B. Gambaran Umum
Nama surat ialah At-Taghabun, artinya suatu hari yang orang tidak
akan datang lagi menyembunyikan rahasianya. Segala kesalahanan yang
telah pernah diperbuat di kala hidupnya, di hari itu akan dikumpulkan dan
dihisab, lalu dinilai berat dan ringannya.1 Nama At-Taghabun diambil dari
kata At-Tagabun yang terdapat pada ayat ke 9 yang artinya “hari
pengungkapan kesalahan-kesalahan”2
Istri dan anak-anak merupakan tanggung jawab bagi setiap kepala
rumah tangga, yaitu sang suami. Ayat dalam Al-Qur’an menyebutkan
bagaimana Allah SWT berfirman mengingatkan kepada hamba-Nya
bahwa istri dan anak bisa menjadi musuh atau fitnah. Salah satunya dalam
penggalan ayat surat At-Taghabun ayat 14. Musuh sudah pasti akan
merugikan, karena yang namanya musuh tidak akan memberikan
1
Hamka, Tafsir AL Azhar, PUSTAKA PANJI MAS, Depok, 2000, hlm. 108
2
Departemen Agama Ri, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Penerbit Lentera Abadi, Jakarta, 2010, hlm.
153
1
2
C. Makna Mufradat
Arti Ayat
Wahai يََٰٓأَيُّ َها
Orang-orang َٱلَّذِين
yang
(Mereka) َءا َمنُ َٰٓو ۟ا
beriman
3
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, CV. Toha Putra, Semarang, 1993, hlm. 211
4
Hamka, Tafsir AL Azhar, PUSTAKA PANJI MAS, Depok, 2000, hlm. 109
4
Sebab itu si anak sudah dianggap orang lain, bukan keluarga lagi.
Kata ‘aduwwan lakum terdiri dari dua kata, yaitu kata ‘aduww dan lakum.
Kata ‘aduww berarti musuh atau lawan, jamaknya adalah a’daa’ dari fi’il
‘adaa-ya’duu-‘adwan wa ‘adawaanan wa ‘udwaanan, yang berarti
memusuhi, membenci dan berbuat zalim.
Kata ‘aduww disebut 35 kali dalam Al-Qur’an, antara lain dalam Surah
At-Taghabun ayat 14 dan semuanya berarti musuh. 6
فَاحْ ذَ ُرو
َحذَ َر: ْال َحذَ ُرartinya adalah bersikap hati-hati terhadap sesuatu yang
ditakuti. Dikatakan حذَ َر َ (saya bersikap hati-hati) – َحذَ ًراdan ُ( َخذ ِْرتُهsaya
mewaspadainya).7
صفَ ُح ْو
ْ َت
عفَا
َ
E. Elemen Ujaran
ِ إ ّن من أزو
اجكم وأوَلدكم عد ّوا لكم فاحذروهم
ّ فإ ّن
َّللا غفور رحيم
F. Asbaabun Nuzuul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat, ...inna min azwa-
jikum wa auladikum aduwwal lakum fahdzaruhum ... (... sesungguhnya di
antara isteri-isterimu dan anak-anakmu, ada yang menjadi musuh bagimu,
maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka ...) (Q.S. 64 At-Taghabun:
14) turun berkenaan dengan beberapa orang penduduk Mekah yang masuk
Islam, akan tetapi istri-istri dan anak-anaknya menolak hijrah ataupun
ditinggal hijrah ke Madinah. Lama kelamaan mereka pun hijrah juga.
Sesampainya di Madinah, mereka melihat kawan-kawannya telah banyak
mendapat pelajaran dari Nabi saw. Karenanya mereka bermaksud
9
Departemen Agama Ri, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Penerbit Lentera Abadi, Jakarta, 2010, hlm.
755
9
( ... dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
[mereka] maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang) (Q.S. 64 At-Taghabun; 14), yang menegaskan bahwa Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim –keduanya
menganggap Hadits ini sahih-, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa surah 64 At-Taghabun
seluruhnya turun di Mekah, kecuali ayat, Yaa ayyuhhal ladziina aamanuu
inna min azwaajikum wa aulaadikum ‘aduwwal lakum fahdzaruuhum...
(Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka...) (Q.S. 64 At-Taghabun: 14). Ayat tersebut turun
berkenaan dengan ‘Auf bin Malik al-Asyja’i yang mempunyai anak-istri
yang selalu menangisinya apabila akan pergi berperang, bahkan
menghalanginya dengan berkata: “Kepada siapa engkau akan menitipkan
kami?” Ia pun merasa kasihan kepada mereka hingga tidak jadi berangkat
perang.
Selanjutnya ayat-ayat lainnya sampai akhir surah 64 At-Taghabun
ini diturunkan di Madinah.
َّلاِ فَ ْليَتَ َو َّك ِل ْال ُمؤْ ِمنُون َ ّلاُ ََل إِلَهَ إِ ََّل ُه َو ۚ َو
َّ علَى َّ
10
(Dia-lah) Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang
mukmin bertawakkal kepada Allah.
H. Analisis/Historis
a. Konteks zaman dahulu
Ayat di atas serupa dengan ayat yang lalu yakni keduanya memberi
pelajaran, nasihat dan hiburan kepada kaum muslimin yang ditimpa
keresahan akibat anak atau pasangan mereka tidak jarang menimbulkan
rasa kesal mereka. At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa menurut Ibn ‘Abbas
ayat ini turun berkaitan dengan kasus sekian banyaknya penduduk Mekah
yang ingin berhijrah tetapi dihalangi oleh istri dan anak-anak mereka.
Kemudian setelah pada akhirnya mereka berhijrah, mereka menemukan
rekan-rekan mereka yang telah terlebih dahulu berhijrah, telah memiliki
pengetahuan yang memadai tentang Islam. Ketika itu mereka menyesal
dan bermaksud menjatuhi hukuman terhadap istri dan anak-anak mereka
yang menjadi penyebab ketinggalan itu. Riwayat lain menyatakan bahwa
ayat di atas turun di Madinah berkaitan dengan kasus ‘Auf Ibn Malik al
Asyja’iy yang istri dan anak-anaknya selalu bertangisan jika ia hendak ikut
berperang, sambil melarangnya ikut, khawatir mereka ditinggal mati oleh
‘Auf. Menyadari hal itu, ia mengadu kepada Nabi saw, dan turunlah ayat
ini.
11
Masih banyak lagi fenomena anak dan istri yang menjadi musuh
bagi suami dan bapaknya. Alih-alih berbakti, mereka malah menjadi
penentang yang nyata karena satu dan lain hal. Oleh karena itu, ia harus
berhati-hati, dan sabar menghadapi anak dan istrinya. Mereka perlu
dibimbing, tidak perlu ditekan, sebaiknya dimaafkan dan tidak perlu
dimarahi, tetapi diampuni. Allah sendiri pun Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
“.... Tetapi jika kamu bersabar, itu lebih baik bagimu. Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” (An-Nisa :25)
Tak ada cara penyelesaian pada setiap masalah yang terbaik kecuali
dengan cara-cara yang bijaksana. Seperti halnya persoalan yang ada dalam
Surat Attaghobun ayat 14, Allah SWT sudah jelas mengajarkan kepada
kita, umat muslim atas peristiwa yang telah terjadi pada zaman hijrah
Rosulullah SAW dahulu.
I. Hikmah
a. Diantara istri dan anak, ada yang menjadi musuh bagi suami dan orang
tuanya, maka berhati-hatilah menghadapi keduanya. Didiklah dengan
perilaku hal yang baik, supaya mereka menjadi Qurrota A’yun bagi
sang suami
b. Ketika istri dan anak melakukan kesalahan, memaafkan dan
mengampuni mereka adalah lebih baik dari pada menindas dan
memarahi mereka. Allah saja Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
c. Didiklah istri dan anak tidak hanya menuruti nafsu yang mendidiknya
dengan cara yang tidak baik. Didiklah mereka dengan hati, supaya
mereka menjadi penyejuk hati di dalam keluarga.
13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Hamka. 2000. Tafsir Al Azhar. Jakarta: PUSTAKA PANJI MAS.
Departemen Agama Ri. 2010. Al- Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta. Penerbit Lentera
Abadi.
Ahmad Mustafa Al-Maragi. 1993. Tafsir Al-Maragi. Semarang: CV. Toha Putra.
14
Ahmad Zaini Dahlan, Lc. 2017. Kamus Al-Qur’an Jilid 1. Depok: Pustaka
Khazanah Fawa’id.
http://sultonimubin.blogspot.com/2013/08/at-taghabun-11-18-dan-terjemah.html
Dr. Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh. 2017. Tafsir Ibnu Katsir: PUSTAKA
IMAM SYAFI’I.
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili. 2012. Tafsir Al-Wasith. Depok: GEMA INSANI.
Ahmad Zaini Dahlan, Lc. 2017. Kamus Al-Qur’an Jilid 2. Depok: Pustaka
Khazanah Fawa’id.