Anda di halaman 1dari 20

1.

Pengertian ijarah

Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah ialah ijarah. Menurut bahasa,
ijarah berarti “upah” atau “ganti” atau “imbalan”. Karena itu, lafaz ijarah mempunyai
pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan sesuatu
kegiatan, atau upah karena melakukan sesuatu aktifitas. Kalau sekiranya kitab-kitab fiqih
selalu menerjemahkankata ijarah dengan “sewa-menyewa”, maka hal tersebut janganlah
diartikan menyewa sesuatu barang untuk diambil manfaatnya saja, tetapi harus dipahami
dalam arti yang luas, ijarah bermakna suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu
dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama artinya dengan
menjual manfaat sesuatu benda, bukan menjual ain dari benda itu sendiri. Kelompok
Hanafiah mengartikan ijarah dengan akad yang berisi pemilikan manfaat tertentu dari suatu
benda yang diganti dengan pembayaran dalam jumlah yang disepakati. Dengan istilah lain
dapat pula disebutkan bahwa ijarah adalah salah satu akad yang berisi pengambilan manfaat
sesuatu dengan jalan penggantian.

Jadi pengertian ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan
musta’jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Ijarah
muntahiyah bittamlik adalah akad sewa- menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan “opsi perpindahan
hak milik” obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Indonesia (Bank Indonesia) menjelaskan
yaitu Ijarah – sewa menyewa – Akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) – sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan
barang. Sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa
yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan di penyewa.

Dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Iajarah dijelaskan beberapa pengertian yang
dipergunakan dalam transaksi Ijarah sebagai berikut:

a. Aset Ijarah adalah aset baik berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya
disewakah.
b. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan aset itu sendiri.Sewa yang dimaksud adalah sewa operasi (operating
lease).
c. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan aset
yang di- ijarah-kan pada saat tertentu.
d. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud.
Sewa operasi adalah sewa yang tidak mengalihkan secara subtansial seluruh risiko
dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset
2. Dasar Hukum Ijarah

Al-ijarah dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah mengupah merupakan
muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut Jumhur Ulama
adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan oleh
syara‟ berdasarkan ayat al-Qur‟an, hadishadis Nabi dan ketetapan Ijma Ulama. Adapun
dasar hukum tentang kebolehan al-ijarah dalam al-Quran terdapat dalam beberapa ayat
diantaranya firman Allah antara lain:

1. Dasar hukum sewa-menyewa dalam Al-Qur‟an.Dalam surat Az-Zukhrufayat 32


diterangkan:

ُ ‫ت ِل َيتَّ ِخذَ َب ْع‬


‫ض ُه ْم‬ ٍ ‫ض دَ َر َجا‬ٍ ‫ض ُه ْم َف ْوقَ َب ْع‬َ ‫شتَ ُه ْم ِفي ْال َح َيا ِة الدُّ ْن َيا ۚ َو َرفَ ْعنَا َب ْع‬ َ َ‫أ َ ُه ْم َي ْق ِس ُمونَ َرحْ َمتَ َر ِبكَ ۚ نَحْ نُ ق‬
َ ‫س ْمنَا َب ْينَ ُه ْم َم ِعي‬
َ‫س ْخ ِريًّا ۗ َو َرحْ َمتُ َر ِبكَ َخي ٌْر ِم َّما َيجْ َمعُون‬ُ ‫َب ْعضًا‬

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmatTuhanmu? Kami telah


menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan.”

2. Dalam surat Al-Qashas ayat 26 diterangkan:

ُّ ‫ت ا ْستَأ ْ ِج ْرهُ ۖ إِ َّن َخي َْر َم ِن ا ْست َأ ْ َج ْرتَ ْالقَ ِو‬


ُ‫ي ْاْل َ ِمين‬ ِ َ‫ت إِحْ دَا ُه َما يَا أَب‬
ْ َ‫قَال‬

Artinya:“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

Adapun dasar hukum dari hadits Nabi diantaranya adalah:

1. Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. bersabda:
“Rasulullah saw berbekam, kemudian beliau memberikan upah kepada tukang-
tukang itu”.
2. Riwayat Ibnu Maajah, Rasulullah bersabda:
”Berikanlah upah atau jasa kepada orang yang diupah sebelum kering keringatnya”.

Adapun dasar hukum ijarah berdasarkan ijma‟ ialah semua umat sepakat, tidak ada seorang
ulama pun membantah kesepakatan (ijma‟) ini, sekalipun ada beberapa orang diantara
mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu tidak dianggap. Umat Islam pada masa sahabat
telah berijma‟ bahwa ijarah dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.
Akad sewa menyewa ini disyariatkan berdasarkan Alqur‟an,al-Sunnah dan al-Ijma‟.Firman
Allah dalam QS al-Thalāq sebagai berikut:

َ َ‫ت َح ْم ٍل فَأ َ ْن ِفقُوا َعلَ ْي ِه َّن َحتَّ ٰى ي‬


َ‫ض ْعن‬ َ ُ ‫ضيِقُوا َعلَ ْي ِه َّن ۚ َوإِ ْن ُك َّن أ‬
ِ ‫وَل‬ َ ُ ‫اروه َُّن ِلت‬ َ ُ ‫ْث َس َك ْنت ُ ْم ِم ْن ُوجْ ِد ُك ْم َو ََل ت‬
ُّ ‫ض‬ ُ ‫أَ ْس ِكنُوه َُّن ِم ْن َحي‬
‫ض ُع لَهُ أ ُ ْخ َر ٰى‬
ِ ‫ست ُ ْر‬ َ ‫وره َُّن ۖ َوأْت َِم ُروا بَ ْي َن ُك ْم بِ َم ْع ُروفٍ ۖ َوإِ ْن تَعَا‬
َ َ‫س ْرت ُ ْم ف‬ َ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَآتُوه َُّن أ ُ ُج‬
َ ‫َح ْملَ ُه َّن ۚ فَإ ِ ْن أ َ ْر‬

Yang Artinya: Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. Jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin. Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu,
maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya. (Q.S. Al-Talaq: 65: 6).

Ayat tersebut diatas menjelaskan tentang perintah memberi upah bagi para ibu yang telah
diceraikan suaminya kemudian menyusui anak dari hasil perkawinan sebelumnya. Tradisi
bangsa Arab pada zaman dahulu adalah menyusukan anaknya kepada orang lain, dari sini
muncul istilah saudara satu susuan atau ibu susu. Sebagaimana Rasulullah SAW yang
disusukan kepada Halimah al-Sa‟diyah. Rasulullah SAW dalam hadis yang berasal dari Abu
Hurairah bersabda:

Artinya: Dari Abi Hurairah ra, dari Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman : Tiga
golongan manusia yang menjadi musuhku dihari kiamat nanti, yaitu seseorang yang memberi
kemudian ia menghianatinya dan seseorang yang menjual sesuatu tetapi ia memakan
harganya dan seseorang yang menyewa seseorang untuk dipekerjakan, ia memanfaatkannya
tetapi belum membayar upahnya.

Hadis diatas menjelaskan betapa Rasulullah menghargai seseorang yang telah memberikan
tenaganya untuk dimanfaatkan oleh orang lain, sehingga beliau mengecam orang yang
memanfaatkan tenaga pekerja dan tidak memberinya upah, dengan ancaman menjadi salah
satu musuh Rasulullah SAW dihari akhir kelak. Fuqaha mengutip hadis Rasulullah SAW
yang lain sebagai berikut: Yang artinya: Berikanlah upah (jasa) pada orang yang kamu
pekerjakan sebelum kering keringat mereka. Yang artinya: Rasulullah SAW bersabda:
Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dengan tanaman yang tumbuh, lalu
Rasulullah SAW melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya uang
emas atau uang perak.16 Ayat Alqur‟an dan dua hadis tersebut di atas menjadi landasan
konsensus fuqaha tentang kebolehan akad ijarah dan tak seorang ulama pun yang meniadakan
kebolehannya. Ijarah disyariatkan berdasarkan hajat umat manusia, guna memenuhi
kebutuhan hidup mereka sehari-hari,baik kebutuhan pokok atau kebutuhan bukan pokok
lainnya yang menunjang keberlangsungan hidup umat manusia. Perlu diketahui bahwa tujuan
disyariatkannya ijarah itu adalah untuk memberikan keringanan kepada umat dalam
pergaulan hidup. Seseorang mempunyai uang tetapi tidak dapat bekerja; dipihak lain ada
yang punya tenaga dan membutuhkan uang. Dengan adanya ijarah keduanya saling mendapat
keuntungan dan memperoleh manfaat.
3. Macam macam ijarah

Dilihat dari segi obyeknya ijarah dapat dibagi menjadi dua macam: yaitu ijarah yang bersifat
manfaat dan yang bersifat pekerjaan. Pertama, Ijarah yang bersifat manfaat misalnya: sewa-
menyewa rumah, toko, kendaraan, pakaian (pengantin) dan perhiasan. Apabila manfaat itu
merupakan manfaat yang dibolehkan syara‟ untuk dipergunakan, maka para ulama fiqih
sepakat menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewa. Menurut ulama Hanafiyah,
ketetapan akad ijarah kemanfaatan yang sifatnya mubah. Menurut ulama Malikiyah, hukum
ijarah sesuai dengan keberadaan manfaat. Ulama Hanabilah dan Syafi‟iyah berpendapat
bahwa hukum ijarah tetap pada keberadaannya, dan hukum tersebut menjadikan masa sewa
seperti benda yang tampak. Kedua, ijarah yang bersifat pekerjaan adalah dengan cara
mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Ijarah semacam ini dibolehkan
seperti buruh bangunan, tukang jahit, tukang sepatu, dan lain-lain, yaitu ijarah yang bersifat
kelompok (serikat). Ijarah yang bersifat pribadi juga dapat dibenarkan seperti menggaji
pembantu rumah tangga, tukang kebun dan satpam.

Dalam hal ini ijarah yang bersifat pekerjaan atau upah-mengupah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Ijarah khusus

Yaitu ijarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya, orang yang bekerja tidak
boleh bekerja selain dengan orang yang telah memberinya upah.

2. Ijarah musytarik

Yaitu ijarah yang dilakukan bersama-sama atau melalui kerjasama. Hukumnya, dibolehkan
bekerjasama dengan orang lain. Ijarah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Ijarah „Ayan: dalam hal ini terjadi sewa menyewa dalam bentuk benda atau binatang
dimana orang yang menyewakan mendapatkan imbalan dari penyewa.
b. Ijarah Amal: dalam hal ini terjadi sewa menyewa dalam bentuk jasa atau skill
(kemampuan).
4. Akuntansi Ijarah

Salah satu perbedaan akuntansi Ijarah dengan akuntansi sewa beli (leasing) adalah pencatatan obyek
ijarah yang dilakukan oleh Lessor. Disamping itu ada beberapa akun yang dipergunakan dalam akuntansi Ijarah
pada pemilik obyek Ijarah. Selain itu akan dibahas pengadaan obyek ijarah, perhitungan harga sewa,
pemeliharaan dan perbaikan obyek ijarah, pengalihan kepemilikan khusus untuk Ijarah Muntahia Bittamlik.

Akun-akun berikut dan penjelasannya yang dipergunakan untuk mencatat transaksi Ijarah, baik yang
berhubungan dengan pembuatan Laporan Posisi Keuangan (neraca) dan Laporan Laba Rugi pada Akuntansi
Pemilik Obyek Ijarah.

1) Akun-akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


Beberapa akun yang dipergunakan dalam pencatatan transaksi Ijarah yang diperlukan dalam
Laporan Posisi Keuangan (neraca) antara lain:
a. Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat obyek Ijarah, baik atas aset
berwujud maupun aset tidak berwujud.
b. Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat penyusutan Obyek Ijarah Aset
berwujud dengan mempergunakan metode penyusutan sesuai ketentuan PSAK yang
terkait.
c. Sewa Multijasa Tangguhan/Sewa Lanjut Tangguhan
Akun ini dipergunakan untuk mencatat biaya perolehan obyek ijarah aset
tidak berwujud (misalnya untuk produk multijasa yang mempergunakan akad Ijarah).
d. Cadangan biaya pemeliharaan/perbaikan
Akun ini dipergunakan dalam hal pembentukan cadangan biaya
pemeliharaan obyek ijarah.

2) Akun-akun Laporan Laba Rugi


Beberapa akun yang dipergunakan dalam pencatatan transaksi Ijarah untuk kepentingan
pembuatan Laporan Posisi Keuangan antara lain:
a. Biaya Penyusutan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat biaya penyusutan yang dilakukan atas obyek
ijarah atas aset berwujud, baik iajrah maupun IMBT.
b. Biaya Pemeliharaan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat biaya pemeliharaan obyek ijarah yang menjadi
tanggung jawab pemilik obyek ijarah (lessor) atas aset berwujud.
c. Biaya Amortisasi Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat beban amortisasi yang telah dilakukan atas obyek
ijarah aset tidak berwujud.
d. Keuntungan Pelepasan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat keuntungan pelepasan Aset Ijarah, baik Asaet
Ijarah maupun IMBT atas aset berwujud dimana nilai tercatat lebih rendah dari nilai
jualnya.
e. Kerugian Pelepasan Aset Ijarah
Akun ini dipergunakan untuk mencatat kerugian pelepasan Aset Ijarah, baik Asaet Ijarah
maupun IMBT atas aset berwujud dimana nilai tercatat lebih tinggi dari nilai jualnya.
f. Pendapatan Sewa
Akun ini dipergunakan untuk mencatat harga sewa yang harus dibayar oleh penyewa
(lessee).

4.1 Objek Ijarah

Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud. Obyek Ijarah atas penggunaan
aset berwujud ini yang diterapkan untuk Ijarah atau Ijarah Muntahia Bittamlik, khususnya IMBT karena ada
opsi pemindahan kepemilikan. Oleh karena itu pemilik obyek Ijarah (lesssor) harus memilik aset yang akan
disewakan.
Dalam pengukuran Aset Ijarah berdasarkan biaya historis untuk pengukuran asset yang diperoleh untuk Ijarah
yang mengacu kepada nilai wajarnya pada tanggal perolehan, termasuk jumlah yang dikeluarkan agar asset
tersebut bisa digunakan yaitu Ijarah. Nilai wajar pada tanggal perolehan ditafsirkan sebagai harga yang dibayar
bank untuk membeli asset tersebut dalam suatu transaksi yang bersahabat. Dasar ini dianggap lebih relevan dan
reliable dari pada dasar-dasar pengungkapan alternatif.

A. Pengadaan Aset Ijarah

Pengadaan Obyek Ijarah merupakan tanggung jawab lessor atau pemilik obyek Ijarah (dalam hal ini tanggung
jawab LKS Mitra Mandiri). Salah satu cara untuk memperoleh obyek Ijarah adalah dengan melakukan
pembelian Aset Ijarah (obyek ijarah).

Contoh kasus akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik dapat diberikan ilustrasi contoh sebagai berikut:
LKS Mitra Mandiri memiliki dua buah Kijang Inova dengan harga perolehan masing-masing sebesar
Rp120.000.000,00 LKS Mitra Mandiri menetapkan kebijakan masa penyusutan Kijang Inova selama 5 tahun.
Atas permintaan nasabah, LKS Mitra Mandiri mensepakati penyewaan mobil Kijang Inova dengan data sebagai
berikut :

a. Kijang Inova pertama disewakan tanpa opsi pemindahan kepemilikan (akad ijarah) selama
setahun dengan return setara dengan 25%/pa kepada Hasan.
b. Kijang Inova kedua disewakan dengan opsi pemindahan kepemilikan (akad Ijarah Muntahia
Bittamlik) selama 2 tahun dengan return setara dengan 20%/pa, kepada Amir. Pembayaran
harga sewa oleh penyewa dilakukan setiap tanggal 15.

Pada tanggal 1 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri membeli dua buah mobil Kijang Inova, dengan harga masing-
masing mobil sebesar Rp118.000.000,00. Atas pembelian mobil Inova tersebut oleh LKS Mitra Mandiri
dilakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Persediaan Rp236.000.000,00


Cr. Kas/Rekening pemilik Asset Rp236.000.000,00

Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan akun-akun dan Laporan Posisi Keuangan/neraca
LKS Mitra Mandiri sebagai berikut:

B. Pengeluaran biaya lain aset Ijarah

Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah seluruh kas dan setara kas yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset sampai aset tersebut dalam kondisi siap untuk dipergunakan atau dijual. Dari pengertian ini
dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan harga perolehan barang adalah harga barang dikurangi diskon dari
pemasok sebelum akad dilaksanakan ditambah dengan biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan barang yang
menjadi tanggung jawab pembeli, misalnya biaya angkut, biaya surat-surat barang dsb (sesuai syarat penyerahan
barang) sampai aset tersebut dapat dipergunakan atau dijual.

Contoh:

Tanggal 5 Maret LKS Mitra Mandiri membayar biaya balik nama, BPKB dan surat-surat lainya masing-masing
mobil sebesar Rp2.000.000,00. Atas pengeluaran biaya-biaya tersebut. LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik
obyek Ijarah melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Persediaan (biaya surat) Rp4.0000.000


Cr. Kas Rp4.0000.000

Atas jurnal transaksi diatas akan mengakibatkan perubahan akun-akun dan Laporan Posisi Keuangan (neraca)
LKS Mitra Mandiri sebagai pada pemilik obyek ijarah sebagai berikut:
4.2 Harga Sewa

Banyak para praktisi Lembaga Keuangan Syariah yang salah dalam memahami harga sewa dalam Ijarah
khususnya dalam Ijarah Muntahiya Bittamlik. Banyak harga sewa ini ditentukan berdasarkan jenis obyek sewa
yang dimiliki tanpa memperhatikan akad yang dipergunakan dan jangka waktu sewa yang dilakukan. Juga
banyak yang beranggapan bahwa harga sewa ini merupakan pendapatan yang harus dibagikan dalam pembagian
hasil usaha (profit distribusi).

1. Perhitungan Harga Sewa

Berdasarkan penjelasan diatas dan memperhatikan ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional
diatas, maka harga sewa Ijarah dipengaruhi oleh biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan obyek ijarah,
sehingga LKS Mitra Mandiri melakukan perhitungan harga sewa Ijarah dan IMBT dalam contoh di atas sebagai
berikut:

1. Perhitungan harga sewa untuk Ijarah:


Harga perolehan obyek Ijarah Rp.120.000.000,00
Umur ekonomis 5 th (sesuai kebijakan LKS)
Keuntungan yang diharapkan 20%
Biaya penyusutan obyek ijarah: 120.000.000/5 = Rp24.000.000,00 per tahun

Perhitungan harga sewa Ijarah adalah sebagai berikut:


Harga Perolehan Obyek Ijarah per tahun Rp.24.000.000,00
Keuntungan: 20% x Rp24.000.000,00 Rp. 4.800.000,00
--------------------
Harga sewa pertahun Rp.28.800.000,00
Perhitungan harga sewa untuk Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Harga perolehan obyek Ijarah Rp.120.000.000,00
Umur ekonomis 2 th (sesuai masa sewa)
Keuntungan yang diharapkan 20%
Biaya penyusutan obyek ijarah : 120.000.000/2 = Rp60.000.000,00
per tahun Perhitungan harga sewa IMBT adalah sebagai berikut:
Harga perolehan obyek IMBT Rp.60.000.000,00
Keuntungan: 20% x Rp.60.000.000,00 Rp.12.000.000,00
--------------------
Harga sewa per tahun Rp.72.000.000,00
Atau pembayaran harga sewa per bulan sebesar Rp6.000.000,00.

Jadi dari perhitungan tersebut di atas, dapat dilihat bahwa harga sewa sangat ditentukan oleh akad yang
dilakukan (ijarah atau IMBT), masa sewa yang dilakukan khususnya IMBT. Sehingga obyek ijarah yang sama
(misalnya mobil Kijang Inova) memiliki harga sewa yang berbeda jika akad dilakukan berbeda dan jangka
waktu sewanya juga berbeda.

2. Pelaksananaan Akad Ijarah

Dalam pelaksanaan akad ijarah, tidak ada perbedaan jurnal dalam akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahia
Bittamlik. Yang membedakan pemindahan kepemilikan dalam Ijarah Muntahia Bittamlik, dimana hal ini tidak
ada dalam transaksi ijarah. Selain itu juga jumlah transaksinya saja, karena hal ini dipengaruhi oleh perhitungan
harga perolehan, dimana didalamnya terkandung beban penyusutan yang dipengaruhi oleh masa penyusutan
obyek ijarah tersebut. Oleh karena transaksi Ijarah ini pencatatan aset ada pada Lembaga Keuangan Syariah
sebagai lessor, maka baik obyek tersebut disewakan atau tidak disewakan tetap dilakukan penyusutan. Untuk
memberikan gambaran jurnal yang dilakukan dalam pelaksanaan akad ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik
dapat diberikan contoh berikut. Dalam contoh tersebut obyek ijarah atas penggunaan manfaat aset berwujud,
sedangkan obyek ijarah atas penggunaan aset tidak berwujud (Ijarah Lanjut dan Multijasa) dapat dilihat dalam
pembahasan Ijarah Lanjut butir berikutnya.
Contoh :

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-data sebagai berikut:

A. Jenis Akad (pertama) : Ijarah


Nama Penyewa : Hasan
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp.120.000.000,00
Nilai sisa / residual value : Rp.1
Total pembayaran sewa per thn : Rp.28.200.000,00 (Rp2.400.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp14.400.000 ( 6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 1 (satu) tahun
Biaya administrasi : Rp.300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan
B. Jenis Akad (kedua) : Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Nama Penyewa : Amir
Jenis barang yang disewa :Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000,00
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp72.000.000 (Rp6.000.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp36.000.000 ( 6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 2 (satu) tahun
Opsi pengalihan pemilikan : Akhir masa sewa
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

Atas transaksi ijarah di atas, LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek ijarah pada tanggal
10 Maret 2008 dengan jurnal sebagai berikut :

Ijarah :

Dr. Aset Ijarah Rp.120.000.000

Cr. Persediaan Rp.120.000.000

IMBT

Dr. Aset Ijarah Rp.120.000.000

Cr. Persediaan Rp.120.000.000

3. Penyusutan Obyek Ijarah

Banyak yang mengatakan bahwa Ijarah Muntahia Bittamlik sama dengan Sewa Beli/Sewa Pembiyaan (finance
lease). Dari segi akuntansi keduanya sangat berbeda, jika sewa beli pencatatan aset dilakukan oleh lessee
sehingga lessee yang harus melakukan penyusutan dan pemeliharaan aset tersebut, sedangkan dalam Ijarah
Munthia Bittamlik pencatatan aset atau obyek ijarah tetap dilakukan oleh lessor, oleh karena itu lessor yang
harus melakukan penyusutan dan pemeliharaan aset atau obyek Ijarah Muntahia Bittamlik tersebut. Jadi obyek
Ijarah Muntahia Bittamlik tetap menjadi aset lessor selama belum dilakukan pemindahan kepemilikan, oleh
karena itu baik aset atau obyek ijarah ini disewakan atau tidak tetap dilakukan penyusutan sebagai pengurangan
nilai yang dilakukan oleh aset berwujud. Berikut akan dibahas lebih rinci penyusutan dan pemelihraan obyek
ijarah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah sebagai pihak yang menyewakan
Metode penyusutan

1. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola kosumsi manfaat ekonomis
masa depan dari aset oleh entitas (paragraf 63).
2. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan,
apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa
depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola
tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan akuntansi sesuai dengan
PSAK 25 (paragraf 64).
3. Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara
sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode garis lurus
(straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method) dan metode jumlah unit
(sum of the unit method). Metode garis lurus menghasilan pembebanan yang tetap selama umur
manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan
yang menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit mengahasilkan pembebanan berdasarkan
pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih
berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset dan diterapkan secara
konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat
ekonomis masa depan dari aset tersebut (paragraf 65)

Metode Amortisasi

1. Metode amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomis oleh perusahaan. Jika pola
tersebut tidak dapat ditentukan secara andal, maka harus digunakan metode garis lurus. Biaya
amortisasi setiap periode harus diakui sebagai beban kecuali PSAK lain mengizinkan atau
mengharuskannya untuk dimasukkan ke dalam nilai tercatat aset lain (paragraf 67).
2. Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasi jumlah yang dapat diamortisasi dari suatu aset
atas dasar yang sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode-metode itu meliputi metode garis lurus,
metode saldo menurun dan metode jumlah unit produksi. Metode yang digunakan pada suatu aset
ditentukan berdasarkan perkiraan pola konsumsi manfaat ekonomis dan diterapkan secara konsiten dari
satu periode ke periode lainnya, kecuali bila terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi
tersebut. Pada umumnya akan sangat sulit ditemukan bukti yang mendukung diterapkannya metode
amortisasi aset tidak berwujud yang akan menghasilkan jumlah akumulasi amortisasi yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan akumulasi amortisasi berdasarkan metode garis lurus (paragraf 68).
3. Amortisasi biasanya diakui sebagai beban. Namun, kadang-kadang, manfaat ekonomis yang
terkandung dalam suatu aset diserap oleh perusahaan untuk menghasilkan aset lain dan tidak
menimbulkan beban. Dalam hal demikian, beban amortisasi merupakan bagian dari harga pokok aset
lain tersebut dan dimasukkan ke dalam nilai tercatatnya. Misalnya, amortisasi aset tidak berwujud yang
digunakan dalam proses produksi dimasukkan ke dalam nilai tercatat persediaan (paragraf 69)

Jadi metode penyusutan atau amortisasi yang diperkenan sesuai PSAK 16 dan PSAK 19 adalah:

Metode Garis lurus (straight Line method)

a. Ciri-ciri:
a. Sederhana (simple)
b. Penyusutan per periode tetap
c. Tidak memperhatikan pola penggunaan aktiva tetap.
b. Rumus:

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑎


Penyusutan =
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

Dapat pula dihitung dengan persentase

Tarif penyusutan = 100%/Umur ekonomis


Penyusutan: Tarif x Harga perolehan

c. Contoh:

Data aktiva tetap Tahun 2001 harga perolehan perlengkapan sebesar Rp10.500.000,00. Nilai residu
Rp500.000,00. Umur ekonomis 5 tahun.

Perhitungan beban penyusustan

𝑅𝑝.10.500.000,00−𝑅𝑝.500.000,00
= Rp. 2.000.000,00
5

Jurnal beban penyusutan masing-masing tahun :

Dr. Beban Penyusutan xxxx

Cr.Akumulasi Penyusutan xxxx

Metode saldo menurun (declining balance methode)

a. Ciri – ciri metode saldo menurun :

1. Tarif penyusutan per periode semakin menurun


2. Perhitungan penyusutan tanpa memperhitungkan estimasi nilai sisa
3. Metode ini selalu menghasilkan angka yang harus dibulatkan pada akhir usia
ekonomis

b. Rumus besaran tarif penyusutan


Tarif penyusutan = 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 × 2

Besaran persentase dihitung dengan cara menggandakan besarnya persentase garis lurus

c. Contoh:

Data aktiva tetap Awal th 2001 harga perolehan peralatan Rp13.000.000 estimasi nilai sisa
Rp1.000.000. Umur ekonomis 5 tahun.

Perhitungan beban penyusutan:


Tarif penyusutan = tarif garis lurus x 2

= 100% / 5 x 2

= 40%

Jurnal beban penyusutan masing-masing tahun :

Dr. Beban Penyusutan xxxx

Cr. Akumulasi Penyusutan xxxx

Metode Unit Aktivitas (Units of Activity Method)


a. Ciri-ciri:

1. Beban penyusutan per periode berfluktuasi


2. Tarif penyusutan tetap
3. Diperhatkan pola penggunaan
4. Digunakan apabila umur manfaat aktiva tetap tergantung kepada tingkat pemakaiannya

b. Rumus:

ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎


Tarif Penyusutan =
𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠

c. Contoh :

Data-data Awal tahun 2001 harga perolehan peralatan Rp10.100.000,00, estimasi nilai residu Rp100.000,00.
Penggunaan peralatan th 2001 : 20.000 jam, 2002 : 30.000 jam, 2003 : 10.000 jam, 2004 : 40.000 jam.

Beban penyusutan:

10.000.000−100.000
Tarif per jam = = Rp100 / jam Tabel beban penyusutan:
100

Jurnal beban penyusutan masing-maisng tahun:

Dr. Beban Penyusutan xxxxx

Cr. Akumulasi Penyusutan xxxxx

Jika dibandingkan dengan pengakuan keuntungan dalam transaksi murabahah yang dilakukan secara
proporsional, maka penyusutan yang tepat untuk ijarah dan ijarah muntahia bittamlik serta amortisasi untuk
obyek ijarah atas penggunaan aset tidak berwujud lebih tepat secara umum mempergunakan metode garis lurus
(straight line method).

Perhitungan Penyusutan Obyek Ijarah

Biaya penyusutan merupakan harga pokok ijarah oleh karena itu berikut diberikan gambaran
perhitungan penyusutan yang dilakukan pada obyek ijarah dan ijarah muntahia bittamlik dengan
mempergunakan metode garis lurus.

1. Perhitungan penyusutan untuk Ijarah

Dalam perhitungan penyusutan obyek ijarah sangat terkait dengan umur ekonomis atau masa
penyusutan. Dalam psak 107 tentang Ijarah, penyusutan dilakukan sesuai kebijakan pemilik obyek
ijarah untuk transaksi ijarah tanpa opsi pemindahan kepemilikan.

Contoh:

Atas mobil Inova yang dimiliki oleh LKS Mitra Mandiri dengan harga perolehan sebesar
Rp120.000.000, yang disewakan kepada Hasan dengan prinsip Ijarah, LKS Mitra Mandiri memiliki
kebijakan bahwa untuk mobil Inova ditetapkan umur ekonomisnya selama 5 tahun.

Atas contoh tersebut diatas, perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh LKS Mitra Mandiri sebagai
pemilik obyek ijarah adalah sebagai berikut:

Harga perolehan : Rp. 120.000.000,00


Umur ekonomis (masa penyusutan) : 5 tahun (sesuai kebijakan)

Metode penyusutan : garis lurus (straight line method)

Rumus :

ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢


𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

Oleh karena itu perhitungan penyusutan obyek ijarah tersebut adalah

120.000.000−1
Penyusutan = = 24.000.000 per tahun atau 2.000.000 per bulan
5
Sehingga jurnal beban penyusutan yang dilakukan oleh pemilik obyek ijarah adalah sebagai berikut:
Dr. Biaya penyusutan Aset Ijarah Rp2.0000.000,00

Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah Rp2.000.000,00

2. Perhitungan penyusutan untuk Ijarah Muntahia Bittamlik

Umur ekonomis Ijarah Muntahia Bittamlik berbeda dengan Ijarah. Hal ini seperti penjelasan yang diberikan
dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah sebagai berikut:

12. Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan
dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur ekomonis dapat berbeda dengan umur teknis.
Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama 10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik
selama 5 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya adalah 5 tahun.

Jadi dapat disimpulkan bahwa umur ekonomis obyek ijarah sama dengan masa sewa dari Obyek Ijarah
Muntahia Bittamlik, sehingga jika pada akhir masa sewa dilakukan pemindahah kepemilikan (khususnya dengan
hibah) tidak terdapat kerugian yang dialami oleh pemilik obyek ijarah.

Contoh :

Atas mobil Inova yang dimiliki oleh LKS Mitra Mandiri dengan harga perolehan sebesar Rp120.000.000, yang
disewakan kepada Hasan dengan prinsip Ijarah dengan opsi pemindahan kepemilikan (Ijarah Muntahia
Bittamlik) dengan masa sewa selama 2 tahun. LKS Mitra Mandiri memiliki kebijakan bahwa untuk mobil Inova
ditetapkan umur ekonomisnya selama 5 tahun.

Atas contoh tersebut diatas, perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh pemilik obyek ijarah adalah sebagai
berikut:

Harga perolehan obyek ijarah : Rp120.000.000,00


Umur ekonomis (masa penyusutan) : 2 tahun (sesuai masa sewa)

Metode penyusutan :garis lurus (straight line method)

Rumus :

ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢


𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠
Oleh karena itu perhitungan penyusutan obyek ijarah tersebut adalah:

120.000.000−1
Penyusutan = = 60.000.000 per tahun atau 5.000.000 per bulan
2

Sehingga jurnal beban penyusutan yang dilakukan oleh pemilik obyek ijarah adalah sebagai berikut :

Dr. Biaya penyusutan Aset Ijarah Rp5.0000.000,00


Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah Rp5.000.000,00

4. Pemeliharaan dan perbaikan Obyek Ijarah

Dalam transaksi Ijarah atau Ijarah Muntahiyyah Bittamlik yang dijalankan oleh Bank Syariah, secara prinsip
Aset Ijarah adalah milik Lembaga Keuangan Syariah, sehingga biaya pemeliharaan dan perbaikan atas Aset
Ijarah tersebut menjadi tanggung jawab Lembaga Keuangan Syariah. Perbaikan dan pemeliharaan Aset Ijarah
penting, selain dari pada perawatan berkala dan operasional oleh lessee, merupakan tanggung jawab dari lessor
kecuali kalau itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian lessee, sehubungan dengan hal tersebut, biaya-biaya
perbaikan dibebankan pada periode terjadinya jika tidak material. Tetapi, jika biaya perbaikan diperkirakan
material dan berbeda jumlahnya dari tahun ke tahun, maka sistem pencadangan untuk perbaikan harus
ditetapkan dan digunakan yaitu pencadangan biaya perbaikan ditetapkan dan dengan demikian biaya perbaikan
dibebankan secara merata selama jangka waktu persewaan dengan membebankan biaya berkala terhadap
pencadangan.

Untuk memberikan gambaran yang jelas beban pemeliharaan dan perbaikan Aset Ijarah ini dapat diberikan
contoh sebagai berikut:

a) Berdasarkan penelitian dan pengalaman dari LKS Mitra Mandiri biaya perbaikan rutin dan
pemeliharaan Aset Ijarah tersebut di atas diperkirakan sebesar Rp2.000.000,00 yang harus
dicadangkan.
Jurnal pencadangan :
Dr. Biaya perbaikan Aset Ijarah Rp2.000.000,00

Cr. Cadangan perbaikan Aset Ijarah Rp2.000.000,00

b) Apabila pada bulan yang bersangkutan LKS Mitra Mandiri melakukan perbaikan Aset Ijarah sebesar
Rp500.000,00.

1) dengan sistem pencadangan :

Dr. Cadangan perbaikan Aset Ijarah Rp500.000,00.

Cr. Kas/rekening Rp500.000,00.

2) dengan sistem langsung (tanpa pencadangan)


5. Pendapatan Ijarah

Harga sewa adalah suatu jumlah yang harus dibayar oleh penyewa kepada pemilik obyek ijarah. Oleh
pemilik obyek ijarah harga sewa ini diakui sebagai pendapatan. Dalam PSAK 23 tentang Pendapatan dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekiutas,
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (paragraf 06). Pendapatan hanya terdiri atas arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang
ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang
mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari
pendapatan Demikian dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang
ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu bukan merupakan
pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal (paragraf 07)

Contoh :

Tanggal 15 Maret 2008, sesuai akad LKS Mitra Mandiri menerima pembayaran harga sewa Obyek Ijarah dari
Hasan sebesar Rp2.400.000,00 dan atas Obyek IMBT dari Amir sebesar Rp6.000.000,00. Dari contoh tersebut
diatas LKS Mitra Mandiri melakukan jurnal atas pendapatan ijarah dan IMBT

Ijarah :

Dr. Sewa Diterima Dimuka 2.400.000

Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000

Dr. Kas 2.400.000

Cr. Pendapatan Sewa 2.400.000

IMBT :

Dr. Sewa Diterima Dimuka 6.000.000

Cr. Pendapatan Sewa 6.000.000

Dr. Kas 6.000.000

Cr. Pendapatan Sewa 6.000.000

Pendapatan sewa ini merupakan harga jual sewa (harga sewa) oleh karena itu tidak semua pendapatan
sewa Ijarah tersebut merupakan unsur pendapatan pada profit distribusi (setelah dikurangi dengan beban-beban
yang dikeluarkan oleh atas Aset Ijarah tersebut). Untuk tujuan penghitungan dasar distribusi bagi hasil,
pendapatan ijarah yang dibagikan adalah hasil sewa setelah dikurangi biaya depresiasi dan perbaikan. Oleh
karena itu maka

4.3 PerpindahanKepemilikan

Perpindahan kepemilikan obyek ijarah hanya terjadi pada prinsip Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT),
dalam transaksi ijarah biasa tidak terjadi perpindahan kepemilikan. Jika terjadi pemindahan kepemilikan, maka
akad diijarah diselesaikan dan diikuti dengan akad perpindahan kepemilikannya yaitu dengan hibah atau jual
beli. Sehubungan dengan perpindahan kepemilikan tersebut dalam PSAK 107 tentang Akuntansi Ijarah
dijelaskasn mengakuan dan mengukuran atas permindahan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik
sebagai berikut:
a.) Pemindahan kepemilikan dengan cara hibah
Pada umumnya kepemilikan ini dilakukan pada akhir masa sewa, sehingga di harapkan tidak terdapat
kerugian yang di tanggung oleh pemilik obyek IMBT saat dilakukan perpindahan kepemilikan tersebut
b.) Perpindahan kepemilikan dengan cara penjualan
Selain pemindahan hak kepemilikan dilakukan dengan cara hibah, terdapat cara lain perpindahan
kepemilikan dalam IMBT yaitu dengan cara penjualan. Baik permindahan kepemilihan dengan hibah
atau dengan penjualan, maka pada saat pemindahan kepemilikan dilakukan akad sesuai dengan cara
pemindahan kepemilikan yang dilakukan (hibah atau penjualan). Untuk itu pada saat pemindahan
kepemilikan akad Ijarah Muntahia Bitamllik (IMBT) diputus terlebih dahulu dan diganti dengan akad
pemindahan kepemilikan.
Pemindahan kepemilikan denganpenjualan dapat dibagi sebagai berikut:
a. penjualanse belumberakhirnyamasaakad
b. penjualan setelah selesai masa akad
c. penjualanobjekijarahsecarabertahap

1.) penjualan sebelum akad berakhir

Salah satu cara perpindahan kepemilikan adalah dilakukan sebelum kad IMBT berakhir sebesar cicilan sewa
(misalnya dipindahkan pada akhir bulan 12 atau setelah satu tahun) sesuai dalam ketentuan PSAK 107 tentang
akuntansi syariah

Contoh:

Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir dengan prinsip IMBT, dalam catatan LKS Mitra Mandiri
sebagai pemilik obyel IMBT pada bulan ke 13 menunjukkan data sebagai berikut:

Harga perolehan Aset obyek IMBT : Rp120.000.000,00

Akumulasi Penyusutan : Rp 60.000.000,00

Sisa harga sewa yang belum dibayar : Rp 72.000.000,00

Dari contoh ini akan terjadi beberapa alternatif sebagai berikut:

Jika Amir sebagai penyewa membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar maka atas
perpindahan kepemilikan tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik aset obyek IMBT dilakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekeningpenyewa Rp72.000.000,00

Dr. AkumulasiPenyusutanAsetIMBT Rp60.000.000,00

Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00


Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp 12.000.000,00

Jika Amir sebagai penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar, tetapi sesuai
kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp65.000.000,00 saja maka atas perpindahan kepemilikan
tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekeningpenyewa Rp65.000.000,00


Dr. AkumulasiPenyusutanAsetIMBT Rp60.000.000,00
Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00
Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp5.000.000,00

Jika Amir sebagai penyewa tidak membayar seluruh sisa harga sewa yang belum dibayar, tetapi sesuai
kesepakatan yang membayar misalnya sebesar Rp50.000.000,00 saja maka atas perpindahan kepemilikan
tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik aset obyek IMBT dilakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp50.000.000,00

Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp60.000.000,00

Dr. Biaya kerugian pelepasan aset IMBT Rp10.000.000,00

Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00

2.) Penjualan pada akhir masa sewa

Cara lain perpindahan kepemilikan Aset IMBT dilakukan pada akhir masa sewa IMBT (dalam contoh
di atas dilakukan pada akhir tahun kedua), sesuai harga yang disepakati. Hal ini diatur dalam PSAK 107-ED
tentang akuntansi Ijarah sebagai berikut:

19. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik dengan cara: penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;

Jadi jelas dalam ketentuan tersebut mengatur bahwa selisih harga jual (harga yang disepakati) dengan nilai
tercatat diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

Contoh:

Atas mobil Kijang Inova yang disewa oleh Amir sebagai penyewa dengan prinsip IMBT, dalam catatan LKS
Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek IMBT pada akhir tahun kedua menunjukkan data sebagai berikut:

Harga perolehan Aset IMBT : Rp120.000.000,00

Akumulasi Penyusutan : Rp120.000.000,00

Dari contoh ini dapat dilihat bahwa Aset IMBT pada akhir masa sewa (akhir tahun kedua) sudah tidak
memiliki nilai buku lagi, karena penyusutan diperhitungan untuk selama masa sewa IMBT, sehingga berapapun
nilai yang disepakati dan dibayar oleh Amir sebagai penyewa diakui sebagai keuntungan. Misalnya Amir
sebagai penyewa menyepakati untuk membayar sebesar Rp15.000.000,00 maka atas perpindahan pemilikan
Aset IMBT tersebut oleh LKS Mitra Mandiri sebagai pemilik obyek IMBT melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp15.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp120.000.000,00

Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00


Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp15.000.000,00

Sangat berbeda jika penyustan aset IMBT dilakukan untuk masa penyusutan yang tidak sama dengan
masa sewa IMBT, misalnya pemilik obyek IMBT melakukan penyusutan aset IMBT sesuai kebijakan
penyusutan aktiva tetap ( masa penyusutan 5 tahun) sedangkan masa sewa hanya dilakukan untuk 2 tahun. Jika
masa penyusutan dilakukan untuk masa penyusutan 5 tahun, maka pada akhir tahun kedua data-data aset IMBT
menunjukan sebagai berikut:

Harga perolehan : Rp120.000.000,00

Akumulasi penyusutan (selama 2th) : Rp 48.000.000,00

Dari data tersebut jika perpindahan kepemilikan dilakukan pada akhir masa sewa IMBT (akhir tahun
kedua) akan terjadi beberapa alternatif:

Jika Amir sebagai penyewa sepakat untuk membayar dengan jumlah yang lebih rendah dari nilai
bukunya (misalnya Rp60.000.000,00), sehingga nilai tercatat lebih besar dari harga jual (harga yang dibayar
penyewa), maka selisihnya diakui sebagai kerugian pelepasan aset IMBT, oleh karena itu LKS Mitra Madiri
melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp60.000.000,00

Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp 48.000.000,00

Dr. Biaya kerugian pelepasan aset IMBT Rp 12.000.000,00

Cr. Aset Ijarah Rp120.000.000,00

Jika Amir sebagai penyewa sepakat untuk membayar dengan jumlah yang lebih tinggi dari nilai
bukunya (misalnya Rp80.000.000,00), sehingga nilai tercatat lebih kecil dari harga jual (harga yang dibayar
penyewa), maka selisihnya diakui sebagai keuntungan pelepasan aset IMBT, oleh karena itu LKS Mitra Mandiri
melakukan jurnal sebagai berikut:

Dr. Kas/Rekening penyewa Rp.80.000.000,00


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset IMBT Rp.48.000.000,00

Cr. Aset Ijarah Rp.120.000.000,00


Cr. Keuntungan pelepasan Aset IMBT Rp.8.000.000,00

3.) Penjualan secara bertahap

Cara pemindahan kepemilikan Obyek IMBT adalah dilakukan dengan secara bertahap. Pelaksanaan
pemindahan secara bertahap ini tidak mudah dilaksanakan jika Obyek IMBT adalah satu, misalnya sebuah
gedung jika dipindahkan sebagian maka bagian mana yang menjadi haknya penyewa dan mana yang menjadi
hak pemilik obyek IMBT. Perpindahan kepemilikan ini dapat dilaksanakan dengan baik jika aset obyek IMBT
tersebut merupakan satu kesatu yang terdiri dari beberapa bagian, misalnya satu kesatuan perumahan, sebagian
dari rumah-rumah tersebut dipindahkan kepada penyewa.

Dari ketentuan ini penjualan obyek ijarah secara bertahap terdapat dua bagian, yaitu atas obyek yang
dipindahkan dan atas obyek yang tidak dipindahkan. Atas obyek Ijarah yang dipindahkan selisih harga jual dan
nilai tercatat diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Oleh karana itu akuntansinya seperti yang dilakukan
pada perpindahan kepemilikan sebelum akhir akad. Sedangkan untuk bagian obyek yang tidak dibeli oleh
penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau aset lancar sesuai tujuannnya.

A. Beberapa jurnal yang berkaitan dengan transaksi ijarah lainnya antara lain:
Pada saat pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek sewa
dengan harga sekadarnya setelah seluruh penerimaan sewa diterima dan obyek sewa tidak memiliki
nilai sisa.

Dr. Kas/Rekening penyewa xxxx


Dr. Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah xxxx

Cr. Keuntungan penjualan Aset Ijarah xxxx

Cr. Aset Ijarah xxxx

B. Jika penyewa berjanji untuk membeli tetapi kemudian membatalkan, dan nilai wajar obyek sewa lebih
rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa/lessor

Dr. Piutang kepada penyewa xxxxx

Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah xxxx


(catatan: jumlah yang dicatat sebesar porsi penurunan nilai Aset Ijarah)

C. nyewa tidak berjanji untuk membeli dan kemudian memutuskan untuk tidak membeli, dan nilai wajar
obyek sewa lebih rendah dari nilai buku maka penurunan nilai buku tersebut diakui sebagai kerugian:

Dr. Biaya penyusutan Aset Ijarah xxxxx

Cr. Akumulasi penyusutan Aset Ijarah xxxx

Cr. Akumula xxxx

4.4 Penurunan Kualitas Obyek Sewa

Apabila dalam masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas objek sewa yang bukan disebabkan
tindakan/kelalaian penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah diterima lebih besar dari nilai sewa
yang wajar.

Dr. Biaya pengembalian kelebihan penerimaan sewa xxxx

Cr. Kas/Hutang kepada penyewa/Rekening penyewa xxxx

(catatan: beban pengembalian ini merupakan offsetting account dari pendapatan sewa)

Akuntansi penyewa ijarah

gambaran yang lengkap tentang akuntansi ijarah yang dilakukan oleh penyewa obyek ijarah :

Contoh :

Pada tanggal 10 Maret 2008, LKS Mitra Mandiri melakukan transaksi Ijarah dengan data-data sebagai berikut:

A. Jenis Akad (pertama) : Ijarah


Nama Penyewa : Hasan
Jenis barang yang disewa : Kijang Inova
Harga barang perolehan : Rp120.000.000,00
Nilai sisa / residual value : Rp1
Total pembayaran sewa per thn : Rp28.800.000 (Rp2.400.000 / bln)
Uang muka sewa dari penyewa : Rp14.400.000 ( 6 bulan sewa)
Jangka waktu sewa : 1 (satu) tahun
Biaya administrasi : Rp300.000,00
Pengikatan : Dibawah tangan

Seperti ilustrasi contoh diatas oleh penyewa dilakukan akuntansi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1.) Pada saat pembayaran sewa sebesar Rp2.400.000,00 per bulan dilakukan oleh penyewa.
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp2.400.000,00
2.) Jika pembayaran harga sewa dilakukan terlebih dahulu, maka pembayaran tersebut dicatat sebagai
sewa dibayar dimuka.
(a) Atas transaksi ijarah dilakukan pembayaran harga sewa kepada pemilik obyek sewa sebesar
Rp10.000.000,00.
Dr. Sewa Dibayar Dimuka Ijarah Rp10.000.000,00
Cr. Kas/Rek bank (muajjir/lessor) Rp10.000.000,00
(b) Pada saat jatuh tempo atau pengakuan beban sewa pada bulan yang bersangkutan sebesar
Rp2.400.000,00.
Dr. Beban Sewa Ijarah Rp 2.400.000,00
Cr. Sewa Dibayar Dimuka Ijarah Rp2.400.000,00
3.) Jika sewa telah jatuh tempo tetapi penyewa (lessee) belum melakukan pembayaran:

a.) Pada saat pengakuan beban ijarah (akrual)


Dr. Beban Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Hutang sewa Ijarah Rp2.400.000,00
b.) Pada saat melakukan pembayaran beban ijarah yang tertunggak
Dr. Hutang Sewa Ijarah Rp2.400.000,00
Cr. Kas/Rek bank Rp2.400.000,00
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 558

Ibid, 389

Syihabuddin Ahmad, Ibanah Al-Ahkam Syarh Bulugh Al-Maram, (Beirut: Daar Al-Fikr, 2004), 181

Ibid, 185

Rahmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah,h. 124.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhāri, shahih al-Bukhāri, (Istambul:Daral Sahnun,1992),

Jilid3,h.50

Imam Muslim, Shahih Muslim: Bab Kara al-Ardh bi al-Dzahab wa al-Wariq, hadis nomer: 1548 dan
1549

Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, 133-134.

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, 236.

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), 426.

Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, 473

Anda mungkin juga menyukai