Anda di halaman 1dari 10

BAB II

Pembahasan

2.1.

Pengertian Zina
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :

Zina (ejaan tidak baku: zinah; bahasa Arab: , bahasa Ibrani: -zanah) adalah
perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan
pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan
hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan
manusia termasuk dikategorikan zina. Dan menurut Ensiklopedia Alkitab Masa Kini zina
artinya hubungan seksual yang tidak diakui oleh masyarakat.
Berdasarkan hukum islam perzinahan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama
islam, aktivitas-aktivitas seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dangan
lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya termasuk perzinahan, dalam Al-Quran
dikatakan bahwa semua orang muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang
oleh Allah.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk, (al-Israa: 32)
Allah juga memberikan jalan untuk menghindari perzinahan yaitu dengan berpuasa, menjaga
pandangan dan memakai Jilbab bagi perempuan, dan Allah juga memberikan ancaman yang
luar biasa bagi pelaku zina agar hambanya takut untuk melakukan zina :
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera. QS. 24:2
Menurut agama Kristen, hubungan seksual yang masuk kategori zinah itu tidak hanya
sekedar melakukan penetrasi (memasukan alat kelamin), orang yang memandang perempuan
dan berhasrat untuk memilikinya juga termasuk perbuatan zinah, sebagaimana dijelaskan
dalam Matius 5:28

Tetapi aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia didalam hatinya.
Agama Kristen sangat ketat melarang perbuatan zinah sebab sangat menghargai jiwa
manusia. Penganut dari agama ini percaya bahwa setiap jiwa dan tubuh manusia merupakan
bait Roh Kudus yang harus dipelihara dan tidak boleh dikotori dengan perbuatan tercela
seperti zinah, agar roh kudus dalam tubuh dan jiwa manusia tetap suci dan murni.

2.2.

Larangan Berzina

Islam melarang dengan tegas perbuatan zina karena perbuatan tersebut adalah kotor dan keji.
Allah berfirman:

Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra: 32).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi, seorang ulama besar Arab Saudi,
berkomentar: Allah Swt telah mengategorikan zina sebagai perbuatan keji dan kotor.
Artinya, zina dianggap keji menurut syara, akal dan fitrah karena merupakan pelanggaran
terhadap hak Allah, hak istri, hak keluarganya atau suaminya, merusak kesucian pernikahan,
mengacaukan garis keturunan, dan melanggar tatanan lainnya.
Dalil Dari Al-Quran:



Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-

laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang
yang mukmin, (An-Nuur: 2-3).



Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal
dalam azab itu, dalam keadaan terhina, (al-Furqaan: 68-69).



Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk
mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang
mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam
urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada
Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (alMumtahanah: 12).
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, Firman Allah Swt yang berbunyi: Katakanlah,
Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi
(QS. Al-Maidah: 33), menjadi dalil bahwa inti dari perbuatan zina adalah keji dan tidak bisa
diterima akal. Dan, hukuman zina dikaitkan dengan sifat kekejiaannya itu. Kemudian ia
menambahkan, Oleh karena itu, Allah berfirman: Dan janganlah kamu mendekati
perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk. (QS. Al-Isra: 32)
Oleh karena itu, Islam telah menetapkan hukuman yang tegas bagi pelaku zina dengan
hukuman cambuk seratus kali bagi yang belum nikah dan hukuman rajam sampai mati bagi
orang yang menikah. Di samping hukuman fisik tersebut, hukuman moral atau sosial juga
diberikan bagi mereka yaitu berupa diumumkannya aibnya, diasingkan (taghrib), tidak boleh
dinikahi dan ditolak persaksiannya. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat preventif

(pencegahan) dan pelajaran berharga bagi orang lain. Hal ini mengingat dampak zina yang
sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik dalam konteks tatanan kehidupan individu,
keluarga (nasab) maupun masyarakat.
Berzinah juga dilarang dalam agama Kristen, 1 dari 10 perintah Allah Keluaran 20:14
mengatakan Jangan berzinah kemudian Yesus memberikan peringatan agar umatnya tidak
berbuat zina :
Tetapi Aku berkata kepadamu : Setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan
menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari
anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam
neraka. (Matius 5:28-29)
Yesus mengutip hukum Taurat dan memberikan pengajaran bahwa mengingini seseorang
secara seksual walaupun belum dilakukan, orang tersebut sudah berbuat zinah. Peringatan
Yesus tersebut memberikan arti kuat bahwa betapa sangat dilarangnya perbuatan zina,
seseorang yang memandang perempuan dan tertarik maka oleh Yesus dikatakan sudah
berbuat zina di dalam hatinya, dan menurut beberapa tafsir Alkitab, berkeinginan untuk
berbuat zina sudah sama sifatnya dengan berzina.
Masih menurut sabda Yesus, bahwa mencungkil mata dan membuangnya adalah jauh lebih
baik daripada mata kita menyababkan kita memandang perempuan yang kemudian
berkeinginan untuk berbuat zina, karena mata adalah salah satu pintu masuk bagi pikiran
jahat. Mencungkil mata adalah simbolik agar kita mencegah untuk memandang perempuan
yang bisa mencampakkan seluruh tubuh kita ke neraka.
Peringatan Yesus ini senada dengan peringatan dalam Al-Quran yang memperingatkan
agar kita tidak berbuat zina, di dalam Al-Quran Allah memperingatkan untuk jangan
mendekati zina dan bagi perempuan diperintahkan menutup auratnya, agar mata laki-laki
tidak tersesat memandangnya, harus diakui bahwa banyak sekali kejahatan seksual bermula
dari mata entah melihat wanita berpakaian minim dan seksi ataupun melihat VCD porno.
Larangan zina di dalam injil :
Matius 5:27-28
27. Kamu telah mendengar firman : Jangan berzinah
28. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali
karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawindengan perempuan
yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Markus 10:19
Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah,
jengan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang ayahmu
dan ibumu.
Roma 13:9
Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini
dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

2.3.

Sacrificial Adultery
Perzinahan untuk kepentingan orang lain (Sacrificial Adultery) adalah tindakan

perzinahan (melakukan hubungan seksual dengan pria/wanita yang tidak terikat oleh
pernikahan) yang dilakukan dalam keadaan terpaksa dan bukan untuk memenuhi kebutuhan
seksual individu tersebut melainkan demi kepentingan individu lainnya.
Joseph Fletcher dalam bukunya yang telah banyak dibaca dan diperdebatkan tahun
1966 dengan judul Situation Ethics: The New Morality, menjelaskan kejadian berikut dari
Perang Dunia II :
Seorang wanita Jerman bernama Mrs. Bergmeier, ibu dari tiga orang anak, ditangkap oleh
tentara Rusia pada saat mencari makan dan dibawa ke sebuah penjara di Ukraina. Suaminya,
yang sebelumnya telah ditangkap dalam Pertempuran Bulge, telah menjadi tahanan perang di
Inggris. Ketiga anaknya, yang tidak mengetahui apa yang terjadi pada ibu mereka terpaksa
berjuang berbulan-bulan kelaparan dan ketakutan sendiri. Hanya ada dua aturan yang
memungkinkan ia untuk bisa bebas :
1. Jika ia mengalami sakit yang sangat parah, ia akan dipindahkan ke rumah sakit
Soviet.
2. Jika dia hamil, dia akan dikirim kembali ke Jerman.
Ia pun berfikir keras dan akhirnya memutuskan untuk meminta seorang penjaga tahanan yang
bersimpati atas situasi yang dialaminya untuk mengahamili dirinya. Dia pun hamil, dan
dibebaskan dengan dikirim kembali ke Berlin. Keluarga menyambutnya dengan tangan
terbuka, bahkan ketika dia mengatakan kepada mereka bagaimana ia telah berhasil lolos. Dan

ketika anak yang dikandungnya lahir, mereka semua mencintainya karena apa yang telah ia
lakukan untuk mereka dan memerimanya sebagai bagian dari keluarga.
Menurut Fletcher, keputusan moral tidak dapat dibuat atas dasar bahwa beberapa hal selalu
benar dan beberapa hal selalu salah,tindakan yang mungkin dianggap salah dan berdosa
(seperti perzinahan), pada kasus seperti ini bisa dianggap benar. Dia menyebut tindakan Mrs
Bergmeier dengan "sacrificial adultery" dan bahkan menyarankan keluarga harus berterima
kasih kepada penjaga tahanan ramah karena jasanya yang telah membuat keluarga tersebut
berkumpul bersama kembali.
Fletcher menggunakan cerita ini, yang didasarkan pada fakta, untuk menunjukkan,
bahwa dalam situasi tertentu melakukan hal yang penuh kasih membuat perlu agaknya kita
untuk 'menyisihkan' perintah agama seperti Jangan berzinah (Keluaran 20:14)
Dalam bukunya Fletcher menyatakan bahwa "Setiap situasi sangat berbeda dari situasi yang
lain, yang patut dipertanyakan apakah aturan yang berlaku untuk satu situasi dapat diterapkan
pada situasi lain yang seperti itu, karena situasi yang lain tidak mungkin benar-benar menjadi
seperti itu. Hanya satu hukum cinta (agape) yang cukup luas untuk yang dapat diterapkan
pada semua keadaan dan konteks kehidupan. "
Menurut Fletcher, Yesus menyimpulkan sepuluh perintah Allah dalam satu kata
Cinta/Kasih. Oleh karena itu, tidak ada perintah yang mungkin tidak akan rusak dalam
beberapa situasi demi cinta. Setiap hukum/peraturan dapat dilanggar oleh dasar cinta. Cinta
adalah satu hukum universal. Ketika semua yang lain memudar, cinta akan ada selamanya.
Menurut Yesus :
Kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.( Yohanes 13:35 )
Fletcher mengatakan bahwa hanya ada satu moral yang mutlak, yaitu untuk melakukan
tindakan yang paling "dicintai" dalam segala dan semua situasi. "Bahwa melakukan apa pun
untuk hal yang penuh kasih dalam situasi tersebut adalah termasuk hal yang bisa
dikategorikan baik dan benar. Aturan-aturan moral dan prinsip-prinsip yang berasal dari
Kitab Suci, pengalaman, ataupun budaya harus dibuang jika itu bertentangan dengan
kebaikan menurut pribadi manusia.
Namun seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, zina adalah dosa besar dan sangat
dilarang di dalam agama, tetapi bagaimana dengan yang dialami mrs.Bergmeier? Apakah ia
melakukan hal yang benar atau salah?

Mrs. Bergmeier memiliki niat yang mulia untuk kembali ke dalam keluarga tetapi ia
memutuskan untuk terlibat dalam hubungan seksual dengan penjaga untuk melarikan diri dari
penjara. Ini adalah apa yang disebut sebagai perzinahan karena ia terlibat dalam hubungan
seksual di luar dari pernikahannya walaupun pada akhirnya, mereka mencintai bayinya dan
keluarga pun memaafkannya. Namun, mereka harus berterima kasih kepada penjaga untuk
pertolongan yang telah diberikan?
Menurut kami tidak, ia melanggar aturan kamp dan kemungkinan besar ia hanya
melakukannya untuk memenuhi kebutuhan seksual dan kesenangannya sendiri bukannya
memahami dan bersimpati atas situasi yang dialami oleh mrs. Bergmeier. Dia pun mungkin
masih terlibat dalam tindakan terlarang yang sama dengan perempuan lain, sehingga lebih
banyak alasan untuk melaporkannya kepada pemimpin kamp. Disini bisa dikatakan bahwa
penjaga terlibat dalam sesuatu yang salah secara moral, mungkin karena ia didorong oleh
nafsu jahat atau karena ia telah terlibat dalam perilaku ini dengan wanita lain, dalam hal ini,
Mrs Bergmeier telah menjadi bagian dalam kejahatannya dan dengan dorongan keadaan ia
terpaksa mengirimkan diri kepadanya.
Jika dilihat dari sisi kemanusiaan tindakan yang dilakukan Mrs. Bergmeier dapat
dibenarkan karena ia ingin melindungi ke tiga anaknya yang ketakutan karena perang dunia II
yang terjadi pada saat itu. Ia melakukan itu atas dasar cintanya kepada anak-anaknya.
"Bahwa melakukan apa pun untuk hal yang penuh kasih dalam situasi tersebut adalah
termasuk hal yang bisa dikategorikan baik dan benar. Aturan-aturan moral dan prinsip-prinsip
yang berasal dari Kitab Suci, pengalaman, ataupun budaya harus dibuang jika itu
bertentangan dengan kebaikan menurut pribadi manusia. Joseph Fletcher
Namun dalam pandangan agama zina merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan karena
perzinahan adalah perbuatan kotor dan keji. Didalam islam, zina termasuk perbuatan yang
akan mendatangkan dosa besar bagi para pelakunya. Allah berfirman:
Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhanyang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak
berzina. (QS. Al-Furqaan: 68)
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang lebih besar selain membunuh tanpa alasan
dan berzina. Islam melarang dengan tegas perbuatan zina. Allah berfirman:

Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk, (QS. Al-irsa: 32)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Tiga jenis orang
yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak
melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa
yang pendusta, dan orang miskin yang sombong, (HR Muslim [107]).
Begitupun dengan ajaran Agama Kristen, larangan mengenai hal ini ada di perintah
ketujuh dalam sepuluh perintah Allah, yaitu: Jangan berzinah. Perintah Allah yang ketujuh
ini melarang perzinahan meliputi semua tindakan percabulan dan dosa seksual. Perintah ini
menganjurkan untuk menjaga kesucian tubuh agar tetap kudus.

BAB III
Penutup

3.1.

Simpulan

Zina adalah hubungan seksual antara wanita dan pria yang tidak terikat oleh hubungan
pernikahan. Aturan agama sangat jelas melarang perbuatan ini, sebagaimana seperti yang
tertuang dalam kitab-kitab suci agama.
Namun dalam kasus seperti yang dialami Mrs. Bergmeier, ia bisa dikatakan melakukan
tindakan yang benar dan juga salah .
Mrs. Bergmeier melakukan tindakan yang benar secara kemanusiaan karena ia memiliki niat
yang mulia untuk kembali ke dalam keluarga agar dapat melindungi dan menjaga anakanaknya, tetapi keputusannya untuk terlibat dalam hubungan seksual (melakukan zina)
dengan penjaga agar dapat bebas dari penjara secara agama dianggap salah karena ia
melanggar aturan aturan dalam ajaran agama padahal jelas-jelas Tuhan telah melarang kita
untuk melakukannya karena zina adalah seburuk-buruk jalan dan sejelek-jelek perbuatan.

Daftar Pustaka

Fletcher, Joseph. 1966, Situation Ethics: The New Morality. (Philadelphia, PA:
Westminster Press).
Fathi, Majdi. 2005. 42 Dosa Besar. Jakarta : Pustaka Azzam.
Al-Asqalani, Ibn Hajar. 2010. Buloghul Maram. Bandung : Penerbit Khazanah.
Abdurrahman, Yusuf. 2012. Tamparan Tamparan Keras bagi Pelaku Dosa-Dosa Besar.
Jogjakarta : Safirah
Boom, Corrie Ten. 2013. Amazing Love. Yogyakarta : Andi
id.wikipedia.org

zina

en.wikipedia.org

Situational Ethics

www.masuk-islam.com

Pengertian zina dan hukuman bagi pezina

www.bmei.org

Ethical Conflicts in Medicine

gospel-herald.com

Situational Ethics

id.wikipedia.org

Pelacuran Menurut Agama

Anda mungkin juga menyukai