Anda di halaman 1dari 6

HUKUMAN BAGI PEZINA

Oleh: Fauziah Jamilah

Janganlah kamu mendekati zina. Mendekati saja tidak boleh lebih-lebih


melakukan, kata mendekati mencakup segala perkara yang mengantarkan kepada zina,
dalam konteks kehidupan bermasyarakat, zina terbukti menjadi salah satu sendi perusak
ketenangannya, penghancur nilai keluhurannya, masyarakat yang binasa akibat penyakit ini
bukan satu dua, dan dalam konteks keluarga, keadaannya tidak berbeda, ia merusak dan
menghancurkan.
Islam merupakan agama yang memiliki tatanan dan aturan yang terbaik termasuk
dalam masalah hubungan laki-laki dengan perempuan. Islam meletakkan kode etika yang
beradab dalam hal ini yang tidak dimiliki oleh aturan dan tatanan manapun di dunia ini.
Semua itu demi kebaikan dan kesucian masyarakat termasuk rumah tangga. Di antara tindak
preventif Islam untuk menangkal penyakit ini adalah dengan meletakkan hukuman-hukuman
atas pelakunya di dunia dan di akhirat.
A. Hadits


) 1










.


.



) 2










B. Terjemah
1) Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Yahya at-Tamimi, mengabarkan kepada
kami Hasyim dari Manshur, dari Hasan, dari Hithan, dari Abdullah ar-Raqasyi, dari
Ubadah ibn Shamit, ia berkata: Rasul saw. bersabda, Ambillah dariku! Ambillah
dariku! Sungguh Allah telah menjadikan bagi mereka jalan. Jejaka dengan gadis
cambuk seratus kali dan pengasingan selama setahun. Laki-laki yang sudah menikah
dengan wanita yang sudah menikah adalah cambuk seratus kali dan rajam. (HR
Muslim)

2) Telah menceritakan kepada kami Umar ibn Hafsh, menceritakan kepada kami alAmasy dari Abdullah ibn Murrah, dari Masruq, dari Abdullah bahwa ia berkata:
Rasul saw. bersabda, Seorang muslim yang bersyahadat tidak halal dibunuh,
kecuali tiga jenis orang: Pembunuh, orang yang sudah menikah lalu berzina, dan
orang yang keluar dari Islam. (HR. Al-Bukhari)
C. Penjelasan
Istilah zina sudah masuk dalam bahasa Indonesia, namun untuk memahami hukum
syariat tentang masalah ini kita perlu mengembalikannya ke pengertian menurut bahasa
Arab dan syariat supaya pas dan benar.
Dalam bahasa arab, zina diambil dari kata:
yang artinya berbuat
fajir (nista). Sedangkan dalam istilah syariat, zina adalah melakukan hubungan seksual
(jima) di kemaluan tanpa pernikahan yang sah, kepemilikan budak dan tidak juga karena
syubhat.
Ibnu Rusyd menyatakan bahwa zina adalah semua hubungan seksual (jima) diluar
pernikahan yang sah dan tidak pada nikah syubhat dan kepemilikan budak. (Definisi ini)
secara umum sudah disepakati para ulama Islam, walaupun mereka masih berselisih tentang
syubhat yang dapat menggagalkan hukuman atau tidak.
Perbuatan zina diharamkan dalam syariat islam, termasuk dosa besar, berdasarkan
firman Allah swt.:

Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. al-Isr [17]: 32)
Dalam hadits, Nabi juga mengharamkan zina seperti yang diriwayatkan dari
Abdullah bin Masd ra., beliau berkata:










. .

Aku telah bertanya kepada Rasulullah saw.: Dosa apakah yang paling besar? Beliau
menjawab: Engkau menjadikan tandingan atau sekutu bagi Allah, padahal Allah telah
menciptakanmu. Aku bertanya lagi, Kemudian apa?. Beliau menjawab: Membunuh
anakmu karena takut dia akan makan bersamamu. Aku bertanya lagi, Kemudian apa?
Beliau menjawab lagi: Kamu berzina dengan istri tetanggamu.

Sejak dahulu hingga sekarang, kaum muslimin sepakat bahwa perbuatan zina itu
haram. Imam Ahmad ibn Hanbal ra. Berkata, Saya tidak tahu ada dosa yang lebih besar
dari zina (selain) pembunuhan.
Tidak dapat dipungkiri, meninggalkan syariat islam akan menimbulkan akibat buruk
di dunia dan akhirat. Kaum muslimin jauh dari ajaran agama mereka, menyebabkan mereka
kehilangan kejayaan dan kemuliaan. Di antara ajaran Islam yang ditinggalkan dan dilupakan
oleh kaum muslimin adalah hukuman bagi pezina (hadd az-zin). Sebuah ketetapan yang
sangat efektif menghilangkan atau mengurangi masalah perzinaan. Ketika hukuman ini tidak
dilaksanakan, maka tentu akan menimbulkan dampak atau implikasi buruk bagi pribadi dan
masyarakat.
Dalam Islam, pezina seorang jejaka atau gadis, maka dia didera seratus kali dan
diasingkan selama setahun. Allah swt. Berfirman:

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera. (QS. an-Nur [24]: 2).
Dari Ubadah ibn ash-Shamit ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, Ambillah
dariku. Ambillah dariku. Allah telah meletakkan jalan untuk mereka. Jejaka dengan gadis
cambuk seratus kali dan pengasingan selama setahun. Laki-laki yang sudah menikah
dengan wanita yang sudah menikah adalah rajam. (HR. Muslim).
Jika pezina sudah menikah, maka had-nya adalah rajam, dari Abdullah bin Abbas
ra. berkata, Umar bin al-Khatthab ra. berkata:




.





Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad dengan membawa kebenaran dan
menurunkan kitab kepadanya, di antara apa yang Allah swt. turunkan kepadanya adalah
ayat rajam, kami membacanya, menghafalnya dan memahaminya, Rasulullah saw. telah
merajam dan kami pun melakukannya setelah beliau, saya khawatir seiring dengan
berjalannya masa ada seseorang yang berkata, Kami tidak menemukan ayat rajam di
dalam kitab Allah swt. Akibatnya mereka tersesat karena meninggalkan sebuah kewajiban
yang diturunkan oleh Allah swt. Sesungguhnya rajam di dalam kitab Allah adalah haq atas

orang yang berzina jika dia muhshan dari kaum laki-laki maupun wanita, bukti-bukti telah
tegak atau adanya kehamilan atau pengakuan. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. bersabda, Seorang pezina tidak berzina
ketika dia berzina sementara dia dalam keadaan mukmin. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dalam sebuah riwayat al-Bukhari, Dan taubat tetap terbuka setelahnya.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, Jika seorang laki-laki
berzina maka iman yang ada pada dirinya keluar darinya seperti bayangan, jika dia
berhenti maka iman kembali kepadanya. (HR. Abu Dawud dan al-Hakim).
Allah swt. berfirman:

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh lakilaki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orangorang yang mukmin. (QS. an-Nur [24]: 3).
Allah swt. Berfirman:


Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah
buat wanita-wanita yang keji (pula) dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki
yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. anNur [24]: 26).
Namun demikian, tidak serta merta orang yang berzina atau ditemukan berzina
otomatis dihukum dengan didera. Karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjatuhkan hukuman tersebut, di antaranya adalah adanya empat orang saksi yang secara
nyata menyaksikan masuknya kemaluan seorang lelaki tersebut ke dalam kemaluan
perempuan. Jadi, kalau hanya tiga orang saja yang menyaksikannya, atau hanya melihat
sepasang manusia tanpa busana di atas tempat tidur tanpa terlihat nyata melakukannnya,
maka hukuman dera itu belum bisa dijatuhkan.
Hukuman dera yang ditetapkan oleh Allah di dalam berbagai keterangan, baik alQuran maupun hadits Nabi lebih bersifat kepada ancaman keras, terlebih lagi karena ada
anjuran agama untuk tidak mendekati tempat-tempat nista seperti pelacuran dan sebagainya.
Karenanya, tidak keliru jika dikatakan bahwa hukuman tersebut ditujukan kepada orang

yang melakukan perzinaan dengan sikap menantang dan tanpa malu. Bahkan yang
berwenang pun hendaknya mempelajari keadaan tersangka yang tertuduh.
Ibn Hazm memiliki pendapat bahwa taubat seseorang mengakibatkan tidak
dilaksanakannya ancaman hukuman. Muhammad Ghazali di dalam bukunya, Hadza Dinuna,
juga mengemukakan riwayat yang menyatakan bahwa Imam Syafii juga berpendapat
demikian.
Jika kita teliti, banyak riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad berupaya
untuk tidak menjatuhkan sanksi itu bagi yang datang mengadukan dirinya bahwa ia telah
berzina, karena memang pengakuan itu saja dapat dinilai sebagai taubat yang sebenarnya.
Sahabat Nabi, Wailah ibn al-Asqa' menceritakan bahwa suatu ketika datang seseorang
kepada Nabi saw. sambil berkata bahwa dia telah melakukan pelanggaran yang harus
dijatuhi hukuman. Nabi berpaling seakan tidak mendengarnya dan yang bersangkutan
mengulangi hal tersebut sampai yang ketiga kalinya, Nabi pun selalu berpaling. Setelah
shalat bersama, yang bersangkutan datang untuk yang keempat kalinya sambil berkata,
Aku telah melanggar batas yang ditetapkan Allah untuk tidak dilanggar, maka jatuhkanlah
sanksi atasku!
Nabi berkata, Bukankah engkau telah bersuci dengan baik dan shalat bersama
kami tadi? Pergilah, yang denikian itu telah menghapus dosamu.
Hadits-hadits semakna dengan hadits di atas cukup banyak dan kandungannya
sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Maidah [5]: 33-34 yang menggugurkan sanksi
bagi para perampok yang telah bertaubat dan terbukti setelah perampokkan itu telah berbuat
baik.
D. Bertaubat
Bertaubat ini bukan saja hanya bagi pelaku zina namun bagi siapa saja yang
memuluskan jalan untuk terjadinya dosa zina, membantu dan memberi peluang kepada
pelakunya dan siapa saja yang ikut andil di dalamnya. Hendaknya mereka semua segera
kembali dan bertaubat dengan sungguh-sungguh, menyesali apa yang pernah dilakukannya
dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak kembali melakukannya. Dan yang paling penting
adalah memutuskan hubungun dengan siapa saja dan apa saja yang bisa memancing ke arah
perbuatan keji tersebut. Dengan demikian diharapkan Allah akan menerima pertaubatan itu
dan mengampuni segala dosa yang pernah dilakukan, tak ada kata putus asa dari mencari
rahmat Allah.

Allah berfirman:






Dan orang-orang yang tidak menyembah Ilah yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat-gandakan azab untuknya pada hari kiamat
dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka
diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Furqan [25]: 68-70).

Anda mungkin juga menyukai