Anda di halaman 1dari 27

A. Tafsir dan Kandungan Q.

S Al-Isra’/17:32 dan An-Nur/


1. Q.S Al-Isra’ / 17:32

(Walaa taqrobuz zinaa, innahuu kaana faahisyataw wasaa,a sabiilaa)

Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Tafsir :

1. Jangan mendekati zina

Poin pertama dari Surat Al Isra ayat 32 ini adalah larangan mendekati zina.

ِّ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬


‫الزنَا‬

Dan janganlah kamu mendekati zina;

Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang zina dengan larangan yang sangat keras. Jika
banyak hal haram dilarang, zina bukan hanya dilarang namun juga dilarang
mendekatinya.

Dalam melarang makan harta saudara secara zalim, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

‫اض م ْن ُك ْم‬ َ ‫ََل ت َأ ْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ب ْالبَاطل إ اَل أَ ْن ت َ ُكونَ ت َج‬
ٍ ‫ارةً َع ْن ت ََر‬
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. (QS. An Nisa: 29)

Dalam melarang pengkhianatan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫سو َل َوتَ ُخونُوا أ َ َمانَات ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬


ُ ‫الر‬ ‫ََل ت َ ُخونُوا ا‬
‫َّللاَ َو ا‬

janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. (QS. Al Anfal: 27)

Demikian pula saat Allah melarang merendahkan orang lain, melarang mencela dan
melarang memanggil dengan panggilan buruk, Dia melarang perbuatan itu. Namun
saat melarang zina, Dia tidak mengatakan janganlah kalian berzina (‫ )َل تزنوا‬tapi
melarang mendekatinya (‫)َل تقربوا الزنا‬.

“Allah melarang hamba-hambaNya berbuat zina, begitu pula mendekatinya dan


melakukan hal-hal yang mendorong dan menyebabkan terjadinya perzinaan,”
terang Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

“Al Quran melarang walau hanya mendekati perbuatan zina, dalam rangka untuk
menunjukkan sikap kehati-hatian dan tindakan antisipatif yang lebih besar,” kata
Ibnu Katsir dalam Tafsir Fi Zilalil Quran.

Karenanya Islam menerapkan hukum untuk mencegah terjadinya zina. Islam


melarang ikhtilath, campur baurnya antara pria dan wanita. Islam melarang
khalwat, pria berduaan dengan wanita yang bukan mahramnya. Islam melarang
membuka aurat. Islam melarang pacaran. Islam mengajarkan untuk menjaga
pandangan. Islam memotivasi para pemuda untuk segera menikah.

“Jangan dekati zina! Artinya, segala sikap dan tingkah laku yang dapat membawa
kepada zina janganlah dilakukan. Hendaklah dijauhi!” tegas Buya Hamka
dalam Tafsir Al Azhar.

2. Keji dan jalan buruk

Poin kedua dari Surat Al Isra ayat 32 ini menjelaskan keburukan zina.

ً ‫سب‬
‫يل‬ َ ‫إناهُ َكانَ فَاحشَةً َو‬
َ ‫سا َء‬
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.

Menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili, fahisyah (‫ )فاحشة‬adalah perbuatan yang sangat


keji. Sedangkan saa’a sabiilaa (‫ )ساء سبيل‬adalah jalan yang sangat buruk karena ia
merupakan pelanggaran terhadap kehormatan yang mengakibatkan tercampur dan
terputusnya nasab serta mengakibatkan kekacauan di masyarakat.

Menurut Ibnu Katsir, fahisyah (‫ )فاحشة‬adalah dosa besar dan saa’a sabiilaa ( ‫ساء‬
‫ )سبيل‬adalah hal yang paling buruk.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah, pernah ada seorang pemuda datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia mengatakan, “Wahai Rasulullah,
izinkanlah aku berbuat zina.”

Maka para sahabat yang hadir memusatkan pandangan ke arah pemuda itu dan
menghardiknya. “Diam kamu, diam kamu!”

Namun Rasulullah tidak memarahi pemuda itu. Beliau justru bersabda,


“Dekatkanlah ia kepadaku.”

Setelah pemuda itu mendekat, Rasulullah bersabda, “Duduklah.” Pemuda itu pun
duduk dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya? “Apakah kamu
suka perbuatan zina dilakukan terhadap ibumu?”

Pemuda itu menjawab, “Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah
menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” Maka Rasulullah bersabda, “Orang lain pun
tidak suka hal itu dilakukan terhadap ibunya.”

“Apakah kamu suka perbuatan zina dilakukan terhadap anak perempuanmu?”

“Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai
tebusanmu.”

“Orang lain pun tidak suka hal itu dilakukan terhadap anak perempuannya.”

“Apakah kamu suka perbuatan zina dilakukan terhadap saudara perempuanmu?”

“Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai
tebusanmu.”

“Orang lain pun tidak suka hal itu dilakukan terhadap saudara perempuannya.”
“Apakah kamu suka perbuatan zina dilakukan terhadap bibimu?”

“Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai
tebusanmu.”

“Orang lain pun tidak suka hal itu dilakukan terhadap bibinya.”

Kemudian Rasulullah meletakkan tangannya ke dada pemuda itu seraya berdoa:

ِّ ‫ط ِّه ْر قَ ْل َبهُ َو َح‬


ُ ‫ص ْن فَ ْر َجه‬ َ ‫اللا ُه ام ا ْغف ْر ذَ ْن َبهُ َو‬

Ya Allah, ampunilah dosanya dan bersihkanlah hatinya serta peliharalah farjinya.

Maka sejak saat itu, pemuda tersebut tidak menoleh kepada perbuatan zina
sedikitpun.

Kandungan :

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Isra ayat 32:

 Allah melarang mendekati zina. Bukan hanya melarang zina, seluruh


perbuatan yang bisa menjadi sarana dan mendekatkan zina juga Allah
melarangnya.
 Islam adalah agama yang sangat memahami manusia sehingga ia
mengutamakan tindakan preventif untuk menutup kerusakan. Larangan
mendekati zina adalah tindakan preventif agar manusia tidak terjerumus ke
perzinaan.
 Zina adalah perbuatan yang sangat keji dan sangat buruk. Di antara
keburukannya, ia merupakan pelanggaran terhadap kehormatan yang
mengakibatkan tercampur dan terputusnya nasab serta mengakibatkan
kekacauan di masyarakat.
2. Q.S An-Nur / 24:2

(Azzaaniyatu wazzaanii fajliduu kulla waahidin minhumaa mi,ata jaldah. Walaa


ta’khudkum bihimaa ro’fatun fii diinillaahi in kuntum tu’minuuna billaahi wal yaumil
aakhir. Wal yashhad ‘adzaabahumaa thoo,ifatun minal mu’miniin)

Artinya:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.

Tafsir :

1. Hukuman Zina

Poin pertama dari Surat An Nur ayat 2 ini adalah hukum dera untuk pelaku zina.

‫الزاني فَاجْ لد ُوا ُك ال َواح ٍد م ْن ُه َما مائَةَ َج ْلدَ ٍة‬


‫الزانيَةُ َو ا‬
‫ا‬

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera,

Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat yang mulia ini terkandung hukum had bagi
orang yang berzina. Para ulama telah membahas hukuman zina ini dan
kesimpulannya, ayat ini adalah hukuman untuk pelaku zina yang belum menikah.
Yakni hukuman had-nya adalah didera 100 kali. Menurut jumhur ulama, ditambah
diasingkan selama satu tahun. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat,
pengasingan ini diserahkan kepada imam apakah perlu atau tidak.

Sedangkan untuk pelaku zina muhshan (telah berhubungan dalam ikatan


pernikahan yang sah), hukuman had-nya dalah dirajam.

Hal itu berdasarkan hadits Shahihain dari Abu Hurairah dan Zaid Ibnu Khalid Al
Juhani, bahwa ada dua orang Badui yang datang menghadap Rasulullah.

Salah seorang mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya anak laki-lakiku


pernah menjadi pekerja orang ini, dan ternyata anakku itu berzina dengan istrinya.
Maka aku tebus anak laki-lakiku ini darinya dengan seratus ekor kambing dan
seorang budak perempuan. Kemudian aku bertanya kepada orang alim, maka
mereka mengatakan bahwa anakku dikenai hukuman seratus kali dera dan
diasingkan selama satu tahun, sedangkan istri orang ini dikenai hukuman rajam.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ُ ‫ ا ْغد ُ َيا أُنَي‬، ‫ َو َعلَى ابْنكَ َج ْلدُ مائ َ ٍة َوت َ ْغريبُ َع ٍام‬، ٌّ‫ ْال َوليدَة ُ َو ْالغَنَ ُم َرد‬، ‫َّللا‬
‫ْس إلَى ْام َرأَة َهذَا‬ ‫َوالاذى نَ ْفسى ب َيده أل َ ْقض َي ان َب ْينَ ُك َما بكت َاب ا‬
ْ َ‫ت ف‬
‫ار ُج ْم َها‬ ْ َ‫فَإن ا ْعت ََرف‬

“Demi Tuhan yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh aku akan melakukan
peradilan di antara kamu berdua dengan berdasarkan Kitabullah. Budak
perempuan dan ternak kambingmu dikembalikan kepadamu. Anak laki-lakimu
dikenai hukuman seratus kali dera dan diasingkan selama satu tahun. Sekarang
pergilah kamu, hai Unais, kepada istri lelaki ini. (Tanyailah dia) jika dia mengaku,
maka hukum rajamlah dia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Laksanakan Hukum Allah

Poin kedua dari Surat An Nur ayat 2 ini adalah penegasan untuk melaksanakan
hukum Allah meskipun merasa kasihan.

‫اَّلل َو ْاليَ ْوم ْاْلخر‬ ‫َو ََل ت َأ ْ ُخذْ ُك ْم به َما َرأْفَةٌ في دين ا‬
‫َّللا إ ْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ منُونَ ب ا‬

dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk


(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat,

Mengenai hukuman rajam untuk pelaku zina yang sudah menikah, dulu ada ayat
yang berbunyi:
َ‫ار ُج ُم ْو ُه َما ْالبَتاة‬
ْ َ‫ش ْي َخةُ إذَا زَ نَيَا ف‬ ‫اَل ا‬
‫ش ْي ُخ َوال ا‬

“Apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah dewasa (kawin)
berbuat zina, maka pastikanlah keduanya kalian rajam.”

Namun ayat tersebut kemudian di-mansukh tilawahnya, namun hukumnya tetap


berlaku.

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, mengapa hukuman


zina muhshan dirajam, karena ia yang telah menikah tapi masih berzina
menunjukkan bahwa fitrahnya telah rusak dan menyimpang. Maka ia pantas
dihukum dengan hukuman lebih keras.

Baik hukuman had berupa dera untuk pezina yang belum menikah maupun rajam
untuk pezina yang telah menikah, penegakan hukuman had ini umumnya akan
berbenturan dengan rasa belas kasihan. Karenanya hakim dilarang membatalkan
hukuman had dengan alasan belas kasihan.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar mengatakan, “Di dalam Surat An Nur ayat 2
ini dijelaskan, bahwa hukum itu mesti dilakukan dan tidak boleh dikendurkan
karena merasa belas kasihan atau tenggang-menenggang. Malahan di dalam
susunan ayat ini didahulukan menyebut laki-laki yang berzina. Karena menghambat
jangan sampai orang mengendurkan hukum karena yang akan dihukum itu adalah
kaum lemah, perempuan patut dikasihani dan sebagainya.”

Menerapkan hukum Allah, termasuk pelaksanaan hukum hadd bagi pelaku zina ini,
merupakan barometer keimanan. Hanya orang-orang beriman yang mau dan
mampu menjalankannya.

3. Disaksikan Orang Beriman

Poin ketiga dari Surat An Nur ayat 2 ini menjelaskan bahwa hukuman had itu harus
disaksikan sekumpulan orang beriman.

َ‫طائفَةٌ منَ ْال ُمؤْ منين‬


َ ‫َو ْليَ ْش َهدْ َعذَابَ ُه َما‬

dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-


orang yang beriman.
Ibnu Katsir menjelaskan, ketika hukuman had disaksikan sekumpulan orang
beriman, maka pengaruhnya akan lebih besar bagi pelaku agar benar-benar jera.

Menurut Qatadah, agar hal itu menjadi pelajaran. Sedangkan menurut Nashr bin
Alqamah, hal itu bukan untuk mempermalukan pelaku, tetapi agar orang-orang
beriman yang menyaksikan itu mendoakan kepada Allah buat keduanya supaya
taubatnya diterima Allah dan mendapat rahmat-Nya.

Sayyid Qutb menjelaskan, penegakan hukuman disaksikan sekumpulan orang


beriman agar menjadi lebih efektif menjerakan dan mempengaruhi jiwa orang-
orang yang telah melakukan perbuatan keji itu dan orang yang menyaksikan
pelaksanaan hukumannya.

Thaa’ifah (‫ )طائفة‬yang diartikan sekumpulan, maksudnya adalah empat orang atau


lebih. Demikian pendapat Imam Syafi’i. Sedangkan menurut Rabi’ah, minimal lima
orang. Dan menurut Hasan Al Basri, minimal sepuluh orang.

Mengapa Islam sekeras itu menghukum orang yang berzina? Buya Hamka
menjelaskan dalam Tafsir Al Azhar, karena agama dimaksudkan untuk memelihara
lima perkara. Pertama, memelihara agama itu sendiri. Kedua, memelihara jiwa raga
manusia. Ketiga, memelihara kehormatan. Keempat, memelihara akal. Kelima,
memelihara harta benda.

Jadi hukuman hadd itu tidak lain adalah untuk menjaga kehormatan manusia.
Termasuk menjaga garis nasab dan keturunan agar jelas dan suci, tidak terkotori.

B. Defenisi Zina
Dalam bahasa arab, zina diambil dari kata : ‫وزنَا ًء‬ ً ‫ زَ نَى يَ ْزنِي ِزن‬yang artinya berbuat
ِ ،‫ى‬
fajir ( nista ).Menurut Ibnu Rusydi zina adalah melakukan hubungan seksual (jima’) di
kemaluan tanpa pernikahan yang sah, kepemilikan budak dan tidak juga karena
syubhat.Sedangkan menurut H.A.Dzajuli dengan mengutip ulama Malikiyah zina adalah
mewathui’nya laki-laki mukallaf terhadap faraj wanita yang bukan miliknya dan dilakukan
dengan sengaja.Adapun menurut ulama Syafi’iyah,Zina adalah memasukan zakar kedalam
faraj yang haram dengan tidak syubhat dan cara cara naluriah memuaskan hawa nafsu.

C. Macam – Macam Zina


1. Zina Al-Laman
Zina Al-Laman adalah zina yang umumnya dilakukan dengan mengunakan panca
indera, seperti:
 Zina mata (ain) adalah zina ketika seseorang memandang lawan jenisnya dengan perasaan
senang.
 Zina hati (qalbi) adalah zina ketika memikirkan atau mengkhayalkan lawan jenis dengan
perasaan senang dan bahagia.
 Zina ucapan (lisan) adalah zina ketika membicarakan lawan jenis yang diikuti dengan
perasaan senang.
 Zina tangan (yadin) adalah zina ketika dengan sengaja memegang bagian tubuh lawan jenis
diikuti dengan perasaan senang dan bahagia terhadapnya.
 Zina luar adalah zina yang diperbuat antar lawan jenis yang bukan muhrim dengan
melibatkan alat kelamin.

2. Zina Muhsan
Zina Muhsan adalah zina yang dilakukan oleh orang yang telah menikah atau telah
memiliki suami atau istri.

3. Zina Gairu Muhsan


Zina ghairu muhsan adalah zina yang dilakukan oleh mereka yang belum pernah
menikah.

D. Hal – Hal yang Terkategori Zina


1. Ikhtilath,yaitu bercampurnya laki- laki dan perempuan dalam suatu tempat.contoh ikhtilath
yang umum terjadi di Indonesia ialah belajar di dalam kelas, di mana murid laki- laki dan
perempuan yang sudah baligh bercampur, bebas bercakap- cakap saling bergurau dan
melihat satu sama lain.Hal ini sudah banyak terbukti munculnya seks bebas di kalangan
pelajar, pacaran, perzinahan serta kehamilan di luar nikah akibat dari ikhtilat ini, senam
massal laki dan perempuan berbaur dan banyak sekali hal yang
serupa.

2. Khulwat, yaituberdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya di


suatu tempat yang sepi tanpa ada pihak lain yang melihatnya atau ada pihak yang
melihatnya yang bias menimbulkan orang lain curiga serta dapat menimbukan prasangka
negative. Seperti hanya berduaan dalam satu ruangan tanpa ada pihak lain walaupun
dengan orang baik-baik, seperti mahasiswa dengan dosennya saat konsultasi, seperti atasan
dengan bawahannya ditempat kerja , satu mobil pribadi saat berangkat dan sepulang kerja
atau berboncengan sepeda motor. Khulwat termasuk taqrabus izna yang sangat rentan
terjerumus sehingga sangat dilarang dalam ajaran Islam. Dari kasus Khulwat inipun saat
ini sudah sangat banyak terbukti timbulnya perselingkuhan dan perzinahan di antara
sesama pegawai dan para wanita pekerja di luar rumah yang tertangkap basah berzina di
hotel – hotel . Dan Sabda beliau juga : “Janganlah salah seorang diantara kalian (laki- laki)
bersepi-sepi (berkhulwat) dengan wanita melainkan harus disertai mahramnya.”
(Mutafaqqun’alaihi)

3. Tabarruj, yaitu menampakkan perhiasan dan segala yang dapat mengundang syahwat laki-
laki. Definisi yang lain, tabarruj yaitu menampakkan perhiasan kepada laki-laki yang
bukan mahram (ajnabi). seperti bersolek untuk menarik perhatian lawan jenis yang bukan
mahram ataupun suaminya. bermake up ditempat kerja yang terdapat pekerja laki laki,
termasuk pula membuka aurat tanpa jilbab di kepala di luar rumah, atau berpakaian sangat
ketat, menampakkan tonjolan dada tanpa ditutup dengan jilbab yang panjang dan juga
menampakkan pinggul wanita tanpa ditutupi dengan baju yang longgar. Dalam hadits Abu
Hurairah, Rasulullah saw bersabda : “Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku
lihat sekarang ini. Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang
dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang,
bergaya
pundak mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus,
mereka tidak masuk surge dan tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak
perjalanan sekian dan sekian.” (H.R. Muslim)

4. Khuthwah, yaitu melangkahkan kaki ke tempat maksiat. Seperti mendekati lokalisasi


pelacuran, mendatangi warung remang remang, Café, Bar dan Diskotik tempat orang
bermabuk ria, termasuk tempat karauke dan sejenisnya

5. At-tamanniy , yaitu menghayal dan atau memandang sesuatu yang dapat menimbulkan
syahwat. Seperti membayangkan kemolekan tubuh seorang wanita bahenol, membaca dan
melihat gambar atau video purno yang terbayang ingin melakukannya dengan pacar atau
pelacur

6. As-sam’u, yaitu mendengar sesuatu yang menyebabkan munculnya syahwat.Seperti chat


(ngorol via online) atau iseng menelpun lain jenis bukan mahram yang bukan untuk
kepentingan yang diperbolehkan syariat Islam, termasuk pula mendengarkan lagu- lagu
cinta yang dapat membuat pikiran melayang-layang,bahkan kasus ini sudah banyak sekali
yang sudah terjerumus pada perzinahan dan banyak menghancurkan rumah tangga yang
sebelumnya harmonis

7. Al-kalam Al-faahisy, yaitu berbicara kotor/mesum. Seperti merayu wanita secara langsung
dengan kata kata mesum, menelpun atau sms yang ada unsur mesum atau kata mesra
kepada lain jenis yang bukan mahram .

8. Al-qublah, yaitu bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
Seperti bergurau saling menepukkan tangan pada badan lain jenis yang bukan mahran ,
atau sekedar menyentuh bagian tubuhnya dengan sengaja, hal ini sudah dianggap biasa di
tempat kerja bagi kalangan orang yang fasiq serta tidak memahami ajaran Islam dengan
benar. Terdapat suatu hadits shahih berbunyi : “Ditikam seseorang dari kalian dikepalanya
dengan jarum dari besi, itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal
baginya.” (HR. ath-Thabrani) Atau hadits yang berbunyi: “Lebih baik memegang bara api
yang panas dari pada menyentuh wanita yang bukan
mahram.”
9. Al-la ms, yaitu menyentuh dengan tangan seperti merba-raba, berciuman atau menyentuh
bagian tubuh yang sensitif, termasuk pula berjabat tangan dengan ajnabiyah tanpa
penghalang kaos tangan
(tafsir Ibnu Katsir surah An-Nisaa’).

10. Perempuan yang pergi sendiri tanpa mahram, apalagi wanita yang bepergian bersama
rombongan dengan bukan mahram sampai bermalam dan tidur di hotel atau penginapan
seperti villa tanpa disertai suami/ mahram , hal ini jelas sekali termasuk pula perbuatan
mendekati zina yang dosanya sangat besar sekali, karena suasana pergi model ini sangat
sarat dengan unsur taqrabus zina yang ada diatas mulai dari nomor 1 seperti ikhtilat hulwat
sd. Nomor 9 saling bersentuhan fisik semuanya
disini lengkap, bahkan karena parahnya pergi model ini para malaikat di atas langit ikut
mengutuk mereka selama dalam bepergian hingga mereka kembali kerumah lagi,
dikarenakan bepergian semacam ini dapat menimbulkan fitnah dan banyak mudhorotnya
jika tanpa disertai dan tanpa mendapat restu dari suaminya . Saat ini sudah banyak kasus
pelecehan seksual yang terjadi di angkot dan taksi umum, Serta sudah sangat banyak sekali
kasus yang terjerumus pada zina akibat mengabaikan taqrabus zina ini, sehingga menjadi
obyek paling empuk bagi setan dan iblis untuk
menjebaknya. Terkait hal ini penulis sudah pernah melihat kasus ini dengan mata kepala
sendiri ketika raker di batu Malang. (( Naudzu billah min dzalik) Rasulullah saw. bersabda
: “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan
safar (bepergian) selama satu hari satu malam yang tidak disertai mahramnya .” (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

E. Ancaman Allah Bagi Pelaku Zina


Dalam islam, perbuatan zina sangatlah diharamkan dan termasuk dalam dosa besar. Dalam
QS. Al-Furqan:68-69, Allah SWT berfirman:

‫َق َو ََل َي ْزنُونَ ۚ َو َم ْن يَ ْفعَ ْل َٰذَ ِلكَ َي ْلقَ أَثَا ًما‬


ِ ‫َّللاُ إِ ََّل بِا ْلح‬ َ ‫َّللاِ إِ َٰلَ ًها آ َخ َر َو ََل َي ْقتُلُونَ ال َّن ْف‬
َّ ‫س الَّتِي ح ََّر َم‬ ُ ‫َوالَّ ِذينَ ََل َي ْد‬
َّ ‫عونَ َم َع‬
‫ُمهَانًا‬ ‫فِي ِه‬ ‫َويَ ْخلُ ْد‬ ‫ا ْل ِقيَا َم ِة‬ ‫يَ ْو َم‬ ُ َ‫ا ْلعَذ‬
‫اب‬ ُ‫لَه‬ ‫َف‬
ْ ‫يُضَاع‬
Artinya:”Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya)(68), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada
hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina (69)”

Hukuman untuk pelaku zina menurut agama Islam, yaitu:

 Jika pelakunya sudah menikah melakukannya secara sukarela (tidak dipaksa atau tidak
diperkosa), mereka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam.
 Jika pelakunya belum menikah, maka mereka didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian
diasingkan selama setahun.
Seperti yang diriwayatkan dalam hadist dan surah berikut ini:

“Ada seorang laki-laki yang datang kepada rasulullah S.A.W. Ketika dia sedang berada di
dalam masjid. Laki-laki itu memanggil-manggil rasulullah seraya mengatakan, “Hai
rasulullah aku telah berbuat zina, tetapi aku menyesal.” Ucapan itu diulanginya sampai
empat kali. Setelah rasulullah mendengar pernyataan yang sudah empat kali diulangi itu, lalu
dia pun memanggilnya, seraya berkata, “Apakah engkau ini gila?” “Tidak.”, jawab laki-laki
itu. Nabi bertanya lagi, “Adakah engkau ini orang yang muhsan?” “Ya.”, jawabnya.
Kemudian, rasulullah bersabda lagi, “Bawalah laki-laki ini dan langsung rajam oleh kamu
sekalian.” – HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman.”-  QS. An-Nur 24:2

“Ambillah dariku! Ambillah dariku! Sungguh Allah telah memberi jalan kepada mereka.
Jejaka yang berzina dengan gadis didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Dan
orang yang telah menikah melakukan zina didera seratus kali dan dirajam.” – H.R. Muslim
dari Ubadah bin Samit

G. Dampak Negatif Zina


1. Dampak Bagi Pelaku Zina
 Dapat memupuk dosa yang menghilangkan sikap wara’ atau menjaga didi dari
perbuatan dosa bagi pelakunya.
 Dapat merusak martabat pelaku di hadapan Allah dan dihadapan masyarakat sehingga
pelaku zina tidak memiliki rasa malu lagi.
 Pelaku zina akan kekal dalam kemiskinan dan tidak akan merasa cukup dengan apa
yang mereka miliki.
 Pelaku zina akan dicampakkan oleh Allah SWT.
 Pelaku zina terputus tali silaturrahmi, menjadikan sifat zhalim, durhaka pada orang
tua, mendapatkan nafkah atau pekerjaan yang haram, serta tersia-siakan keluarga dan
keturunannya.
 Pelaku zina akan rusak masa depannya.
 Pezina akan mendapatkan aib berkepanjangan.
 Pelaku zina dapat memicu pertengkaran, permusuhan, sampai pada dendam.
 Pelaku zina dapat terjangkit penyakit berbahaya seperti AIDS dan Gonorhea.

2. Dampak Bagi lingkungan


 Eksploitasi seksual bagi anak yang masih di bawah umur.
 Adanya pornografi dan porno aksi dalam masyarakat serta banyaknya bisnis dalam
bidang pornoisme.
 Banyak wanita akan kehilangan harga diri sehingga para wanita tidak ragu lagi dalam
mengumbar aurat sehingga membuat tidak nyaman dalam melakukan aktifitas dalam
masyarakat.
 Maraknya pelecehan seksual.
 Munculnya wabah penyakit berbahaya kelamin seperti HIV/ AIDS DI masyarakat.
 Meningkatnya perbuatan Aborsi
 Risiko melahirkan bayi yang cacat.
 Meningkatkan kehancuran rumah tangga.
 Tumbuhnya kejahatan human trafficking (penjualan orang).
 Pemicu dendam dan permusuhan.

H. Faktor Penyebab Orang Berzina


1. Faktor dari Dalam.
 Lemahnya Pemahaman Iman dan Islam
Iman dan Islam sebagai fondasi dalam beragama Islam, keduanya tidak dapat
dipisahkan. Iman seseorang menentukan keislaman dan perilaku kehidupan sehari-
harinya. Keduanya sebagai pedoman dalam menjalani hidup, sekaligus sebagai
pengendali agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama. Jika iman dan Islamnya
kuat, maka diharapkan memiliki ketahanan mental serta mampu menghindari segala
bentuk pergaulan bebas. Begitu pula sebaliknya, lemahnya pemahaman islam dan
iman akan memunculkan terjadinya pelanggaran norma susila dan pergaulan, termasuk
dalam pergaulan dengan lawan jenis.

 Bisikan Setan, Pola Pikir, Rasa Ingin Tahu, dan Ingin Mencoba.
Bertindak tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi dan didorong rasa ingin
tahu, ingin mencari, dan ingin mencoba adalah semangat beberapa remaja yang harus
diarahkan. Jika semangat dan sikap itu untuk hal - hal yang baik dan positif, maka
tentu sangat bagus hasilnya. Namun, jika semangat itu untuk melakukan hal - hal
negatif, maka sikap semacam ini harus terus diberikan pengetahuan dan arahan agar
sadar, dan dapat menghindari perbuatan negatif, sehingga remaja tidak terjebak dalam
pergaulan bebas yang melanggar ajaran agama. Tindakan - Tindakan negatif lain yang
tidak segera diberikan penyadaran dapat mendorong seseorang mencoba melakukan
tindakan penyimpangan lainnya. Seperti tindak kekerasan,merokok minum - minuman
keras, bahkan narkoba.

 Lemahnya Pemahaman Terhadap Dampak Pergaulan Bebas.


Minimnya pemahaman terhadap dampak negatif dari pergaulan bebas
didukung rasa ingin tahu serta keberanian mencoba, merupakan awal terjerumusnya
seorang remaja dalam pergaulan bebas. Pemicu lain adalah adanya kemudahan
mengakses berbagai informasi yang didukung oleh ketersediaan fasilitas, seperti
internet dan ponsel yang dengan mudah menyimpan gambar dan film yang tidak
pantas untuk dilihat sehingga mengakibatkan dampak buruk bagi remaja.
 Gaya Hidup
Dewasa ini gaya hidup remaja Indonesia sudah banyak menyimpang jauh dari
norma agama dan adat ketimuran. Zaman sekarang remaja Indonesia lebih banyak
mengadopsi gaya hidup barat yang bebas ( liberal). Selain itu mereka juga lebih
bangga jika memakai gaya hidup barat dalam kesehariannya. Memang tidak semua
gaya hidup barat itu buruk, namun mayoritas remaja Indonesia meniru beberapa hal
yang buruk dari gaya hidup barat, seperti memakai baju yang sangat mengumbar aurat,
pergaulan bebas antara lawan jenis dan lain sebagainya. Supaya tidak salah kaprah,
remaja Indonesia harus lebih selektif lagi.

 Komunikasi tidak berjalan baik


Komunikasi yang tidak berjalan dengan baik menjadi salah satu faktor pemicu
pergaulan bebas dan perbuatan zina, karena komunikasi merupakan kegiatan yang
biasa dilakukan sehari - hari.
Komunikasi yang harus dibina dengan baik adalah komunikasi dengan keluarga,
sehingga apabila anak mempunyai masalah yang tidak bisa dia pecahkan sendiri,
tidak lari dan mencari penyelesaian di luar.

2. Faktor dari Luar


 Paham Sekularisme dan Liberalisme di Kalangan Masyarakat.
Sekularisme adalah paham yang mengatakan bahwa kehidupan / kegiatan
dalam urusan dunia dipisahkan dari kegiatan Agama. Sehingga nilai - nilai Agama
hanya dipahami sebatas ritual dan spiritual saja. Liberalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap manusia bebas berkeyakinan dan berperilaku apapun
meskipun menyimpang dari Agama.

 Lemahnya Kontrol Orang Tua.


Peran dan fungsi keluarga pada saat ini sudah mengalami pergeseran yang
disebabkan karena masing - masing anggota keluarga memiliki kesibukan dengan
alasan dan tujuan sendiri - sendiri. Banyak keluarga di kota yang lebih mementingkan
kecukupan kebutuhan materi dan kurang memerhatikan kebutuhan rohani keluarganya,
khususnya anak.

 Menurunnya Fungsi Kontrol dari Masyarakat


Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh baik terhadap
perkembangan dan pertumbuhan remaja. Begitu pula sebaliknya. Pada saat ini, fungsi
kontrol yang dilakukan oleh masyarakat semakin melemah. Sikap tidak peduli (egois)
tidak peduli terhadap pihak lain yang disebabkan meningkatnya kesibukan masing -
masing anggota masyarakat memungkinkan tidak adanya waktu untuk
mengkomunikasikan masalah yang terjadi. Kerasnya pola hidup individu di perkotaan
juga menyebabkan kurang atau tidak adanya komunikasi intensif antara tetangga yang
satu dengan tetangga yang lain. Jika keadaan masyarakat sudah seperti ini, maka
terjadinya penyimpangan kecil sampai pelanggaran norma dalam pergaulan menjadi
semakin terbuka.

 Pengaruh Media Massa


Tidak dapat dipungkiri lagi, Internet, media cetak, dan media elektronik
lainnya telah mengubah pemikiran manusia di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh
sifatnya yang dapat menerobos batas dan waktu dengan sangat singkat, sehingga sulit
ditepis, ditangkal, atau dibatasi. Melalui media - media tersebut apa pun bisa
disampaikan, termasuk berbagai persoalan yang menyangkut film yang tidak layak
untuk ditonton serta berbagai menu acara yang dapat memengaruhi konsep berpikir
dan berbuat para penggunanya, salah satunya adalah remaja. Tak ada satu orang pun
yang mampu membendung laju informasi dan berbagai tayangan yang terdapat pada
media massa, kecuali dengan memperkuat ketahanan iman masing - masing.

 Minimnya Sarana Pengembangan dan Aktivitas Remaja.


Kita tahu bahwa masa remaja adalah masa penuh gejolak serta dinamika yang
tinggi. Sifat tersebut merupakan ekspresi dan dorongan perkembangan remaja. Hanya
saja pada saat ini sangat sedikit yang memberi perhatian terhadap kebutuhan remaja
tersebut, salah satunya adalah sarana bermain dan beraktivitas bagi para remaja,
terlebih di perkotaan. Dengan minimnya sarana bagi para remaja, memberikan peluang
aktiviats lain yang tidak terkontrol, salah satunya adalah kenakalan remaja dan
pergaulan bebas.

I. Cara Menghindari Zina


1. Zina Mata
Salah satu bentuk zina yang paling sering dilakukan dan memiliki kesempatan
paling banyak untuk terjadi disadari atau tidak disadari adalah zina mata. Maksud dari
zina mata sendiri adalah zina yang berawal dari mata atau dari pandangan. Tiap orang
yang secara sengaja atau tidak sengaja melihat sesuatu yang membuat birahinya
mendadak muncul, maka ia bisa disebut melakukan zina mata.
Beberapa cara untuk menghindari zina mata antara lain;
a. Menjaga Pandangan.
b. Tidak melihat foto-foto syur
c. Tidak melihat video-video porno
d. Tidak melihat dan membaca cerita yang berbau porno.
e. Menghindari melihat lawan jenis yang berpakaian minim yang bisa menaikkan birahi.
f. Memilih untuk tidak mencuci mata dengan berjalan-jalan di keramaian, karena kita
tidak pernah tahu apabila mendadak ada hal yang membuat birahi kita memuncak
karena secara tidak sengaja melihat hal tersebut. Maka hindarilah.

2. Zina Telinga
Selanjutnya adalah zina telinga atau zina pendengaran. Zina pendengaran adalah zina
yang pintu penyebabnya berasal dari pendengaran atau sesuatu hal yang anda dengar.
Rangsangan ini jelas muncul dari apa yang ditangkap oleh pendengaran anda.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk menghindari zina telinga;
a. Menghindari mendengarkan hal yang membuat birahi anda naik, seperti musik yang
membawa anda pada khayalan seks dan lain sebagainya.
b. Menghindari bercanda secara berlebihan pada lawan jenis.
c. Menghindari pembicaraan yang menjurus ke arah seks.
d. Menghindari lingkungan yang sering membicarakan hal-hal porno.

3. Zina Khayal
Yang dimaksud dengan zina mengkhayal atau dalam bahasa arab berarti zina al
khatarat adalah zina yang penyebabnya muncul dari khayalan yang dilakukan oleh
seseorang. Khayalan ini tentu saja bisa muncul karena rangsangan lain atau tiba-tiba bisa
muncul sendiri tanpa direncanakan.
Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari zina khayal yang nantinya bisa
membawa pada tindakan zina.
a. Menghindari menonton video porno.
b. Menghindari mendengarkan musik yang membuat birahi memuncak.
c. Menghindari membaca konten yang berisi hal-hal porno.
d. Menghindari pembicaraan cabul dan berbau seks.
e. Menghindari pikiran tentang seks.
f. Jangan pernah membiarkan pikiran kosong, isilah dengan berdzikir setiap saat agar
pikiran sendiri juga terjaga dari zina khayal.

4. Zina ucapan
Zina ucapan atau zina al lafazhat adalah zina yang pintu penyebabnya berasal dari
ucapan seseorang. Berikut adalah beberapa cara untuk menutup salah satu pintu penyebab
zina ini;
a. Menghindari berkata jorok.
b. Menghindari pembicaraan yang berbau seks atau menjurus kesana.
c. Menghindari berbicara hanya berdua, karena ketika sedang berdua, keinginan untuk
melakukan zina atau membayangkan tentang perzinaan lebih besar.
d. Memperbanyak zikir dan istighfar.
e. Membicarakan hal yang seperlunya saja dan tidak berlebihan.
5. Zina Perbuatan
Zina perbuatan atau al khataswat adalah zina yang pintu penyebabnya berasal dari
perbuatan. Ini adalah pintu dengan kemungkinan paling besar perbuatan zina itu akan
terjadi. Maka dari itu, menghindari zina perbuatan lebih sulit meski hambatannya lebih
nyata. Meskipun sulit, tapi bukan berarti tidak ada cara untuk menghindarinya. Berikut ini
adalah beberapa cara untuk membuat anda terhindar dari zina perbuatan;

a. Hindari bersentuhan badan dengan yang bukan muhrim. Hal ini bisa berakibat anda akan
terpancing birahinya. Apalagi ketika pintu penyebab zina yang lain ikut terbuka, maka
anda dengan mudah bisa melakukan perbuatan dosa tersebut.
b. Hindari hubungan dengan lawan jenis anda yang bukan muhrim, seperti melakukan sms,
atau telpon, terutama yang berisi hal-hal yang nantinya akan menjurus ke arah perzinaan.
c. Menghindari keadaan dimana anda berdua dengan lawan jenis anda. Sekali lagi, hal ini
adalah ancaman terbesar yang mampu membuat anda melakukan zina.

J. Menuduh Orang Berzina


1. Syarat Penerapan Hukuman Zina.
Dalam penerapan hukuman zina diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Pelakunya adalah seorang mukallaf yaitu sudah baligh dan berakal (tidak gila).
b. Pelakunya berbuat tanpa ada paksaan.
c. Pelakunya mengetahui bahwa zina itu haram, walaupun belum tahu hukumannya.[18]
d. Jima’ (hubungan seksual) terjadi pada kemaluan.
e. Tidak adanya syubhat. Hukuman zina tidak wajib dilakukan apabila masih ada syubhat
seperti menzinahi wanita yang ia sangka istrinya atau melakukan hubungan seksual
karena pernikahan batil yang dianggap sah atau diperkosa dan sebagainya.
Ibnu al-Mundzir rahimahullah menyatakan : “Semua para ulama yang saya hafal ilmu
dari mereka telah berijma’ (bersepakat) bahwa had (hukuman) dihilangkan dengan
sebab adanya syubhat.” [19]
f. Zina itu benar-benar terbukti dia lakukan. Pembuktian ini dengan dua perkara yang
sudah disepakati para ulama yaitu:
1) Pengakuan dari pelaku zina yang mukallaf dengan jelas dan tidak mencabut
pengakuannya sampai hukuman tersebut akan dilaksanakan.
2) Persaksian empat saksi yang melihat langsung kejadian, sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
 “Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi
atas berita bohong itu.” [an-Nûr/24:13]
 “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang-orang saksi.….” [An-Nûr/24:4]
 Persaksian yang diberikan oleh para saksi ini akan diakui keabsahannya, apabila
telah terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mereka bersaksi pada satu majlis
b. Mereka bersaksi untuk satu kejadian perzinahan saja
c. Menceritakan perzinahan itu dengan jelas dan tegas yang dapat menghilangkan
kemungkinan lain atau menimbulkan penafsiran lain seperti hanya melakukan hal-
hal diluar jima’.
d. Para saksi adalah lelaki yang adil
e. Tidak ada yang menghalangi penglihatan mereka seperti buta atau lainnya.
 Apabila syarat-syarat ini tidak sempurna, maka para saksi dihukum dengan
hukuman penuduh zina. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang-orang saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
keksaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang
fasik” [an-Nûr/24:4]
 Penetapan terjadinya perbuatan zina dan pemutusan saksi dengan berdasarkan
persaksian dan pengakuan si pelaku yang disebutkan diatas, telah disepakati oleh
para ulama. Dan para ulama masih berselisih pendapat tentang hamil diluar nikah.
Bisakah hal ini dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan bahwa telah terjadi
perbuatan zina atau orang ini telah melakukan perbuatan zina sehingga berhak
mendapatkan sanksi ?
Para ulama berselisih menjadi dua pendapat :
Pertama : Pendapat jumhur yaitu madzhab Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hambaliyah
(hanabilah) menyatakan bahwa hukuman pezina tidak ditegakkan atau
dilaksanakan kecuali dengan pengakuan dan persaksian saja.

K. LGBT dan Hukumannya

Firman Allah:

“Dan, kami juga telah mengutus Nabi Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa
kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh
seorang pun di dunia ini sebelum kalian?”. Q.S. Al-A’raaf (7): 80).

Menurut penelitian Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam “Al-Mu’jam Al-Mufahras”, ayat ini
diulang dengan redaksi yang sedikit berbeda dalam Q.S. Al Ankabut (29): 28.

“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, “Kamu benar-benar melakukan
perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seseorang
pun dari umat sebelum kaum di dunia ini”.

Kalimat “ata’tuuna” (mengapa kalian mengerjakan) diganti dengan “innakum lata’tuuna”


(kamu benar-benar mengerjakan).

Ayat di atas adalah sebagian ayat yang menjelaskan tentang LGBT (lesbian, gay, biseksual
dan transgender). Akronim (singkatan) ini mulai digunakan semenjak tahun 1990-an dan
menggantikan para komunitas gay karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok
yang telah disebutkan.
 Lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual dengan
sesama wanita.

 Gay adalah istilah yang digunakan bagi lelaki penyuka sesama lelaki.

 Biseksual adalah orang yang memiliki ketertarikan kepada lelaki sekaligus kepada
perempuah,

 Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender yang
berbeda dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir (waria/wadam).

Secara umum, empat istilah di atas disebut homoseksual, yaitu keadaan tertarik kepada
orang lain dari jenis kelamin yang sama.

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili mengidentifikasihkan tiga istilah yang relevan dengan LGBT
yaitu zina, liwath dan Sihaq.

Pertama, Zina yaitu hubungan kelamin antara lelaki dengan wanita yang bukan pasangan
suami istri yang sah.

Kedua, Liwath (Gay) yaitu hubungan homoseksual antara lelaki dengan lelaki.

Ketiga, Sihaq (lesbi) yaitu hubungan homoseksual antara wanita dan wanita.

Para ulama sepakat bahwa Liwath (gay) dan Sihaq (lesbi) statusnya lebih buruk
dibandingkan Zina.

Allah menyebutkan perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dalam Al-Quran pada ayat-ayat
yang mengisahkan kehidupan ummat Nabi Luth Alaihi Salam.

Dari 27 ayat yang memuat kisah Nabi Luth Alaihi Salam dengan kaumnya, terdapat tiga
ayat yang menyebut perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dengan “fahisyah”.

Selain pada kedua ayat di atas (Q.S. Al-A’raf [7]: 80 dan Q.S. Al-Ankabut [29]: 28 satu
ayat lagi terdapat pada Q.S. An-Naml [27]: 54

“Dan ingatlah kisah Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “mengapa kamu
mengerjakan Fasiyah (keji) sedang kamu memperlihatkannya?”.

Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir mengatakan: “Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus Luth, dan ingatkanlah Luth ketika ia berkata kepada kaumnya. Luth adalah putra
Haran, putra Azar, putra saudara laki-laki Nabi Ibrahim Al-Khalil Alaihi Salam yang telah
beriman bersama Nabi Ibrahim Alaihi salam dan hijrah bersamanya ke negeri Syam.

Allah mengutus Nabi Luth Alaihi salam kepada kaum Sodom dan daerah-daerah sekitarnya
untuk menyeru mereka agar menyembah Allah, memerintahkan mereka untuk
mengerjakan kebajikan, melarang mereka berbuat munkar. Saat itu kaum Sodom
tenggelam dalam perbuatan dosa. Hal-hal yang diharamkan dan perbuatan keji yang
mereka ada-adakan dan belum pernah dilakukan oleh seseorang pun keturunan Adam dan
juga oleh makhluk lain, yaitu mendatangi orang laki-laki, bukan perempuan (homoseks).
Perbuatan ini merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh seorang keturunan
Adam dan belum pernah terlintas dalam hati mereka untuk melakukannya selain kaum
Sodom. Semoga laknat Allah tetap menimpa mereka”.

Sehubungan dengan firman Allah: “Yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di
dunia) ini sebelum kalian”.( Q.S Al-A’araf: 80). Amr bin Dinar berkata: “Tidak seorang
lelaki pun menyetubuhi lelaki kecuali kaum Luth yang pertama melakukannya”.

Al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah Bani Umayah, pendiri Masjid Jami’ Damaskus
berkata: “Seandainya Allah tidak menceritakan kepada kita tentang berita kaum Luth,
niscaya kita tidak percaya bahwa ada lelaki yang menaiki lelaki”. Para ahli tafsir juga
mengatakan: ”Sebagaimana kaum lelaki, kaum wanitanya Nabi Luth juga melampiaskan
nafsunya dengan sesama wanita”.

Al-Quran menyebutkan perilaku homoseksual ini sebagai “fahisyah” karena kaum gay
dalam menyalurkan nafsu seksualnya dengan cara sodomi (liwath) yang secara istilah
syariat definisinya adalah memasukan kepala penis ke dalam dubur/anus pria lainnya.

Perilaku ini sudah tentu sangat menjijikan, karena seorang laki-laki menyetubuhi
dubur/anus laki-laki lain, sedangkan di dalam dubur itu terdapat kotoran besar yang bau,
kotor dan jorok, sehingga manusia yang normal pasti menolaknya.

Al-Quran mengisyaratkan dampak negatif perilaku gay sebagai berikut:

“Apakah (pantas) kamu mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran


di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan,
“Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar”.
Q.S. Al-Ankabut (28):29).

Menurut Tafsir Jalalain, yang di maksud “Taqtha’uunas sabiil” adalah melakukan


perbuatan keji di jalan yang dilewati manusia, sehingga manusia tidak mau lagi melewati
jalan itu.

Muhammad Quraish Syihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan ayat di atas sebagai
berikut: “Sesungguhnya yang kalian lakukan (homoseksual) adalah kemungkaran yang
membinasakan, kalian melakukan perbuatan keji dengan para lelaki, kalian memutuskan
jalan untuk mengembangkan keturunan sehingga hasilnya adalah kehancuran. Kalian
melakukan kemungkaran-kemungkaran dalam masyarakat tanpa rasa takut kepada Allah
dan rasa malu di antara kalian”.

Ibnu Katsir ketika menjelaskan kalimat “fii naadiikum al-munkar” (mengerjakan


kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian) menurut Mujahid, perbuatan mungkar
tersebut adalah sebagian mereka menyetubuhi sebagian yang lain di depan mata
sekumpulan manusia.

Menurut Aisyah Radhiallaahu Anha dan Al Qasim, perbuatan munkar tersebut ialah
mereka berkumpul di tempat-tempat pertemuan sambil saling kentut dan tertawa-tawa.

Pendapat lain menyebutkan bahwa perbuatan munkar mereka adalah adu kambing
(domba) dan sabung ayam. Semua perbuatan itu merekalah yang mula-mula
melakukannya. Bahkan perbuatan mereka jauh lebih jahat dari pada sekadar itu.

Dari uraian di atas diketahui bahwa LGBT menimbulkan berbagai dampak negatif di
masyarakat dengan terputusnya generasi (keturunan) dan berbagai tindakan kejahatan lain.

Prof. Dr. Abdul Hamid Al-Qudah, spesialis penyakit kelamin menular dan AIDS di
Asosiasi Kedokteran Islam Dunia menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan LGBT
sebagai berikut:

1. Dampak kesehatan

78 % pelaku homoseksual terjangkit penyakit-penyakit menular dan rentan terhadap


kematian. Rata-rata usia laki-laki yang menikah adalah 75 tahun, sedangkan rata-rata
usia gay adalah 42 tahun, dan menurun menjadi 39 tahun jika menjadi korban AIDS.
Rata-rata usia wanita yang bersuami dan normal adalah 79 tahun, sedangkan rata-rata
usia lesbian adalah 45 tahun.

2. Dampak social

Seorang gay akan sulit mendapatkan ketenangan hidup karena selalu berganti ganti
pasangan. Penelitian menyatakan: “Seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106
orang pertahunnya. Sedangkan pasangan zina saja tidak tidak lebih dari 8 orang
seumur hidupnya “.

Sebanyak 43 persen orang gay yang didata dan diteliti menyatakan bahwa seumur
hidupnya melakukan homoseksual dengan 500 orang. 28 persen melakukannya dengan
lebih dari 1,000 orang. 79 persen melakukannya dengan pasangan yang tidak dikenali
sama sekali dan 70 persen hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau
beberapa menit saja.

Berdasarkan penelitian di atas, melegalkan pasangan LGBT dalam ikatan pernikahan


pada hakikatnya adalah tindakan yang sia-sia.

3. Dampak pendidikan

Penelitian membuktikan bahwa pasangan homo menghadapi permasalahan putus


sekolah lima kali lebih besar dari pada siswa normal karena mereka merasakan
ketidakamanan dan 28 persen dari mereka dipaksa meninggalkan sekolah.

4. Dampak keamanan

Kaum homoseksual menyebabkan 33 persen pelecehan seksual pada anak-anak di


Amerika Serikat (AS), padahal populasi mereka hanyalah 2 persen dari keseluruhan
penduduk negara itu.

Sementara itu, di Indonesia melalui riset dengan bantuan Google dalam kurun waktu
2014 hingga 2016, telah terjadi 25 kasus pembunuhan sadis dengan latar belakang
kehidupan pelaku dan atau korban dari kalangan pelaku homoseksual.

Mengingat buruknya dampak perilaku homoseksual ini, Allah telah menghukum


pelakunya dengan hukuman yang sangat berat. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hijr
[15]: 72-74.

“Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam


kemabukan (kesesatan)(72). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang
menggunturkan ketika matahari akan terbit(73). Maka kami jungkir-balikkan negeri
itu dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.(74)”.

Ibnul Qayyim menerangkan, karena dampak dari perilaku gay adalah kerusakan yang
besar, maka balasan yang diterima di dunia dan akhirat adalah siksaan yang sangat
berat di dunia dan di akhirat.

Pada rangkaian ayat-ayat ini, Allah menjelaskan tiga bentuk siksaan sekaligus yang
ditimpakan kepada pelaku gay di zaman Nabi Luth Alaihi Salam yaitu mereka disiksa
dengan suara keras mengguntur yang terjadi menjelang matahari terbit, bersama
dengan itu, negeri mereka yang terangkat tinggi ke udara kemudian dibalik yang
semula di atas menjadi di bawah, sambil dihujani batu yang keras yang berjatuhan
secara bertubi-tubi di atas kepala mereka.
Sebagaimana yang disebutkan di ayat lain, yaitu Q.S. Hud [11}: 82:83:

“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth,
dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar. Yang
diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang yang zalim”.

Al- Bukhari menjelaskan “Sijjil” adalah batu yang keras dan besar. Ulama lain
berkata: “yaitu adalah batu tanah liat yang di bakar”.

Ketika menjelaskan kata “musawwamatan” (yang diberi tanda), Ibnu Katsir


menukilkan pendapat Qotadah dan Ikrimah (dua ahli tafsir generasi tabiin): “Bahwa
kaumnya Nabi Luth Alaihi salam dihujani dengan batu yang ditandai dengan terpahat
di atasnya nama-nama orang yang akan ditimpa batu tersebut”.

Batu itu memercikkan bara dan mengenai penduduk negeri dan penduduk yang
terpencar di berbagai desa sekitarnya. Suatu saat, seorang sedang berbicara di tengah-
tengah manusia, tiba-tiba ia tertimpa batu dari langit dan jatuh di antara mereka. Batu-
batu itu bertubi-tubi menghujani mereka hingga seluruh negeri dan mereka mati
semua.

Menurut para ahli tarikh (sejarah), kehancuran kaumnya Nabi Luth Alaihi Salam yang
bergelimang maksiat itu terjadi 4,000 tahun yang lalu. Tidak ada petunjuk lokasi di
mana peristiwa itu terjadi hingga pada tahun 1924, seorang ahli purbakala bernama
Wiliam Albert berangkat menuju Laut Mati untuk melakukan penelitihan di sana.
Akhirnya, dia dan tim menemukan sisa-sisa kehancuran kaum Sodom dan Gemorah di
sekitar Laut Mati tersebut. Sodom dan Gemorah terletak di atas sesar Moab dan
pembinasaan dua kaumnya Nabi Luth Alaihi Salam ini dinterpretasikan terjadi melalui
serangkaian bencana geologi dengan urutan:

1. Pergerakan sesar M

2. Gempa dengan magnitude 7,0 + SR yang menghancurkan kota-kota dan


sekitarnya serta likuifaksi yang menenggelamkan sebagian wilayah kota-kota.

3. Erupsi gunung garam dan gunung lumpur yang meletuskan halit, anhirdit, batu-
batuan, aspal, lumpur, bitumen dan belerang.

4. Kebakaran kota-kota di sekitarnya karena material hidrokarbon yang diletuskan


terbakar sehingga menjadi hujan api dan belerang.

Bencana kotastropik ini telah meratakan Sodom dan Gemorah dan menewaskan
seluruh penduduk kecuali Nabi Luth Alaihi salam dua puterinya dan seorang yang
beriman kepadanya.
Kota Sodom (bahasa Arab: ‫ سدوم‬/ Sadūm) inilah yang daripadanya lahir istilah
sodomy. Dalam bahasa Ibrani, sodom berarti terbakar dan Gemorah (bahasa Arab:
‫ عمورة‬ʿ/ Amūrah) berarti terkubur. Di dalam Al-Quran kaumnnya Nabi Luth Alaihi
salam disebut “Al-Mu’tafikat” yang artinya di jungkir-balikkan (Q,S An Najm :53)
“Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah”.

Hukuman Homoseksual dan Cara Pencegahannya

Seluruh ulama sepakat (ijma’) atas keharaman homoseksual. Ibnu Qudamah berkata:
“Ulama sepakat atas keharaman liwath (sodomi). Allah telah mencelanya dalam kitab-
Nya dan mencela pelakunya, demikian pula Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Salam juga mencelanya. Beliau bersabda:

“Allah mengutuk orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Allah
mengutus orang yang berbuat seperti perbuatan Nabi Luth. Beliau bersabda sampai
tiga kali”. (H.R Ahmad).

Beliau juga telah menetapkan hukuman bagi pelaku homoseksual ini dalam sabdanya:
“Barang siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth Alaihi salam
maka bunuhlah pelaku dan pasangannya”. (H.R. At- Tirmidzi).

Beliau mengatakan perbuatan homoseksual adalah sama dengan Zina, sebagaimana


sabdanya: “Apakah seorang lelaki mendatangi lelaki maka kedua-duanya telah
berzina dan apabila seorang dan apabila wanita mendatangi wanita maka maka
kedua-duanya telah berzina”. (H.R. Al-Baihaqi)

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili meriwayatkan hadist ini dari Abu Musa Al-
Asy’ari Radhiallahu anhu. Berdasarkan hadist-hadist di atas, para ulama berbeda
pendapat tentang hukuman bagi pelaku homoseksual.

Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad mengatakan bahwa tindakan
homoseksual mewajibkan hukuman Hadd karena Allah memperberat hukuman bagi
pelakunya dalam kitab-Nya sehingga pelakunya harus mendapatkan hukuman hadd
zina karena adanya makna perzinaan di dalamnya.

Menurut ulama Syafi’iyah, hukuman hadd bagi pelaku homoseksual adalah sama
dengan hukuman hadd zina. Jika pelakunya muhshan (sudah beristri atau bersuami)
wajib dirajam sampai mati. Sedangkan jika pelakunya ghairu muhshan (belum beristri
atau belum bersuami) di cambuk 100 kali dan diasingkan.

Sementara itu, menurut Prof. Dr. Amir Abdul Aziz, Guru Besar Fiqh Perbandingan di
Universitas dan Najah Al-Wathaniyah, Nablus, Palestina, pelaku homoseksual
baik muhshan maupun ghairu muhshan hukuman haddnya adalah rajam. Pendapat ini
sama dengan pendapat ulama Malikiyah dan pendapat ulama Hanafiah dalam salah
satu versi riwayat yang paling kuat dari Imam Ahmad.

Ketika menjelaskan hadist riwayat Imam At-Tirmidzi di atas, Imam Ash-Shan’ani


(1059-1182 H) dalam “Subulus salam” mengatakan ada 4 pendapat tentang hukuman
bagi pelaku homoseksual:

1. Dihukum dengan hadd zina yaitu dirajam bagi yang muhshan dan dijilid bagi
yang ghairu muhshan.

2. Dibunuh baik pelaku maupun obyeknya baik muhshan maupun ghairu muhshan.

3. Dibakar dengan api, baik pelaku maupun obyeknya. Ini adalah pendapat para
sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam.

4. Dilempar dari tempat yang tinggi dengan kepala di bawah kemudian dilempari
batu. ini adalah pendapat Abdulllah Bin Abbas Radhiallahu anhu.

Adapun menurut Imam Abu Hanifah, pelaku homoseksual hanya dihukum ta’zir
karena tindakan homoseksual tidak sampai menyebabkan percampuran nasab. Sedang
ta’zirnya adalah dimasukkan ke penjara sampai bertaubat atau sampai mati.

Dari uraian di atas, Islam memandang bahwa perilaku LGBT bukanlah penyakit atau
genetik tetapi merupakan tindak kejahatan. Islam menyebut pelakunya dengan sebutan
yang sangat buruk antara lain: Al-Mujrimun (para pelaku kriminal) (QS Al -
A’raf[7];84) : Al-Mufsidun (pelaku kerusakan) (Q.S. Al Ankabut [29]; 30), Az-
Zalimum (orang yang menganiyaya diri) (Q.S. Al Ankabut [29];31)

Apa yang dinyatakan Al-Quran ini adalah benar. Susan Cohran, seorang psikolog dan
ahli epidemiologi dari University of California (AS) berkata: “Tidak masuk akal
memasukkannya ke dalam buku dan berkata, “Ini adalah penyakit” jika tidak ada
bukti bahwa itu adalah penyakit”. Demikian kata Cohran menanggapi soal gay dalam
sebuah panel yang diselenggarakan Lembaga PBB untuk kesehatan, WHO (World
Health Organization).

Untuk mencegah kejahatan yang sangat membahayakan ini, Islam memberikan


beberapa ketentuan, antara lain:

1. Merendahkan pandangan/menundukan pandangan.

2. Berpakaian yang menutup aurat.

3. Memperbanyak puasa sunnah.


4. Memisahkan tempat tidur anak ketika ketika sudah berumur 10 tahun.

5. Menghindari perilaku wanita menyerupai pria dan sebaliknya. Sikap tomboy


wanita dan lemah gemulai seorang pria dilarang dalam Islam.

6. Memilih teman pergaulan dan menghindari pergaulan bebas.

7. Mewujudkan keluarga harmonis yang penuh ketenangan dan diliputi kasih


sayang.

8. Rajin dalam beribadah terutama shalat dan membaca Al-Quran. (AT/hnh/P1)


MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DAN BUDI PEKERTI
TENTANG

Zina

Naila Qonia Tsabita Ardian


X MIPA 2
SMA NEGERI 1 SOLOK
TAHUN PELAJARAN 2019 / 2020

Anda mungkin juga menyukai