Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Tafsir :
Poin pertama dari Surat Al Isra ayat 32 ini adalah larangan mendekati zina.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang zina dengan larangan yang sangat keras. Jika
banyak hal haram dilarang, zina bukan hanya dilarang namun juga dilarang
mendekatinya.
Dalam melarang makan harta saudara secara zalim, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
اض م ْن ُك ْم َ ََل ت َأ ْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ب ْالبَاطل إ اَل أَ ْن ت َ ُكونَ ت َج
ٍ ارةً َع ْن ت ََر
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. (QS. An Nisa: 29)
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah
kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. (QS. Al Anfal: 27)
Demikian pula saat Allah melarang merendahkan orang lain, melarang mencela dan
melarang memanggil dengan panggilan buruk, Dia melarang perbuatan itu. Namun
saat melarang zina, Dia tidak mengatakan janganlah kalian berzina ( )َل تزنواtapi
melarang mendekatinya ()َل تقربوا الزنا.
“Al Quran melarang walau hanya mendekati perbuatan zina, dalam rangka untuk
menunjukkan sikap kehati-hatian dan tindakan antisipatif yang lebih besar,” kata
Ibnu Katsir dalam Tafsir Fi Zilalil Quran.
“Jangan dekati zina! Artinya, segala sikap dan tingkah laku yang dapat membawa
kepada zina janganlah dilakukan. Hendaklah dijauhi!” tegas Buya Hamka
dalam Tafsir Al Azhar.
Poin kedua dari Surat Al Isra ayat 32 ini menjelaskan keburukan zina.
ً سب
يل َ إناهُ َكانَ فَاحشَةً َو
َ سا َء
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.
Menurut Ibnu Katsir, fahisyah ( )فاحشةadalah dosa besar dan saa’a sabiilaa ( ساء
)سبيلadalah hal yang paling buruk.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah, pernah ada seorang pemuda datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia mengatakan, “Wahai Rasulullah,
izinkanlah aku berbuat zina.”
Maka para sahabat yang hadir memusatkan pandangan ke arah pemuda itu dan
menghardiknya. “Diam kamu, diam kamu!”
Setelah pemuda itu mendekat, Rasulullah bersabda, “Duduklah.” Pemuda itu pun
duduk dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya? “Apakah kamu
suka perbuatan zina dilakukan terhadap ibumu?”
Pemuda itu menjawab, “Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah
menjadikan diriku sebagai tebusanmu.” Maka Rasulullah bersabda, “Orang lain pun
tidak suka hal itu dilakukan terhadap ibunya.”
“Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai
tebusanmu.”
“Orang lain pun tidak suka hal itu dilakukan terhadap anak perempuannya.”
“Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai
tebusanmu.”
“Orang lain pun tidak suka hal itu dilakukan terhadap saudara perempuannya.”
“Apakah kamu suka perbuatan zina dilakukan terhadap bibimu?”
“Tidak. Demi Allah, wahai Rasulullah, semoga Allah menjadikan diriku sebagai
tebusanmu.”
“Orang lain pun tidak suka hal itu dilakukan terhadap bibinya.”
Maka sejak saat itu, pemuda tersebut tidak menoleh kepada perbuatan zina
sedikitpun.
Kandungan :
Artinya:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.
Tafsir :
1. Hukuman Zina
Poin pertama dari Surat An Nur ayat 2 ini adalah hukum dera untuk pelaku zina.
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera,
Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat yang mulia ini terkandung hukum had bagi
orang yang berzina. Para ulama telah membahas hukuman zina ini dan
kesimpulannya, ayat ini adalah hukuman untuk pelaku zina yang belum menikah.
Yakni hukuman had-nya adalah didera 100 kali. Menurut jumhur ulama, ditambah
diasingkan selama satu tahun. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat,
pengasingan ini diserahkan kepada imam apakah perlu atau tidak.
Hal itu berdasarkan hadits Shahihain dari Abu Hurairah dan Zaid Ibnu Khalid Al
Juhani, bahwa ada dua orang Badui yang datang menghadap Rasulullah.
ُ ا ْغد ُ َيا أُنَي، َو َعلَى ابْنكَ َج ْلدُ مائ َ ٍة َوت َ ْغريبُ َع ٍام، ٌّ ْال َوليدَة ُ َو ْالغَنَ ُم َرد، َّللا
ْس إلَى ْام َرأَة َهذَا َوالاذى نَ ْفسى ب َيده أل َ ْقض َي ان َب ْينَ ُك َما بكت َاب ا
ْ َت ف
ار ُج ْم َها ْ َفَإن ا ْعت ََرف
“Demi Tuhan yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh aku akan melakukan
peradilan di antara kamu berdua dengan berdasarkan Kitabullah. Budak
perempuan dan ternak kambingmu dikembalikan kepadamu. Anak laki-lakimu
dikenai hukuman seratus kali dera dan diasingkan selama satu tahun. Sekarang
pergilah kamu, hai Unais, kepada istri lelaki ini. (Tanyailah dia) jika dia mengaku,
maka hukum rajamlah dia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Poin kedua dari Surat An Nur ayat 2 ini adalah penegasan untuk melaksanakan
hukum Allah meskipun merasa kasihan.
اَّلل َو ْاليَ ْوم ْاْلخر َو ََل ت َأ ْ ُخذْ ُك ْم به َما َرأْفَةٌ في دين ا
َّللا إ ْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ منُونَ ب ا
Mengenai hukuman rajam untuk pelaku zina yang sudah menikah, dulu ada ayat
yang berbunyi:
َار ُج ُم ْو ُه َما ْالبَتاة
ْ َش ْي َخةُ إذَا زَ نَيَا ف اَل ا
ش ْي ُخ َوال ا
“Apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah dewasa (kawin)
berbuat zina, maka pastikanlah keduanya kalian rajam.”
Baik hukuman had berupa dera untuk pezina yang belum menikah maupun rajam
untuk pezina yang telah menikah, penegakan hukuman had ini umumnya akan
berbenturan dengan rasa belas kasihan. Karenanya hakim dilarang membatalkan
hukuman had dengan alasan belas kasihan.
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar mengatakan, “Di dalam Surat An Nur ayat 2
ini dijelaskan, bahwa hukum itu mesti dilakukan dan tidak boleh dikendurkan
karena merasa belas kasihan atau tenggang-menenggang. Malahan di dalam
susunan ayat ini didahulukan menyebut laki-laki yang berzina. Karena menghambat
jangan sampai orang mengendurkan hukum karena yang akan dihukum itu adalah
kaum lemah, perempuan patut dikasihani dan sebagainya.”
Menerapkan hukum Allah, termasuk pelaksanaan hukum hadd bagi pelaku zina ini,
merupakan barometer keimanan. Hanya orang-orang beriman yang mau dan
mampu menjalankannya.
Poin ketiga dari Surat An Nur ayat 2 ini menjelaskan bahwa hukuman had itu harus
disaksikan sekumpulan orang beriman.
Menurut Qatadah, agar hal itu menjadi pelajaran. Sedangkan menurut Nashr bin
Alqamah, hal itu bukan untuk mempermalukan pelaku, tetapi agar orang-orang
beriman yang menyaksikan itu mendoakan kepada Allah buat keduanya supaya
taubatnya diterima Allah dan mendapat rahmat-Nya.
Mengapa Islam sekeras itu menghukum orang yang berzina? Buya Hamka
menjelaskan dalam Tafsir Al Azhar, karena agama dimaksudkan untuk memelihara
lima perkara. Pertama, memelihara agama itu sendiri. Kedua, memelihara jiwa raga
manusia. Ketiga, memelihara kehormatan. Keempat, memelihara akal. Kelima,
memelihara harta benda.
Jadi hukuman hadd itu tidak lain adalah untuk menjaga kehormatan manusia.
Termasuk menjaga garis nasab dan keturunan agar jelas dan suci, tidak terkotori.
B. Defenisi Zina
Dalam bahasa arab, zina diambil dari kata : وزنَا ًء ً زَ نَى يَ ْزنِي ِزنyang artinya berbuat
ِ ،ى
fajir ( nista ).Menurut Ibnu Rusydi zina adalah melakukan hubungan seksual (jima’) di
kemaluan tanpa pernikahan yang sah, kepemilikan budak dan tidak juga karena
syubhat.Sedangkan menurut H.A.Dzajuli dengan mengutip ulama Malikiyah zina adalah
mewathui’nya laki-laki mukallaf terhadap faraj wanita yang bukan miliknya dan dilakukan
dengan sengaja.Adapun menurut ulama Syafi’iyah,Zina adalah memasukan zakar kedalam
faraj yang haram dengan tidak syubhat dan cara cara naluriah memuaskan hawa nafsu.
2. Zina Muhsan
Zina Muhsan adalah zina yang dilakukan oleh orang yang telah menikah atau telah
memiliki suami atau istri.
3. Tabarruj, yaitu menampakkan perhiasan dan segala yang dapat mengundang syahwat laki-
laki. Definisi yang lain, tabarruj yaitu menampakkan perhiasan kepada laki-laki yang
bukan mahram (ajnabi). seperti bersolek untuk menarik perhatian lawan jenis yang bukan
mahram ataupun suaminya. bermake up ditempat kerja yang terdapat pekerja laki laki,
termasuk pula membuka aurat tanpa jilbab di kepala di luar rumah, atau berpakaian sangat
ketat, menampakkan tonjolan dada tanpa ditutup dengan jilbab yang panjang dan juga
menampakkan pinggul wanita tanpa ditutupi dengan baju yang longgar. Dalam hadits Abu
Hurairah, Rasulullah saw bersabda : “Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku
lihat sekarang ini. Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang
dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang,
bergaya
pundak mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus,
mereka tidak masuk surge dan tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak
perjalanan sekian dan sekian.” (H.R. Muslim)
5. At-tamanniy , yaitu menghayal dan atau memandang sesuatu yang dapat menimbulkan
syahwat. Seperti membayangkan kemolekan tubuh seorang wanita bahenol, membaca dan
melihat gambar atau video purno yang terbayang ingin melakukannya dengan pacar atau
pelacur
7. Al-kalam Al-faahisy, yaitu berbicara kotor/mesum. Seperti merayu wanita secara langsung
dengan kata kata mesum, menelpun atau sms yang ada unsur mesum atau kata mesra
kepada lain jenis yang bukan mahram .
8. Al-qublah, yaitu bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya.
Seperti bergurau saling menepukkan tangan pada badan lain jenis yang bukan mahran ,
atau sekedar menyentuh bagian tubuhnya dengan sengaja, hal ini sudah dianggap biasa di
tempat kerja bagi kalangan orang yang fasiq serta tidak memahami ajaran Islam dengan
benar. Terdapat suatu hadits shahih berbunyi : “Ditikam seseorang dari kalian dikepalanya
dengan jarum dari besi, itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal
baginya.” (HR. ath-Thabrani) Atau hadits yang berbunyi: “Lebih baik memegang bara api
yang panas dari pada menyentuh wanita yang bukan
mahram.”
9. Al-la ms, yaitu menyentuh dengan tangan seperti merba-raba, berciuman atau menyentuh
bagian tubuh yang sensitif, termasuk pula berjabat tangan dengan ajnabiyah tanpa
penghalang kaos tangan
(tafsir Ibnu Katsir surah An-Nisaa’).
10. Perempuan yang pergi sendiri tanpa mahram, apalagi wanita yang bepergian bersama
rombongan dengan bukan mahram sampai bermalam dan tidur di hotel atau penginapan
seperti villa tanpa disertai suami/ mahram , hal ini jelas sekali termasuk pula perbuatan
mendekati zina yang dosanya sangat besar sekali, karena suasana pergi model ini sangat
sarat dengan unsur taqrabus zina yang ada diatas mulai dari nomor 1 seperti ikhtilat hulwat
sd. Nomor 9 saling bersentuhan fisik semuanya
disini lengkap, bahkan karena parahnya pergi model ini para malaikat di atas langit ikut
mengutuk mereka selama dalam bepergian hingga mereka kembali kerumah lagi,
dikarenakan bepergian semacam ini dapat menimbulkan fitnah dan banyak mudhorotnya
jika tanpa disertai dan tanpa mendapat restu dari suaminya . Saat ini sudah banyak kasus
pelecehan seksual yang terjadi di angkot dan taksi umum, Serta sudah sangat banyak sekali
kasus yang terjerumus pada zina akibat mengabaikan taqrabus zina ini, sehingga menjadi
obyek paling empuk bagi setan dan iblis untuk
menjebaknya. Terkait hal ini penulis sudah pernah melihat kasus ini dengan mata kepala
sendiri ketika raker di batu Malang. (( Naudzu billah min dzalik) Rasulullah saw. bersabda
: “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan
safar (bepergian) selama satu hari satu malam yang tidak disertai mahramnya .” (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Jika pelakunya sudah menikah melakukannya secara sukarela (tidak dipaksa atau tidak
diperkosa), mereka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam.
Jika pelakunya belum menikah, maka mereka didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian
diasingkan selama setahun.
Seperti yang diriwayatkan dalam hadist dan surah berikut ini:
“Ada seorang laki-laki yang datang kepada rasulullah S.A.W. Ketika dia sedang berada di
dalam masjid. Laki-laki itu memanggil-manggil rasulullah seraya mengatakan, “Hai
rasulullah aku telah berbuat zina, tetapi aku menyesal.” Ucapan itu diulanginya sampai
empat kali. Setelah rasulullah mendengar pernyataan yang sudah empat kali diulangi itu, lalu
dia pun memanggilnya, seraya berkata, “Apakah engkau ini gila?” “Tidak.”, jawab laki-laki
itu. Nabi bertanya lagi, “Adakah engkau ini orang yang muhsan?” “Ya.”, jawabnya.
Kemudian, rasulullah bersabda lagi, “Bawalah laki-laki ini dan langsung rajam oleh kamu
sekalian.” – HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman.”- QS. An-Nur 24:2
“Ambillah dariku! Ambillah dariku! Sungguh Allah telah memberi jalan kepada mereka.
Jejaka yang berzina dengan gadis didera seratus kali dan diasingkan selama satu tahun. Dan
orang yang telah menikah melakukan zina didera seratus kali dan dirajam.” – H.R. Muslim
dari Ubadah bin Samit
Bisikan Setan, Pola Pikir, Rasa Ingin Tahu, dan Ingin Mencoba.
Bertindak tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi dan didorong rasa ingin
tahu, ingin mencari, dan ingin mencoba adalah semangat beberapa remaja yang harus
diarahkan. Jika semangat dan sikap itu untuk hal - hal yang baik dan positif, maka
tentu sangat bagus hasilnya. Namun, jika semangat itu untuk melakukan hal - hal
negatif, maka sikap semacam ini harus terus diberikan pengetahuan dan arahan agar
sadar, dan dapat menghindari perbuatan negatif, sehingga remaja tidak terjebak dalam
pergaulan bebas yang melanggar ajaran agama. Tindakan - Tindakan negatif lain yang
tidak segera diberikan penyadaran dapat mendorong seseorang mencoba melakukan
tindakan penyimpangan lainnya. Seperti tindak kekerasan,merokok minum - minuman
keras, bahkan narkoba.
2. Zina Telinga
Selanjutnya adalah zina telinga atau zina pendengaran. Zina pendengaran adalah zina
yang pintu penyebabnya berasal dari pendengaran atau sesuatu hal yang anda dengar.
Rangsangan ini jelas muncul dari apa yang ditangkap oleh pendengaran anda.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk menghindari zina telinga;
a. Menghindari mendengarkan hal yang membuat birahi anda naik, seperti musik yang
membawa anda pada khayalan seks dan lain sebagainya.
b. Menghindari bercanda secara berlebihan pada lawan jenis.
c. Menghindari pembicaraan yang menjurus ke arah seks.
d. Menghindari lingkungan yang sering membicarakan hal-hal porno.
3. Zina Khayal
Yang dimaksud dengan zina mengkhayal atau dalam bahasa arab berarti zina al
khatarat adalah zina yang penyebabnya muncul dari khayalan yang dilakukan oleh
seseorang. Khayalan ini tentu saja bisa muncul karena rangsangan lain atau tiba-tiba bisa
muncul sendiri tanpa direncanakan.
Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari zina khayal yang nantinya bisa
membawa pada tindakan zina.
a. Menghindari menonton video porno.
b. Menghindari mendengarkan musik yang membuat birahi memuncak.
c. Menghindari membaca konten yang berisi hal-hal porno.
d. Menghindari pembicaraan cabul dan berbau seks.
e. Menghindari pikiran tentang seks.
f. Jangan pernah membiarkan pikiran kosong, isilah dengan berdzikir setiap saat agar
pikiran sendiri juga terjaga dari zina khayal.
4. Zina ucapan
Zina ucapan atau zina al lafazhat adalah zina yang pintu penyebabnya berasal dari
ucapan seseorang. Berikut adalah beberapa cara untuk menutup salah satu pintu penyebab
zina ini;
a. Menghindari berkata jorok.
b. Menghindari pembicaraan yang berbau seks atau menjurus kesana.
c. Menghindari berbicara hanya berdua, karena ketika sedang berdua, keinginan untuk
melakukan zina atau membayangkan tentang perzinaan lebih besar.
d. Memperbanyak zikir dan istighfar.
e. Membicarakan hal yang seperlunya saja dan tidak berlebihan.
5. Zina Perbuatan
Zina perbuatan atau al khataswat adalah zina yang pintu penyebabnya berasal dari
perbuatan. Ini adalah pintu dengan kemungkinan paling besar perbuatan zina itu akan
terjadi. Maka dari itu, menghindari zina perbuatan lebih sulit meski hambatannya lebih
nyata. Meskipun sulit, tapi bukan berarti tidak ada cara untuk menghindarinya. Berikut ini
adalah beberapa cara untuk membuat anda terhindar dari zina perbuatan;
a. Hindari bersentuhan badan dengan yang bukan muhrim. Hal ini bisa berakibat anda akan
terpancing birahinya. Apalagi ketika pintu penyebab zina yang lain ikut terbuka, maka
anda dengan mudah bisa melakukan perbuatan dosa tersebut.
b. Hindari hubungan dengan lawan jenis anda yang bukan muhrim, seperti melakukan sms,
atau telpon, terutama yang berisi hal-hal yang nantinya akan menjurus ke arah perzinaan.
c. Menghindari keadaan dimana anda berdua dengan lawan jenis anda. Sekali lagi, hal ini
adalah ancaman terbesar yang mampu membuat anda melakukan zina.
Firman Allah:
“Dan, kami juga telah mengutus Nabi Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa
kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh
seorang pun di dunia ini sebelum kalian?”. Q.S. Al-A’raaf (7): 80).
Menurut penelitian Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam “Al-Mu’jam Al-Mufahras”, ayat ini
diulang dengan redaksi yang sedikit berbeda dalam Q.S. Al Ankabut (29): 28.
“Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya, “Kamu benar-benar melakukan
perbuatan yang sangat keji (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh seseorang
pun dari umat sebelum kaum di dunia ini”.
Ayat di atas adalah sebagian ayat yang menjelaskan tentang LGBT (lesbian, gay, biseksual
dan transgender). Akronim (singkatan) ini mulai digunakan semenjak tahun 1990-an dan
menggantikan para komunitas gay karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok
yang telah disebutkan.
Lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual dengan
sesama wanita.
Gay adalah istilah yang digunakan bagi lelaki penyuka sesama lelaki.
Biseksual adalah orang yang memiliki ketertarikan kepada lelaki sekaligus kepada
perempuah,
Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender yang
berbeda dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir (waria/wadam).
Secara umum, empat istilah di atas disebut homoseksual, yaitu keadaan tertarik kepada
orang lain dari jenis kelamin yang sama.
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili mengidentifikasihkan tiga istilah yang relevan dengan LGBT
yaitu zina, liwath dan Sihaq.
Pertama, Zina yaitu hubungan kelamin antara lelaki dengan wanita yang bukan pasangan
suami istri yang sah.
Kedua, Liwath (Gay) yaitu hubungan homoseksual antara lelaki dengan lelaki.
Ketiga, Sihaq (lesbi) yaitu hubungan homoseksual antara wanita dan wanita.
Para ulama sepakat bahwa Liwath (gay) dan Sihaq (lesbi) statusnya lebih buruk
dibandingkan Zina.
Allah menyebutkan perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dalam Al-Quran pada ayat-ayat
yang mengisahkan kehidupan ummat Nabi Luth Alaihi Salam.
Dari 27 ayat yang memuat kisah Nabi Luth Alaihi Salam dengan kaumnya, terdapat tiga
ayat yang menyebut perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dengan “fahisyah”.
Selain pada kedua ayat di atas (Q.S. Al-A’raf [7]: 80 dan Q.S. Al-Ankabut [29]: 28 satu
ayat lagi terdapat pada Q.S. An-Naml [27]: 54
“Dan ingatlah kisah Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “mengapa kamu
mengerjakan Fasiyah (keji) sedang kamu memperlihatkannya?”.
Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir mengatakan: “Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus Luth, dan ingatkanlah Luth ketika ia berkata kepada kaumnya. Luth adalah putra
Haran, putra Azar, putra saudara laki-laki Nabi Ibrahim Al-Khalil Alaihi Salam yang telah
beriman bersama Nabi Ibrahim Alaihi salam dan hijrah bersamanya ke negeri Syam.
Allah mengutus Nabi Luth Alaihi salam kepada kaum Sodom dan daerah-daerah sekitarnya
untuk menyeru mereka agar menyembah Allah, memerintahkan mereka untuk
mengerjakan kebajikan, melarang mereka berbuat munkar. Saat itu kaum Sodom
tenggelam dalam perbuatan dosa. Hal-hal yang diharamkan dan perbuatan keji yang
mereka ada-adakan dan belum pernah dilakukan oleh seseorang pun keturunan Adam dan
juga oleh makhluk lain, yaitu mendatangi orang laki-laki, bukan perempuan (homoseks).
Perbuatan ini merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh seorang keturunan
Adam dan belum pernah terlintas dalam hati mereka untuk melakukannya selain kaum
Sodom. Semoga laknat Allah tetap menimpa mereka”.
Sehubungan dengan firman Allah: “Yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di
dunia) ini sebelum kalian”.( Q.S Al-A’araf: 80). Amr bin Dinar berkata: “Tidak seorang
lelaki pun menyetubuhi lelaki kecuali kaum Luth yang pertama melakukannya”.
Al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah Bani Umayah, pendiri Masjid Jami’ Damaskus
berkata: “Seandainya Allah tidak menceritakan kepada kita tentang berita kaum Luth,
niscaya kita tidak percaya bahwa ada lelaki yang menaiki lelaki”. Para ahli tafsir juga
mengatakan: ”Sebagaimana kaum lelaki, kaum wanitanya Nabi Luth juga melampiaskan
nafsunya dengan sesama wanita”.
Al-Quran menyebutkan perilaku homoseksual ini sebagai “fahisyah” karena kaum gay
dalam menyalurkan nafsu seksualnya dengan cara sodomi (liwath) yang secara istilah
syariat definisinya adalah memasukan kepala penis ke dalam dubur/anus pria lainnya.
Perilaku ini sudah tentu sangat menjijikan, karena seorang laki-laki menyetubuhi
dubur/anus laki-laki lain, sedangkan di dalam dubur itu terdapat kotoran besar yang bau,
kotor dan jorok, sehingga manusia yang normal pasti menolaknya.
Muhammad Quraish Syihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan ayat di atas sebagai
berikut: “Sesungguhnya yang kalian lakukan (homoseksual) adalah kemungkaran yang
membinasakan, kalian melakukan perbuatan keji dengan para lelaki, kalian memutuskan
jalan untuk mengembangkan keturunan sehingga hasilnya adalah kehancuran. Kalian
melakukan kemungkaran-kemungkaran dalam masyarakat tanpa rasa takut kepada Allah
dan rasa malu di antara kalian”.
Menurut Aisyah Radhiallaahu Anha dan Al Qasim, perbuatan munkar tersebut ialah
mereka berkumpul di tempat-tempat pertemuan sambil saling kentut dan tertawa-tawa.
Pendapat lain menyebutkan bahwa perbuatan munkar mereka adalah adu kambing
(domba) dan sabung ayam. Semua perbuatan itu merekalah yang mula-mula
melakukannya. Bahkan perbuatan mereka jauh lebih jahat dari pada sekadar itu.
Dari uraian di atas diketahui bahwa LGBT menimbulkan berbagai dampak negatif di
masyarakat dengan terputusnya generasi (keturunan) dan berbagai tindakan kejahatan lain.
Prof. Dr. Abdul Hamid Al-Qudah, spesialis penyakit kelamin menular dan AIDS di
Asosiasi Kedokteran Islam Dunia menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan LGBT
sebagai berikut:
1. Dampak kesehatan
2. Dampak social
Seorang gay akan sulit mendapatkan ketenangan hidup karena selalu berganti ganti
pasangan. Penelitian menyatakan: “Seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106
orang pertahunnya. Sedangkan pasangan zina saja tidak tidak lebih dari 8 orang
seumur hidupnya “.
Sebanyak 43 persen orang gay yang didata dan diteliti menyatakan bahwa seumur
hidupnya melakukan homoseksual dengan 500 orang. 28 persen melakukannya dengan
lebih dari 1,000 orang. 79 persen melakukannya dengan pasangan yang tidak dikenali
sama sekali dan 70 persen hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau
beberapa menit saja.
3. Dampak pendidikan
4. Dampak keamanan
Sementara itu, di Indonesia melalui riset dengan bantuan Google dalam kurun waktu
2014 hingga 2016, telah terjadi 25 kasus pembunuhan sadis dengan latar belakang
kehidupan pelaku dan atau korban dari kalangan pelaku homoseksual.
Ibnul Qayyim menerangkan, karena dampak dari perilaku gay adalah kerusakan yang
besar, maka balasan yang diterima di dunia dan akhirat adalah siksaan yang sangat
berat di dunia dan di akhirat.
Pada rangkaian ayat-ayat ini, Allah menjelaskan tiga bentuk siksaan sekaligus yang
ditimpakan kepada pelaku gay di zaman Nabi Luth Alaihi Salam yaitu mereka disiksa
dengan suara keras mengguntur yang terjadi menjelang matahari terbit, bersama
dengan itu, negeri mereka yang terangkat tinggi ke udara kemudian dibalik yang
semula di atas menjadi di bawah, sambil dihujani batu yang keras yang berjatuhan
secara bertubi-tubi di atas kepala mereka.
Sebagaimana yang disebutkan di ayat lain, yaitu Q.S. Hud [11}: 82:83:
“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth,
dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar. Yang
diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang yang zalim”.
Al- Bukhari menjelaskan “Sijjil” adalah batu yang keras dan besar. Ulama lain
berkata: “yaitu adalah batu tanah liat yang di bakar”.
Batu itu memercikkan bara dan mengenai penduduk negeri dan penduduk yang
terpencar di berbagai desa sekitarnya. Suatu saat, seorang sedang berbicara di tengah-
tengah manusia, tiba-tiba ia tertimpa batu dari langit dan jatuh di antara mereka. Batu-
batu itu bertubi-tubi menghujani mereka hingga seluruh negeri dan mereka mati
semua.
Menurut para ahli tarikh (sejarah), kehancuran kaumnya Nabi Luth Alaihi Salam yang
bergelimang maksiat itu terjadi 4,000 tahun yang lalu. Tidak ada petunjuk lokasi di
mana peristiwa itu terjadi hingga pada tahun 1924, seorang ahli purbakala bernama
Wiliam Albert berangkat menuju Laut Mati untuk melakukan penelitihan di sana.
Akhirnya, dia dan tim menemukan sisa-sisa kehancuran kaum Sodom dan Gemorah di
sekitar Laut Mati tersebut. Sodom dan Gemorah terletak di atas sesar Moab dan
pembinasaan dua kaumnya Nabi Luth Alaihi Salam ini dinterpretasikan terjadi melalui
serangkaian bencana geologi dengan urutan:
1. Pergerakan sesar M
3. Erupsi gunung garam dan gunung lumpur yang meletuskan halit, anhirdit, batu-
batuan, aspal, lumpur, bitumen dan belerang.
Bencana kotastropik ini telah meratakan Sodom dan Gemorah dan menewaskan
seluruh penduduk kecuali Nabi Luth Alaihi salam dua puterinya dan seorang yang
beriman kepadanya.
Kota Sodom (bahasa Arab: سدوم/ Sadūm) inilah yang daripadanya lahir istilah
sodomy. Dalam bahasa Ibrani, sodom berarti terbakar dan Gemorah (bahasa Arab:
عمورةʿ/ Amūrah) berarti terkubur. Di dalam Al-Quran kaumnnya Nabi Luth Alaihi
salam disebut “Al-Mu’tafikat” yang artinya di jungkir-balikkan (Q,S An Najm :53)
“Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah”.
Seluruh ulama sepakat (ijma’) atas keharaman homoseksual. Ibnu Qudamah berkata:
“Ulama sepakat atas keharaman liwath (sodomi). Allah telah mencelanya dalam kitab-
Nya dan mencela pelakunya, demikian pula Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Salam juga mencelanya. Beliau bersabda:
“Allah mengutuk orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Allah
mengutus orang yang berbuat seperti perbuatan Nabi Luth. Beliau bersabda sampai
tiga kali”. (H.R Ahmad).
Beliau juga telah menetapkan hukuman bagi pelaku homoseksual ini dalam sabdanya:
“Barang siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth Alaihi salam
maka bunuhlah pelaku dan pasangannya”. (H.R. At- Tirmidzi).
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili meriwayatkan hadist ini dari Abu Musa Al-
Asy’ari Radhiallahu anhu. Berdasarkan hadist-hadist di atas, para ulama berbeda
pendapat tentang hukuman bagi pelaku homoseksual.
Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad mengatakan bahwa tindakan
homoseksual mewajibkan hukuman Hadd karena Allah memperberat hukuman bagi
pelakunya dalam kitab-Nya sehingga pelakunya harus mendapatkan hukuman hadd
zina karena adanya makna perzinaan di dalamnya.
Menurut ulama Syafi’iyah, hukuman hadd bagi pelaku homoseksual adalah sama
dengan hukuman hadd zina. Jika pelakunya muhshan (sudah beristri atau bersuami)
wajib dirajam sampai mati. Sedangkan jika pelakunya ghairu muhshan (belum beristri
atau belum bersuami) di cambuk 100 kali dan diasingkan.
Sementara itu, menurut Prof. Dr. Amir Abdul Aziz, Guru Besar Fiqh Perbandingan di
Universitas dan Najah Al-Wathaniyah, Nablus, Palestina, pelaku homoseksual
baik muhshan maupun ghairu muhshan hukuman haddnya adalah rajam. Pendapat ini
sama dengan pendapat ulama Malikiyah dan pendapat ulama Hanafiah dalam salah
satu versi riwayat yang paling kuat dari Imam Ahmad.
1. Dihukum dengan hadd zina yaitu dirajam bagi yang muhshan dan dijilid bagi
yang ghairu muhshan.
2. Dibunuh baik pelaku maupun obyeknya baik muhshan maupun ghairu muhshan.
3. Dibakar dengan api, baik pelaku maupun obyeknya. Ini adalah pendapat para
sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam.
4. Dilempar dari tempat yang tinggi dengan kepala di bawah kemudian dilempari
batu. ini adalah pendapat Abdulllah Bin Abbas Radhiallahu anhu.
Adapun menurut Imam Abu Hanifah, pelaku homoseksual hanya dihukum ta’zir
karena tindakan homoseksual tidak sampai menyebabkan percampuran nasab. Sedang
ta’zirnya adalah dimasukkan ke penjara sampai bertaubat atau sampai mati.
Dari uraian di atas, Islam memandang bahwa perilaku LGBT bukanlah penyakit atau
genetik tetapi merupakan tindak kejahatan. Islam menyebut pelakunya dengan sebutan
yang sangat buruk antara lain: Al-Mujrimun (para pelaku kriminal) (QS Al -
A’raf[7];84) : Al-Mufsidun (pelaku kerusakan) (Q.S. Al Ankabut [29]; 30), Az-
Zalimum (orang yang menganiyaya diri) (Q.S. Al Ankabut [29];31)
Apa yang dinyatakan Al-Quran ini adalah benar. Susan Cohran, seorang psikolog dan
ahli epidemiologi dari University of California (AS) berkata: “Tidak masuk akal
memasukkannya ke dalam buku dan berkata, “Ini adalah penyakit” jika tidak ada
bukti bahwa itu adalah penyakit”. Demikian kata Cohran menanggapi soal gay dalam
sebuah panel yang diselenggarakan Lembaga PBB untuk kesehatan, WHO (World
Health Organization).
Zina