Anda di halaman 1dari 6

Tugas makalah fikih

“zina”
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Hasni Mansyur
Hasma Hakim Nurmia
Nurul Adila
Nailah Ikhtisyam

MAKALAH FIKIH (ZINA) HALAMAN. 1


BAB I

PENDAHULUAN

A.Zina

Manusia diciptakan oleh Allah SWT diatas muka bumi ini dengan berpasang-pasangan antarpria
dan wanita yang diikat dalam sebuah ikatan suci yang dinamakan perkawinan , dan ikatan suci ini
dikukuhkan atau dicatatkan dalam sebuah lembaga perkawinan untuk mendapatkan keabsahan dan
kekuatan hukum atas perkawinan tersebut. Perzinahan pada hakekatnya termasuk salah satu delik
kesusilaan yang erat kaitannya dengan nilai-nilai kesusilaan dari lembaga perkawinan. Tujuan
dilarangnya perzinahan adalah kesucian lembaga perkawinan dan pengaruh negatif lainnya, antara lain
mencegah hidup suburnya pelacuran yang dapat menjadi sumber penyakit kotor yang membahayakan
masyarakat sebagai akibat dari adanya perzinahan.Hukum pidana Indonesia dalam bingkai sejarahnya
merupakan produk asli Belanda yang diterapkan oleh bangsa Indonesia. Dalam pembahasannya hukum
pidana Indonesia memuat berbagai jenis tindak pidana yang termasuk diantaranya adalah tindak pidana
perzinahan atau sanksi tindak pidana pidana yang telah dikodifikasi, yaitu sebagian terbesar dan aturan-
aturannya telah perzinahan pasal 284. Hukum pidana yang berlaku di Indonesia sekarang ini ialah hukum
disusun dalam satu kitab undang-undang (wetboek), yang dinamakan kitab Undang-undang hukum
pidana, menurut suatu sistem yang tertentu. Selain dari pada hokum pidana telah dikodifikasi maka
bagian hukum ini juga telah diunifikasi, yaitu berlaku bagi semua golongan rakyat, sehingga tidak ada
dualisme lagi seperti dalama hukum perdata, di mana bagi golongan rakyat bumiputera berlaku hukum
yang lain dari pada yang berlaku bagi golongan Eropa Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan
hukum yang berdiri sendiri begitu juga hukum pidana dalam memberikan sanksi (hukuman) yang bengis
dan sangat memperkuat berlakunya. norma-norma hukum yang telah ada. Oleh karena itu hukuman
dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan terciptanya ketertiban dan ketentraman masyarakat. Hukuman
yang merupakan beban tanggung jawab pidana, dipikulkan kepada pembuat jarimah untuk terciptanya
tujuan tersebut Menurut hukum pidana, hukuman adalah suatu tindakan tidak enak(sengsara) yang
dijatuhkan oleh hakim dengan vonis pada orang yang telah melanggar undang-undang hukum pidana4.
Sanksi hukum adalah perwujudan yang paling jelas dari kekuasaan negara dalam melaksanakan
kewajibannya untuk memaksakan ditaatinnya hukum. Penerapan sanksi hukum dilaksanakan menurut
tata cara yang dituangkan dalam hukum acara yang dimaksudkan, agar negara dalam melaksanakan
haknya untuk memaksakan ditaatinya hukum tetap memperhatikan hal dan martabat tertuduh sebagai
warga negara dan sebagai manusia.
1. Pengertian zina
Secara umum adalah persetubuhan pria-wanita tanpa ikatan perkawinan yang sah. liwath merupakan
salah satu perilaku seks yang menyimpang untuk memuaskan nafsu syahwat seseorang.Sedangkan secara
etimologis zina berasal dari bahasa arab yang artinya persetubuhan diluar pernikahan. Dari segi tata
susila perbuatan ini sangat kotor (hina) dan tercela dalam pandangan masyarakat. Sedangkan dari segi
agama perbuatan ini terhukumi dosa. Tidak ada yang mengingkari dalam memberikan hukuman kecuali
mereka yang pikirannya beda di bawah kendali hawa nafsunya. Mereka menganggap setiap pelanggaran
hukum dan peraturan adalah suatu ciptaan baru hasil falsafah hidup manusia.

2.Status Hukum Zina

Para ulama sepakat bahwa zina hukumnya haram dan termasuk salah satu bentuk dosa besar.Allah
Swt. Berfirman dalam QS.Al Isra[17]:32 yang berbunyi:

‫ُوا ٱل ِّزن ٰ َٓى ۖ ِإنَّهۥُ َكانَ ٰفَ ِح َشةً َو َسٓا َء َسبِيل‬


۟ ‫َواَل تَ ْق َرب‬

MAKALAH FIKIH (ZINA) HALAMAN. 2


Artinya:“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk”.

Hukum pidana adalah “hukum yang termuat peraturan-peraturan yang mengandung


keharusan dan larangan terhadap pelanggar yang diancam dengan berupa siksaan badan.
Definisi lainnya adalah, “hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Menurut
moeljatno, hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu Negara,
yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan
disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar
larangan tersebut.
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-
larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada
orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Perzinaan dalam hukum Islam dianggap sebagai perbuatan yang keji dan terkutuk dengan tidak
membedakan para pelakunya baik yang telah kawin maupun yang belum kawin. Pelaku tindak
pidana zina dapat diberikan hukuman hal ini sesuai ketentuan hukum Islam, sebagaimana firman
Allah SWT (QS. AnNur [24]: 2)

‫اَل َّزانِيَةُ َوال َّزانِ ْي فَاجْ لِ ُدوْ ا ُك َّل َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َّواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأفَةٌ فِ ْي ِد ْي ِن هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۚ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد‬
َ‫ط ۤا ِٕىفَةٌ ِّمنَ ْال ُمْؤ ِمنِ ْين‬
َ ‫َع َذابَهُ َما‬
Artinya:

"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiaptiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman".

Kasus perbuatan yang dilakukan kaum Nabi Luth AS (melakukan homoseks) termasuk dosa
besar sebagaimana yang disebutkan dalam banyak tempat di dalam AlQur’an. Juga disebutkan
hal ini merupakan perbuatan kotor (keji) sehingga membuat Allah SWT menjadi murka.Oleh
karena itu, Rasulullah SAW mengatakan bahwa perbuatan homoseks termasuk tindak pidana
atau tindak kejahatan sehingga negara wajib menjaga dan membersihkan masyarakat dari
perbuatan ini. Untuk itu Rasulullah memberi sanksi hukuman berat terhadap orang yang
melakukan homoseks.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Qs.Asy-Syura:165-166

‫اج ُك ۗ ْم بَلْ اَ ْنتُ ْم قَوْ ٌم ٰع ُدوْ ن‬ َ َ‫اَتَْأتُوْ نَ ال ُّذ ْك َرانَ ِمنَ ْال ٰعلَ ِم ْينَ ۙ َوتَ َذرُوْ نَ َما خَ ل‬
ِ ‫ق لَ ُك ْم َربُّ ُك ْم ِّم ْنَ اَ ْز َو‬

MAKALAH FIKIH (ZINA) HALAMAN. 3


Artinya:” Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan
isteri- isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang
melampaui batas". (Qs. AsySyua’ra’: 165-166).

3.Dasar Penetapan Hukum Zina


Penerapan had bagi pelaku tindak pezina baik laki-laki maupun perempuan, dapat
dilaksanakan jika tertuduh telah melalui proses pembuktianmenurut aturan hukum islam dan
diyakini benar-benar telah malakukan perzinaan.
Rasulullah Saw. Sangat berhati-hati dalam melaksanakan had zina ini. Karena itu, Beliau
tidak akan melaksanakan had zina sebelum yakin bahwa tertuduh bena-benarberbuat zina.
Artinya proses untuk penetapan hukuman had,tidaklah sederhana.
Berikut ini adalah dasar- dasar yang dapat digunakan untuk menetapkan bahwa seseorang
telah benar-benar berbuat zina:
a).Adanya empat orang saksi laki-laki yang adil.Yang kesaksian mereka harus sama hal
tempat,waktu,pelaku dan cara melakukannya.Firman Allah Swt:

Artinya:”Dan para perempuan yang melakukan perbuatam keji di antara perempuan-


perempuan kamu,hendaklah terhadap mereka ada empat orang saksi di antara kamu(yang
menyaksikannya). Apabila mereka telah memberi kesaksian, maka kurunglah mereka
(perempuan itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnua,atau sampai Allah memberi
jalan (yang lain) kepadanya.”(QS.Al.Nisa’[4]:15)

b).Pengakuan pelaku zina, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Jabir bin Abdillah r.a. berikut
ini:

Artinya:“Dari Jabir bin Abdillah al-Anshari ra. Bahwa seorang laki-laki dari Bani Aslam
datang kepada Rasulullah Saw. Dan menceritakan bahwa ia telah berzina. Pengakuan ini
diucapkan empat kali. Kemudian Rasulullah Saw. Menyuruh supaya orang tersebut dirajam dan
orang tersebut adalah muhsan.”(HR.al.Bukhari)
Sebagian ulamaberpendapat bahwa kehamilan perempuan tanpa suami dapat dijadikan dasar
penetapan perbuatan zina. Akan tetapi Jumhur Ulama’ berpendapat sebaliknya. Kehamilan saja
tanpa pengakuan atau kesaksian empat orang yang adil tidak dapat dijadikan dasar penetapan
zina.
Adapun had zina itu sendiri dapat dijatuhkan terhadap pelakunya, jika telah terpenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Pelaku zina sudah baligh dan berakal
2. Perbuatan zinadilakukan tanpa paksaan
3. Pelaku zina mengetahui bahwa konsekuensi dari perbuatan zina adalah had

MAKALAH FIKIH (ZINA) HALAMAN. 4


4. Telah diyakini secara syara’ bahwa pelaku tindak zina benar-benar melakukan perbuatan
keji tersebut.

4.Macam-macam zina dan had-nya


Zina terbagi atas 2 yaitu, zina muhsan dan zina ghairu muhsan :
a.Zina muhsan
yaitu perbuatan zina yang dilakukan oleh seorang yang sudah menikah. Maksud
ungkapan “seorang yang sudah menikah” mencakup suami,istri,janda,atau duda. Had
(hukuman) yang diberlakukan kepada pezina mukhsan adalah rajam.
Teknis penerapan hukum rajam yaitu, pelaku zina muhsan dilempari batu yang
berukuran sedang hingga benar-benar mati. Batu yang digunakan tidakboleh terlalu
kecilsehingga memperlama proses kematian dan hukuman. Sebagaimana juga tidak
dibolehkan merajam dengan batu besar hingga menyebabkan kematian seketika yang
dengan itu tujuan “memberikan pelajara”kepada pezina mukhsan tidak tercapai.
b. Zina ghairu muhsan
yaitu zina yang dilakukan oleh seseorang yang pernah menikah. Para ahli Fikih
sepakat bahwa had (hukuman) bagi pezina ghairu muhsan baik laki-laki ataupun
perempuan adalah cambukan sebanyak 100 kali.

Adapun hukuman pengasingan (taghrib/nafyun),para Ahli Fikih berselisih pendapat.


1) Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa had bagi pezina ghairu muhsan adalah
cambuk sebanyak 100 kali dan pengasingan selama 1 tahun.
2) Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa had bagi pezina ghairu muhsan hanya cambuk 100
kali. Pengasingan menurut Abu Hanifah hanyalah hukuman tambahan tersebut kepada
pezina ghairu muhsan , maka pengasingan masuk dalam kategori takzir bukan had.
3) Imam Malik dan Imam Auza’i berpendapat bahwa had bagi pezina laki-laki merdeka ghairu
muhsan adalah cambukan sebanyak 100 kali dan pengasingan selama 1 tahun. Adapun
pezina perempuan merdeka ghairu muhsan hadnya hanya cambukan 100 kali. Ia tidak
diasingkan karena wanita adalah aurat dan kemungkinan ia dilecehkan di luar wilayahnya.
4) Dalil yang menegaskan bahwa pezina ghairu muhsan dikenai had berupa cambuk 100 kali
dan pengasingan adalah :
Firman Allah dalam surat an-Nur ayat 2 yaitu:

Artinya:”pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya 100
kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian :dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang beriman .”(QS.an-
Nur[24]:2)

MAKALAH FIKIH (ZINA) HALAMAN. 5


5.Hikmah Diharamkannya Zina
Zina meruoakan sumber berbagai tindak kemaksiatan. Di antara hikmah terpenting
diharamkannya zina adalah:

MAKALAH FIKIH (ZINA) HALAMAN. 6

Anda mungkin juga menyukai