وإنما لكل إمرىء ما نوى Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niatnya, dan bagi setiap orang akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya (HR Bukhori Muslim) إَّلل إ َّل ُذ ال َ ،و َمنْ َم ْن َت َز َّو َج ْإم َ َرإ ًة ِل ِعز َها َل ْم َيز ْد ُه َّ ُ ِ ِ ِ إَّلل إ َّل َف ْق ًرإ َ ،و َم ْن َت َز َّو َجهاَ َت َز َّو َج َها ِل َما ِل َها َل ْم َيز ْد ُه َّ ُ ِ َّ ِ إَّلل إل َد َن َاء ًة َ ،و َم ْن َت َز َّو َج ْإم َ َرإةً ِل َح َسن َها َل ْم َيز ْد ُه َّ ُ ِ ِ ض َب َص َر ُه َإ ْو ِل ُي ْح ِص َن َف ْر َجه ُ، َل ْم َي َت َز َّو ْج َها إ َّل ِل َي ُغ َّ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ َّ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ ِ َ إو ي ِصل ر ِحمه بارك إَّلل له ِفيها ،وبارك لها ِف ِيه ). “Barangsiapa menikahi wanita karena kemuliaan (kedudukan)nya, maka ALLAH tidak akan menambahkan untuknya kecuali kehinaan. Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka ALLAH tidak akan menambahkan untuknya kecuali kefakiran. Barangsiapa menikahi wanita karena kecantikannya, maka ALLAH tidak akan menambahkan untuknya kecuali kerendahan (keburukan). Dan barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena ingin menuundukkan pandangan matanya, membentengi kemaluannya, dan mempererat tali silaturahmi, maka ALLAH akan melimpahkan barokah-NYA kepada dia (suami) dan istrinya (dalam kehidupan keluarganya).” (HR Thabrani No.2342, Ibnu Hibban Ta’aruf asal katanya “ta’arofu” artinya: saling mengenal dan secara istilah adalah proses saling mengenal antara seseorang dengan orang lain dengan maksud untuk saling mengerti dan memahami. Dalam konteks pernikahan, maka ta’aruf dimaknai sebagai “aktivitas saling mengenal, mengerti dan memahami untuk tujuan meminang atau menikah.” Sedang arti khitbah adalah meminang. Meminta persetujuan wali agar anak perempuannya dapat dinikahi oleh seorang laki-laki beriman dan tanggungjawab. Pernikahan haruslah dimulai dengan tatacara yang syar’i, jika buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya. Ta’aruf sangat berbeda dengan pacaran, ta’aruf memiliki waktu yang jelas dan tetap yaitu akad nikah. Ta’aruf memiliki manfaat dan tujuan syar’i. Dalam ta’aruf tidak ada interaksi khalwat. Pernikahan haruslah dimulai dengan tatacara yang syar’i, jika buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya. Ta’aruf dan khitbah merupakan proses yang dijalani oleh seorang beriman yang telah mantap hati dan siap untuk menikah. Ta’aruf dan khitbah bukanlah produk substitusi pacaran, bukan pula pembungkus pacaran atas nama yang lebih Islami. Batas waktu ta’aruf tidak ada ketentuannya, namun lebih cepat lebih baik yang artinya berarti serius. ب ْام َرأَة ً فَقَا َل َ ط َ ش ْعبَ ٍة أَنَّهُ َخ ُ بن ِ َة ِ ْري غ ِ م ُ ْ ال ع ِنَ ت َ ظ ْرَ َ أَن:سلَّ َم َ ُصلَّى هللا َ علَ ْي ِه َو َ ِسو ُل هللا ُ لَهُ َر ظ ْر ٳلَ ْي َها ٳنَّهُ أ َ ْح َرىُ أُن: قَا َل.َ ل:ٳلَ ْي َها ؟ قَا َل (رواه النسائ وابن ماجه.أ َ ْن يُؤْ ِد َم بَ ْينَ ُك َما )والترمذى Dari Mughirah bin Syu’bah, ia pernah meminang pada seorang wanita, lalu Rasulullah bertanya kepadanya: “Sudahkan kamu melihat dia?” Mughirah menjawab: belum, kemudian beliau bersabda: “Lihatlah dia terlebih dahulu, agar kamu nanti bisa bersamanya lebih abadi (dalam keharmonisan rumah tangga)”. (HR. al-Nasai, Ibnu Majah dan al-Turmudzi ) ُطبَةْ ئ ِخ ر ام ٍ ِْ ِ ب ْ ل َ ق ي ف ِ ي َ ق ِ ْ ل ُ ا اَ ٳذ َ ُ ْ ْ س أن يَنظ ُر اِل ْي َها َ َ َ ْ أ ب َ َل َ ف ة ٍ َ ْام َرأ )(رواه ابو داود و غيره “Apabila dalam hati seseorang sudah mantap akan meminang wanita maka tidak ada bahaya baginya untuk melihat terlebih dahulu wanita yang akan dipinang.” (HR. Abi Dawud wa ghairih) َ َ َ َ ً َ احشة وساء س ِبيال َ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ َ ِ وإإلزن ِاإنه كان ف ِ ولتقرب )٣٢( “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32) Didahului dengan Persetujuan Awal kedua belah pihak pasca mendapatkan referensi Forum untuk mengenal lebih jauh. Pembicaraan fokus dan terarah. Tidak ada berduaan, ditemani mahrom, sebagai sarana untuk menanyakan perkara yang menguatkannya untuk menikah. Boleh melihat ( Nadhor) sewajarnya. Tidak berkelanjutan terus menerus dalam waktu lama, tetapi segera istikhoroh dan istisyaroh untuk mengambil keputusan. أ هللا صلى هللا عليه أ رسول نأ إ هللا عبد بن جابر فعن فان إستطاع، (إذإ خطب إحدكم إلمرإة:أوسلم قال .) فليفعل،إن ينظر منها إلى ما يدعوه إلى نكاحها Dari Jabir ra, Rasulullah SAW bersabda : jika seorang dari kalian mengkhitbah seorang wanita, dan jika bisa melihat dari wanita tersebut apa2 yang akan mengundangnya untuk menikah, maka lakukanlah " (HR ABu Daud) َ ْ َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ْ ٌ ُ َ َّ َ ال يخلون رجل ِبامرأ ٍة ِإالومعهاذو محر ٍم ُ ْ َ َ “Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita kecuali ada mahram yang menyertai wanita tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim) ُ َ ْ َّ َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ ْ ٌ ُ َ َّ َ ُ ْ أال ال يخلون رجل ِبامرأ ٍة ِإال اان َاَِهَا أِشيطانَ َ َ َ “Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim). َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ُْ ، و ِل ِد ِينها، و ِلجما ِلها، و ِلحس ِبها، ِلما ِلها:تنكح إلمرإة ِلربع َإلدين َترَب ْت َي َدإك َ ْ َ ْ َ ِ ِ ِ إت ِ فاظفر ِبذ “Wanita (biasanya) dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” ( Shohih Bukhori, no.5090, Shohih Muslim, no.1466 ) 1. PEMAHAMAN : Aqidah & Keyakinan 2. PENGAMALAN : Konsistensi dalam Ibadah 3. KEPRIBADIAN : berhubungan dengan akhlak َ َ ْ َ ْ ُ ُ ٌ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ُ َّ َ َ ف ِإ ِني مكا َِر ِبكم أالن ِبياء،تزوجوأ أِودود أِوِود ََي ْو َم ْأِ ِق َيام ِة "Nikahilahwanita yang penyayang dan subur (banyak anaknya), karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku nanti dihari kiamat. ( As-Sunan Al- Kubro Lil-Baihaqi, no.13476, Sunan Ahmad, no.12613, 13569 ) ً َ ُ ْ َّ َ َ ُ ْ ُ َ ً َ ْ َ ً ْ َ ْ َّ َ َ ْ َ هل تزوجت ِبكرأ أم َ ِيبا؟» ،فقلت :تزوجت َ ِيبا ، َف َق َالَ « :ه ََّّل َت َز َّو ْج َت ب ْك ًرأ ُت ََّل ِع ُب َها َو ُت ََّل ِع ُب َك»ُ ،ق ْل ُت :ياَ ِ أَّللُ ،ت ُو ِف َي َوأِ ِدي َأو ْأس ُت ْشه َد َوِي َأ َخ َوأتٌ َر ُس َول َِّ ِ ِ ص َغ ٌار َف َكر ْه ُت َأ ْن َأ َت َز َّو َج م َْ َل ُه َّنَ ،ف ََّل ُت َؤد ُب ُه َّنَ ،والَ ِ ِ ِ ِ َت ُق ُوم َع َل ْيه َّنَ ،ف َت َز َّو ْج ُت ََي ًبا ِ َت ُق َوم َع َل ْيه َّن َو ُت َؤ ِد َب ُهنَّ ِ ِ ِ "Engkau menikah dengan perawan atau janda ?" aku (Jabir) menjawab : "aku menikahi janda", lalu rosululloh bersabda : “Mengapa kamu tidak menikah dengan gadis, agar kamu bisa bermain- main (bersenang-senang dengannya dan ia bermain denganmu ?", maka aku menjawab : "Ayahku telah meninggal dunia - atau ayahku telah mati syahid- dan aku memiliki beberapa saudara perempuan yang masih kecil-kecil, aku tidak ingin menikahi wanita seperti mereka (belum dewasa) yang tidak dapat mendidik dan merawat mereka, karena itulah aku menikahi seorang janda agar bisa merawat dan mendidik mereka". ( Shohih Bukhori, no.2967 ) 1. Memperluas persaudaraan dan ta’aruf antar suku atau daerah, sebagaimana tersirat dalam surat Al- Hujurot ayat 13 2. Menjauhkan dari kemungkinan “memutus tali persaudaraan “ , karena bisa terjadi pasangan dari kerabat dekat yang berselisih akan memperluas wilayah konflik menjadi pemutusan hubungan kekerabatan. 3. Menjauhkan dari keturunan yang lemah, sebagaimana dibuktikan dalam kedokteran genetika modern, dan telah disampaikan Rasulullah SAW sejak lama. ْ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ ُ َ َ َّ ُ و وأن ِكحوأ ِإِي ِهم، وأن ِكحوأ أال ا فاء،تخير أ ِنط ِفكم "Pilihlah wanita sebagai wadah untuk menumpahkan nutfahmu, carilah mereka yang sekufu’ (sederajat) denganmu dan kawinilah mereka" ( Shohih ibnu Hibban, no.1968, al-Mustadrok Lil Hakim, no.2687 ) ْ َ َ ُ إَّلل صلى هللا علي ِه َّ َ َّ ل و ُ س رَ ل يل َ ق : الَ قَ ، ة َ رَ ْ ي َ ر ه ُ ي ب إَ ْ ن َ ع ِ ِ ِ ِ ِ َ، َّإل ِتي َت ُس ُّر ُه إ َذإ َن َظر: َإ ُّي ِإلن َس ِاء َخ ْي ٌر؟ َق َال:َو َس َّل َم ُ َو َل ُت َخا ِل ُف ُه ِفي َن ْف ِس َها َو َ ِما ِل َها ب َما َي ْك َره،َو ُت ِط ُيع ُه إ َذإ َإ َم َر ِ ِ Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” ( Sunan An- Nasai no. 3231,Musnad Ahmad,no.9587, 9658 ) A. Menjaga pandangan mata dan hati dari hal- hal yang diharamkan. (QS. An-Nuur:30-31) B. Materi pembicaraan tidak mengandung dosa dan tidak bermuatan birahi. (QS. An-Nisa’: 114) C. Menghindari khalwat/ berdua-duaan. “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali- sekali berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita ditempat sunyi, sesungguhnya setan akan menjadi orang ketiganya.” (HR. Ahmad) D. Mengindari persentuhan fisik. Sabda Rasulullah saw. “sesungguhnya aku tidak pernah bersalaman dengan wanita (bukan muhrim).” (HR. Bukhari) E. Menjaga aurat masing-masing sesuai aturan syar’i atau islam (batasan aurat tubuh wanita adalah seluruh tubuhnya wajib ditutup kecuali muka, telapak dan punggung tangan, sedang laki-laki batasan aurat dari lutut hingga pusar). (QS. An-Nuur: 31) Janji kepada ORANGTUA pihak perempuan untuk menikahi PUTRI-nya. Status telah dikhitbah tidak menjadikan batasan syar’i ikhwan dan akhwat menjadi longgar. Permasalahan 1: Jarak waktu yang lama antara khitbah dan pernikahan, Permasalahan 2 : Double khitbah ( mungkinkah ? ) ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ،نهى إلن ِبي صلى هللا علي ِه وسلم إن ي ِبيع بعضكم على بي ِع بعض َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُّ َّ َ َ ْ َح َّتى َي ْت ُر َك ْإل َخ ِاط ُب َق ْب َل ُه َإو،َو َل َي ْخ ُط َب َّإلر ُج ُل َع َلى ِخ ْط َب ِة َإ ِخ ْي ِه ُ.َي ْا َذ َن َل ُه ْإل َخ ِاطب “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang seseorang meminang wanita yang telah dipinang sampai orang yang meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya.”(HR Ahmad dan Muslim) ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ف ِإ ِن أستطاع أن،ِإذأ خطب أحدام أَِرأة ْ َف ْل َي ْف َعل،َي ْن ُظ َر م ْن َها إ َِى َما َي ْد ُع ْو ُه إ َِى ن َكاح َها ِ ِ ِ ِ ِ “Apabila seseorang di antara kalian ingin meminang seorang wanita, jika ia bisa melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah!”(Diriwayatkan oleh Ahmad (III/334, 360), Abu Dawud (no. 2082) dan al-Hakim (II/165), dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma). َّ ُ ْ ُ ْ َ ُ َ ُ ُ َ ُ َ ْ َ ْ ِإل،ِإذإ جاءكم من ترضون ِدينه وخلقه فان ِكحوه َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ٌ.َت ْف َع ُل ْوإ َت ُك ْن ِف ْت َن ٌة ِفي ْإ َل ْرض َو َف َس ٌاد َكب ْير ِ ِ “Jikadatang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.”(HR at-Tirmidzi, no. 1085) Seorang laki-laki yang hendak meminang disyaratkan mengetahui dan yakin bahwa wanita tersebut tidak bersuami, tidak dalam keadaan ‘Iddah Raj’iyyah, dan memiliki prasangka bahwa lamarannya pasti diterima. Diperbolehkan pula Tikrar (mengulangi) dalam melihat walaupun lebih dari tiga kali sampai jelas keberadaannya agar nanti tidak ada penyesalan setelah menyatu dalam pernikahan. Bagi pria yang melamar wanita haruslah mendatangi walinya untuk meminta ridhanya. Bagi wanita penting pula meyakinkan kedua orang tua. Bila ditolak walinya, maka berlapang dadalah, karena Allah pasti sudah menyiapkan yang lebih baik darinya. Bila niatan diterima oleh wali, maka khitbah telah terlaksana, akad nikah sudah menanti, lanjutkan menikah. َ ْ َ ْ َ َ َّ ُ َّ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ إللهم ِإ ِني إست ِخيرك ِب ِعل ِمك وإستق ِدرك ِبقدرِتك وإسالك ِمن فض ِلك ْ ُ ُ ْ َ ْ َ َّ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َّ ُ ْ َإل َّع ِظي ِم ف ِانك تق ِدَر َول إق ِ َدر ْو َتعلم ول إعلم وإنت عالم إلغيو ِب. اج َت ُه) َخ ْي ٌر ِل ْي ِف ْي ِد ْي ِنيْ إلل ُه َّم إ ْن ُك ْن َت َت ْعل ُم إ َّن َهذإ إل ْم َر ( َو ُي َسمى َح َ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ِ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ِ َو َم َع ِاش ْي وع ِاق َِ َ َ ال :ع َ ِاج ِل ِه َ وإ ْ ِجَ ِل ِه) فاقدره ِل ْي وي ِسره ِل ْي َ ق و إ ( ي ر ِ م إ ة ب ُث َّم َب ِار ْك ِل ْي ِف ْي ِهَ ،و ِإن كنت تعل ُم إن هذإ إلم َر ش ٌّر ِل ْي ِف ْي ِدي ِنيْ ْ َ ْ َ َّ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ َو َم َع ِاش ْي َو َع ِاق َب ِة إم ِري ( ْإو قالِ :في ع ِاج ِل ِه وإ ِج ِل ِه) فاص ِرفه ع ِني ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َّ ُ َ َ ُ ْ َ إص ِرف ِني عنه وإقدر ِلي إلخير حيث كان ثم إر ِض ِني ِب ِه َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ ْ َو ْ