Disusun oleh :
Ana Fauziya Diyana
19086050004
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah untuk Tugas Mata
Kuliah Fiqh Muamalah Ekonomi Islam dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya dan
pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam penyusunan makalah, tak lupa penulis
ucapkan terimakasih kepada dosen Profesor Dr.H.Kosim, M.Ag. yang telah
memberikan masukan atas penyelesaian makalah ini.
Makalah ini belum sempurna, oleh karena nya kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah. Makalah ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi studi Ekonomi Islam dan memberikan
kontribusi pemikiran kepada pembaca.
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1 Pendahuluan.......................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
2.1 Iqalah..................................................................................................................6
2.1.1 Dasar Hukum Iqalah...................................................................................6
2.2 Sharf...................................................................................................................7
2.2.1 Dasar Hukum Sharf.....................................................................................8
2.3 Salam..................................................................................................................9
2.3.1 Dasar Hukum Salam..................................................................................11
2.3.2 Rukun dan Syarat Salam...........................................................................11
2.4 Riba..................................................................................................................12
2.4.1 Dasar Hukum Riba....................................................................................12
2.4.2 Jenis-jenis Riba.........................................................................................14
2.5 Ijarah................................................................................................................16
2.5.1 Dasar Hukum Ijarah..................................................................................16
2.5.2 Rukun dan Syarat Ijarah............................................................................17
2.6 Qard.................................................................................................................18
2.6.1 Dasar Hukum Qardh.................................................................................18
2.6.2 Rukun dan Syarat Qardh...........................................................................18
BAB III............................................................................................................................20
SIMPULAN.....................................................................................................................20
3.1 Simpulan...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Mu’awadhah adalah akad yang dilakukan karena adanya motif bisnis seperti
jual beli, sewa atau lainnya sehingga cara yang ditempuh dapat berupa pertukaran
harta dengan uang atau uang dengan jasa (sewa benda atau upah untuk tenaga).
Atau Akad muawadhah yaitu akad-akad yang berlaku atas dasar timbal balik,
seperti jual beli, sewa-menyewa, shulh, terhadap harta dengan harta.
Adapun dalam makalah ini akan membahas mengenai Iqalah, Sharf, Riba,
Ijarah, dan Qardh
1. Iqalah
2. Sharf
3. Riba
4. Ijarah
5. Qardh
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Iqalah
1. Al-Quran
2. Hadits
3. Ijma/Ulama
Kedua, iqalah adalah transaksi jual beli baru. Ini merupakan pendapat
Abu Yusuf, Imam Malik, dan Dzahiriyah. Mereka beralasan, bahwa hakekat jual
beli adalah tukar menukar. Ada yang kita serahkan dan ada yang kita terima (at-
Tabadul). Dan ini ada pada iqalah. Karena transaksi itu dikembalikan kepada
hakekatnya dan bukan ucapannya, sehingga iqalah bisa disebut jual beli.
2.2 Sharf
Al-Sharf merupakah istilah bahasa arab dari transaksi jual beli valuta asing
atau dalam istilah bahasa inggris ialah money changer. Taqiyudin an-Nabhani
mendifinisikan kata ini sebagai pemerolehan harta dengan harta lain, dalam
bentuk emas dan perak, yang sejenis dengan saling menyamakan antara emas
yang satu dengan emas yang lain, atau antara perak satu dengan perka yang lain
(atau berbeda sejenisnya) semisal emas dan perak, dengan menyamakan atau
melebihkan antara jenis yang satu dengan jenis yang lain. (Subhan, 2008)
1. Al-Quran
٢٧٥ – ... َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ ٰب ۗوا...
Artinya: ” ...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...” (QS. Al-Baqarah : 282).
2. Hadits
3. Ijma/Ulama
Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan
sebagai berikut:
2.3 Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Barang ini diserahkan secara tangguh sedangkan pembayarannya dilakukan
secara tunai. Adapun pada praktik salam ini ada yang disebut dengan salam
pararel dimana salam ini melaksanakan dua transaksi salam antara bank dan
nasabah dan antara bank dan pemasok (suplier) atau pihak ketiga lainnya secara
simultan.(Antonio, 2001)
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran
dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai
penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini
kualitas, kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara
pasti.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak
dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksi ini diterapkan dalam
pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian komoditas pertanian oleh
bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau secara cicilan. Ketentuan
umum pembiayaan salam adalah sebagai berikut:
1. Al-Quran
2. Hadits
2.4 Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah yang berarti tambahan. Adapun
pengetian secara linguiatik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Secara istilah
teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil.
1. Al-Quran
Tahap pertama, ayat ini menolak angapan bahwa pinjaman riba yang pada
zahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu
perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.
ٓا..دَ هّٰللا ِ َۚو َم..وا عِ ْن.ْ .اس َفاَل َيرْ ُب
ِ ال ال َّن َ ََو َمٓا ٰا َت ْي ُت ْم مِّنْ رِّ بًا لِّ َيرْ ب َُو ۠ا ف ِْٓي ا
.ِ مْو
ٰۤ ُ هّٰللا
٣٩ - ك ُه ُم ْالمُضْ ِعفُ ْو َن َ ول ِٕى ٰا َت ْي ُت ْم مِّنْ َز ٰكو ٍة ُت ِر ْي ُد ْو َن َوجْ َه ِ َفا
Artinya:“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Dan apa yang kau berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-Rum : 39)
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah SWT
mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang yahudi yang
memakan riba.
َ ت َل ُه ْم َو ِب
ِّد ِه ْم..ص ْ َّت ا ُ ِحل ُ َف ِب
ٍ ا َع َلي ِْه ْم َطي ِّٰب.. َحرَّ مْ َن.ا ُد ْوا..ظ ْل ٍم م َِّن الَّ ِذي َْن َه
ُه.وا َع ْن.ْ .د ُن ُه.ْ . َو َق. وا. ِذ ِه ُم الرِّ ٰب. وَّ اَ ْخ- ١٦٠ – رً ۙا.. ِبي ِْل هّٰللا ِ َك ِث ْي. َعنْ َس
َ .اس ِب ْالبَاطِ ِل َۗواَعْ َت ْد َنا ل ِْل ٰكف ِِري َْن ِم ْن ُه ْم َع
- ا..ذابًا اَلِ ْي ًم. َ ََواَ ْكل ِِه ْم ا
ِ ل ال َّن.َ مْوا
١٦١
Artinya: “Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi
mereka makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah dihalalkan; dan karena
mereka sering menghalangi (orang lain) dari jalan Allah, dan karena mereka
menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan Kami sediakan
untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang pedih.”(QS. An-Nisa: 160-
161)
ٓوا ِانْ ُك ْن ُت ْم..ا َبق َِي م َِن الرِّ ٰب.. َم.وا هّٰللا َ َو َذر ُْوا..ُوا ا َّتق..ا الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن..ٰ ٓيا َ ُّي َه
ْول ۚ ِٖه.ب م َِّن هّٰللا ِ َو َر ُس
ٍ ْ ر. ْأ َذ ُن ْوا ِب َح. َف.وا.ْ .ُ ِانْ لَّ ْم َت ْف َعل. َف-٢٧٨ – مُّْؤ ِم ِني َْن
٢٧٩ - مْوالِ ُك ۚ ْم اَل َت ْظلِم ُْو َن َواَل ُت ْظ َلم ُْو َن
َ ََو ِانْ ُت ْب ُت ْم َف َل ُك ْم ُرء ُْوسُ ا
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang
beriman. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang
dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak
atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak
dizalimi (dirugikan). (QS. Al-Baqarah: 278-279)
2. Hadits
Menurut para ulama fiqih, riba dapat dibagi menjadi beberapa macam,
yaitu:
1. Riba Dain (Riba dalam Hutang Piutang)
Riba ini disebut juga dengan riba jahiliyah, sebab riba jenis inilah yang
terjadi pada jaman jahiliyah. Riba ini ada dua bentuk:
a. Penambahan harta sebagai denda dari penambahan tempo (bayar
hutangnya atau tambah nominalnya dengan mundurnya tempo).
b. Pinjaman dengan bunga yang dipersyaratkan di awal akad
2. Riba Fadhl
Riba nasi’ah yaitu adanya tempo pada perkara yang diwajibkan secara
syar’i adanya taqabudh (serah terima di tempat). Riba ini diistilahkan oleh
Ibnul Qayyim dengan riba jali (jelas) dan para ulama sepakat tentang
keharaman riba jenis ini dengan dasar hadits Usamah bin Zaid di atas.
Banyak ulama yang membawakan adanya kesepakatan akan haramnya riba
jenis ini. Riba fadhl dan riba nasi`ah diistilahkan oleh para fuqaha dengan
riba bai’ (riba jual beli).
1. Perkara yang diwajibkan secara syar’i adanya tamatsul, maka tidak boleh
ada unsur tafadhul padanya, sebab bisa terjatuh pada riba fadhl. Misal:
Tidak boleh menjual 1 dinar dengan 2 dinar, atau 1 kg kurma dengan 1,5
kg kurma.
2. Perkara yang diwajibkan adanya tamatsul maka diharamkan adanya
nasi`ah (tempo), sebab bisa terjatuh pada riba nasi`ah dan fadhl, bila
barangnya satu jenis. Misal: Tidak boleh menjual emas dengan emas
secara tafadhul, demikian pula tidak boleh ada unsur nasi`ah.
3. Bila barangnya dari jenis yang berbeda maka disyaratkan taqabudh
(serah terima di tempat) saja, yakni boleh tafadhul namun tidak boleh
nasi`ah. Misalnya, menjual emas dengan perak, atau kurma dengan
garam. Transaksi ini boleh tafadhul namun tidak boleh nasi`ah.
2.5 Ijarah
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang
itu sendiri. selain ijarah ada juga yang disebut dengan Ijarah Mutahia Bit Tamlik
yang merupakan sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih
tepatnyaakad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa.
1. Al-Quran
2. Hadits
Artinya: “Dari Aisyah R.A, ia menuturkan Nabi SAW dan Abu Bakar
menyewa seorang laki-laki yang pintar sebagai penunjuk jalan dari dari bani Ad-
Dil, kemudian dari Bani Abdi bin Adi. Dia pernah terjerumus dalam sumpah
perjanjian dengan keluarga al-Ash bin Wail dan dia memeluk agama orang-
orang kafir Quraisy. Dia pun memberi jaminan keamanan kepada keduanya,
maka keduanya menyerahkan hewan tunggangan miliknya, seraya menjanjikan
bertemu di gua Tsur sesudah tiga malam/hari . Ia pun mendatangi keduanya
dengan membawa hewan tunggangan mereka pada hari di malam ketiga,
kemudian keduanya berangkat berangkat. Ikut bersama keduanya Amir bin
Fuhairah dan penunjuk jalan dari bani Dil, dia membawa mereka menempuh
bagian bawah Mekkah, yakni jalur pantai”(H.R. Bukhari).
3. Ijma
Umat Islam pada masa sahabat telah ber ijma’ bahwa ijarah
diperbolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.
3. Shigat akad
Shigat (kalimat yang digunakan transaksi) seperti perkataan pihak yang
menyewakan “Saya menyewakan mobil ini padamu selama sebulan
dengan biaya/upah satu juta rupiah.” Dan pihak penyewa menjawab
“Saya terima. Sebagaimana transaksi -transaksi yang lain, di dalam ijarah
juga disyaratkan shigat dari pihak penyewa dan pihak yang menyewakan
dengan bentuk kata-kata yang menunjukan terhadap transaksi ijarah
yang dilakukan sebagaimana contoh di atas
2.6 Qard
Qardh secara bahasa bermakna al-qath’u yang artinya memotong. Qardh
adalah bentuk masdar dari kata memutus. Al-qardh merupakan pemberian harta
kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjam tanpa mengharapkan imbalan.
1. Al-Quran
2. Hadits
Artinya: “Dari Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “tidak ada
seorang muslim yang meminjamkan kepada seorang muslim qaradh dua kali,
kecuali yang satunya adalah senilai sedekah.” (HR. Ibn Majah dan Ibn Hibban)
3. Ijma
3.1 Simpulan
Iqalah adalah membatalkan akad, dengan tidak memberlakukan hukum
dan konsekuensinya dengan kerelaan kedua belah pihak. Diantara alasan lainnya,
ulama sepakat bolehnya melakukan iqalah untuk akad salam. Sementara terdapat
larangan menjual barang sebelum diterima. Jika Iqalah dipahami sebagai jual beli,
berarti iqalah dalam akad salam adalah menjual barang sebelum diterima.
Al-Sharf merupakah istilah bahasa arab dari transaksi jual beli valuta asing
atau dalam istilah bahasa inggris ialah money changer. Adapun menurut MUI,
bentuk-bentuk sharf dihukumi macam-macam yaitu untuk transaksi spot boleh,
transaksi forward, swap, dan option haram.
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Barang ini diserahkan secara tangguh sedangkan pembayarannya dilakukan
secara tunai.
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang
itu sendiri.