Landasan Teori
1. Pengertian Mahar
Salah satu dari usaha Islam ialah memperhatikan dan menghargai kedudukan
hak untuk memegang urusannya. Dalam Islam mahar merupakan tanda cinta,
disyariatkan oleh Allah sebagai hadiah laki-laki terhadap perempuan yang dilamar
Menurut Damis (2016: 19) Mahar secara bahasa berarti pandai, mahir, karena
dengan menikah dan membayar mas kawin, pada hakikatnya seorang pria sudah
dipandang pandai dan mahir dalam hal urusan rumah tangga, pandai membagi
waktu, uang, dan perhatian kepada keluarga. Mahar disebut dengan istilah
shaduqah, yang seakar dengan kata shidqu berarti kesungguhan. Hal ini
Mahar adalah iwadh (ganti) yang wajib diberikan kepada istri sebagai
tidak. (Al-fauzan, 2007:153) Kata mahar berasal dari bahasa Arab yang termasuk
kata benda bentuk abstrak atau masdar, yakni mahran atau kata kerja, yakni fi’il
dari mahara yamruhu mahran. Lalu, dibakukan dengan kata benda mufrad, yakni
al-mahr, dan sudah diindonesiakan dengan kata yang sama, yakni mahar atau
7
karena kebiasaan pembayaran mahar dengan mas, sehingga mahar diidentikkan
dalam akad pernikahan, baik mahar ditentukan di dalam akad, atau ditetapkan
mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang atau
jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. (ps. 1 huruf d. KHI).
Hukumnya wajib, yang menurut kesepakatan para ulama merupakan salah satu
tanggung jawab suami memberi nafkah kepada istri, selain lambang cinta
8
Berbeda dengan mahar, kata-kata yang disebut pertama (al- saduq, nihlah,
faridah, ajr) secara eksplisit diungkap di dalam Alquran seperti yang terdapat
ص ُد ٰقتِ ِه َّن حِن ْلَةً ۗ فَاِ ْن ِطنْب َ لَـ ُك ْم َع ْن َش ْي ٍء ِّمْنهُ َن ْف ًسا فَ ُكلُ ْوهُ َهنِْيۤـًئـا َّم ِریْۤـًئـا َ اٰ تُوا الن
َ َِّساء
Artinya: “Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang
kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika
mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan
senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang
hati.”.
Maskawin dinamai oleh ayat ini shauduqat, bentuk jamak dari shaduqah,
yang terambil dari akar yang berarti “kebenaran”. Ini karena maskawin itu
didahului oleh janji, maka pemberian itu merupakan bukti kebenaran dan janji.
Dapat juga dikatakan bahwa maskawin bukan saja lambang yang membuktikan
kebenaran dan ketulusan hati suami untuk menikah dan menanggung kebutuhan
hidup istrinya, tetapi lebih dari itu, ia adalah lambang dari janji untuk tidak
ayat yakni nihlat. Kata ini berarti “pemberian yang tulus tanpa mengharapkan
maskawin yang diserahkan itu merupakan bukti kebenaran dan ketulusan hati
lain dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh syari’at. Kita boleh
9
melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan perdagangan dengan
Dari dasar hukum mahar tersebut jelaslah bahwa hukum memberi mahar
itu adalah wajib. Dari adanya perintah Allah dan perintah Nabi untuk memberikan
mahar itu, maka ulama sepakat menetapkan hukum wajibnya memberi mahar
10
kepada istri. Tidak ditemukan dalam literature ulama yang menempatkan sebagai
rukun.
3. Macam-Macam Mahar
Ulama fikih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam yaitu mahar
a. Mahar Musamma
Menurut Mujid (1995: 185) Mahar musamma yaitu mahar yang telah
disebut atau dijanjikan kadar dan besarnya ketika akad nikah. Atau mahar yang
dinyatakan kadarnya pada waktu akad nikah. Mahar musamma juga disebutkan
pemberian mahar yang ditentukan dengan tegas tentang jumlah dan jenis sesuatu
barang yang dijadikan mahar pada saat terjadinya akad nikah. Ulama fikih sepakat
apabila:
استِْب َدا َل َز ْو ٍج َّم َكا َن َز ْو ٍج َّواَٰتْيتُ ْم اِ ْح ٰدٮ ُه َّن قِْنطَا ًرا ِ
ْ ُوا ْن اََر ْدمُّت
فَاَل تَْأ ُخ ُذ ْوا ِمْنهُ َشْي ـًئا ۗ اَ تَْأ ُخ ُذ ْونَه بُ ْهتَا نًا َّواِمْثًا ُّمبِْينًا
"Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedang kamu
telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka
janganlah kamu mengambil kembali sedikit pun darinya. Apakah kamu akan
mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan
(menanggung) dosa yang nyata?"(QS. An-Nisa' 4: Ayat 20)
Ayat di atas menjelaskan bahwa apabila telah terjadi dukhul antara suami
istri, maka suami tidak dibolehkan lagi untuk mengambil kembali mahar yang
11
telah diberikan sedikitpun. Yang dimaksud dengan “mengganti istri dengan istri
yang lain” pada ayat diatas adalah menceraikan istri yang tidak disenangi dan
menikah lagi dengan istri yang baru. Sekalipun ia menceraikan isteri yang lama
itu bukan tujuan untuk kawin, namun meminta dan mengambil kembali
dukhul, apabila salah seorang suami atau isteri meninggal dunia sebagaimana
telah disepakati para ulama, apabila telah terjadi khalwat, suami wajib membayar
3) Mahar musamma juga wajib dibayar seluruhnya apabila suami telah bercampur
dengan istri, dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab-sebab tertentu, seperti
b. Mahar Mitsil
Menurut Mukhtar (1993: 89) Mahar mitsil ialah mahar yang jumlahnya
ditetapkan menurut jumlah yang biasa diterima oleh keluarga pihak istri, karena
pada waktu akad nikah jumlah mahar itu belum lagi ditetapkan bentuknya.
mahar belum ditentukan, maka suami wajib membayar mahar mitsil, (Rofiq,
2003: 105).
Menentukan kadar dan besaran mahar mitsil, menurut para ulama fiqih, yaitu :
12
a. Mazhab Hanafi menetapkan standar mahar mitsil ditentukan melalui standar
pihak ayah, anak pamannya dari pihak ayah, yang satu daerah dan satu masa
dengannya dan seterusnya. Mazhab ini tidak mengacu pada standar dari pihak
b. Mazhab Hanbali menetapkan stadar mahar mitsil dari kedua belah pihak, baik
dari keluarga ayah atau keluarga ibu pengantin wanita dengan mengacu kepada
keluarga yang paling dekat seperti saudara perempuan, bibi dari pihak ayah,
anak bibi dari pihak ayah, ibu, bibi dari pihak ibudan selain mereka dari
maka beralih pada keluarga ibu, jika tidak ditemukan juga maka disetarakan
4. Syarat-Syarat Mahar
Mahar boleh berupa uang, perhiasan, perabot rumah tangga, binatang, jasa,
harta perdagangan, atau benda-benda lainnya yang mempunyai harga. Syarat lain
bagi mahar adalah, hendaknya yang dijadikan mahar itu barang yang halal dan
dinilai berharga dalam syari’at Islam. Jadi, kalau mahar musamma itu berupa
khamr, babi atau bangkai dan benda-benda lain yang tidak bisa dimiliki secara
13
sah, maka maliki mengatakan bahwa bila belum terjadi percampuran, maka akad
Imamiyah berpendapat bahwa, akad tetap sah, dan si istri berhak atas mahar
mitsil. Sebagian ulama mazhab Imamiyah memberi batasan bagi hak istri atas
Menurut Ghazali (2010: 88) Mahar yang diberikan kepada calon istri harus
walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar. Akan tetapi
b. Barangnya suci dan bisa diambil mamfaat. Tidak sah mahar dengan khamar,
babi, atau darah, karena semua itu haram dan tidak berharga.
orang lain tanpa seizinnya, namun tidak bermaksud untuk memilikinya karena
d. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan
jenisnya.
14
5. Penentuan Mahar dalam Islam
melainkan sebagai bukti bahwa calon suami sebenarnya cinta kepada calon
isterinya, sehingga dengan suka dan rela hati mengorbankan hartanya untuk
suami akan terus- menerus memberi nafkah kepada isterinya, sebagai kewajiban
a. Imam Malik mengatakan bahwa minimal sesuatu yang layak dijadikan mahar
adalah seperempat dinar emas (Rp. 119.517,00) atau tiga dirham perak (Rp.
41.055,00).
c. Imam Syafi’i, Abu Tsaur, Ahmad, Ishaq dan kalangan tabai’in mengatakan
bahwa pemberian mahar tidak ada batas terendahnya. Segala sesuatu yang
dan begitu pula jumlah maksimum dari maskawin. Hal ini disebabkan oleh
jumlahnya kepada calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir
tidak mampu memberinya, oleh karena itu, pemberian mahar diserahkan menurut
15
pihak yang akan menikah untuk menetapkan jumlahnya. Sebagaimana yang
terdapat dalam potongan firman Allah Swt surat An- Nisaa’ ayat 25 yaitu:
ت اَمْيَانُ ُك ْم ِّم ْن َفَتٰيتِ ُك ُم ْ ٰت فَ ِم ْن َّما َملَ َك ِ ٰت الْمْؤ ِمن
ُ صن
ِ ومن مَّل يستَ ِطع ِمْن ُكم طَواًل اَ ْن يَّْن ِكح الْمح
َ ُْ َ ْ ْ ْ ْ َ ْ ْ ََ
ِ ِ
ضۚ فَانْ ِك ُح ْو ُه َّن بِا ْذ ِن اَ ْهل ِه َّن َواٰتُ ْو ُه َّن اُ ُج ْو َر ُه َّن ِ ِ ٰ ِ الْم ِمن
ُ ٰتۗ َواللّهُ اَ ْعلَ ُم بِامْيَان ُك ْم ۗ َب ْع
ٍ ض ُك ْم ِّم ْنۢ َب ْع ُ ْؤ
اح َش ٍة َف َعلَْي ِه َّن ِ
ِ ص َّن فَا ْن اََت بَِف ِ
ِ ت اَخ َد ٍان ۚ فَاذَآ اُح ِ ِ ٍ ِ ِ
ٍ ْبِالْمعروف حُم
َ نْي ْ ْ صنٰت َغْيَر ُم ٰسف ٰحت َّواَل ُمتَّخ ٰذ َ ْ ُْ َ
ۗ صرِب ُ ْوا َخْيٌر لَّ ُك ْم ِ َك لمن خ ِشي الْعن ِ ِ ِ ٰت ِمن الْع َذ ِ نِصف ما علَى الْمح
ْ َت مْن ُك ْم ۗ َواَ ْن ت َ َ َ َ ْ َ َ ابۗ ٰذل َ َ صن َ ُْ َ َ ُ ْ
َوال ٰلّهُ َغ ُف ْوٌر َّر ِحْي ٌم
Artinya: Dan barangsiapa di antara kamu tidak mempunyai biaya untuk
menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka (dihalalkan menikahi
perempuan) yang beriman dari hamba sahaya yang kamu miliki. Allah
mengetahui keimananmu. Sebagian dari kamu adalah dari sebagian yang
lain (sama-sama keturunan Adam-Hawa), karena itu nikahilah mereka
dengan izin tuannya dan berilah mereka maskawin yang pantas, karena
mereka adalah perempuan-perempuan yang memelihara diri, bukan
pezina dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-laki lain
sebagai piaraannya. Apabila mereka telah berumah tangga (bersuami),
tetapi melakukan perbuatan keji (zina), maka (hukuman) bagi mereka
setengah dari apa (hukuman) perempuan-perempuan merdeka (yang tidak
bersuami). (Kebolehan menikahi hamba sahaya) itu, adalah bagi orang-
orang yang takut terhadap kesulitan dalam menjaga diri (dari perbuatan
zina). Tetapi jika kamu bersabar, itu lebih baik bagimu. Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.
ول هللِّ صلى هلل علیھ وسلم َتَز َّو ْج َولَ ْوخِب َامِتٍ ِم ْن ٍ عن عب ِد هللِّ ب ِن مسع
ُ ود قَ َال قَ َال َر ُسُ ْ َ ْ َْ ْ َ
رواه البخارى. َح ِدیْ ٍد
Artinya: Kawinlah engkau sekalipun dengan maskawin cincin dari besi.
(HR.Bukhari).
16
Besar dan bentuk mahar hendaknya senantiasa berpedoman kepada sifat
kesederhanaan dan ajaran kemudahan yang dianjurkan Islam, sehingga besar dan
bentuk mahar itu tidak sampai memberatkan calon mempelai pria. Maskawin yang
dan pihak wanita hendaknya melihat situasi dan kondisi calon mempelai pria
dalam penentuan jumlah maskawin, agar tidak membebani pihak pria. Sehinga
6. Kedudukan Mahar
kepada wali atau ayahnya atau kepada orang yang mempunyai hubungan terdekat
sekalipun. Selain dari perempuan tersebut, tidak ada yang boleh mengganggu
didahului oleh akad nikah yang sah. Baik mahar tersebut disebutkan ketika
terjadinya akad nikah maupun tidak disebutkan saat terjadinya akad nikah. Jika
mahar disebutkan saat terjadinya akad nikah, maka mahar tersebut secara
langsung dapat menjadi milik istri yang dapat ia mamfaatkan. Tetapi, jika tidak
disebutkan di dalam akad nikah maka suami wajib membayar mahar mitsil.
17
Rasulullah SAW menikah beberapa kali dan pernikahan beliau tidak
Dengan demikian sangat jelas bahwa kedudukan mahar sangat penting di dalam
7. Hikmah Mahar
b. Menunjukkan cinta dan kasih sayang seorang suami kepada isterinya, karena
maskawin itu sifatnya pemberian, hadiah, atau hibah yang oleh Al-Qur’an
kehidupan rumah tangganya. Dan untuk mendapatkan hak itu, wajar bila
18