Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tematik
Dosen pengampu:
Disusun oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sejak Allah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam, Allah telah memberikan
kepadanya ajaran yang menjadi petunjuk kehidupan yang benar, yang menjamin umat
manusia dapat menciptakan kemaslahatan hidup bagi manusia sendin dan makhluk
makhluk lainnya. Ajaran yang berisi petunjuk kehidupan yang benar itu kemudian pada
saat penurunannya yang terakhir kepada Rasullah Muhammad SAW, Allah memberikan
nama Islam. Karena itu Allah melarang manusia meragukan kebenaran yang telah Allah
berikan kepada semua umat manusia.
Kebenaran mampu mencegah timbulnya kerusakan di muka bumi ini yang
mengakibatkan timbulnya penderitaan dan kesengsaraan. Petunjuk kebenaran merupakan
wujud dari kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya, sekalipun makhluk-makhluk-Nya
itu mendurhaka-Nya Karena Allah Maha Penyayang yang menyebabkan tidak dicabutnya
rahmat Allah dan manusia yang durhaka dalam kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak perbuatan masyarakat yang masih
tidak sesuai dengan ajaran agama Islam maupun agama yang lainnya. Masih banyaknya
tindak kejahatan disekitar kita, hal tersebutlah yang melatarbelakangi kami untuk menulis
makalah ini. Sebagai seorang penyuluh yang akan melakukan pencegahan-pencegahan
yang membantu masyarakat untuk menjadi lebih baik lagi
b. Rumusan Masalah
1. Apa tafsir ayat dari QS. At-Tahrim ayat 6?
2. Apa tafsir ayat dari QS. Al-Baqarah ayat 195?
3. Apa tafsir ayat dari QS. Yusuf ayat 64?
4. Apa tafsir tematik tentang fungsi bimbingan dan penyuluhan islam yang berkaitan
dengan pencegahan?
BAB II
PEMBAHASAN
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
b. Tafsir Perkata
Dan bahan
Tidak اَّل
bakarnya
َو ُقوُد َه ا Wahai َي َأُّيَه ا
Mereka Orang-orang
mendurhakai َيْع ُصوَن Manusia ٱلَّناُس yang ٱَّلِذ يَن
Diperintahkan-
Nya kepada َأَم َر ُهْم Malaikat َم َٰٓلِئَك ٌة Diri kalian
َأنُفَس ُك ْم
sendiri
mereka
Dan mereka ِغ اَل ٌظ Dan
mengerjakan َو َيْفَع ُلوَن Yang kasar
keluargamu َو َأْهِليُك ْم
Mereka
diperintahkan ُيْؤ َم ُروَن Yang keras ِش َداٌد api/neraka َناًرا
c. Asbabun nuzul
Firman-Nya lebih lanjut ( “)اَل َيْع ُصوَن َهللا َم ا َأَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلوَن َم ا ُيْؤ َم ُروَنYang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. Maksudnya, apa pun yang
diperintahkan oleh Allah kepada mereka, mereka segera melaksanakannya, tidak
menangguhkan meski hanya sekejap mata, dan mereka mampu mengerjakannya,
tidak ada kelemahan apapun pada diri mereka untuk melaksanakan perintah
tersebut. Mereka itulah malaikat Zabaniyah.
َو َاْنِفُقْو ا في َس ِبْيِل ِهّٰللا َو اَل ُتْلُقْو ا ِبَاْيِد ْيُك ْم ِاَلى الَّتْهُلَك ِۛة َو َاْح ِس ُنْو ۛا ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِس ِنْيَن
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri
sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh,
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
b. Tafsir Perkata
Kamu Dan
Sesungguhnya ِإَّن ُتْلُقو۟ا َو َأنِفُقو۟ا
menjatuhkan belanjakanlah
Dengan
Allah ٱَهَّلل tangan/dirimu
ِبَأْيِد يُك ْم Di/pada ِفى
c. Asbabun Nuzul
Al-Bukhari meriwayatkan dari Hudzaifah r.a., dia berkata, “Ayat ini turun
pada masalah sedekah.” Abu Dawud, at-Tirmidzi (dia mengshahihkanya), Ibnu
Hibban, al-Hakim, dan lainnya meriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari r.a., dia
berkata, “Ayat ini turun kepada kami, orang-orang Anshar, ketika Allah membuat
kami berjaya dan para penolongnya berjumlah banyak. Ketika itu, secara diam-
diam sebagian dari kami ada yang berkata kepada sebagian yang lainnya,
‘Sesungguhnya, sudah banyak harta kita yang hilang. Kini, Allah telah membuat
Islam berjaya. Bagaimana jika kita merawat harta agar kita dapat mengembalikan
jumlah yang telah hilang itu?”
Allah pun menurunkan ayat yang membantah apa yang kami katakan
sebelumnya, yaitu firman-Nya (pada surah al-Baqarah ayat 195), ‘Infakkanlah
(hartamu) di jalan Allah dan janganlah engkau menjatuhkan (diri sendiri) dalam
kebinasaan dengan tangan sendiri....’ Jadi, yang dimaksud dengan kebinasaan
adalah menjaga dan merawat harta dengan meninggalkan perang melawan musuh
Islam.”
Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang shahih, dari Abu Jabirah
bin adh-Dhahhak, dia berkata, “Dahulu, orang-orang Anshar menginfakkan harta
mereka dengan jumlah yang banyak. Kemudian, pada suatu ketika, paceklik
menimpa mereka sehingga mereka pun tidak berinfak lagi. Oleh karena itu, Allah
menurunkan firman-Nya (pada surah al-Baqarah ayat 195), ‘Janganlah engkau
menjatuhkan (diri sendiri) dalam kebinasaan....’
Ath-Thabrani juga meriwayatkan dengan sanad shahih, dari An-Nu’man
bin Basyir r.a., dia berkata, “Dahulu, ada orang yang melakukan sebuah perbuatan
dosa. Kemudian, karena dia putus asa, dia berkata, ‘Allah tidak akan
mengampuniku.’ Oleh karena itu, Allah menurunkan firman-Nya (pada surah Al-
Baqarah ayat 195), ‘... Janganlah engkau menjatuhkan (diri sendiri) dalam
kebinasaan dengan tangan sendiri...’ Riwayat ini mempunyai penguat dari hadits
yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari al-Barra r.a
d. Menurut Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an
Sebagaimana jihad itu membutuhkan manusia (pelaku) maka ia juga
memerlukan harta. Seorang mujahid muslim hendaklah membekali dirinya dengan
segala persiapan perang, kendaraan perang dan bekal perang. Tidak ada tingkatan-
tingkatan mana yang harus disiapkan komandan dan mana yang disiapkan prajurit.
Semuanya dilakukan dengan sukarela, baik jiwa maupun harta. Demikianlah yang
diciptakan akidah yang menjadi acuan semua aturan. Pada waktu itu ia tidak perlu
infak untuk melindungi dirinya dari ahlinya atau dari musuh-musuhnya. Tetapi,
prajurit ataupun komandan harus maju dengan sukarela dengan menginfakkan apa
saja yang diperlukan.
Banyak kaum fakir dari kalangan muslimin yang menginginkan berjihad
dan melindungi manhaj Allah dan panji-panji akidah. Namun, mereka tidak men-
dapatkan sesuatu untuk membekali diri mereka, tidak mendapatkan perlengkapan
untuk perang, dan tidak mempunyai kendaraan untuk berperang. Mereka datang
kepada Nabi saw. Dan memohon kepada beliau agar diajak serta ke medan perang
yang jauh tempatnya dan tidak dapat mereka tempuh dengan jalan kaki. Maka,
ketika Nabi saw., tidak juga mendapatkan sesuatu untuk membawanya ke medan
perang, “Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena
kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.
“(At-Taubah:92)
Oleh karena itu, banyaklah pengarahan Al-Qur’an dan Nabi untuk berinfak
di jalan Allah, infak untuk membekali pasukan perang. Seruan kepada jihad selalu
disertai seruan kepada infak dalam banyak tempat di sini, keengganan untuk
berinfak dianggap sebagai membinasakan diri sendiri yang notabene orang
muslim dilarang melakukannya,
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Baqarah:
195)
Tidak mau berinfak di jalan Allah berarti membinasakan diri sendiri dengan
kebakhilan dan membinasakan umat karena dapat melemahkan umat.
Khususnya, berkenaan dengan peraturan yang di dasarkan pada
kesukarelaan, sebagaimana yang dilakukan Islam dari tingkatan jihad dan infak
ini, kemudian mereka dinaikkan lagi ke tingkatan ihsan, َو َاْح ِس ُنْو ۛا ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب
اْلُم ْح ِسِنْيَن “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik (ihsan).” (Al- Baqarah: 195)
َقاَل َهْل ٰا َم ُنُك ْم َع َلْيِه ِااَّل َك َم ٓا َاِم ْنُتُك ْم َع ٰٓلى َاِخ ْيِه ِم ْن َقْبُۗل َفاُهّٰلل َخْيٌر ٰح ِفًظا َّو ُهَو َاْر َحُم الّٰر ِحِم ْيَن
b. Tafsir Perkata
Aku
Sebaik-
َخْيٌر mempercayai َاِم ْنُتُك ْم (Yaqub) berkata َقاَل
baik
kamu
Aku mempercayai
Dan َّو Saudaranya َاِخ ْيِه ٰا َم ُنُك ْم
kamu
Maha
َاْر َح ُم Sebelum/dahulu َقْبُۗل Kecuali ِااَّل
Penyayang
Para Sebagaimana/
الّٰر ِحِم ْيَن Maka Allah َفاُهّٰلل َك َم ٓا
penyayang seperti
c. Menurut Tafsir Al-Wajiz
4. Tafsir Tematik tentang Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang Berkaitan dengan
Pencegahan
Tujuan atau fungsi Bimbingan Penyuluhan Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
a. Tujuan umum membantu penyuluh agar ia memiliki pengetahuan tentang posisi
dirinya dan memiliki keberanian mengambil keputusan untuk melakukan suatu
perbuatan yang dianggap baik, benar, dan bermanfaat untuk kehidupannya di dunia
dan di akhirat.
b. Tujuan khusus Bimbingan Penyuluhan Islam adalah untuk membantu penyuluh agar
tidak menghadapi masalah, atau menyelesaikan masalah yang saat ini dihadapi,
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik
agar tetap baik sehingga tidak akan menjadi sumber masalah baginya dan orang lain.
Setelah mempelajari tentang tujuan bimbingan penyuluhan Islam, maka berikut ini
merupakan fungsi bimbingan penyuluhan Islam sebagai berikut:
a. Fungsi prefentif: Yakni membantu individu menjaga atau mencegah masalah bagi
dirinya.
b. Fungsi Kuratif dan koreaktif yakni membantu individu memecahkan masalah yang
sedang dihadapi atau dialaminya.
c. Fungsi preservative yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang
semula tidak baik (mengandung masalah) , menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan
itu bertahan lama.
d. Fungsi development atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi
lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Al Farisi, M. Zaka dan H.A.A. Dahlan (2009) Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Edisi Kedua, Bandung: CV. Penerbit Dipenegoro,
2009.
Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Ibni
Katsir (Terjamah), Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008.
As-Suyuti, Jalaluddin (2022) Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, Depok:
Gema Insani
Nasrudin, Juhana (2017) Kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur’an Praktis, Yogyakarta: Deepublish.
Syafitri, Aisyah (2017) Peranan Bimbingan Penyuluhan Islam, Kesehatan Mental Anak
Yatim, Tanggerang: UIN Syarif Hidayatullah, diakses
Pada:http://studylibid.com/doc/561316/bab-ii-peranan-bimbingan-dan-
penyuluhan-Islam.