai Eufrat di Irak dan teluk Persia di pantai Basrah serta di
lokasi pantai Bahrain. Kemungkinan lain menurut Ibnu Asyur adalah dua laut yang dikenal ketika
wahyu diturunkan, yaitu berlokasi di Laut Merah dan Laut Oman.

Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghayb menafsirkan “marajal bahrain” sebagai
dua air laut yang bertemu dan berdampingan. Karena pada dasarnya memang secara karakteristik air
yang berdampingan pasti bercampur, hanya saja yang pencampuran tersebut dicegah oleh Allah. Air
laut seperti itu adalah lautan yang memiliki keistimewaan tersebut yang menurut Ar-Razi disebabkan
oleh karakteristik air itu sendiri, yang mana antara air laut satu dengan lainnya tidaklah sama.
Karakteristik itu meliputi salinitas (kadar garam), suhu, massa, densitas, dan sebagainya.

Dalam menafsirkan Surat Ar-Rahman ayat 19-20, Kemenag bercorak kepada tafsir bil ‘ilmi

10
karena mengutip penelitian ilmiah disiplin keilmuan fisika, kimia, dan oceanografi. Dalam tafsir
Kemenag dijelaskan bahwa keterpisahan dua lautan yang berdampingan tersebut memiliki faktor
yang kompleks seperti tekanan angin, rotasi bumi, topografi dasar laut, rapat massa, temperature suhu
udara, perbedaan iklim dan material lain yang berhubungan.

Lautan yang air lautnya tidak saling menyatu ini bisa ditemukan di Selat Gibraltar (selat yang
memisahkan Spanyol di Benua Eropa dan Maroko di Benua Afrika) dan laut di sebelah timur Pulau

Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghayb menafsirkan “marajal bahrain” sebagai
dua air laut yang bertemu dan berdampingan. Karena pada dasarnya memang secara karakteristik
air yang berdampingan pasti bercampur, hanya saja yang pencampuran tersebut dicegah oleh Allah.
Air laut seperti itu adalah lautan yang memiliki keistimewaan tersebut yang menurut Ar-Razi
disebabkan oleh karakteristik air itu sendiri, yang mana antara air laut satu dengan lainnya tidaklah
sama. Karakteristik itu meliputi salinitas (kadar garam), suhu, massa, densitas, dan sebagainya.

Dan juga pada surat al-anbiya ayat 33

َ‫س َو ْٱلقَ َم َر ۖ ُك ٌّل ِفى فَلَكٍ َي ْس َب ُحون‬ َ ‫َو ُه َو ٱلَّذِى َخلَقَ ٱلَّ ْي َل َوٱلنَّ َه‬
َّ ‫ار َوٱل‬
َ ‫ش ْم‬
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
beredar pada garis edarnya”.

Dalam ayat ini Allah SWT mengarahkan perhatian manusia kepada kekuasaan-Nya dalam
menciptakan waktu malam dan siang, serta matahari yang bersinar di waktu siang, dan bulan

6 Tafsir kemenag.co.id

11
bercahaya di waktu malam. Masing-masing beredar pada garis edarnya dalam ruang cakrawala yang
amat luas yang hanya Allah lah yang mengetahui batas-batasnya.

Ayat ini menegaskan kembali apa yang telah Allah firmankan dalam Surah Ibrahim/14:33.
Secara luas telah diketahui bahwa matahari dan bulan memiliki "garis edar". Akan tetapi untuk "
masing-masing dari keduanya (siang dan malam) beredar pada garis edarnya", merupakan sesuatu
yang baru dipahami. Mengapa siang dan malam harus beredar pada garis edar (orbit- manzilah), dan
apa bentuk garis orbitnya? “

Setelah dipelajari, ternyata bahwa yang dimaksud dengan "garis edar" ialah tempat kedudukan
dari tempat-tempat di bumi yang mengalami pergantian siang ke malam, atau mengalami
terbenamnya matahari (gurub). Sepanjang garis khatulistiwa garis ini bergeser dari Timur ke Barat
seiring dengan urutan tempat-tempat terbenamnya matahari atau pergantian siang ke malam.

Keterangan yang terdapat dalam ayat-ayat di atas adalah untuk menjadi bukti-bukti alamiyah,
di samping dalil-dalil yang rasional dan keterangan-keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab suci
terdahulu, tentang wujud dan kekuasaan Allah, untuk memperkuat apa yang telah disebutkan-Nya
dalam firman-Nya yang terdahulu, bahwa "apabila" di langit dan di bumi ini ada tuhan-tuhan selain
Allah niscaya rusak binasalah keduanya.

12
BAB III PENUTUP

1. Saran

Kami mengharapkan agar apa yang telah dijelaskan diatas dapat dipahami oleh pembaca, dan
dapat bermanfaat bagi kita semua. Selanjutnya, kritik dan saran dari pembaca dan pendengar
sangatlah kami harapkan guna memperbaiki dalam membuat makalah berikutnya karena kami
masih banyak kekurangan dari segi pengetahuan dan penulisan.

2. Kesimpulan

1. Filsafat ilmu pengetahuan sains adalah cabang filsafat yang mempelajari pengetahuan secara
sistematis mengenai hakikat pengetahuan dengan memerlukan pengamatan dan melalui
beberapa eksperimen.
2. Konsep dasar ontology ilmu pengetahuan sains yang pertama adalah Allah Swt karena
dengan rahmat dan kebaikan Allah Swt yang menciptakan alam sehingga para filsuf dapat
meneliti tentang alam, kemudian yang kedua wahyu yaitu al-Qur’an dan Hadist.
3. Epistemologi ada empat cara menemukan pengetahuan yaitu metode kegigihan, metode
kewibawaan, metode apriori dan metode sains.
4. Aksiologi sains ini dijadikan alam sebagai pengetahuan tentang Allah, tentang bagaimana
proses pemciptaan alam semesta sehingga dapat menjadi alat untuk umat muslim senantiasa
beribadah semakin baik kepada-Nya.
5. Untuk ayat-auat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sains ada sangat banyak terdapat
didalam al-Qur’an. Semua ayat tersebut menjadi bahan camukan bagi kita kaum muslimin
agar senantiasa semakin bertaqwa kepada-Nya, serta menjadikan kita untuk berpikir kritis
dan menjadikannya sebagai suatu pengetahuan ilmu sains.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir kemenag.co.id

A.H. Nasoetion Pengantar ke Filsafat Sains (Jakarta: PT Pustaka Litera AntarNusa) 1992.

Hidayat, Ainur Rahman. 2018. Filsafat Berpikir. Pamekasan: Duta Media Publishing

Mohamad Muslih, (2014). Sains Islam Dalam Dirkursus Filsafat Ilmu, Jurnal Studi Agama
dan Pemikiran Islam.Vol. 8, No.1

Salim, Dkk. (2020). Ontologi dan Aksiologi Sains Islam, Jurnal Pendidikan dan Keislaman.
Vol.III. No.1

Drs, H. Mohammad Adib, MA. (2011). Filsafat Ilmu. Cetakan 1 Yogyakarta:Pustaka


Pelajar

14

Anda mungkin juga menyukai