Anda di halaman 1dari 43

Bagaimana Kita

Mendidik Anak
Judul asli : ‫كيف نريب أوالدن‬

Alih Bahasa : Abu Salma Muhammad

Sumber : http://iswy.co/e183n6

Tidak untuk diperjualbelikan


ebook ini dipublikasikan sebagai materi
DAUROH ORANG TUA TELADAN yang
diselenggarakan oleh Yayasan Anak Teladan
dengan Mujahadah Parents Project
2002 / 1443

1
DAFTAR ISI

Bagaimana Kita Mendidik Anak? ......................................... 3


Kaidah Pendidikan Yang Benar ..........................................17
1. Keramahan (Ar-Rifqu) Dan KelemahLembutan (Al-
Liyn) ..................................................................................18
2. Berinteraksi Dengan Kelemahlembutan Tidaklah
Menafikan Penggunaan Hukuman Saat Dibutuhkan 21
3. Teladan Yang Baik .........................................................23
4. Lingkungan Yang Baik ..................................................24
Pengawasan Ayah Bunda Terhadap Anak ........................29
Nasehat Di Dalam Mengajar Dan Mendakwahi Anak ....35
Menjaga Anak Dari Gempuran Asing ................................37
a) Di Dalam Rumah ..........................................................37
b) Di Luar Rumah : ............................................................39

2
BAGAIMANA KITA MENDIDIK
ANAK?

Alhamdulillah, segala puji dan sanjungan hanyalah
milik Allah ‫ ﷻ‬semata.

Sesungguhnya pendidikan anak itu merupakan


kewajiban yang dituntut dari kedua orang tua. Allah
‫ ﷻ‬memerintahkanya di dalam al-Qur’an, demikian
pula perintah Rasulullah ‫ﷺ‬. Allah Ta’ala berfirman :

ُ‫َّاس َوا ْْلِ َج َارة‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬


َ ‫د‬ُ ‫و‬ ‫ق‬
ُ ‫و‬
َّ ‫ا‬‫ر‬ ‫ن‬
َ ‫م‬ ‫ك‬ُ ‫ي‬ ِ‫ٓاٰيَيُّها الَّ ِذين ٓامنُ وا قُاوا اَنْ ُفس ُكم واَ ْهل‬
ُ ْ ً ْ ْ َْ َ ْ ْ َ َْ َ
ٰۤ
ٰٓ ‫ص ْو َن‬ ِ ٌ ‫َعلَي ها م ٓل ِٕى َكةٌ ِغ ََل‬
.‫اّللَ َما اَ َم َرُه ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما يُ ْؤَم ُرْو َن‬ ُ ‫ظ ش َدا ٌد َّال يَ ْع‬ َ َْ

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu


dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” [QS at-Tahrim : 6]

3
Imam ath-Thabari rahimahullahu berkata berkenaan
dengan tafsir ayat ini :

“Wahai orang-orang yang beriman”, yaitu wahai


orang-orang yang membenarkan Allah ‫ ﷻ‬dan
Rasul-Nya ‫ﷺ‬.
“Jagalah dirimu”, yaitu ajarkanlah kalian satu
dengan lainnya segala hal yang dapat menjaga dari
siksa neraka kepada orang yang kau ajarkan dan
kau mencegahnya dari neraka apabila ia
mengamalkan ketaatan kepada Allah, serta
kerjakaan amal ketaatan kepada Allah ta’ala.
“Dan keluargamu dari neraka”. Yaitu, ajarkan
keluargamu dari amal ketaatan kepada Allah
Ta’ala yang dapat melindungi mereka dari neraka.
[Tafsir ath-Thabari 28/165 dengan sedikit
penyesuaian)

Imam al-Qurthubi rahimahullahu berkata :

Al-Muqotil berkata : “inilah hak yang harus


ditunaikannya untuk dirinya, anaknya, keluarga-
nya, hamba dan sahayanya.
Ilikya berkata : “Wajib bagi kita mengajarkan
anak-anak dan keluarga kita perkara agama dan

4
kebaikan tak terkecuali perkara adab yang juga
diperlukan, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
}‫{وأْ ُمر أهلك ابلصالة واصطرب عليها‬
“Perintahkanlah keluargamu untuk sholat dan
bersabarlah di dalam mengerjakannya”
Juga semisal firman Allah ta’ala kepada Nabi ‫ﷺ‬:
}‫{وأنذر عشريتك األقربني‬
“Dan berilah peringatan kerabat dekatmu”
Juga di dalam hadits :
»‫«مروهم ابلصالة وهم أبناء سبع‬
“perintahkanlah anakmu untuk sholat saat usia
mereka 7 tahun”
[Tafsir al-Qurthubi 18/196]

Seorang muslim, yaitu setiap muslim, sejatinya


adalah da’i yang mengajak kepada Allah. Maka
hendaknya orang yang lebih utama dengan
dakwahnya adalah anak-anak dan keluarganya yang
berada di bawah tanggungannya. Allah ‫ ﷻ‬saat

5
menetapkan beban kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk
berdakwah berfirman

}‫{وأنذر عشريتك األقربني‬


“Dan berilah peringatan kerabat dekatmu” (QS asy-
Syu’aro : 214), dikarenakan mereka (kerabat dekat)
adalah orang yang lebih utama dengan kebaikan,
kasih sayang dan kebajikan.

Rasulullah ‫ﷺ‬ menjadikan tanggung jawab


pengasuhan anak itu kepada kedua orang tua dan
menuntut mereka dengan kewajiban ini.

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma


berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :

‫«كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته اإلمام راع ومسئول عن رعيته والرجل‬
‫راع يف أهله وهو مسئول عن رعيته واملرأة راعية يف بيت زوجها ومسئولة عن‬
‫رعيتها واخلادم راع يف مال سيده ومسئول عن رعيته قال وحسبت أن قد‬

6
‫قال والرجل راع يف مال أبيه ومسئول عن رعيته وكلكم راع ومسئول عن‬
» ‫رعيته‬
‘Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian
dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin-
nya Seorang imam adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang
laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan
dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin-
nya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah
suaminya dan dimintai pertanggungjawabannya.
Seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta
majikannya dan dimintai pertanggungjawaban
tentangnya. Perawi berkata, aku mengira Nabi juga
berkata, seorang lelaki pemimpin atas harta ayahnya
dan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap kalian
adalah pemimpin dan setiap kalian dimintai

7
pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya’.” [HR
Bukhari (853) dan Muslim (1829)]

Diantara kewajiban Anda -wahai orang tua- adalah


menumbuhkan mereka dari semenjak dini di atas
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, mencintai
pengajaran Islam dan menyampaikan kepada
mereka bahwa Allah memiliki surga dan neraka.
Neraka Allah itu bergolak panas dan bahan bakarnya
adalah manusia dan bebatuan.

Perhatikanlah kisah ini karena di dalamnya


mengandung ibroh (pelajaran) :

Ibnul Jauzi rahimahullahu menuturkan :

“Dahulu adalah seorang raja yang hartanya


berlimpah. Dia memiliki seorang puteri semata
wayang dan tidak punya anak selainnya. Raja
tersebut begitu sangat cintanya kepada puterinya.
Dia pun memanjakan puterinya dengan berbagai
permainan dan hal ini berlangsung selama
beberapa waktu. Di sisi sang raja ini ada seorang

8
budak, pernah suatu malam sang budak ini
membaca (al-Qur’an) dengan mengangkat
suaranya, membaca,
.‫َّاس‬ ِ ٓ ِ َّ‫ٓاٰيَيُّها ال‬
ُ ‫س ُك ْم َواَ ْهل ْي ُك ْم َن ًرا َّوقُ ْو ُد َها الن‬
َ ‫ف‬
ُ ‫ن‬
ْ ‫ا‬
َ ‫ا‬‫و‬‫ا‬
ْ ‫ق‬
ُ ‫ا‬‫و‬ْ ‫ن‬
ُ ‫م‬
َ ‫ا‬ ‫ن‬
َ ‫ي‬
ْ ‫ذ‬ َ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu”. [QS at-
Tahrim : 6]
Sang puteri pun mendengarkan bacaan budak
tersebut lalu ia berkata kepadanya, “sudah cukup”,
namun mereka tetap melanjutkannya. Sang budak
tersebut mengulang-ulangi ayat tersebut, sehingga
sang puteri berkata kembali, “sudah cukup!”
namun mereka tetap melanjutkan.
Lalu puteri tersebut meletakkan tangannya di
kantung bajunya dan merobek-robek bajunya.
Para pelayan pun segera pergi ke ayahnya dan
menceritakan kejadian ini.
Lalu sang raja menemui puterinya dan berkata,
“wahai anakku sayang, ada apa gerangan
denganmu dari semalam? Apa yang membuatmu
menangis?”. Raja itupun memeluk puterinya
dengan erat.
Sang puteri menjawab, “Aku bertanya kepadamu
dengan nama Allah wahai ayahanda, apakah Allah

9
memiliki suata negeri yang di dalamnya ada
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
bebatuan??”
Ayahnya menjawab, “iya”
Sang puteri berkata, “Lantas apa wahai ayahanda
yang menghalangimu untuk menyampaikan hal ini
kepadaku? Demi Allah, aku tidak dapat lagi makan
dengan enak, tidak bisa tidur dengan nyenyak,
hingga aku tahu di mana tempat peristirahatan
terakhirku, di surga ataukah di nereka.”
[Shifatu Ash-Shofwah IV/437-438]

Hendaknya anda menjauhkan anak-anak anda dari


sarana dan media keburukan dan kesia-siaan, serta
jangan biarkan mereka terjerembab ke dalam jalan-
jalan kejelekan seperti televisi atau selainnya,
kemudian setelah itu Anda menuntut mereka untuk
menjadi shalih. Sesungguhnya siapa yang menanam
semak berduri takkan memanen anggur.

10
Yang demikian ini hendaknya dilakukan dari
semenjak kecilnya agar menjadi mudah bagi mereka
saat mereka telah dewasa. Biasakan mereka (di atas
kebaikan) maka akan mudah bagimu di dalam
memberikan perintah dan larangan padanya dan
lebih mudah bagi mereka di dalam menaatimu.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu


‘anhuma berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ «مروا أوالدكم الصالة وهم أبناء سبع سنني واضربوهم عليها‬:


» ‫ وفرقوا بينهم يف املضاجع‬، ‫وهم أبناء عشر‬
“Perintahkanlah anakmu untuk sholat di usia 7 tahun
dan pukullah mereka (jika tidak sholat) di usia 10
tahun serta pisahkan mereka dari tempat tidur
mereka.” [HR Abu Dawud dan dishahihkan al-Albani
dalam Shahih al-Jami’ : 5868]

Akan tetapi hendaknya seorang pendidik itu


bersikap penyayang, lembut, ramah dan persuasif,

11
tidak malah bersikap keras lagi bengis. Berdialoglah
dengan cara yang baik, jauh dari celaan, labelling
jelek dan kekerasan fisik.

Kecuali apabila anak durhaka dari ketaatan,


membangkang perintah ayahnya, tidak mau
melaksanakan kewajiban dan malah mengerjakan
larangan, maka di saat itu, diperbolehkan orang tua
bersikap tegas namun tanpa mencederai dan
membahayakan anak.

Imam al-Munawi rahimahullahu berkata :

“Apabila seseorang mendidik anaknya ketika


usianya sudah baligh dan akalnya sudah mumpuni,
ia emban dengan cara menumbuhkan anaknya di
atas akhlaq orang-orang beriman yang shalih,
melindunginya dari berkumpul dengan orang-
orang yang rusak, mengajarkannya al-Qur’an,
adab dan bahasa Arab, memperdengarkannya
sunnah-sunnah Nabi dan perkataan para salaf,
mengajarkannya hukum-hukum agama yang di-
butuhkannya, mendisiplinkannya dan menerapkan
hukuman dalam perkara sholat, dan yang semisal,

12
ini semua lebih baik daripada ia bersedekah
dengan 1 sha’ makanan.
Karena apabila ia mendidik anaknya, maka
perbuatannya ini termasuk sedekah jariyah (yang
selalu mengalirkan pahala), sementara sedekahnya
dengan 1 sha’ akan terhenti pahalanya (saat
makanan tersebut sudah habis). Dan pahala ini
akan senantiasa mengalir selama anak tersebut
masih ada.
Adab itu adalah nutrisi hati dan pendidikan jiwa
untuk akhirat, “Jagalah dirimu dan keluargamu
dari siksa neraka”. Cara penjagaanmu terhadap
dirimu dan anakmu adalah dengan menasehatinya
dan mencegahnya dari terjerumus ke dalam
neraka serta membiasakannya dengan sejumlah
pendidikan adab. Diantara bentuk pendidikan
adab seperti nasehat, ancaman, pemberian
batasan, hukuman, mencegah, memberi, apresiasi
dan perbuatan baik. Mendidik jiwa dengan
kesucian dan kemuliaan, tidak mendidik jiwa
dengan keburukan dan cemoohan.”
[Faidhul Qodir V/257]

Memberi hukuman anak itu sarana untuk


meluruskan anak, bukan tujuan pendidikan itu

13
sendiri. Hukuman diberikan di dalam kondisi anak
keras kepala dan membangkang.

Syariat Islam menetapkan adanya aturan pemberian


sanksi, karenanya banyak sanksi dalam syariat Islam
seperti hukuman hadd bagi pezina, pencuri,
penuduh dengan sumpah palsu, dll. Semua aturan ini
disyariatkan untuk meluruskan kondisi manusia dan
mencegah keburukan mereka.

Berkenaan dengan hal ini, ada wasiat Rasulullah ‫ﷺ‬


yang mengajarkan para ayah di dalam memprevensi
anak (dari keburukan), sebagaimana diriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda :

»‫ فإنه أدب هلم‬، ‫«علقوا السوط حيث يراه أهل البيت‬

“Gantungkan cambuk yang dapat dilihat anggota


keluargamu, karena hal ini mengandung adab bagi

14
mereka.” [HR Thabrani X/248. Dinilai hasan
sanadnya oleh al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaid
VIII/106. Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ : 4022
berkata : hasan].

Mendidik anak itu melibatkan targhib (memberi


motivasi) dan tarhib (memberi ancaman).

Yang paling penting dari kesemua ini adalah


memperbaiki tempat tinggal yang ditinggali oleh
anak-anak dengan merealisasikan faktor-faktor yang
dapat menghantarkan hidayah kepada mereka, dan
ini semua dengan cara kedua orang tua berpegang
dengan tanggung jawabnya masing-masing.

Diantara sarana yang efektif bagi pendidik di dalam


mendidik anak, adalah menggunakan gawai yang
diperdengarkan kepada anak-anak yang berisi
rekaman nasehat atau al-Qur’an, khutbah dan
pelajaran para ulama, yang mana ini cukup banyak.

15
Kemudian diantara buku-buku yang bisa dipelajari
berkaitan dengan pendidikan anak, kami
nasehatkan sebagai berikut :

1. Tarbiyatul Athfal fi Rohaabil Islam karya


Muhammad Hamid an-Nashir dan Khoulah
‘Abdul Qadir Darwisy.
2. Kaifa Yurobbi al-Muslimu Waladahu karya
Muhammad Sa’id al-Maulawi
3. Tarbiyatul Abna` fil Islam karya Muhammad
Jamil Zainu
4. Kaifa Nurobbi Athfalana karya Mahmud Mahdi
al-Istanbuli
5. Mas`uliyatul Abb al-Muslim fi Tarbiyatil Aulad
karya Adnan Baharits.

Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam.

16
KAIDAH PENDIDIKAN YANG
BENAR

Pendidikan yang benar itu adalah, bagaimana kita


mengokohkan akhlaq yang baik di dalam jiwa anak
secara kokoh dan kuat, sehingga meneguhkan jiwa
anak di dalam menghadapi syahawat-nya yang
merusak dan menjadikan jiwanya tidak merasakan
ketenangan kecuali dengan perkara yang
menshalihkan jiwa itu serta menjadikannya benci
dengan segala hal yang berlawanan dengan akhlaq
mulia ini.

Agar anak mau menyambut akhlaq yang baik ini,


maka haruslah mereka dijadikan senang dengannya
(yaitu dengan akhlaq yang baik). Sementara rasa
senang tidak bisa dihadirkan dengan cara paksaan

17
dan kekerasan, namun rasa senang itu memerlukan
hal-hal sebagai berikut :

1. KERAMAHAN (AR-RIFQU) DAN KELEMAH-


LEMBUTAN (AL-LIYN)

Ada sejumlah hadits Nabi yang mengarahkan untuk


menggunakan sikap yang ramah dan lembut di
dalam berinteraksi, diantaranya hadits dari Ummul
Mu’minin, Aisyah radhiyallahu ‘anha isteri Nabi ‫ﷺ‬
yang menceritakan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

»‫الرفْ َق ِِف األ َْم ِر ُكلِٰ ِه‬


ِٰ ‫ب‬ُّ ‫اّللَ ُُِي‬
َّ ‫«إِ َّن‬

“Sesungguhnya Allah mencintai kelemahlembutan di


dalam segala perkara.” [HR Bukhari : 6024]

Imam Muslim (2592) meriwayatkan dari Jarir


radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬bahwa beliau
bersabda :

18
»‫ري‬ ْ ‫ ُُْي َرِم‬، ‫الرفْ َق‬
َْ َ‫اْل‬ ِٰ ‫«م ْن ُُْي َرِم‬
َ
“Siapa yang terhalang dari kelemahlembutan maka ia
terhalang dari kebaikan.”

Dari Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha


isteri Nabi ‫ ﷺ‬menyampaikan dari Nabi ‫ ﷺ‬:

»ُ‫ َوالَ يُنْ َزعُ ِم ْن شيء إِالَّ َشانَه‬، ُ‫الرفْ َق الَ يَ ُكو ُن ِِف شيء إِالَّ َزانَه‬
ِٰ ‫«إِ َّن‬

“Sesungguhnya, tidaklah kelemahlembutan itu ada


pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan
tidaklah tercerabut dari sesuatu melainkan akan
memperburuknya.” [HR Muslim : 2594]

Dari Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha


bahwa beliau berkata, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

ِٰ ‫ريا أَ ْد َخ َل َعلَ ْي ِه ُم‬


»‫الرفْ َق‬ ٍ ‫اد هللاُ َع َّز وج َّل ِِب َْه ِل ب ْي‬
ًْ ‫ت َخ‬ َ ‫«إِذَا أ ََر‬
َ ََ

19
“Apabila Allah ‫ ﷻ‬menghendaki kebaikan terhadap
suatu keluarga maka Allah akan masukkan
kelemahlembutan kepada mereka.” [HR Ahmad dalam
Musnadnya : 24427 dan dinilai shahih oleh al-Albani
di dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir : 303]

Diantara watak/tabiat anak-anak adalah, mereka


senang dengan orang tua yang lemah lembut
terhadap mereka, supportif dan perhatian terhadap
mereka. Yang berusaha tidak berteriak-teriak dan
marah semaksimal mungkin, namun dengan hikmah
dan kesabaran.

Anak-anak di usianya butuh hiburan dan bermain,


sebagaimana di usia berikutnya tepat untuk dididik
dan diajari (lebih intens). Karena itulah wajib kiranya
untuk memberikan segala sesuatu itu sesuai dengan
haknya secara adil dan pertengahan.

20
Anak-anak manakala mereka mencintai orang
tuanya yang lemah lembut, maka kecintaan mereka
ini dapat menjadi pendorong kuat untuk menaati
orang tuanya. Sebaliknya, hilangnya sifat lemah
lembut dan hadirnya sikap kaku lagi keras,
menyebabkan anak menjauh, kemudian anak akan
memberontak dan membangkang, atau malah
didominasi dengan ketakutan yang dapat
melahirkan anak pembohong lagi penipu.

2. BERINTERAKSI DENGAN KELEMAH-


LEMBUTAN TIDAKLAH MENAFIKAN PENG-
GUNAAN HUKUMAN SAAT DIBUTUHKAN.

Tetap harus diperhatikan bahwa pemberian


hukuman di dalam aktivitas pendidikan, wajib
dengan cara hikmah. Karena itu tidak tepat kita
menghukum anak atas segala kekeliruan yang ia

21
kerjakan. Namun hukuman itu diberikan apabila
kelemahlembutan sudah tidak lagi berguna, nasehat,
perintah dan larangan sudah tidak lagi efektif di
dalam ta’dib.

Pemberian hukuman itu haruslah mendatangkan


manfaat. Misal saat Anda mengizinkan anak anda
meluangkan waktunya untuk menonton televisi,
maka Anda harus membatasi program/channel TV
yang boleh ditontonnya, hanya yang memberi
manfaat dan tidak malah membahayakan, serta yang
tidak mengandung kemungkaran sebisanya.

Apabila anak Anda melampaui batas waktunya,


maka Anda bisa memberinya hukuman yang tegas
berupa larangan menonton TV sehari penuh. Jika
dia melanggar lagi, Anda bisa menambah hukuman
larangan menonton TV lebih dari itu, sesuai dengan
tujuan dan selagi bermanfaat di dalam adab.

22
3. TELADAN YANG BAIK

Hendaknya orang tua memperhatikan diri mereka


terlebih dahulu dengan akhlaq yang mereka ajarkan
di dalam mendidik anak-anaknya. Tidaklah layak,
misalnya, seorang ayah yang melarang anaknya
merokok sementara dirinya sendiri merokok.
Karena itulah salah seorang salaf pernah menasehati
kepada pendidik anaknya :
ِ ‫إصالحك لِب ِِن إصالحك‬
ٌ‫ فإن عيوهبم معقودة‬، ‫لنفسك‬ َ َّ
‫أول‬ ‫ن‬ ‫ك‬
ُ ‫ي‬ِ‫"ل‬
ُ َّ َ ْ َ
" ‫كت‬
َ ‫القبيح ما تر‬
ُ ‫ و‬، ‫ فاحلَ َس ُن عندهم ما فَعلت‬،‫بعيبك‬
“Hendaknya yang pertama kali engkau benahi
adalah dirimu sendiri terlebih dahulu sebelum
membenahi anakku. Karena aib-aib mereka terikat
dengan aibmu. Yang baik menurut mereka adalah
apa yang kau kerjakan, sementara yang buruk bagi
mereka adalah apa yang kau tinggalkan.” [Tarikh
Dimasyqi 38/271-272]

23
4. LINGKUNGAN YANG BAIK

Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang


memuji perbuatan baik dan memuliakan pelakunya,
mencela perbuatan buruk dan pelakunya.

Di zaman ini, kita banyak kehilangan lingkungan


yang baik, namun kita mampu dengan upaya dan
usaha fisik, jiwa dan harta untuk menghadirkannya
insya Allah.

Misalnya, ada keluarga muslim yang tinggal di


wilayah yang tidak ada keluarga muslim lainnya,
maka hendaknya keluarga muslim ini berupaya
untuk pindah ke wilayah atau kota yang banyak
kaum muslimin di dalamnya, atau banyak masjid
dan pusat-pusat kegiatan Islam (Islamic Center)
yang memiliki aktivitas di dalam memperhatikan
anak-anak kaum muslimin.

24
Seumpama ada anak yang memiliki ketertarikan
tertentu dalam bidang olah raga atau seni, maka
hendaknya keluarganya berupaya untuk mencarikan
anak ini tempat-tempat olah raga atau seni yang
tepat yang dikelola oleh orang-orang Islam yang
multazim (komitmen), yang sering didatangi oleh
keluarga-keluarga muslim yang memiliki perhatian
kepada anak-anaknya dan berupaya mendidik
mereka dengan pendidikan yang baik di dalam
sebagian besar urusan mereka.

Bercampur (antara muslim dan non muslim, pent


)
memiliki faktor besar sebagaimana yang Anda
sampaikan [di dalam mempengaruhi anak, pent.
],
karena itu upayakan pengaruh-pengaruh negatif
yang menjadi concern Anda di saat anak bercampur,
maka mencampur secara positif dengan keluarga-
keluarga muslim lainnya.

25
Apabila orang tua menafkahi anak dengan pakaian
yang indah, makanan yang lezat atau tempat tinggal
yang nyaman, maka demikian pula wajib bagi orang
tua untuk menafkahi anak agar memperoleh akhlaq
yang indah sembari mengharap balasan pahala dari
Allah ‫ﷻ‬.

Hendaknya Anda juga menyenantiasakan berdoa


terutama di waktu-waktu mustajabah, seperti di
sepertiga malam terakhir, saat sujud, atau di hari
Jum’at. Perbanyaklah doa kepada Allah agar
menshalihkan anak Anda, memberikan mereka
hidayah ke jalan yang lurus. Mendoakan anak itu
merupakan sifat-sifatnya hamba-hamba Allah yang
shalih, sebagaimana firman-Nya:

ِ ‫{والَّ ِذين ي ُقولُو َن ربَّنَا َهب لَنَا ِمن أَ ْزو‬


ٍ ُ ‫اجنَا َوذُ ِٰرَّٰيتِنَا قُ َّرةَ أَ ْع‬
‫ني‬ َ ْ ْ َ ََ َ

}‫ني إِ َم ًاما‬ ِ ‫واجعلْنَا لِلْمت‬


‫َّق‬
َ ُ َْ َ

26
“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami,
karuniakanlah kepada kami pasangan kami dan
keturunan kami sebagai qurrotu a’yun (penyejuk mata),
dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa.” [QS al-Furqon : 74]

Syaikh Abdurrahman as-Si’di rahimahullahu berkata:

‫ )قَُّرةَ أ َْع ُ ن‬yaitu yang mendamaikan


‘Penyejuk mata’ (‫ني‬
hati kami dengan keberadaan mereka. Dan apabila
kita meneliti lebih jauh keadaan dan ciri-ciri
mereka, maka kita mengetahui bahwa diantara
usaha keras mereka dan ketinggian martabat
mereka adalah, bahwasannya mereka merasa
tidak damai sebelum mata kepala mereka melihat
keturunan mereka taat kepada Allah, berilmu lagi
beramal.
Demikianlah, sebagaimana doa ini adalah doa
untuk istri-istri dan anak keturunan mereka. Ia juga
merupakan doa untuk diri mereka sendiri, karena
manfaatnya kembali kepada diri mereka sendiri.
Oleh karenanya mereka menjadikan semua itu
sebagai karunia bagi mereka, seraya mengatakan,
”karuniakanlah kepada kami.” Bahkan doa mereka

27
kembali kepada manfaat bagi segenap kaum
Muslimin. Sebab, dengan keshalihan orang-orang
yang disebutkan di dalam doa, akan menjadi sebab
bagi keshalihan kebanyakan orang-orang yang
berhubungan dengan mereka dan (sebab untuk)
mengambil manfaat dari mereka.”
[Taysir al-Karimil Mannan fi Tafsir Kalamirrahman
hal 587]

28
PENGAWASAN AYAH BUNDA
TERHADAP ANAK

Kami menasehatkan kepada ayah dan bunda dari


waktu ke waktu untuk memperhatikan segala
sesuatu yang dimiliki oleh anak-anaknya. Karena
terkadang setan menghiasi bagi anak-anak dengan
sesuatu yang haram yang tidak halal dipandang
ataupun didengar. Ini adalah salah satu tanggung
jawab yang Allah wajibkan kepada kedua orang tua
terhadap anaknya.

Banyak anak-anak baik laki maupun perempuan,


seringkali yang menjadi sebab hidayah mereka atau
sebab mereka meninggalkan kemungkaran dan
dosa adalah : kesadaran ayah dan ibunya, baiknya
perhatian dan berupaya menghilangkan
kemungkaran dari permulaan, atau memperingat-

29
kan anak dari sahabat yang buruk dari semenjak
awal, dan ini lebih mudah. Namun apabila waktunya
lama (ditunda), maka membebaskan anak-anak dari
para perusak itu akan menjadi perkara yang sulit.

Dalam banyak kasus, kemungkaran putera dan


puteri kita dapat diketahui dengan cara meng-
geledah isi tasnya, membaca buku bacaannya atau
mencari tahu sahabat-sahabatnya. Betapa banyak
pemuda dan pemudi yang berharap sekiranya orang
tuanya sudi mengawasi perilaku mereka dan
mencari tahu barang-barang mereka di awal waktu
sebelum kerusakan itu mengakar ke dalam hatinya.
Karena itulah kami menasehatkan hal ini, dan
hendaknya ini dilakukan di sejumlah waktu secara
acak tanpa mereka sadari, khawatir mereka
ketahuan atau mereka tidak memasukkan sesuatu
yang mencurigakan di dalam barang mereka.

30
Pengawasan seperti ini dilakukan hanya saat tampak
bagi orang tua adanya tanda-tanda awal
penyelewengan anak-anaknya. Adapun jika yang
tampak pada anak kondisinya istiqomah dan jauh
dari kemungkaran, maka tidak sepantasnya bagi
kedua orang tuanya atau selainnya mengawasi
dengan cara seperti ini apalagi sampai menggeledah
barang pribadinya. Karena perbuatan ini dikategori-
kan berburuk sangka dan tajassus (mencari-cari
kesalahan) yang telah dilarang oleh Allah ‫ ﷻ‬di dalam
firman-Nya :

‫ض الظَّ ِٰن اِ ْْثٌ َّوَال‬ ‫ع‬ ‫ب‬ َّ


‫ن‬ ِ‫ٓاٰيَيُّها الَّ ِذين ٓامنوا اجتنِب وا َكثِريا ِمن الظَّ ِِّۖن ا‬
َ ْ َ ٰ َ ٰ ًْ ْ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َ

‫س ْوا‬
ُ‫س‬َّ َ‫ََت‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah


kebanyakan prasangka, karena sesungguhnya sebagian

31
prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain.” [QS al-Hujurat : 12]

Apabila seorang ibu atau ayah mendapatkan sesuatu


yang haram (dari barang anaknya), maka wajib
untuk dimusnahkan, kemudian memberikan nasehat
kepada anak yang memiliki kemungkaran tersebut.

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata,


aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ِِ ً‫{من رأى منكم منكرا‬


‫ فإن مل‬، ‫ فإن مل يستطع فبلسانه‬، ‫فليغريه بيده‬ َ
}‫ وذلك أضعف اإلميان‬، ‫يستطع فبقلبه‬

“Siapa yang melihat suatu kemungkaran maka


hendaknya ia merubah dengan tangannya. Apabila ia
tidak mampu, maka hendaknya dengan lisannya.
Apabila ia tidak mampu maka hendaknya dengan
hatinya dan inilah selemah-lemahnya iman.” [HR
Muslim : 49]

32
Imam Nawawi rahimahullahu berkata :

“Ucapan Nabi ‫ﷺ‬, ‘hendaknya merubahnya’, maka


ini perintah yang wajib sesuai kesepakatan umat.
Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar ini selaras
dengan al-Qur’an, sunnah dan ijma’ (konsensus)
umat Islam, dan ini juga termasuk nasehat yang
merupakan agama itu sendiri...
Kemudian, sesungguhnya amar ma’ruf nahi munkar
itu adalah fardhu kifayah, yang apabila sebagian
orang telah mengerjakannya maka gugurlah dosa
bagi yang lainnya. Namun apabila semua
meninggalkannya, maka berdosalah semua orang
yang memiliki kemampuan dan tidak memiliki
udzur (dispensasi) maupun ketakutan.
Sesungguhnya amar ma’ruf nahi munkar itu
terkadang fardhu ‘ain sebagaimana dalam kondisi
di mana tidak ada seorangpun yang tahu kecuali
dirinya saja, atau tidak ada yang mampu
menghilangkannya kecuali dia, semisal orang yang
melihat isteri, anak atau budaknya melakukan
kemungkaran atau meremehkan perkara ma’ruf
(maka wajib diingkari, pent)...
Al-Qodhi Iyadh rahimahullahu berkata :
“Hadits ini merupakan pokok di dalam sifat
merubah (kemungkaran), karena itu wajib bagi

33
orang yang mampu merubah untuk merubah
(kemungkaran) dengan segala bentuk cara yang ia
sanggupi dalam menghilangkan kemungkaran
tersebut, baik dengan ucapan atau perbuatan,
merusak alat-alat kebatilan (seperti alat musik),
menumpahkan minuman yang memabukkan, baik
dilakukannya sendiri atau dengan cara me-
merintahkan orang yang melakukannya, atau
mengembalikan barang rampasan kepada pemilik-
nya baik dilakukannya sendiri atau dengan cara
memberintahkan kepada orang yang berkemam-
puan. Hendaknya ia berlemah lembut di dalam
melakukan upaya pengingkaran terhadap orang
bodoh, atau orang zhalim yang memiliki
kekuasaan yang dikhawatirkan kejahatannya,
karena yang demikian ini lebih diharapkan untuk
diterima perkataannya (nasehatnya).”
[Syarh Shahih Muslim II/22-25]

34
NASEHAT DI DALAM MENGAJAR
DAN MENDAKWAHI ANAK

Kami menasehati Anda untuk mengajarkan anak-


anak al-Qur’an al-Karim dan sunnah nabi yang
shahih, serta kandungan di dalamnya berupa akhlaq
Islam, kebaikan, menjalin kekerabatan, kejujuran,
amanat, dll. Memperhatikan mereka untuk menjaga
sholat berjamaah. Demikian pula memperhatikan
adab-adab Islam ketika makan, minum, berbicara,
dll.

Karena mereka akan tumbuh di atas akhlaq dan


adab yang mulia ini, sehingga mereka akan
memperoleh hidayah dan istiqomah dengan izin
Allah Ta’ala, serta bertumbuh dengan pertumbuhan
yang baik. Mereka pun bermanfaat untuk diri

35
mereka sendiri dan untuk umat. Dan di dalam hal ini,
Anda akan memperoleh balasan pahala yang besar.

[Fatawa al-Lajnah ad-Da’imah XII/261-262]

36
MENJAGA ANAK DARI GEMPURAN
ASING

Syaikh Shalih al-Munajjid hafizhahullahu berkata :

Untuk menjaga eksistensi keluarga muslim di negeri


kafir, maka sepatutnya merealisasikan sejumlah
syarat dan kebutuhan dalam rumah maupun luar
rumah sebagai berikut :

DI DALAM RUMAH

1. Para ayah hendaknya menjaga sholat berjamaah


di masjid bersama dengan putera-putera mereka.
Jika tidak ada masjid yang dekat, maka bisa sholat
berjamaah di rumah.
2. Hendaknya membiasakan membaca dan
menyimak bacaan al-Qur’an setiap hari.
3. Hendaknya berkumpul bersama saat makan.

37
4. Hendaknya berbicara dengan bahasa al-Qur’an
(yaitu bahasa Arab) semampunya.
5. Hendaknya menjaga adab-adab keluarga dan
sosial yang telah diterangkan oleh Allah Rabbul
Alamin di dalam Kitab-Nya diantaranya di dalam
surat an-Nur.
6. Hendaknya tidak memperbolehkan baik orang tua
sendiri ataupun anak-anak untuk menyaksikan
film-film yang tidak senonoh, fajir lagi fasiq.
7. Hendaknya anak-anak bermalam dan tinggal di
dalam rumahnya selama mungkin sebagai bentuk
penjagaan dari pengaruh buruk di luar rumah, dan
bersikap tegas di dalam melarang mereka untuk
tidur di luar rumah.
8. Hindarkan mengirim anak-anak kita ke kampus-
kampus yang jauh agar mereka tidak tinggal di
asrama kampus. Karena apabila tidak kita bisa

38
kehilangan anak-anak kita, yang sangat mungkin
mereka akan melebur dengan komunitas kafir.
9. Hendaknya berupaya semaksimal mungkin untuk
memberikan makanan yang halal dan menjauhkan
sejauh-jauhnya dari sesuatu yang haram seperti
ganja, mariyuana atau yang semisalnya yang
banyak menyebar di negeri kafir.

DI LUAR RUMAH :

1. Hendaknya mengirimkan anak-anak ke


sekolah-sekolah Islam dari semenjak kecilnya
hingga akhir sekolah menengahnya.
2. Hendaknya mengirimkan anak juga ke masjid-
masjid sesuai dengan kemampuan untuk
melakukan sholat jum’at dan jama’ah, atau
menghadiri kajian-kajian ilmiah, dakwah,
taushiyah, dll.

39
3. Hendaknya berupaya membentuk program-
program pendidikan dan olah raga untuk anak-
anak dan pemuda di tempat-tempat yang
dikelola oleh kaulm muslimin.
4. Mendirikan camp-camp pendidikan yang dapat
dikunjungi oleh seluruh anggota keluarga.
5. Ayah dan Ibu berupaya untuk bisa berkunjung
ke tanah suci (Makkah dan Madinah) dalam
rangka menunaikan umroh atau kewajiban haji
dengan membawa serta anak-anak.
6. Melatih anak untuk berbicara tentang Islam
dengan bahasa yang sederhana yang bisa
difahami orang dewasa atau anak kecil, muslim
atau non muslim.
7. Mempersiapkan anak untuk menghafal al-
Qur’an dan mengirimkan mereka jika
memungkinkan ke negeri Islam Arab untuk

40
mendalami agama, kemudian setelah itu
kembali ke negerinya untuk menjadi da’i yang
sudah berbekal dengan ilmu, agama dan
bahasa al-Qur’an al-Karim.
8. Melatih sebagian anak untuk menyampaikan
khutbah Jum’at dan mengimami kaum
muslimin, agar mereka bisa menjadi pemimpin
generasi Islam berikutnya.
9. Mendorong anak untuk menikah dini dalam
rangka menjaga agama dan dunia.
10. Hendaknya mendorong anak laki-laki untuk
menikahi wanita-wanita muslimah dari
keluarga yang dikenal kebaikan agama dan
akhlaqnya.
11. Berupaya untuk menyelesaikan problematika
keluarga dengan cara merujuk kepada pejabat

41
komunitas Islam, imam atau khatib di Islamic
Center.
12. Tidak menghadari pesta-persta dansa, musik,
nyanyian, festival pesta pora yang penuh
kefasikan, atau menyaksikan perayaan orang
kafir, atau melarang anak-anak secara hikmah
untuk tidak pergi bersama teman sekolahnya
yang Nasrani ke gereja pada hari Ahad.

Allah ‫ ﷻ‬lah yang memberikan taufiq dan hidayah

kepada jalan yang lurus.

42

Anda mungkin juga menyukai