Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Sewa Menyewa (Upah Mengupah)

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah

Fiqhi

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:

Kelompok 10

Muh. Imran Jayadi

Muh. Jabal Nur

Anita Sardewi

Ummi Raudhlatul Sa’diyah

Yusrah

Arini

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAI AS’ADIYAH SENGKANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Sewa Menyewa (Upah Mengupah)’’. Penulisan makalah ini merupakan salah

satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Fiqhi di IAI As’adiyah Sengkang.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan

baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang

kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan

demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam

menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami Gurutta Pak Hasan

Basri, S.Pd.I, M.Pd yang telah memberikan penuntun kepada kami, sehingga

makalah ini dapat selesai.

Sengkang, 18 November 2022

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL MAKALAH……………………………………...............…................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Pembuatan Makalah..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Arti, Landasan, dan Rukun Ijarah.................................................................3
B. Syarat Ijarah..................................................................................................3
C. Sifat dan Hukum Ijarah………………………………………………..
D. Pembagian dan Hukum Ijarah……………………………………
BAB III PENUTUP...............................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Apakah arti, landasan dan rukun ijarah?

2. Apa saja syarat ijarah?

3. Bagaiman sifat dan hukum ijarah?

4. Bagaimana pembagian dan hukum ijarah

C. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk mengetahui arti, landasan dan rukun ijarah.

2. Untuk mengetahui syarat ijarah.

3. Untuk mengetahui sifat dan hukum ijarah.

4. Untuk mengetahui pembagian dan hukum ijarah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti, Landasan, dan Rukun Ijarah

1. Arti

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa

dalam tanggungan waktu tertentu yang diikuti dengan pembayaran upah

atau biaya sewa tanpa disertai dengan perpindahan hak milik atas barang

itu sendiri. Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya

adalah al-'iwadh, dalam bahasa Indonesia berarti ganti dan upah.

2. Landasan

a. Al-Quran

Penjelasan Ijarah atau pembayaran upah terdapat dalam Al-Quran surat

Al-Qashash ayat 26, yaitu:


ُ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ۖ اِ َّن خَ ْي َر َم ِن ا ْستَـْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ ااْل َ ِميْن‬ ۤ ْ َ‫قَا ل‬
ِ َ‫ت اِحْ ٰدٮہُ َما ٰيا َ ب‬
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

Sesungguhnya, orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja

(pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".(Q.S. Al-

Qashash:26)

Penjelasan lain terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 233, yaitu:

‫ۗ وا تَّقُوا هّٰللا َ َوا‬


َ  ‫ف‬ِ ْ‫ضع ُۤوْ ا اَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َّم ۤا ٰاتَ ْيتُ ْم بِا ْل َم ْعرُو‬
ِ ْ‫َواِ ْن اَ َر ْدتُّ ْم اَ ْن تَ ْستَر‬
‫هّٰللا‬
ِ َ‫ْعلَ ُم ۤوْ ا اَ َّن َ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
‫ص ْي ٌر‬

Dasar Hukum Ijarah - QS. Al-Baqarah Ayat 233

Artinya: "Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,

Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

2
menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan".(Q.S. Al-Baqarah:233)

b. Al hadist

Ketentuan mengenai ijarah juga terdapat dalam Hadist yang

diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Ibnu Umar, yaitu:


َّ ‫ ْعطُوا اَْأل ِجي َْر َأجْ َرهُ قَ ْب َل َأ ْن يَ ِج‬.
َُ‫ف َع َرقُه‬

Dasar Hukum Ijarah - H.R. Ibn Majah

Artinya: "Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering". (H.R.

Ibn Majah)

Penjelasan lain dari Hadist riwayat 'Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah

dan Abu Sa'id al-Khudri, yaitu:

ُ‫ َم ِن ا ْستَْأ َج َر َأ ِج ْيرًا فَ ْليُ ْعلِ ْمهُ َأجْ َره‬.


Dasar Hukum Ijarah - H.R. Abd ar-Razzaq

Artinya: "Barang siapa memperkerjakan pekerja, Beritahukanlah

upahnya". (H.R.'Abd ar-Razzaq)

c. Ijma ulama

Umat Islam pada masa sahabat telah berijma' bahwa Ijarah

dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia. Selain bermanfaat bagi

sesama manusia sebagian masyarakat sangat membutuhkan akad ini,

karena termasuk salah satu akad tolong-menolong.

Pakar-pakar keilmuan dan cendekiawan sepanjang sejarah di

seluruh negeri telah sepakat akan legitimasi ijarah. Dari beberapa nash

yang ada, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah itu disyari'atkan dalam

Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa terbentur pada

keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, manusia antara yang

satu dengan yang lain selalu terikat dan saling membutuhkan

3
3. Rukun

a. aqid, yaitu mu’jir (orang yang mengupah) dan musta’jir (orang yang di

upah),

b. Shigat, yaitu ijab dan qabul,

c. Ujrah (uang sewa atau upah),

d. Manfaat, baik manfaat dari suatu barang yang disewakan atau jasa dan

tenaga dari orang yang bekerja.

B. Syarat Ijarah

Seperti halnya akad jual beli, syarat-syarat Ijarah ini juga terdiri atas empat

jenis persyaratan, yaitu:

1. Syarat terjadinya akad (syarat in’iqad)

Syarat terjadinya akad (syarat in’iqad) berkaitan dengan ‘aqid,

akad, dan objek akad.Syarat yang berkaitan dengan ‘aqid adalah berakal,

dan mumayyiz menurut Hanafiah, dan baligh menurut Syafi’iyah dan

Hanabilah.Dengan demikian, akad Ijarah tidak sah apabila pelakunya

(mu’jir dan musta’jir) gila atau masih dibawa umur. Menurut Malikiyah,

tamtyiz merupakan syarat dalam sewa-menyewa dalam jual beli,

sedangkan baligh merupakan syarat untuk kelangsungan (nafadz). Dengan

demikian, apabila anak yang mumayyiz menyewakan dirinya (sebagai

tenaga kerja) atau barang yang dimilikinya, maka hukum akadnya sah,

tetapi untuk kelangsungannya menunggu izin walinya.

2. Syarat kelangsungan akad (nafadz)

Untuk kelangsungan (nafadz) akad ijarah disyaratkan terpenuhinya

hak milik atau wilayah (kekuasaan).Apabila sipelaku (‘aqid) tidak

mempunyai hak kepemilikan atau kekuasaan (wilayah), seperti akad yang

dilakukan oleh fudhuli, maka akadnya tidak bisa dilangsungkan, dan

4
menurut Hanafiah dan Malikiyah statusnya mauquf (ditangguhkan)

menunggu persetujuan si pemilik barang.Akan tetapi, menurut Syafi’iyah

dan Hanabilah hukumya batal, seperti halnya jual beli.

3. Syarat sahnya akad

a. Persetujuan kedua belah pihak, sama seperti dalam jual beli.

b. Objek akad yaitu manfaat harus jelas, sehingga tidak menimbulkan

perselisihan. Apabila objek akad (manfaat) tidak jelas, sehingga

menimbulkan perselisihan, maka akad ijarah tidak sah, karena dengan

demikian, manfaat tersebut tidak bisa diserahkan, dan tujuan akad tidak

tercapai.

c. Objek akad ijarah harus dapat dipenuhi, baik menurut hakiki maupun

syar’i. dengan demikian, tidak sah menyewakan sesuatu yang sulit

diserahkan secara hakiki, seperti menyewakan kuda yang binal untuk

dikendarai. Atau tidak bisa dipenuhi secara syar’i, seperti menyewa

tenaga wanita yang sedang haid untuk membersihkan masjid, atau

menyewa dokter untuk mencabut gigi yang sehat, atau menyewa

tukang sihir untuk mengajari ilmu sihir.

d. Manfaat yang menjadi objek akad harus manfaat yang dibolehkan oleh

syara’. Misalnya menyewakan buku untuk dibaca, dan menyewakan

rumah untuk tempat tinggal. Dengan demikian tidak boleh

menyewakan rumah untuk tempat maksiat, seperti pelacuran atau

perjudian.

e. Pekerjaan yang dilakukan itu bukan fardhu dan bukan kewajiban orang

yang disewa (ajir) sebelum dilakukan ijarah. Hal tersebut karena

seseorang yang melakukan pekerjaan yang wajib dikerjakannya, tidak

berhak menerima upah atas pekerjaannya itu.

5
f. Orang yang disewa tidak boleh mengambil manfaat dari pekerjaannya

untuk dirinya sendiri. Apabila ia memanfaatkan pekerjaan untuk

dirinya maka ijarah tidak sah.

g. Manfaat m’aqud ‘alaih harus sesuai dengan tujuan dilakukannya akad

ijarah, yang biasa berlaku umum. Apabila manfaat tersebut tidak sesuai

dengan tujuan dilakuknnyaakad ijarah maka ijarah tidak sah.

4. Syarat mengikatnya akad ijarah (syarat luzum)

a. Benda yang disewakan harus terhindar dari cacat (‘aib) yang

menyebabkan terhalangnya pemanfaatan atas benda yang disewa itu.

b. Tidak terdapat udzur (alasan) yang dapat membatalkan akad Ijarah.

Misalnya udzur pada salh seorang yang melakukan akad, atau pada

sesuatu yang disewakan. Hanafiah membagi udzur yang menyebabkan

fasakh menjadi tiga yaitu, udzur dari sisi musta’jir (penyewa), udzurdari

sisi mu’jir (orang yang menyewakan), dan udzur yang berkaitan dengan

barang yang disewakan atau sesuatu yang disewa.9

Adapun syarat-syarat Al-Ijarah menurut Nasrun Haroen sebagai berikut10:

a. Yang terkait dengan dua orang yang berakad.

b. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaanya melakukan

akad Al-Ijarah.

c. Manfaat yang menjadi objek al-ijarah harus diketahui, sehinggah tidak

muncul perselisihan dikemudian hari.

d. Objek Al-Ijarah tidak boleh diserahkan dan digunakan secara langsung

dan tidak ada cacatnya.

e. Objek Al-Ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’

C. Sifat dan Hukum Ijarah

1. Sifat

6
Ijarah menurut Hanafiah adalah akad yang lazim, tetapi boleh di-

fasakh apabila terdapat udzur. Sedangkan menurut jumhur ulama, Ijarah

adalah akad yang lazim (mengikat), yang tidak dapat di-fasakh kecuali

dengan sebab-sebab yang jelas, seperti adanya ‘aib (cacat) atau hilangnya

objek manfaat. Hal tersebut oleh karena Ijarah adalah akad atas maanfaat,

sehinggah tidak bisa di batalkan begitu saja, sama seperti jual beli.

Seperti kelanjutan dari perbedaan pendapat tersebut, Hanafiah

berpendapat bahwa Ijarah batal karena meninggalnya salah seorang pelaku

akad, yakni musta’jir atau mu’jir. Hal itu karena apabila akad ijarah masih

tetap maka manfaat yang dimiliki oleh musta’jir atau uang sewa yang

dimiliki oleh mu’jir berpindah kepada orang lain (ahli waris) yang tidak

melakukan akad, dan hal ini tidak dibolehkan. Sedangkan menurut jumhur

ulama yang terdiri dari Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, Ijarah tidak

batal karena meninggalnya salah seorang pelaku akad, karena Ijarah

merupakan akad yang lazim (mengikat) dan akad mu’awadhah sehingga

tidak bisa dibatal karena meninggalnya salah satu pihak, seperti jual beli.

2. Hukum

Akibat hukum dari Ijarah yang shahih adalah tetapnya hak milik

atas manfaat bagi musta;jir (penyewa), dan tetapnya hak milik atas uang

sewa atau upah bagi mu’jir (yang menyewakan). Hal ini oleh karena akad

ijarah adalah akad mu’awadhah, yang disebut dengan jual beli manfaat.

Dalam Ijarah Fasidah, apabila musta’jir telah menggunakan barang yang

disewakan maka wajib membayar uang sewa yang berlaku (ujratul mitsli).

Menurut Hanafiah, kewajiban membayar ujratul mitsli berlaku apabila

rusaknya akad Ijarah tersebut karena syarat yang fasid, bukan karena

ketidakjelasan harga, atau tidak menyebutkan jenis pekerjaannya. Dalam

7
hal Ijarah fasidah karena dua hal yang disebutkan terakhir ini, maka upah

atau uang sewa harus dibayar penuh.Menurut Imam Zufar dan Syafi’i,

dalam Ijarah fasidah, upah atau uang sewa harus dibayar penuh, sepeti

halnya dalam jual beli.

D. Pembagian dan Hukum Ijarah (Ketetapan Ijarah)

1. Hukum sewa menyewa

Dalam Ijarah bagian pertama ini, objek akadnya adalah manfaat

dari suatu benda. Akad sewamenyewa diperbolehkan atas manfaat yang

mubah, seperti rumah untuk tempat tinggal, took dan kios tempat

berdagang, dan lain-lain. Adapun manfaat yang yang diharamkan maka

tidak boleh disewakan, karena barangnya diharamkan.Dengan demikian

tidak boleh mengambil imbalan untuk manfaat yang diharamkan seperti

bangkai dan darah.

2. Hukum upah mengupah

Dalam Ijarah bagian kedua ini, objek akadnya adalah amal atau

pekerjaan seseorang. Ijarah atas pekerjaan atau upah-mengupah adalah

suatu akad Ijarah untuk melakukan suatu perbuatan tertentu. Misalnya

membangun rumah, menjahit pakaian, mengangkut barang ke tempat

tertentu, dll.1

BAB III

PENUTUP

1
Hendi Suhendi, Fiqih Muamallah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Hal. 121

8
A. Kesimpulan

B. Saran

Saya berharap sekiranya makalah ini bisa berguna secara khusus untuk

Mahasiswa IAI As’adiyah Sengkang. Jika ada kesalahan dalam makalah ini

saya berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang

mendukung untuk perbaikan makalah saya selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatimin.2007. Study Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta:

Amzah.

Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.

http://id.wikipedia.org/wiki/perkembanganakhlak di akses diakses 5 November

2022

https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c0697416ddcae79410fcae2/

perkembangan-pemikiran-dalam-akhlak-islam?page=all diakses 5

November 2022

Nata, Abuddin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press.

10

Anda mungkin juga menyukai