Anda di halaman 1dari 13

AKAD PERTUKARAN: IJARAH

Disusun oleh:
1. Gayuh Umbara (1706040004)
2. Ibnu Numarullah (1706040015)
3. Rizkyan Hidayat (1706040017)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2019
PENDAHULUAN

Jual beli adalah salah satu transaksi tukar menukar barang yang mempunyai nilai, yang
dimana salah satu pihak menjual barang tersebut, dan pihak lain membelinya sesuai dengan
kesepakatan. Di dalam jual beli pasti ada yang namanya kesepakatan antara penjual dan
pembeli yang disebut dengan akad. Ketika melakukan akad biasanya antara penjual dan
pembeli melakukan kontrak yang tujuannya mengatur hak dan kewajiban para pihak dan
menjadikannya alat bukti jika terjadi sengketa karena para pihak telah membubuhkan tanda
tangan mereka dalam perjanjian, maka mereka dianggap setuju terhadap isinya dan karenanya
saling terikat.

Mengenai kontrak jika dibagi lagi akan menjadi beberapa macam kontrak, tetapi disini
penulis hanya akan membicarakan yaitu tentang hukum kontrak bisnis syariah saja. Tentunya
jika jabarkan lagi mengenai hukum kontrak bisnis syariah akan muncul berbagai jenis akad
pertukaran di dalamnya seperti akad pertukaran murabahah, ijarah, mudarabah dan lain
sebagainya. Dari berbagai macam akad pertukaran yang tadi penulis sebutkan penulis hanya
membahas tentang akad pertukaran ijarah. Mengenai materi yang akan dibahas diantaranya
yaitu pengertian ijarah, dasar hukum ijarah, rukun dan syarat, ketentuan dalam ijarah, skema
pembiayaan ijarah, aplikasi kontrak pembiayaan ijarah. Kemudian mengenai penjelasan-
penjelasannya akan di tampilkan di slide selanjutnya.
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Menurut bahasa
Sewa-menyewa dalam bahasa arab di istilahkan dengan “Al Ijarah” ,
menurut pengertian islam sewa menyewa di artikan sebagai “ suatu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian” (Sayid Sabiq, 13, 1988 : 15).

2. Menurut istilah

Dalam istilah hukum islam orang yang menyewakan disebut dengan “


Mu’ajjir”, sedangakan orang yang menyewa disebut “musta’jir”, dan benda yang
disewakan disebut dengan “Ma’jur” dan uang sewa atau imbalan atas pemakaian
manfaat barang tersebut disebut dengan “Ajaran atau Ujrah”

Menurut Pasal 404 KUH Perdata Islam, pengertian sewa menyewa adalah
“harga yang dibayarkan untuk menggunakan manfaat suaru barang.”

Dalam pasal 1548 KUHPerdata, bahwa sewa-menyewa sebagai suatu


persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan
kenikmatan suatu barang kepada pihak lain selama waktu tertentu, dengan
pembayaran suatu harga yang disanggupin oleh pihak yang terakhir itu.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akad ijarah merupakan


berntuk pertukaran yang objeknya berupa manfaat dengan disertai imbalan
tertentu. Ijarah apabila objeknya berupa benda disebut sewa-menyewa, sedangkan
jika objeknya berupa manfaat perbuatan disebut upah-mengupah. Timbulnya ijarah
disebutkan adanya kebutuhan akan manfaat barang atau jasa yang tidak mungkin
diperoleh melalui kepemilikan.

B. Dasar hukum
1. Al Qur’an

‫شتَ ُه ۡم فِي ۡٱل َح َي ٰوةِ ٱلد ُّۡنيَ َۚا َو َرفَعۡ نَا‬ َ َ‫ت َر ِب َۚ َك ن َۡح ُن ق‬
َ ‫س ۡمنَا َب ۡي َن ُهم َّم ِعي‬ َ ‫أَ ُه ۡم يَ ۡق ِس ُمونَ َر ۡح َم‬
‫س ۡخ ِريٖا َو َر ۡح َمتُ َربِ َك‬ ُ ۡ‫ض ُه ۡم فَ ۡوقَ بَعۡ ضٖ دَ َر ٰ َجتٖ ِليَت َّ ِخذَ بَع‬
ُ ‫ض ُهم َبعۡ ضٖا‬ َ ۡ‫بَع‬
‫“خ َۡيرٖ ِم َّما‬
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Az Zukhruf : 32)

ِ ‫سلَّ ۡمتُم َّما ٓ َءاتَ ۡيتُم ِب ۡٱل َمعۡ ُر‬


‫وف‬ َ ‫ضعُ ٓواْ أ َ ۡو ٰلَدَ ُك ۡم فَ ََل ُجنَا َح‬
َ ‫علَ ۡي ُك ۡم ِإذَا‬ ِ ‫ٖ َو ِإ ۡن أ َ َردت ُّ ۡم أَن ت َ ۡست َ ۡر‬
٢٣٣ٖ‫صير‬ َ َّ ‫ٱعلَ ُم ٓواْ أ َ َّن‬
ِ َ‫ٱَّلل ِب َما ت َعۡ َملُونَ ب‬ ۡ ‫ٱَّللَ َو‬ َّ ْ‫َوٱتَّقُوا‬
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al Baqarah : 233 )

َ ‫علَ ۡي ِه َّن َحت َّ ٰى َي‬


َ‫ضعۡ ن‬ ِ َ‫علَ ۡي ِه َۚ َّن َو ِإن ُك َّن أ ُ ْو ٰل‬
َ ْ‫ت َح ۡملٖ فَأَن ِفقُوا‬ َ ْ‫ض ِيقُوا‬
َ ُ ‫ضا ٓ ُّرو ُه َّن ِلت‬ َ ُ ‫َٖ ََل ت‬
‫ور ُه َّن َو ۡأتَ ِم ُرواْ بَ ۡينَ ُكم ِب َمعۡ ُروفٖٖ َو ِإن‬ َ ‫ضعۡ نَ لَ ُك ۡم فَاتُو ُه َّن أ ُ ُج‬ َ ‫َح ۡملَ ُه َۚ َّن فَإ ِ ۡن أ َ ۡر‬
ٰ ‫أ ُ ۡخ َر‬
٦ َ‫ى‬ ُ‫ض ُع لَ ٓۥه‬
ِ ‫ست ُ ۡر‬
َ َ‫س ۡرت ُ ۡم ف‬
َ ‫تَعَا‬

“Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika
mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan
jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya” (QS. Ath Thalaq : 6)

٢٦ ‫ين‬ َ ‫ٱس ۡت َ َج ۡر‬


ُّ ‫ت ۡٱلقَ ِو‬
ُ ‫ي ۡٱۡل َ ِم‬ ۡ ‫ٱس ۡت َ ِج ۡرهُ إِ َّن خ َۡي َر َم ِن‬
ۡ ‫ت‬ِ َ‫ق َٖالَ ۡت إِ ۡحدَ ٰى ُه َما ٰيَٓأَب‬
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya"
(QS. Al Qasas : 28 ).
2. Hadits
‫ واستأجرالنبى صلى هللا عليه وسلم وأبو بكر رجَل من‬:‫عن عائشة رضي هللا عنها‬
‫ الماهر بالهداية قد غمس‬:‫ هاديا خريتا الخريت‬،‫ ثم من بنى عبد بن عدي‬،‫بني الديل‬
‫ فدفعا إليه‬،‫ فأمناه‬،‫ وهو على دين كفار قريش‬،‫يمين حلف فى آل العاص بن وائل‬
‫ فأتهما براحلتيهما صبيحة ليال ثَلث‬،‫ ووعداه غار ثور بعد ثَلث ليال‬،‫راحلتيهما‬
‫ وهو‬،‫ فأخذ بهم أسفل مكة‬،‫ والدليل الديلي‬،‫ وانطلق معهما عامربن فهيرة‬،‫فارتحَل‬
)‫طريق الساحل (رواه البخاري‬
Artinya: “Dari Aisyah R.A, ia menuturkan Nabi SAW dan Abu Bakar menyewa
seorang laki-laki yang pintar sebagai penunjuk jalan dari dari bani Ad-Dil,
kemudian dari Bani Abdi bin Adi. Dia pernah terjerumus dalam sumpah perjanjian
dengan keluarga al-Ash bin Wail dan dia memeluk agama orang-orang kafir
Quraisy. Dia pun memberi jaminan keamanan kepada keduanya, maka keduanya
menyerahkan hewan tunggangan miliknya, seraya menjanjikan bertemu di gua
Tsur sesudah tiga malam/hari . Ia pun mendatangi keduanya dengan membawa
hewan tunggangan mereka pada hari di malam ketiga, kemudian keduanya
berangkat berangkat. Ikut bersama keduanya Amir bin Fuhairah dan penunjuk
jalan dari bani Dil, dia membawa mereka menempuh bagian bawah Mekkah, yakni
jalur pantai”(H.R. Bukhari)

C. Rukun dan Syarat Ijarah


Menurut Hanafiyah rukun al-ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul dari dua
pihak yang bertransaksi. Adapun menurut Jumhur Ulama rukun ijarah ada empat, yaitu:
1. Dua orang yang berakad.
2. Sighat (ijab dan kabul).
3. Sewa atau imbalan.
4. Manfaat.

Adapun syarat-syarat al-ijarah sebagaimana yang ditulis Nasrun Haroen sebagai


berikut:

1. Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’iyah dan
Hanabilah disyaratkan telah balig dan berakal. Oleh sebab itu, apabila orang yang
belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila ijarahnya tidak sah.
Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa kedua orang yang
berakad itu tidak harus mencapai usia balig. Oleh karenanya, anak yang baru
mummayiz pun boleh melakukan akad al-ijarah, hanya pengesahannya perlu
persetujuan walinya.
2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad al-
ijarah. Apabila salah seorang di antaranya terpaksa melakukan akad ini. Maka akad
al-ijarah nya tidak sah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. An-Nisa:29
ٓ َّ ‫ٰ َيٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت َ ۡأ ُكلُ ٓواْ أ َ ۡم ٰ َولَ ُكم َب ۡينَ ُكم ِب ۡٱل ٰ َب ِط ِل ِإ‬
َ ً ‫َل أَن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرة‬
ٖ‫عن ت َ َراض‬
٢٩ ‫ٱَّللَ َكانَ ِب ُك ۡم َر ِحيمٖا‬ َّ ‫س ُك َۡۚم ِإ َّن‬َ ُ‫ِمن ُك َۡۚم َو ََل ت َ ۡقتُلُ ٓواْ أَنف‬
Wahai orang-orang yang berima, janganlah kamu saling memakan harta kamu
dengan cara yang bathil kecuali melalui suatu perniagaan yang berlaku suka sama
suka...
3. Manfaat yang menjadi objek al-ijarah harus diketahui, sehingga tidak muncul
perselisihan dikemudian hari. Apabila manfaat yang menjadi objek tidak jelas,
maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan dengan
menjelaskan jenis manfaatnya dan penjelasan berapa lama manfaat itu di tangan
penyewanya.
4. Objek al-ijarah itu boleh diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidak ada
cacatnya. Oleh sebab itu, para ulama fiqh sepakat, bahwa tidak boleh menyewakan
sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa.
Misalnya, seseorang menyewa rumah, maka rumah itu dapat langsung diambil
kuncinya dan dapat langsung boleh ia manfaatkan.
5. Objek al-ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Oleh sebab itu, para ulama
fiqh sepakat mengatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk menyantet orang
lain, menyewa seorang untuk membunuh orang lain, demikian juga tidak boleh
menyewakan rumah untuk dijadikan tempat-tempat maksiat.
6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa, misalnya menyewa
orang untuk melaksanakan shalat untuk diri penyewa atau menyewa orang yang
belum haji untuk menggantikan haji penyewa. Para ulama fiqh sepakat mengatakan
bahwa akad sewa menyewa seperti ini tidak sah, karena shalat dan haji merupakan
kewajiban penyewa itu sendiri.
7. Objek al-ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan seperti, rumah,
kendaraan, dan alat-alat perkantoran. Oleh sebab itu tidak boleh dilakukan akad
sewa menyewa terhadap sebatang pohon yang akan dimanfaatkan penyewa sebagai
sarana penjemur pakaian. Karena pada dasarnya akad untuk sebatang pohon bukan
dimaksudkan seperti itu.
8. Upah atau sewa al-ijarah harus jelas, tertentu, dan sesuatu yang memiliki nilai
ekonomi.( Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah hlm. 181-182)
D. Ketentuan dalam pembiayaan ijarah
1. Ujrah boleh berupa uang, manfaat barang,jasa, atau barang yang boleh
dimanfaatkan menurut syariah (mutaqawwam) dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Kuantitas dan/atau kualitas uirah harus jelas, baik berupa angka nominal,
prosentase tertentu, atau rumus yang disepakati dan diketahui oleh para pihak
yang melakukan akad.
3. Ujrah boleh dibayar secara tunai, bertahap/angsur, dan tangguh berdasarkan
kesepakatan sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Ujrah yang telah disepakati boleh ditinjau-ulang atas manfaat yang belum
diterima oleh Mustallr sesuai kesepakatan. (Fatwa DSN MUI; Ijarah No.112).
E. Skema pembiayaan ijarah

Objek sewa

2 4

1
Bank Nasabah
3

5
Keterangan :
1. Nasabah mendatangi bank syariah memohon pembiayaan penyewaan sebuah
rumah selama setahun, secara cicilian (bulanan) dan mereka negosiasi tentang harga.
2. Bank menyewa rumah tersebut Rp 10 juta setahun dibayarcash di muka.
3. Bank selanjutnya menyewakan rumah itu secara cicilan per bulan Rp 1 juta dengan
akad ijarah (Di sini dilaksanakan pengikatan/kontrak).
4. Rumah dimanfaatkan (digunakan) oleh nasabah.
5. Nasabah mencicil biaya sewa setiap bulan kepada bank.

F. Aplikasi kontrak pembiayaan ijarah

Majelis Ulama Indonesia melalui fatwa Dewan Syariah Nasional, telah


memberikan arahan untuk diikuti terkait kasus ijarah dalam pembiayaan bank.

Pada fatwa tentang ijarah yang dikeluarkan MUI. Para ulama memberikan
definisi ijarah sebagai transaksi pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa disertai dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Sehingga jika rental mobil digunakan sebagai contoh transaksi ijarah. Maka
penyewa mobil hanya memiliki hak guna atas barang, bukan hak milik. Sehingga harus
segera mengembalikan mobil, ketika masa sewa berahir.

Pada prakteknya di LKS, setidaknya terdapat 4 produk ijarah yang sering


digunakan dalam produk perbankan syariah. Berikut ini adalah pembahasan mengenai
4 contoh akad ijarah tersebut.

1. Ijarah Multimanfaat

Akad ijarah multimanfaat ini digunakan dalam produk pembiayaan multiguna


bank syariah. Contohnya adalah pembiayaan multiguna bank muamalat atau
pembiayaan multiguna bank mandiri syariah.

Sesuai arahan fatwa DSN-MUI no. 09 tahun 2000, akad ijarah ini dapat
digunakan untuk pembelian manfaat barang, seperti sewa mobil, ruko ataupun
peralatan. Dan juga manfaat jasa, berupa upah. Seperti biaya pendidikan dan
pengobatan.

Contoh perhitungan ijarah multijasa pada pembiayaan multiguna adalah pada


kasus pembiayaan untuk keperluan belajar di Universitas. Pada contoh akad ijarah ini,
bank bertindak sebagai pemberi manfaat. Sehingga perlu menyediakan jasa pendidikan
yang akan disewakannya. Hal ini dapat dilakukan melalui perjanjian kerjasama antara
bank dengan lembaga pendidikan.

Misal, biaya kuliah per semester sebesar Rp. 5 Juta, sehingga total biaya kuliah
selama 8 semester atau 4 tahuan adalah sebesar Rp. 40 Juta. Maka, total jasa yang
digunakan nasabah adalah sebesar Rp. 40 Juta, dan bank menetapkan ujroh atau upah
yang mereka inginkan. Misal, Rp. 8 juta. Sehingga, nasabah wajib membayar sewa
setiap bulannya, sebesar Rp. 1 juta per bulannya, selama 48 tahun.

2. Akad Ijarah Mutahiyyah Bittamlik

Contoh kasus ijarah muntahiya bittamlik adalah pembiayaan yang digunakan


untuk pembelian kendaraan bermotor pada leasing syariah dan bank syariah.

Akad yang dikenal juga dengan nama akad ijarah wa iqtina, merupakan
perjanjian sesuai syariah, untuk mengantikan praktek sewa-beli ribawi. Seperti yang
sering dipraktekkan pada lembaga leasing dan perbankan konvensional.

Adapun, pengertian akad ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) adalah perjanjian


sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang
disewakan kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.

Pada skema IMBT, para pihak yang melakukan akad IMBT harus melakukan dua
perjannjian di awal perjanjian pembiayaan.

 Pertama, adalah melakukan perjanjian ijarah terlebih yang memenuhi ketentuan


rukun dan syarat akad ijarah sesuai fatwa DSN no. 09 tahun 2000.
 Kedua, para pihak melakukan perjanjian wa’ad (janji) pemindahan kepemilikan
yang hukumnya tidak mengikat.

Sehingga, ketika bank hendak mengalihkan kepemilikan ke nasabah pada akhir


periode sewa. Kedua belah pihak harus melakukan akad pemindahan kepemilikan.
Barulah aset yang ditransaksikan sah menjadi milik nasabah.
3. Skema Ijarah dalam MMQ

Contoh akad ijarah dalam transaksi lain di perbankan adalah perjanjian sewa
yang terdapat dalam skema pembiayaan mengunakan akad musyarakah mutanaqisah
(MMQ). Sederhananya akad MMQ adalah kebalikan dari akad IMBT. Jika pada akad
akad IMBT kepemilikan oleh nasabah baru terjadi pada akhir masa sewa, setelah
nasabah melunasi uang sewanya. Maka pada akad KPR Syariah mengunakan skema
MMQ, Kepemilikan nasabah terjadi sejak awal pembiayaan. Namun, kepemilikan
tersebut masih merupakan kepemilikan bersama dengan bank. Sehingga produk KPR
syariah mengunakan akad MMQ, sering juga disebut sebagai KPR syariah kongsi.
Adapun transaksi ijarah terjadi ketika aset yang dibeli dengan akad MMQ tersebut,
disewakan oleh bank kepada nasabah selama jangka waktu pembiayaan.

Contoh transaksi ijarah mengunakan akad musyarakah mutanaqisah ini biasa digunakan
untuk pembelian aset yang sudah ada wujudnya. Misal, untuk produk KPR tanpa riba
hunian yang sudah siap dibangun.

4. Akad Ijarah Maushufah Fi Al-Dzimmah

Transaksi ijarah berikut terjadi karena praktik sewa menyewa yang mengunakan
pola pemesanan barang atau jasa berdasarkan spesifikasi yang disepakati, sering disebut
juga sewa-inden.

Oleh karena itu, MUI melalui fatwa Dewan Syariah Nasional no 102 tahun 2016
menerbitkan fatwa mengenai sewa-inden untuk produk KPR inden bank syariah.

Sehingga, jika sebelumnya hunian yang akad dibeli nasabah harus siap terlebih
dahulu, baru kemudian dilakukan pembiayaan mengunakan akad ijarah mutahiyyah
bittamlik dan musyarakah mutanaqisah.

Maka, sewa atas rumah yang belum siap atau masih akan dibangun, dapat
dilakukan mengunakan akad ijarah maushufah fi al-dzimmah ini. Dengan syarat
memenuhi syarat ketentuan berlakunya.

Terdapat dua model pembayaran ijarah yang lazim digunakan di industri keuangan
syariah :
1. Contingent to performance : pembayaran tergantung pada kinerja objek sewa, contoh
: andi akan mengatakan akan memberi uang sebesar Rp. 500.000 bagi yang menemukan
KTP milik andi yang hilang di rental komputer.
2. Not Contingent to performnace : pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek sewa,
contoh Sewa Safe Deposit Box selama 2 bulan tarif Rp. 100.000/bulan . setelah akad
bilamana nasabah hanya mempergunakan SDB selama 1½ bulan , maka nasabah tetap
bayar untuk sewa 2 bulan yaitu sebesar Rp. 200.000.

Dalam hal lain , dinyatakan bahwa ujroh akan wajib dibayar oleh mustajir dan dapat
dimiliki oleh mu’jir jika :

a) di persyaratkan segera di bayar sebagaimana terdapat dalam kontrak


b) menyegarkan pembiayaan ujrah dengan tujuan untuk mempercepat berkahirnya akad
c) membayar atas penggunaan objek sewa secara bertahap berdasarkan waktu
penggunaan.

Jika telah disepakati bahwa pembayaran sewa dikenakan setelah masasewa


berakhir maka kontrak sewa tetap sah. Kepemilikan ujroh adalahmengikuti kepemilikan
manfaat objek sewa, sedang kepemilikan manfaatobjek sewa mengikuti perjalanan
waktu.

Menetapkan penyerahan objek sewa dapat mengikuti perkembanganmasa


(waktu per waktu), namun hal tersebut sangat susah diterapkan, olehsebab itu
ditetapkan bahwa pembayaran sewa adalah mengikuti hari ataumengikuti peringkat.
Metode tersebut didasari pada dalil istihsân
KESIMPULAN
Akad ijarah merupakan berntuk pertukaran yang objeknya berupa manfaat
dengan disertai imbalan tertentu. Ijarah apabila objeknya berupa benda disebut sewa-
menyewa, sedangkan jika objeknya berupa manfaat perbuatan disebut upah-mengupah.
Timbulnya ijarah disebutkan adanya kebutuhan akan manfaat barang atau jasa yang
tidak mungkin diperoleh melalui kepemilikan.
Akad ijarah harus dipenuhi dengan adanya Dua orang yang berakad, sighat (ijab
dan kabul), Sewa atau imbalan. Serta manfaat. Adapun manfaat ijarah boleh berupa
uang, manfaat barang,jasa, atau barang yang boleh dimanfaatkan menurut syariah
(mutaqawwam) dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kuantitas dan/atau kualitas ijrah harus jelas, baik berupa angka nominal,
prosentase tertentu, atau rumus yang disepakati dan diketahui oleh para pihak yang
melakukan akad. Ujrah boleh dibayar secara tunai, bertahap/angsur, dan tangguh
berdasarkan kesepakatan sesuai dengan syariah dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ujrah yang telah disepakati boleh ditinjau-ulang atas manfaat
yang belum diterima oleh Mustallr sesuai kesepakatan. (Fatwa DSN MUI; Ijarah
No.112).
Pada prakteknya di LKS, setidaknya terdapat 4 produk ijarah yang sering
digunakan dalam produk perbankan syariah. Berikut ini adalah pembahasan mengenai
4 contoh akad ijarah tersebut diantaranya, Ijarah Multimanfaat, Akad Ijarah
Mutahiyyah Bittamlik , Skema Ijarah dalam MMQ, Akad Ijarah Maushufah Fi Al-
Dzimmah .
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Chairuman Pasaribu.2004.Hukum Perjanjian dalam Islam.Jakarta.Sinar Grafika


Burhanuddin S.2009.Hukum Kontrak Syariah.Yogyakarta.BPFE Yogyakarta
Prof. Dr. H. Abdul Rahman Ghazaly, M.A.2010.Fiqih Muamalat.Jakarta.Kencana Prenada
Media Group

Anda mungkin juga menyukai