Pengertian
الس ْو ِء َك َحا ِم ِل َّ الصا ِل ِح َو َّ َع ْن َأيِب ُموىَس َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه َع ْن النَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل َمث َ ُل الْ َج ِل ِيس
ُالْ ِم ْس ِك َواَن ِف ِخ ْال ِك ِري فَ َحا ِم ُل الْ ِم ْس ِك َّما َأ ْن حُي ْ ِذي َ َك َو َّما َأ ْن تَ ْب َتا َع ِم ْن ُه َو َّما َأ ْن جَت ِدَ ِم ْن ُه ِر ًحيا َط ِ ّي َب ًة َواَن ِفخ
ِإ
) ِإ(رواه البخاري.ْال ِك ِري َّما َأ ْن حُي ْ ِر َق ِث َياب َ َك َو َّما َأ ْن ِإجَت ِدَ ِر ًحيا َخبِيثَ ًة
ِإ ِإ
Artinya: "Dari Abu Musa radliallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau
bersabda: “Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan
penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan
menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan
bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan
mendapatkan bau tidak sedapnya.” (HR.Al-Bukhari (no.5108), Muslim (no.2628),
Ahmad (no.19163)).
URGENSI PERGAULAN
ISLAM
1. Sebagai makhluk Sosial
2. Sebagai Mu’min Muslim
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan
akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).
3. Sebagai Insan Da’wah
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada allah. Sekiranya
ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs.Ali
imron,3:110)
Pergaulan Bebas
2. Se-jenis ( Homo-Lesbi )
Homoseksual diartikan sebagai orang yang mengalami
ketertarikan emosional, romantik, seksual atau rasa sayang
terhadap sejenis. Secara sosiologis, homoseksual merupakan
seseorang yang cenderung mengutamakan orang sejenis
kelaminnya sebagai mitra seksual (Soekanto,1990:381).
HUKUM PERGAULAN BEBAS
Pergaulan bebas akan timbul dampak negatif, karena nafsu manusia cenderung
mengajak kepada keburukan dan hawa nafsu cenderung membabi buta dan membisu,
dan syaithan selalu menyuruh kepada perbuatan keji dan munkar. Maka hokum dilarang
Allah berfirman :
َه ْي َت كَل َ قَا َل َم َعا َذ اهَّلل ِ ن َّ ُه َريِّبsَو َر َاو َدتْ ُه الَّيِت ه َُو يِف بَيْهِت َا َع ْن ن َ ْف ِس ِه َوغَلَّقَ ِت اَألبْ َو َاب َوقَالَ ْت
ِإ
َ الظا ِل ُم
ون َّ َأ ْح َس َن َمثْ َو َاي ن َّ ُه ال يُ ْف ِل ُح
“Dan wanita (Zulaiha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup
pintu-pintu, seraya perkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah
ِإ
memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zhalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)
Ayat tersebut menunjukkan tatkala terjadi campur baur antara isteri raja Aziz dengan Yusuf ‘alaihis salam maka Zulaiha
menampakkan keinginannya dan minta kepada Yusuf untuk memenuhi hasratnya, tetapi Allah melindunginya dengan rahmat dan
penjagaan-Nya sehingga Yusuf selamat, sebagaimana Firman Allah:
اب هَل ُ َرب ُّ ُه فَرَص َ َف َع ْن ُه َك ْيدَ ه َُّن ن َّ ُه ه َُو ا َّلس ِمي ُع الْ َع ِل ُمي
َ ف َْاس َت َج
ِإ
“Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 34)
Begitu pula bila terjadi campur baur dan pergaulan bebas maka masing-masing melampiaskan keinginan hawa nafsu kepada
lawan jenisnya lalu mengerahkan setiap sarana untuk sampai kepada kepuasan hawa nafsunya.
Mahram
Penggunaan istilah yang benar adalah mahram bukan muhrim.
Karena muhrim artinya orang yang melakukan ihram, baik untuk
umrah atau haji. Sedangkan mahram, Imam an-Nawawi memberi
batasan dalam sebuah definisi berikut,
Catatan :
“Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya
selama-lamanya sesudah ia wafat.” (QS.Al Ahzab : 53). [
Mahram
Selanjutnya……….
Adapun wanita yang tidak boleh dinikahi karena selamanya ada 11 orang ditambah karena faktor persusuan. Tujuh
diantaranya, menjadi mahram karena hubungan nasab, dan empat sisanya menjadi mahram karena hubungan pernikahan.
1. Pertama, tujuh wanita yang tidak boleh dinikahi karena hubungan nasab:
Ibu, nenek, buyut perempuan dan seterusnya ke atas.
Anak perempuan, cucu perempuan, dan seterusnya ke bawah.
Saudara perempuan, baik saudari kandung, sebapak, atau seibu.
Keponakan perempuan dari saudara perempuan dan keturunannya ke bawah.
Keponakan perempuan dari saudara laki-laki dan keturunannya ke bawah.
Bibi dari jalur bapak (‘ammaat).
Bibi dari jalur ibu (Khalaat).
2. Kedua, empat wanita yang tidak boleh dinikahi karena hubungan pernikahan:
Ibu istri (ibu mertua), nenek istri dan seterusnya ke atas, meskipun hanya dengan akad
Anak perempuan istri (anak tiri), jika si lelaki telah melakukan hubungan dengan ibunya
Istri bapak (ibu tiri), istri kakek (nenek tiri), dan seterusnya ke atas
Istri anak (menantu perempuan), istri cucu, dan seterusnya kebawah.
Demikian pula karena sebab persusuan, bisa menjadikan mahram sebagaimana nasab. (Taisirul ‘Alam, Syarh Umdatul
Ahkam, hal. 569)
Pintu Pintu Syahwat
1- Al Lahazhat ( Pandangan pertama).
Yang satu ini bisa dikatakan sebagai ‘provokator’ syahwat, atau ‘utusan’
syahwat. Oleh karenanya, menjaga pandangan merupakan pokok dalam usaha
menjaga kemaluan. Maka barang siapa yang melepaskan pandangannya tanpa
kendali, niscaya dia akan menjerumuskan dirinya sendiri pada jurang
kebinasaan. .“
2- Al Khothorot ( pikiran yang melintas di benak ).
Adapun “Al Khothorot” ( pikiran yang terlintas dibenak ) maka urusannya
lebih sulit. Di sinilah tempat dimulainya aktifitas, yang baik ataupun yang
buruk. Dari sinilah lahirnya keinginan ( untuk melakukan sesuatu ) yang
akhirnya berubah manjadi tekad yang bulat.
Pintu Pintu Syahwat
3 – Al Lafazhat ( ungkapan kata kata ).
Adapun tentang Al Lafazhat (ungkapan kata kata), maka cara menjaganya
adalah dengan mencegah keluarnya kata kata atau ucapan dari lidahnya, yang
tidak bermanfaat dan tidak bernilai.
Khalwat
Khalwat itu berasal dari kata (khalaa- yakhluu-khalwatan) yang maknanya
menyepi, menyendiri, mengasingkan diri bersama dengan seseorang tanpa
kepesertaan orang lain. Secara istilah, khalwat sering digunakan untuk hubungan
antara dua orang di mana mereka menyepi dari pengetahuan atau campur tangan
pihak lain, kecuali hanya mereka berdua.
Tabarruj
َوقَ ْر َن يِف بُ ُيو ِت ُك َّن َواَل تَرَب َّ ْج َن تَرَب ُّ َج الْ َجا ِه ِليَّ ِة اُأْلوىَل
”Hendaklah kalian (para wanita) tetap di rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dan seperti
tabarruj orang-orang Jahiliyah yang dahulu…” (QS. Al-Ahzab: 33)
Allah ﷻberfirman:
ونَ َُّالزا ِن َي ُة َو َّالزايِن فَا ْجدِل ُ وا لُك َّ َوا ِح ٍد ِمهْن ُ َما ِماَئ َة َجدْل َ ٍة ۖ َواَل تَْأخ ُْذمُك ْ هِب ِ َما َرْأفَ ٌة يِف ِد ِين اهَّلل ِ ْن ُك ْنمُت ْ تُْؤ ِمن
ُ﴾ َّالزايِن اَل ي َ ْن ِك ُح اَّل َزا ِنِإ َي ًة َأ ْو ُمرْش ِ َك ًة َو َّالزا ِن َية٢﴿ اِب هَّلل ِ َوالْ َي ْو ِم اآْل ِخ ِر ۖ َولْيَ ْشه َْد عَ َذاهَب ُ َما َطاِئ َف ٌة ِم َن الْ ُمْؤ ِم ِن َني
ِإ
اَل ي َ ْن ِك ُحهَا اَّل َز ٍان َأ ْو ُمرْش ِ ٌك ۚ َو ُح ّ ِر َم َذٰ كِل َ عَىَل الْ ُمْؤ ِم ِن َني
ِإ
“Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari
keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu
beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.
Pezina laki-laki tidak boleh menikah, kecuali dengan pezina perempuan,
atau dengan perempuan musyrik. Dan pezina perempuan tidak boleh
menikah, kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-laki musyrik. Dan
yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang Mukmin.” [QS.
An-Nur/24:2-3]
Bahaya pergaulan bebas
2. Hukuman bagi pezina yang telah menikah:
Apabila pezina tersebut adalah orang yang sudah menikah, baik duda atau
janda, maka hukumannya adalah hukuman rajam (dilempari batu sampai
mati).
Dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu anhu, bahwa Nabi ﷺbersabda:
َالْ ِب ْك ُـر اِب لْ ِب ْك ِر َجـلْـدُ ِماَئـ ٍة َونَـ ْف ُي: قَ ْـد َج َعـ َل ال ٰل ّـ ُه لَـه َُّن َسبِـ ْيـاًل، خ ُُذ ْوا َعنّـِ ْي، خ ُُذ ْوا َعنّـِ ْي
َّ َو الثَّـيّـِ ُب اِب لثَّـيّـِ ِب َجلْـدُ ِماَئـ ٍة َو، نَـ ٍةs َس.
الـر ْج ُم
“Ambillah dariku, ambillah dariku. Allah telah menetapkan ketentuan bagi mereka.
Perjaka yang berzina dengan perawan (hukumannya) dicambuk seratus kali, dan
dibuang selama setahun. Dan laki-laki yang sudah pernah menikah (yang berzina)
dengan perempuan yang sudah pernah menikah, (hukumannya) adalah dicambuk
seratus kali [Akan tetapi hukuman cambuk seratus kali bagi pezina yang sudah
menikah telah dimansukh (dihapus), sebagaimana dijelaskan oleh Imam asy-Syafi’i
dalam kitabnya ar-Risalah (no. 380-382)] dan dirajam. [Sahih: HR. Ahmad (V/313,
317, 318, 320), Muslim (no. 1690), Abu Dawud (no. 4415), at-Tirmidzi (no. 1434), dan
lainnya dengan sanad yang Sahih]
Bahaya pergaulan bebas
2. Hukuman bagi pezina yang telah menikah:
Apabila pezina tersebut adalah orang yang sudah menikah, baik duda atau
janda, maka hukumannya adalah hukuman rajam (dilempari batu sampai
mati).
Dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu anhu, bahwa Nabi ﷺbersabda:
َالْ ِب ْك ُـر اِب لْ ِب ْك ِر َجـلْـدُ ِماَئـ ٍة َونَـ ْف ُي: قَ ْـد َج َعـ َل ال ٰل ّـ ُه لَـه َُّن َسبِـ ْيـاًل، خ ُُذ ْوا َعنّـِ ْي، خ ُُذ ْوا َعنّـِ ْي
َّ اِب لثَّـيّـِ ِب َجلْـدُ ِماَئـ ٍة َوs َو الثَّـيّـِ ُب، سنَـ ٍة.َ
الـر ْج ُم
“Ambillah dariku, ambillah dariku. Allah telah menetapkan ketentuan bagi mereka. Perjaka yang
berzina dengan perawan (hukumannya) dicambuk seratus kali, dan dibuang selama setahun.
Dan laki-laki yang sudah pernah menikah (yang berzina) dengan perempuan yang sudah pernah
menikah, (hukumannya) adalah dicambuk seratus kali [Akan tetapi hukuman cambuk seratus
kali bagi pezina yang sudah menikah telah dimansukh (dihapus), sebagaimana dijelaskan oleh
Imam asy-Syafi’i dalam kitabnya ar-Risalah (no. 380-382)] dan dirajam. [Sahih: HR. Ahmad
(V/313, 317, 318, 320), Muslim (no. 1690), Abu Dawud (no. 4415), at-Tirmidzi (no. 1434), dan
lainnya dengan sanad yang Sahih]
Menundukan Pandangan
1. Perintah Menundukkan Pandangan (Ghadh-dhu al-Bashor) (QS. An-
Nuur [24]: 30-31)
ُق ْل ِللْ ُمْؤ ِم ِن َني يَغُضُّ وا ِم ْن َأبْ َص ِارمِه ْ َوحَي ْ َف ُظوا فُ ُروهَج ُ ْم
ََذكِل َ َأ ْزىَك لَه ُْم َّن اهَّلل َ َخب ٌِري ِب َما ي َ ْصنَ ُعون
ِإ
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih
suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30).
Menundukan Pandangan
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman
untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan
atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal
yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal
yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)
TOBAT
Pengertian
Tobat menurut istilah para ulama, ialah membersihkan hati dari segala dosa. Imam Haramain
( Abdul-Maali al-Yudaini) mengatakan bahwa tobat adalah meninggalkan keinginan untuk
kembali melakukan kejahatan seperti yang telah pernah dilakukannya karena membesarkan
Allah subhana-hu wa ta’ala dan menjauhkan diri dari kemungkaran-Nya
وَاذَّل ِ ْي َن ِا َذا فَ َعلُ ْوا فَا ِح َش ًة َا ْو َظلَ ُم ْ ٓوا َانْ ُف َسه ُْم َذ َك ُروا اهّٰلل َ فَا ْستَ ْغ َف ُر ْوا ذِل ُ ن ُْوهِب ِ ْ ۗم َو َم ْن ي َّ ْغ ِف ُر ُّاذلن ُْو َب ِااَّل
اهّٰلل ُ ۗ َول َ ْم يُرِص ُّ ْوا عَىٰل َما فَ َعلُ ْوا َومُه ْ ي َ ْعلَ ُم ْو َن
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali 'Imran ayat 135)
RUKUN TOBAT
Mengetahui dan menyadari akibat buruk dari perbuatan dosa dan
menyadarkan
Memohon ampunan atas dosa-dosanya.
Berjanji tidak meneruskan atau mengulangi perbuatan dosa
Berpuasa
ُ َوا ّ ِلص َيا ُم ُجن َّ ٌة َو َذا اَك َن ي َ ْو ُم َص ْو ِم َأ َح ِدمُك ْ فَاَل يَ ْرفُ ْث َواَل ي َ ْصخ َْب فَ ْن َساب َّ ُه َأ َح ٌد َأ ْو قَاتَهَل
ِإ
ٌ فَلْ َي ُق ْل يِّن ا ْم ُرٌؤِإ َصامِئ
ِإ
“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata
keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka
ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Menikah
َو َم ْن لَ ْم،ِ َوَأ ْح َص ُن ِللْ َف ْرج، ِ فَ ن َّ ُه َأغَ ُّض ِللْ َبرَص،اَي َم ْعرَش َ ال َّش َب ِاب َم ْن ا ْستَ َطا َع منمُك الْ َبا َء َة فَلْ َيزَت َ َّو ْج
ِإ
ي َ ْس َت ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه اِب َّلص ْو ِم فَ ن َّ ُه هَل ُ ِو َجا ٌء
ِإ
"Hai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian sudah memiliki kemampuan, segeralah menikah, karena menikah
dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum sanggup menikah, berpuasalah,
karena puasa akan menjadi benteng baginya." (HR Muttafaq 'alaih).
Lewat hadits ini Rasulullah SAW menganjurkan para pemuda yang sudah berkemampuan untuk segera menikah. Mampu
di sini bisa diartikan mampu secara fisik, keilmuan, mental, ataupun secara finansial. Rasul mencela orang yang hidup
membujang ataupun yang menunda-nunda pernikahan karena alasan yang tidak syar'i, padahal ia sudah mampu. Dari Siti
'Aisyah RA Rasulullah SAW bersabda: