10 DOA ORANG TUA UNTUK ANAKNYA AGAR MENJADI ANAK YG SHOLEH DAN
SHOLEHAH
1. DOA NABI ZAKARIA
طيِّبَ ۖةً ِإنَّكَ َس ِمي ُع ٱل ُّدعَٓا ِء َ َربِّ ه َۡب لِي ِمن لَّدُن
َ ك ُذ ِّري َّٗة
“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha
Pendengar doa." (Qs.al-Furqon : 38).
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan
kami, perkenankanlah doaku." (Qs.Ibrahim : 40).
Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imama.
“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,"
(Qs.al-Furqon : 74).
صالِ ِح ْينَ َحافِ ِظ ْينَ لِ ْلقُرْ آ ِن َوال ُّسنَّ ِة فُقَهَا َء فِى ال ِّد ْي ِن ُمبَا َر ًكا َحيَاتُهُ ْم فِى ال ُّد ْنيَا َو ْاآل ِخ َر ِة
َ اَللَّهُ َّم اجْ َعلْ َأوْ اَل َدنَا َأوْ اَل دًا
Allahummaj ‘al awladana awladan sholihiin haafizhiina lil qur’ani wa sunnati fuqoha fid diin
mubarokan hayatuhum fid dun-ya wal akhirah.
“Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang sholih sholihah, orang-orang yang hafal Al-Qur’an
dan Sunnah, orang-orang yang faham dalam agama dibarokahi kehidupan mereka didunia dan di
akhirat.”
Allahumma barikliy fii awladiy, wa la tadhurruhum, wa waf fiqhum li tho’atik, war zuqniy birrohum
“Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan mara
bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepadaMu dan karuniakanlah hamba rejeki
berupa bakti mereka.”.
“Ya Allah, penuhilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah, dan jadikan mereka hamba-
hamba-Mu yang pantas menerima nikmat, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini
melalui mereka.”
“Ya Allah, berikanlah kefahaman baginya dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia ta’wil (tafsir ayat-
ayat al-Qur’an)." (HR.Bukhari).
“Ya Allah, jadikanlah ia anak yang sehat sempurna, berakal cerdas, dan berilmu lagi beramal."
U’iidzu hu bikalimaatillahit taammati min kulli syaithoniw wahaammatiw wamin kulli ‘ainil
laammah
“Aku memohon perlindungan baginya (sebut nama anak) dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pandangan mata buruk.".
(HR. Abu Daud 3371, dan dishahihkan al-Albani, diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Tirmidzi)
● Doa ini adalah doa yang pernah Rosulullah gunakan untuk mendoakan cucunya Hasan dan
Husein.
10. DOA AGAR ANAK MENDAPAT KEBERKAHAN
ِ َاللَّهُ َّم َأصْ لِحْ لَنَا فِي َأِئ َّمتِنَا َو َج َما َعتِنَا َوَأ ْهلِنَا َوَأ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا َوَأ ْم َوالِنَا َوفِي َما َرزَ ْقتَنَا َوب
ار ْك لَنَا فِي ِه ْم فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة
“Ya Alloh perbaikilah untuk kami di dalam imam-imam kami, jama’ah kami, keluarga kami, istri-
istri kami, anak-anak turun kami, harta-harta kami dan di dalam apa-apa (rizqi) yang engkau berikan
kepada kami dan berilah kami kebarokahan dalam urusan mereka di dunia dan akhirat."
Semoga kita semua dikaruniakan oleh ALLAH keturunan keturunan yang sholeh dan sholehah yang
membahagiakan kedua orang tua baik di saat hidup maupun sesudah wafatnya.
Ya Allah semua umat Islam seluruh Dunia berilah Hidayah Taufik, ampunilah semua Dosa-
Dosanya, maafkanlah semua kesalahanya, terimalah semua amal sholehnya dan jadikan Generasi-
Generasi yang sholeh sholikah serta Masukkanlah Ke SURGAMU tanpa HISAB dan Tanpa ADZAB
dengan RAHMAT- MU Aamiin.
B. SHALAT ISYRAQ
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barang siapa shalat subuh berjamaah (di masjid), lalu duduk berzikir hingga terbit matahari, kemudian
shalat dua rakaat, adalah hal itu berpahala seperti pahala haji dan umrah. Bersabda Rasulullah SAW,
sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. at-Tirmidzi 586).
ُصلِّ َي َسب َْحةَ الضُّ َحى َكانَ َكَأجْ ِر َحا ٍّج َأوْ ُم ْعتَ ِم ٍر تَا ّمًا َح َّجتُهُ َو ُع ْم َرتُه ُ ْح فِ ْي َم ْس ِج ِد َج َما َع ٍة يَ ْثب
َ ُُت فِ ْي ِه َحتَّى ي َ صلَّى
ِ صالَةَ الصُّ ب َ َم ْن.
“Barang siapa shalat subuh berjamaah di masjid jami’, kemudian tetap tinggal di tempatnya hingga
melaksanakan shalat dhuha (dua rakaat), adalah hal itu berpahala seperti pahala orang berhaji atau
berumrah dengan haji dan umrah yang sempurna.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir).
“Barang siapa shalat subuh berjamaah di masjid jami’, kemudian tetap tinggal di tempatnya hingga
melaksanakan shalat dhuha (dua rakaat), adalah hal itu berpahala seperti pahala orang berhaji atau
berumrah dengan haji dan umrah yang sempurna.”
2. Hadits tersebut menunjukkan besarnya keutamaan duduk menetap di tempat shalat, setelah shalat
shubuh berjamaah, untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian setelah 15 menit
melakukan shalat dua rakaat (shalat Isyraq).
3. Shalat Isyraq adalah shalat dhuha. Namun, jika ditunaikan di awal waktu setelah matahari terbit dan
telah meninggi (dari ufuk) seukuran batang tombak (2,5 meter atau 15 menit setelah dari Terbit
matahari), itu dinamakan shalat isyraq. Apabila ditunaikan setelah Matahari meninggi maka itu
dinamakan shalat dhuha.
4. Shalat Isyraq tergolong shalat dhuha, karena waktu shalat dhuha dimulai sejak matahari meninggi
seukuran batang tombak sampai menjelang zawal ( 15 menit sebelum Dzuhur).
5. Tata sara pelaksanaan shalat Isyraq : 1, Shalat isyroq dilakukan sebanyak dua raka’at. Gerakan dan
bacaannya sama dengan shalat-shalat lainnya. 2, Shalat isyroq disyariatkan bagi orang yang
melaksanakan shalat jama’ah shubuh di masjid lalu kemudian ia berdiam untuk berdzikir hingga
matahari terbit, lalu ia melaksanakan shalat isyroq dua raka’at.
6. Ketika berdiam di masjid dianjurkan untuk berzikir. Zikir di sini bentuknya umum, bisa penngajian
(taklim), bisa membaca Alquran, bisa membaca zikir pagi dsb.
Ayat al Quran yang berkaitan dengan tema bahasan tersebut. Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
“(Demi Allah) sungguh aku telah membaca di mushaf, tetapi tidaklah aku mengetahui shalat dhuha
kecuali sekarang. (Allah berfirman) :
ۡ
ِ يُ َسب ِّۡحنَ بِٱل َع ِش ِّي َوٱِإۡل ۡش َر
١٨ اق
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang
banyak.” (HR. Ahmad, 4/278).
Hadits ini benar sekali. Bagaimana mungkin seseorang dapat mensyukuri rizki yang banyak,
rizki yang sedikit dan tetap terus Allah beri sulit untuk disyukuri? Bagaimana mau disyukuri? Sadar
akan nikmat tersebut saja mungkin tidak terbetik dalam hati.
ِ صفِّ َد
ُت ال َّشيَا ِطيْن ْ َت اَ ْب َوابُ ْال َجنَّ ِة َو ُغلِّق
ِ َّت اَ ْب َوابُ الن
ُ ار َو ْ ضانُ فُتِ َح
َ اِ َذا َجا َء َر َم.
Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan
dibelenggu semua syaitan (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersab
da: "Janganlah engkau mendahului Ramadhan dengan shaum sehari atau dua hari, kecuali bagi orang
yang terbiasa shaum, maka bolehlah ia shaum." Muttafaq Alaihi.
َصوْ ِم يَوْ ٍم َواَل يَوْ َم ْي ِن َ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( اَل تَقَ َّد ُموا َر َم:ال
َ ِضانَ ب َ َع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ رضي هللا عنه ق,
ق َعلَيْه ُ َ فَ ْلي,صوْ ًما
ٌ َص ْمهُ ) ُمتَّف َ ِإاَّل َر ُج ٌل َكانَ يَصُو ُم
صاِئ ًما َكانَ لَهُ ِم ْث ُل َأجْ ِر ِه َغ ْي َر َأنَّهُ اَل يَ ْنقُصُ ِم ْن َأجْ ِر الصَّاِئ ِم َش ْيًئا
َ َم ْن فَطَّ َر
“Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan
mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu.”
“Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena (amalannya pada) hari
itu, Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.”
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, ,873)
Sesungguhnya sedekah itu walaupun sedikit, memiliki andil untuk menjauhkan kita dari api neraka.
Semakin banyak sedekah, semakin jauh kita darinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa
dengan kalimah thayyibah” (HR. Al Bukhari 6539, Muslim 1016).
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia)
kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR.Muslim)
E. DUA KEGEMBIRAAN
Semua manusia menginginkan kegembiraan dan kebahagiaan. Kegembiraan yang hakiki adalah
gembira dengan ketaatan kepada Allah, dan gembira dengan pahala besar saat bertemu dengan Allah
‘Azza wajalla. Adapun gembira dengan dunia bukanlah gembira yang terpuji, karena dunia hakekatnya
adalah ujian yang akan dimintai pertanggung jawabannya. Orang yang berpuasa diberikan dua
kegembiraan yang hakiki. Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang berpuasa memiliki dua kegembiraan: apabila berbuka ia bergembira, dan apabila bertemu
dengan Robbnya ia bergembira dengan pahala puasanya..” (HR. Muslim).
“Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan
kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya.” (HR. Al-Bukhâri no. 1894, 1904, 5927, 7492, 7538;
Muslim no. 1151; Ahmad II/232, 266, 273; Ibnu Mâjah no. 1638; An-Nasa-i IV/163-164; dan Ibnu
Khuzaimah no. 1896, 1900)
Gembira saat berbuka bukan sebatas gembira karena dapat makan dan minum, namun gembira
karena dapat melaksanakan ketaatan. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa yang bergembira dengan amal kebaikannya dan merasa sedih dengan dosanya maka itulah
mukmin..” (HR At Tirmidzi).
َم ْن َأ ْخ َر َج قَ َذ َرةً ِمنَ ْال َمس ِْج ِد بِقَ ْد ِر َما يَ ُدوْ ُر فِى ْال َع ْي ِن َأ ْخ َر َجهُ هللاُ تَ َعالَى ِم ْن أ ْعظَ ِم ُذنُوْ بِ ِه
“Siapa yang mengeluarkan kotoran dari masjid dengan seukuran yang dapat dipandang oleh mata,
maka Allah akan mengeluarkannya dari dosa-dosa yang besar dari dirinya.”
“Siapa yang mengeluarkan kotoran dari masjid, maka Allah akan membangun rumah untuknya di
dalam surga.”
“Dari Abu Hurairah, mengenai kisah seorang perempuan yang biasa mengurus kebersihan
masjid, dia berkata; Kemudian Nabi Saw bertanya tentang perempuan tersebut. Sahabat menjawab,
‘Ia telah wafat.’ Kemudian Nabi Saw berkata, ‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?
Seakan-akan para sahabat meremehkan kedudukan perempuan tersebut. Kemudian Nabi Saw
berkata, ‘Mari kalian tunjukkan kepadaku kuburan perempuan itu. Lalu Nabi Saw menyalati
perempuan tersebut.
Pada zaman Rasulullah SAW ada seorang wanita hitam bernama Ummu Mahjan. Dia selalu
menyempatkan diri membersihkan masjid Rasulullah SAW. Suatu hari ketika Rasul sedang ke
pemakaman, beliau melihat sebuah kuburan baru.
Rasul bertanya, “Kuburan siapa ini, wahai para sahabat?”
Mereka yang hadir di situ menjawab, “Ini kuburan Ummu Mahjan, ya Rasulullah.”
Rasul SAW langsung menangis begitu mendengar berita tersebut, lalu beliau menyalahkan para
sahabatnya, “Mengapa kalian tidak memberitahukan kematiannya kepadaku supaya aku bisa
menyalatinya?”
Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, pada waktu itu matahari sedang terik sekali.” Rasulullah diam
saja mendengar jawaban tersebut.
Lalu, beliau berdiri dan shalat untuk mayit yang sudah ditanam beberapa hari itu dari atas kuburnya.
“Bila ada di antara kalian yang meninggal dunia, beri tahukan kepadaku, sebab orang yang kushalati
di dunia, shalatku itu akan menjadi syafa‘at di akhirat.”
Sesudah berkata demikian, Rasulullah kemudian memanggil Ummu Mahjan dari atas kuburnya.
“Assalaamualaikum yaa Ummu Mahjan! Pekerjaan apa yang paling bernilai dalam daftar amalmu?”
Secara fisik, masjid adalah bangunan biasa yang terdiri atas lantai, tiang, dan atap. Namun,
secara spiritual, masjid adalah poros nadi umat yang sangat fundamental. Selain menjadi perekat umat di
mana mereka bisa menebarkan kebajikan, masjid juga merupakan media bagi sang Muslim agar sukses
dalam menjalin hubungan vertikal dengan Allah; melalui masjid, sang Muslim bisa melakukan mi'raj
menuju Ilahi.
Dari masjid, kaum Muslimin bisa belajar-mengajar, keimanan seseorang tergambar, tingkat
keberagamaan masyarakat terpancar, ketenangan dan kedamaian berbinar-binar, dan kebangkitan umat
mengakar.
Seorang Muslim akan prihatin dan sedih manakala menjumpai seseorang yang dengan seenaknya
mengotori masjid dan membiarkan kotoran (sampah) berserakan. Juga tidak etis jika kita membiarkan
bau tak sedap bercokol di tempat wudhu, toilet, atau kamar mandi masjid, sehingga aromanya menyebar
dan dihirup orang-orang yang shalat, membaca Alquran, iktikaf, atau ibadah lainnya.
Dengan demikian, kebersihan dan keasrian masjid jelas mendukung kekhusyukan kaum
Muslimin, Walmuslimat dalam beribadah. Maka, sangat pantas kalau Allah SWT dan Rasul-Nya
memberikan pahala yang besar bagi mereka yang membersihkan masjid sebagaimana tersimbul dalam
riwayat di atas. Nabi juga bersabda, “Barang siapa yang mengeluarkan kotoran dari masjid maka Allah
SWT akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga,” (HR Ibnu Majah).
Zaman memang sudah berubah dan modern, sehingga masjid-masjid membutuhkan
pengurusnya. Namun, membersihkan masjid tentu saja bukan monopoli mereka.
Selama mempunyai niat yang bagus, siapa pun punya peluang yang sama untuk mempersiapkan
bangunan di surga, yakni dengan membersihkan masjid.
1. Berdiam di Masjid selepas sholat shubuh sampai terbitnya matahari, lalu sholat 2 rakaat.
Dalilnya : dari Anas bin Mâlik bahwa Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda :
من صلى الغداة في جماعة ثم قعد بذكر هللا حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة تامة تامة تامة
"Barangsiapa sholat shubuh berjama'ah kemudian dia duduk berdzikir kepada Allâh sampai
terbitnya matahari, kemudian sholat 2 rakaat, maka pahalanya seperti haji dan umroh sempurna
sempurna sempurna." (HR at-Tirmidzî dengan sanad yg shahih, di dalam Shahîh at-Tirmidzî 586).
2. Menghadiri shalat jama'ah dan berjalan kaki untuk sholat tathawwu' (sunnah)
Dalilnya : Dari Abî Umâmah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
أي صالة الضحى) فهي كعمرة: من مشى إلى صالة مكتوبة في الجماعة فهي كححة ومن مشى إلى صالة تطوع (في رواية أبي داود
تامة
"Barangsiapa berjalan kaki utk sholat wajib berjama'ah maka ia seperti haji, dan barangsiapa
berjalan kaki utk sholat sunnah (menurut riwayat Abû Dâwud, sholat dhuhâ) maka seperti umroh
secara sempurna." (HR Ahmad dg sanad shahih; lihat Shahîh al-Jâmi 6556).
يا رسول هللا ذهب أهل الدثور باألجور يصلون كما نصلي ويصومون كما نصوم ويتصدقون بفضول: أن أناسا من أصحاب النبي قالوا
فقال النبي أو ليس قد جعل هللا لكم صالة العشاء في جماعة تعدل حجة وصالة الغداة في الجماعة تعدل عمرة،أموالهم.
"Bahwa ada sebagian sahabat bertanya kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, orang² kaya datang dengan
pahala besar. Mereka bisa sholat sebagaimana kami sholat dan berpuasa sebagaimana kami
berpuasa, tapi mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka."
Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam menjawab, "Allâh telah menjadikan sholat isya berjama'ah bagi
kalian sepadan pahalanya dg haji, dan sholat shubuh berjama'ah sepadan dg umroh.(HR Muslim).
"Barangsiapa bersegera ke masjid, tidak menginginkan sesuatu kecuali mempelajari kebaikan atau
mengajarkannya, maka pahalanya seperti haji yang sempurna hajinya." (HR at-Thabrânî dan al-
Hâkim).
يصلون كما نصلي ويصومون كما نصوم ولهم فضل من، ذهب أهل الدثور بالدرجات العلى والنعيم المقام: جاء الفقراء إلى النبي فقالوا
إال أحدثكم بأمر إن أخذتم به أدركتم من سبقكم ولم يدرككم أحد بعدكم وانتم خير: قال،أموال يحجون بها ويعتمرون ويجاهدون ويتصدقون
تسبحون وتحمدون وتكبرون خلف كل الصالة ثالثا وثالثين:من انتم بين ظهرانية إال من عمل مثله
"Datang sahabat Nabi dari kalangan fakir lalu mengadu, "Orang kaya pergi dengan derajat yang
tinggi dan status yang mulia, mereka sholat sebagaimana kami sholat dan berpuasa sebagaimana
kami berpuasa. Namun mereka memiliki keutamaan dari harta mereka sehingga mereka bisa berhaji,
umroh, jihad dan sedekah dengan harta tsb."
Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam menjawab, "Maukah kalian aku informasikan dgn suatu perkara
yang jika kalian ambil (terima), kalian akan meraih (pahala) melebihi orang² yg mendahului kalian
dan tidak seorang pun setelah kalian yg dapat melampaui diri kalian, dan kalian lebih baik daripada
yang lainnya di antara kedua tulang punggungnya, kecuali orang yang melakukan semisalnya; yaitu
kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat sebanyak 33 kali." (HR Bukhârî).
، حج وهو وابنه على أحدهما وكان اآلخر يسقي عليه غالمنا- زوجها- ناضحان كان ألبي فالن:منعك أن تكوني حججت معنا؟ قالت
ِ ما
أو حجة معي- فعمرة في رمضان تقضي حجة:قال
"Apa yang mencegahmu dari ikut haji bersama kami?" Ummu Sinân menjawab, "Kami hanya punya
2 ekor unta, yang satu digunakan suami saya untuk berhaji dgn Anda, dan yang satu digunakan
untuk mengantar air." Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam menjawab, "Umroh di bulan Ramadhan itu
pahalanya sepadan dengan haji - dalam riwayat lain, haji bersamaku." (HR Muslim).
Jabir menjawab :
ت ال َّش ْمسُ قَا َم َو َكانُوا يَت ََح َّدثُونَ فَيَْأ ُخ ُذونَ فِى ْ صلِّى فِي ِه الصُّ ْب َح َأ ِو ْال َغدَاةَ َحتَّى ت
ِ َطلُ َع ال َّش ْمسُ فَِإ َذا طَلَ َع َ ُصالَّهُ الَّ ِذى ي َ نَ َع ْم َكثِيرًا َكانَ الَ يَقُو ُم ِم ْن ُم
َأ ْم ِر ْال َجا ِهلِيَّ ِة فَيَضْ َح ُكونَ َويَتَبَ َّس ُم.
“Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah
shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon)
mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim no. 670)
An Nawawi mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir setelah shubuh dan
mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak memiliki udzur (halangan). Al Qadhi mengatakan
bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan
waktu tersebut untuk berdzikir dan berdo’a hingga terbit matahari.” (Syarh An Nawawi ‘ala
Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah)
“Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini.” (HR. Muslim no.
822)
Sebagaimana diketahui, sebelumnya saat Rasulullah dan para sahabat masih tinggal di Mekah
mereka mendapatkan tekanan yang luar biasa dari kaum musyrikin. Kaum musyrikin tidak sekedar
menolak ajaran tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad tetapi juga menghalangi, mengganggu, dan
bahkan menyiksa orang-orang yang beriman. Akhirnya Rasulullah dan para sahabat pun terpaksa hijrah
ke Madinah meninggalkan rumah dan harta yang mereka miliki. Setelah hijrah permusuhan dan
gangguan orang-orang musyrik tidak pula berhenti. Allah pun mengizinkan kaum muslimin untuk
berperang. Allah berfirman :
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang
yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka
berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”.” (QS Al Haj 39-40).
1. Kekuatan Masing-Masing Pasukan
Rasulullah keluar Madinah bersama sekitar tiga ratus dan belasan orang sahabat (313, 314, atau
317 orang). Mereka hanya membawa 2 ekor kuda dan sekitar 70-an onta. Rasulullah membagi
pasukannya menjadi dua katibah (battalion): katibah Muhajirin dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib
dan katibah Anshor dipimpin Saad bin Muadz. Adapun liwa’ (bendera perang) dibawa oleh
Mush’ab bin Umair.
Adapun pasukan kaum musyrikin Mekah maka jumlah mereka sekitar 1000 pasukan. Mereka
membawa 100 ekor kuda, 600 baju perang dan onta yang tidak bisa dihitung jumlahnya. Pasukan
kaum musyrikin dipimpin oleh Abu Jahal dan pemuka-pemuka Quraisy yang lainnya. Tidak tersisa
pemuka Quraisy di Mekah kecuali Abu Lahab dan juga Abu Sufyan yang masih dalam perjalanan
dari Syam.
2. Jalannya Perang
Kedua pasukan bertemu di lembah Badar (daerah antara Mekah dan Madinah). Meskipun jauh
lebih sedikit dari sisi personil dan materiil kaum muslimin tidak gentar sedikitpun. Sebelum terjadi
perperangan turun hujan di malam hari, hal ini semakin menguatkan langkah kaum muslimin dan
meneguhkan hati-hati mereka. Malam itu malam 17 Ramadhan (Rasulullah dan para sahabat
berangkat dari Madinah sekitar 10 atau 12 Ramadhan). Esok harinya kedua pasukan pun berhadap-
hadapan, peperangan dimulai dengan lawan tanding. Dari Kaum muslimin diwakili tiga orang:
Hamzah bin Abdulmuthallib, Ali bin Abi Thalib dan Ubaidah bin Harits. Adapun dari kaum
musyrikin diwakili oleh tiga jagoan sekaligus pemuka mereka: Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin
Rabi’ah dan Walid bin Utbah. Dengan mudah Hamzah mengalahkan Syaibah dan begitu juga Ali
mengalahkan Walid. Adapun Ubaidah sempat bertarung sengit dengan Utbah dan keduanya sama-
sama terluka, kemudian Hamzah dan Ali membantu Ubaidah dan membunuh Utbah.
Melihat tiga wakil mereka terkalahkan dan terbunuh maka kaum musyrikin pun marah dan
akhirnya perperangan sengit diantara dua pasukan pun tidak terelakkan lagi. Kaum musyrikin
menyerang secara serentak, adapun kaum muslimin dalam posisi bertahan dan menyerang secara
teratur. Rasulullah mengomandoi pasukannya dan juga terus berdo’a pada Allah. Diantara do’a yang
beliau ucapkan:
اللهم إن شئت لم تعبد بعد اليوم أبداÙ،اللهم إن تهلك هذه العصابة اليوم ال تعبد
“Ya Allah, seandainya pasukan (kaum muslimin) ini dibinasakan hari maka Engkau tidak akan
disembah. Ya Allah, andaikata Engkau mau tidak disembah selamanya! ”
3. Akhir peperangan
Kaum kafir quraisyh mengalami kekalahan yang telak, 70 orang diantara mereka terbunuh dan
70 orang ditawan. Termasuk yang terbunuh adalah Abu Jahal dan pemuka-pemuka Quraisy lainnya.
Adapun dari pihak kaum muslimin, 14 orang sahabat mati syahid (6 dari muhajirin dan 8 dari
anshor) -semoga Allah meridhai mereka-. Selesai perang Rasulullah dan para sahabat berdiam di
lembah Badar tiga hari sebagai pertanda kemenagan mereka.
Kabar kekalahan pun akhirnya sampai ke Mekah sehingga membuat orang-orang kafir Quraisy
yang di Mekah takut dan bersedih dengan kesedihan yang luar biasa. Begitu juga, kabar
kemenangan pun sampai ke Madinah sehingga kaum muslimin gembira dan semakin kuat posisinya.
Rasulullah dan para sahabat pun kembali ke Madinah disambut penduduk Madinah dengan penuh
kebahagiaan. Banyak diantara penduduk Madinah pun akhirnya masuk Islam dan kaum muslimin
pun semakin ditakuti oleh musuh.
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal: 45)
Dengan demikian peluang atau kesempatan kita untuk dapat meraih Lailatul Qadar lebih besar.
Maka sudah sepatutnya bagi setiap mukmin mencari Lailatul qadar di keseluruhan dari sepuluh hari
yang ada (tanpa memilah mana yang ganjil dan genap). Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bersabda :
ت ََحرَّوْ هَا فِي ْال َع ْش ِر اَأْل َوا ِخ ِر
“Bersemangatlah mencari Lailatul qadar di sepuluh hari terakhir.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung dapat meraih Lailatul Qadar. Aamiin.
"Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit dan bumi, serta para malaikat menangis karena
merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW.
Sahabat bertanya:
Wahai Rasulullah, musibah apakah itu?
Rasulullah menjawab:
lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, dan sedekah
diterima, kebaikan dilipat gandakan, dan adzab ditolak."
“Ketika tiba akhir malam Ramadhan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang
menimpa umat Nabi Muhammad. (Sahabat) bertanya, Musibah apakah wahai Rasulullah?”
Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadhan, sebab pada bulan ini doa dikabulkan dan shadaqah
diterima,"
"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan karena ALLAH SWT, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu," (R. Bukhari dan Muslim).
Umat Islam sejatinya bersedih manakala Ramadhan segera pergi. Sebab, terlalu banyak
kemuliaan yang didapatkan umat Nabi Muhammad SAW jika dia benar-benar memanfaatkan Ramadhan
dengan melaksanakan amal ibadah baik wajib maupun sunah.
"Barangsiapa yang memperbanyak sholat akan menjadi sebab pembebasan dia dari api neraka.
Barangsiapa memperbanyak sholawat kepada Rasulullah, maka ALLAH akan perberat timbangan amal
ibadahnya di saat timbangan amal menjadi ringan karena kesombongan dan riya di hari kiamat.
Dan, barangsiapa membaca satu ayat Alquran, maka sama dengan mengkhatamkan Alquran di bulan
selain Ramadhan,"
Dalam salah satu khutbahnya di akhir bulan Sya'ban, Rasulullah SAW juga bersabda:
"Adapun dua hal yang kalian akan mendapatkan ridha Tuhan kalian adalah:
Pertama, kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain ALLAH, dan kedua, kalian banyak beristighfar,
memohonkan ampun kepada-Nya.
Sedangkan dua hal yang kalian tidak boleh luput dari keduanya adalah: kalian memohon kepada-Nya
surga juga berlindung dari siksa neraka," (HR. Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya).
Saking besarnya rahmat Allah SWT yang diturunkan selama bulan Ramadhan, Rasulullah SAW pernah
bersabda:
"Seandainya umatku mengetahui tentang apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka berharap
sepanjang tahun itu semuanya bulan Ramadhan,".
Bagaimana tidak?! napas dan detak jantung menjadi tasbih, membaca satu ayat saja mendapat
pahala 30 juz Alquran, dan masih sangat banyak lagi yang lainnya.
Tak hanya langit dan bumi, malaikat yang notabene makhluk ALLAH paling suci pun turut menangisi
kepergian Ramadhan.
"Karena ini dianggap musibah. Sebab, rahmat-rahmat yang biasa didapati makhluk-makhluk Allah di
bulan Ramadhan, tidak lagi akan mereka dapati seiring berakhirnya bulan suci Ramadhan,"
Tidak ada musibah yang lebih besar kecuali habisnya bulan Ramadhan dan ketika langit dan
bumi menangis karena musibah yang menimpa kita maka kita yang lebih berhak menangis karena
habisnya anugerah dan kemuliaan ini. Manfaatkanlah sebaik mungkin SISA-SISA AKHIR
RAMADHAN ini dengan amal ibadah dan Qira’atul Qur’an….
“Siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akherat..”
(HR Muslim).
Saat kita berteman Pastilah suatu saat kita akan melihat aib dan kekurangannya..
Sebaik-baik teman adalah yang menutupi aib saudaranya.
والموت يقطعك عن الدنيا وأهلها، ألن إضاعة الوقت تقطعك عن هللا والدار اآلخرة،إضاعة الوقت أشد من الموت.
"Menyia-nyiakan waktu lebih mengerikan daripada kematian. Sebab, menyia-nyiakan waktu akan
memisahkanmu dari Allah dan negeri akhirat. Sementara itu, kematian hanya akan memisahkanmu dari
dunia dan penghuninya."
“Jika engkau mengaku mencintai seseorang karena Allah, lalu ketika dia melakukan sebuah dosa engkau
tidak marah kepadanya, maka hakekatnya engkau tidak mencintainya karena Allah.”
P. TEMPAT TERBAIK
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
وال تتعين أرض يكون مقام اإلنسان فيها أفضل،أفضل األرض في حق كل إنسان أرض يكون فيها أطوع هلل ورسوله.
“Tempat yang paling utama bagi seseorang adalah tempat yang padanya dia paling bisa menaati Allah
dan Rasul-Nya, dan tidak ada tempat tertentu yang paling utama bagi seseorang.”
Q. JUM’ATAN BERJALAN
Sekira masih terjangkau dan tidak menyulitkan, berusahalah berjalan kaki menuju masjid untuk
jumatan. Dari Aus bin Aus Radhiallahu ‘anhu, berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
من غسل يوم الجمعة واغتسل ثم بكر وابتكر ومشى ولم يركب ودنا من اإلمام فاستمع ولم يلغ كان له بكل خطوة عمل سنة أجر صيامها
وقيامها
“Barangsiapa mandi pada hari Jumat, berangkat lebih awal ke masjid, berjalan kaki dan tidak
berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia),
maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamullail
setahun.” (Shahih, HR. Abu Daud 1077, An-Nasai 1364, Ahmad 15585, Shahih al-Jami’ 6405).
Dalam hal ini, terlepas di kelompok dan bagian mana anda berpendapat, hendaklah lapang dada,
karena masalah ini adalah masalah khilafiyah ijtihadiyah yg mu'tabar, tidak boleh saling menyesatkan,
walaupun tetap kita pilih pendapat yang rojih secara ilmiyyah, lagipula tidak berpuasa arofahpun tidak
berdosa karena puasa arofah sepakat para ulama hukumnya sunnah, hanya saja jika tidak puasa pastinya
rugi kehilangan pahala dan keutamaan, Kami/saya sendiri lebih memilih pendapat yang nomor 2 (dua) ,
karena :
1- Setiap negeri punya mathla' hilal masing masing, maka bisa jadi antara negara Saudi Arabia dan
indonesia kadang terjadi perbedaan ru'yah hilal, bahkan jika mendungpun misalnya sehingga tidak
tampak hilal, maka hal ini dianggap tidak adanya hilal dan wajib menggenapkan bulan sebelumnya
menjadi 30 hari.
2- Ibadah ijtima'iyyah (bersama) semisal puasa, lebaran, dan berkurban itu penetapan waktunya nya
haruslah penguasa dan bukan kelompok apalagi perorangan.
3- Puasa hari arofah tidaklah harus identik dengan bertepatannya dengan peristiwa wukuf di
arofah, karena yang di maksud oleh hadits puasa hari arofah adalah sekedar menunjukan hari yang
ke-9 bulan Dzulhijjah, sebagaimana hari ke-8 dzulhijjah dinamakan hari tarwiyah, hari ke-10
dinamakan hari nahar, hari ke-11 sampai 13 dzulhijjah dinamakan hari tasyriq, hal ini sebagaimana
kebiasaan orang arab menamakan sesuatu waktu kepada peristiwanya
4- Rasulullah ﷺbersabda tentang penentuan awal ramadan:
ُ فَِإ ْن ُغ َّم َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ُدرُوا لَه, َوِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموهُ فََأ ْف ِطرُوا,ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموهُ فَصُو ُموا
“Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika kalian melihatnya lagi, maka berhari rayalah. Jika
hilal tertutup, maka genapkanlah (bulan Sya’ban menjadi 30 hari).” ( HR. Bukhari no. 1906 dan
Muslim no. 1080).
Karena munculnya hilal dinegara- negara itu berbeda- beda waktunya, maka masing negara merujuk
hasil rukyah masing- masing yang berbeda dan itulah perintah Nab ﷺ
5- Sudah terjadi sejak zaman para sahabat perbedaan awal bulan karena perbedaan waktu
terlihatnya hilal, sebagai bukti, dahulu Ummu Fadhl menyuruh Kuraib menemui Muawiyah di
negeri Syam, untuk menyelesaikan urusan. Setelah selesai urusan Kuraib melihat hilal ramadan
malam jumat di negeri Syam, Kemudian setibanya di Madinah, Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma-
bertanya kepada Kuraib“Kapan kamu melihat hilal?”. Kuraib menjawab," malam Jumat.” “Kamu
melihatnya sendiri?”, tanya Ibnu Abbas. “Ya, saya melihatnya dan penduduk negeriku melihatnya.
Mereka puasa dan Muawiyah pun puasa.” Jawab Kuraib. Ibnu Abbas menjelaskan :
“Kalau kami melihatnya malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari
atau kami melihat hilal Syawal.”
Kuraib bertanya lagi, “Mengapa kalian tidak mengikuti rukyah Muawiyah dan puasanya Muawiyah
ldi negeri Syam)?” Jawab Ibnu Abbas :
“Tidak, seperti inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺkepada kami.” (HR. Muslim 1087).
Kisah ini menunjukkan bahwa hilal di negeri kita tidak harus sama dengan hilal Saudi Arabia,
Demikian pula untuk hilal bulan selain ramadan seperti 1dzulhijjah dan lainnya.
6- Sejak dulu dan ini sudah berulang-ulang sekian lama, terjadinya perbedaan tanggal antara satu
negara dengan negara yang lain disebabkan perbedaan waktu munculnya hilal, dan dipastikan berita
wukuf di Arafah tidak akan sampai ke negeri lain kecuali setelah berhari-hari, atau berpekan-pekan,
bahkan berbulan- bulan, karena terkendalanya alat komunikasi yang belum canggih seperti
sekarang, dan Allah maha mengetahui kondisi seperti ini, dan ternyata Allah dan Rasul-Nya tidak
pernah mengoreksi perbedaan tanggal ini karena memang ini tidak perlu disoal, dan syariat dulu
dengan sekarang ini berlaku sama, meskipun sekarang alat komunikasi sudah canggih.
7- Mengikuti hilal lokal, dan kalender negeri masing- masing itu lebih memudahkan kaum muslimin
dalam pelaksanaan ibadah mereka , dan lebih menyatukan umat, apalagi Nabi menganjurkan supaya
masyarakat berpuasa dengan cara bersamaan, tidak berbeda- beda, beliau ﷺbersabda;
“Puasa itu dilakukan pada hari ketika masyarakat berpuasa. Berhari raya (Idul Fitri) dilakukan
ketika masyarakat berhari raya Idul Fitri, dan hari raya Idul Adha itu dilaksanakan ketika
masyarakat berhari raya Idul Adha.” (HR. Tirmidzi no. 697)
8- Sudah dimaklumi bahwa hilal itu bisa berbeda- beda waktu munculnya di negara- negara yang
berbeda, jika puasa arafah harus mengikuti waktu wukuf di arafah, maka tidak berlaku hadits
berikut;
“Jika telah masuk 10 hari pertama dari Dzulhijjah dan salah seorang di antara kalian ingin
berkurban, maka janganlah ia memotong rambut kepala dan rambut badannya (diartikan juga:
kuku) sedikit pun juga.” (HR. Muslim no. 1977)
Karena larangan yang disebut dalam hadits berlaku jika sudah terlihat hilal Dzulhijjah, maka
demikian pula untuk puasa Arafah berpatokan pada hilal lokal yang terlihat dan bukan pada waktu
pelaksanaan wukuf.
Dalam benak kita timbul pertanyaan ketika ada perbedaan penetapan hari Arafah disebabkan
perbedaan mathla’ (tempat terbit) hilal karena pengaruh perbedaan daerah, apakah puasa arafah
mengikuti ru’yah negeri sendiri ataukah mengikuti ru’yah Haramain (dua tanah suci) “Permasalahan ini
adalah turunan dari perbedaan ulama apakah hilal yang tampak itu berlaku untuk seluruh dunia, ataukah
berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah. Maka Pendapat yang jumhur, hilal itu berbeda-beda
mengikuti perbedaan daerah? Puasa Arafah mengikuti penanggalan atau penglihatan hilal di negeri
masing-masing dan tidak harus mengikuti wukuf di Arafah. Begitu pula dalam Idul Adha, sebaiknya
mengikuti negeri masing-masing. Kita harus berlapang dada karena para ulama berselisih dalam
memberikan jawaban masalah ini, berlapang dada itu baik, namun mengikuti keputusan pemerintah itu
lebih baik karena mereka telah menjalankan sunnah Rasul (dalam menentukan masuk awal dan akhir
bulan).
Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, Beliau عليه السالمberdoa kepada Allah ﷻagar dikaruniai
seorang anak, dan doa Beliau عليه السالمdikabulkan Allah ﷻ.
Ada yang mengatakan saat itu usia Ibrahim عليه السالمmencapai 99 tahun.
Dan karena demikian lamanya maka anak itu diberi nama Isma'il عليه السالم, artinya ALLAH ﷻ
TELAH MENDENGAR
Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim عليه السالمberseru:
ALLAH ﷻMENDENGAR DOAKU.
Ketika usia Ismail عليه السالمmenginjak kira² 7 tahun (ada yang berpendapat 13 tahun),
pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim عليه السالمbermimpi ada seruan, Hai
Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).
Pagi harinya, Beliau عليه السالمpun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam.
Apakah mimpi itu dari Allah ﷻatau dari setan?
Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari TARWIYAH (artinya :
BERPIKIR/MERENUNG ).
Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, Beliau عليه السالمbermimpi sama dengan sebelumnya.
Pagi harinya, Beliau عليه السالمtahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah ﷻ.
Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ARAFAH (MENGETAHUI), dan bertepatan pula
waktu itu Beliau عليه السالمsedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, Beliau عليه السالمmimpi lagi dengan mimpi yang serupa.
Maka, keesokan harinya, Beliau عليه السالمbertekad untuk melaksanakan nazarnya itu.
Karena itulah, hari itu disebut denga hari YAUMUN NAHR (HARI MENYEMBELIH KURBAN).
Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim عليه السالمbermimpi untuk yg pertama
kalinya, maka Beliau عليه السالمmemilih domba² gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai
kurban. Tiba² api datang menyantapnya.
Beliau عليه السالمmengira bahwa perintah dalam mimpi sudah terpenuhi.
Untuk mimpi yang kedua kalinya, Beliau عليه السالمmemilih unta² gemuk sejumlah 100 ekor
untuk disembelih sebagai kurban. Tiba² api datang menyantapnya, dan Beliau عليه السالمmengira perintah
dalam mimpinya itu telah terpenuhi.
Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu.
Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail عليه السالمyang melihatnya segera mendekati ayahnya.
Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu...? seru Iblis.
Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun datang menemui ibunya, Hajar ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا
ِ َر.
Mengapa kau hanya duduk² tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih? goda
Iblis.
Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?
jawab Hajar ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا
ِ َر.
Mengapa Ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya? rayu Iblis
lagi.
Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun
siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anakku,
hal itu belum berarti apa²!
jawab Hajar ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا
ِ َرdengan mantap.
Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan
Ismail عليه السالمitu.
Maka, ia pun menghampiri Ismail عليه السالمseraya membujuknya :
Hai Isma’il! Mengapa kau hanya ber-main² dan ber-senang² saja, padahal ayahmu mengajakmu
ketempat ini hanya untuk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,
Demi perintah Allah ! ﷻAku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,
jawab Ismail عليه السالمdengan mantap.
Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata² lain..., mendadak Ismail عليه السالم
memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah
matanya sebelah kiri.
Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa.
Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk MELEMPAR KERIKIL (JUMRAH) dalam
ritual ibadah haji.
Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail عليه السالمberpesan kepada ayahnya ;
Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak ber-gerak² sehingga merepotkan.
Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba.
Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi
pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.
Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya.
Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta
sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata ;
Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah ﷻ
Terakhir, janganlah ayah mengajak anak² lain ke rumah ibu sehingga ibu semakin menambah
belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang
seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah,
sambung Isma'il عليه السالم.
Nabi Ibrahim عليه السالمmelepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu Beliau عليه السالم
hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan
sekuat tenaganya, namun Beliau عليه السالمmasih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya
selalu terpental.
Tak puas dengan kemampuanya, Beliau عليه السالمmenghujamkan pedangnya kearah sebuah batu
dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian.
Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging? gerutu
Beliau عليه السالم.
Atas izin Allah ﷻ, pedang menjawab, Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan
Allah ﷻpenguasa semesta alam berfirman, jangan disembelih
Allah ﷻberfirman ;
Sesungguhnya ini benar² suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.
(QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)
Menurut satu riwayat, bahwa Ismail عليه السالمdiganti dengan seekor domba kibas yang dulu
pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga.
Malaikat Jibril عليه السالمdatang membawa domba kibas itu dan Ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim
عليه السالمmenggoreskan pedangnya ke leher putranya.
Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir ( Allâhu Akbar ) mengagungkan
kebesaran Allah ﷻatas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya.
Melihat itu, malaikai Jibril عليه السالمter-kagum² lantas mengagungkan asma Allah ﷻ,
Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar.
Kemudian bacaan² tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha). (AH)
“Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dia
dan Kabah.” (HR. Ad-Darimi).
Juga dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ور َما بَ ْينَ ْال ُج ُم َعتَ ْي ِن َ ْف فِى يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة َأ
ِ ُّضا َء لَهُ ِمنَ الن ِ ُورةَ ْال َكه
َ َم ْن قَ َرَأ س
“Barangsiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat, dia akan disinari cahaya di antara dua
Jumat.” (HR. Al-Baihaqi dalam Al-Kubra, 3:249).
2. Bersih-bersih diri pada hari Jumat seperti memotong kuku, memotong rambut, dan bersiwak
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Imam Syafii dan para ulama mazhab Syafiiyah
rahimahumullah menegaskan dianjurkannya memotong kuku dan mencukur rambut-rambut di badan
(kumis dan bulu kemaluan) pada hari Jumat.” (Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, 1:287).
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan
padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Al-Baihaqi 3:249 dalam Sunan Al-Kubra. Hadits ini hasan
ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-).
“Di dalamnya terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba yang muslim tepat pada saat itu
berdiri shalat meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah pasti memberikan kepadanya.” Beliau
pun mengisyaratkan dengan tangannya untuk menggambarkan sedikitnya (sebentarnya) waktu
tersebut.” (HR. Bukhari, no. 935 dan Muslim, no. 852).
Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah ba’da ashar di hari Jumat. Sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:
يَوْ ُم ْال ُج ُم َع ِة ْاثنَتَا َع ْش َرةَ َسا َعةً الَ يُو َج ُد فِيهَا َع ْب ٌد ُم ْسلِ ٌم يَ ْسَأ ُل هللاَ َش ْيًئا ِإالَّ آتَاهُ ِإيَّاهُ فَ ْالتَ ِمسُوهَا آ ِخ َر َسا َع ٍة بَ ْع َد ْال َعصْ ِر
“Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak
ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan
permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.” [HR. Abu Dawud]
Iman Ahmad rahimahullah menjelaskan bahwa waktu mustajab itu adalah ba’da ashar, beliau berkata,
ونقله. وتُرجى بعد زوال الشمس، أنها بعد صالة العصر: أكثر األحاديث في الساعة التي تُرجى فيها إجابة الدعوة: قال اإلمام أحمد
عنه الترمذي
“Kebanyakan hadits mengenai waktu yang diharapkan terkabulnya doa adalah ba’da ashar dan
setelah matahari bergeser (waktu shalat jumat).”
U. KEKUASAAN
Kekuasaan menurut ajaran Islam adalah amanah Allah swt, sebagai penjelmaan dari misi
kekhalifahan manusia di muka bumi, dalam rangka mewujudkan kemaslahatan. Kekuasaan tersebut
bersifat :
َاَفَ َح ِس ْبتُ ْم اَنَّ َما َخلَ ْق ٰن ُك ْم َعبَثًا َّواَنَّ ُك ْم اِلَ ْينَا اَل تُرْ َجعُوْ ن
“Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?.” (QS al-Mu'minun (23): 115),
“(Sungguh beruntung pula) orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka.” (QS al-
Mu'minun (23): 8),
“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kemantapan (hidup) di bumi, mereka menegakkan salat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Hanya kepada
Allah kesudahan segala urusan.” (QS al-Hajj (22): 41).
V. DAPATKAN COMBO PAHALA : SENIN + KAMIS + PUASA TASU'A + PUASA ASYURA +
PUASA AYYAMUL BIDH
Bagi yang ingin menjalankan Ibadah Puasa di bulan Muharram. Alhamdulillah umat muslim
dapat mengerjakan dua malah tiga ibadah puasa sunnah sekaligus, yaitu puasa Senin Kamis, puasa
Tasu'a, puasa Asyura dan puasa Ayyamul Bidh.
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika
amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. (HR. Tirmidzi no. 747. Shahih At Targhib
wa At Tarhib no. 1041).
Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan puasa di hari senin dan kamis.” (HR. Turmudzi
745).
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam terbiasa puasa setiap senin dan kamis. Ketika beliau ditanya alasannya, beliau bersabda,
ِ ِإ َّن َأ ْع َما َل ْال ِعبَا ِد تُ ْع َرضُ يَوْ َم ااِل ْثنَي ِْن َويَوْ َم ْال َخ ِم
يس
“Sesungguhnya amal para hamba dilaporkan (kepada Allah) setiap senin dan kamis.” (HR. Abu
Daud 2436).
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan)
Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam.“
(HR Muslim no. 1163).
3. Puasa Tasu'a
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaksanakan puasa Asyura dan beliau perintahkan para sahabat untuk melakukan puasa di hari itu,
ada beberapa sahabat yang melaporkan:
“Jika datang tahun depan, insyaaAllah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram).”
Ibnu Abbas melanjutkan, “Namun belum sampai menjumpai Muharam tahun depan, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.” (HR. Muslim 1916, 1134).
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab,
”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga
ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus
dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162).
“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang
aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan
shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no.
1979)
“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan
15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2425).
Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada
ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh
itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434)
ض ٍر َواَل َسفَ ٍر ِ ِصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل يُ ْف ِط ُر َأيَّا َم ْالب
َ يض فِي َح َ ِ َكانَ َرسُو ُل هَّللا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian
maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai no. 2347)
Pahala tetap mengalir, sekalipun tidak puasa. Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َ ب لَهُ ِم ْث ُل َما َكانَ يَ ْع َم ُل ُمقِي ًما
ص ِحيحًا َ ِ ُكت، ض ْال َع ْب ُد َأوْ َسافَ َر
َ ِإ َذا َم ِر
“Jika seorang hamba itu sakit atau bepergian maka dicatat untuknya (pahala) sebagaimana (pahala)
amalnya yang pernah dia lakukan ketika di rumah atau ketika sehat.” (HR. Bukhari 2996).
وكانت نيته لوال المانع أن يدوم عليها،هذا فيمن كان يعمل طاعة فمنع منها
”Hadis ini bercerita tentang orang yang terbiasa melakukan amal ketaatan kemudian terhalangi (tidak
bisa) mengamalkannya karena udzur, sementara niatnya ingin tetap merutinkan amal tersebut
seandainya tidak ada penghalang.” (Umdatul Qori, 14/247).
Ketika anda memiliki kebiasaan amalan sunah tertentu, baik bentuknya shalat, puasa, atau amal
sunah lainnya, dan anda tidak bisa melakukannya karena udzur sakit atau safar, maka anda akan tetap
mendapatkan pahala dari rutinitas amal sunah yang anda kerjakan.
ِ َوِإ َّن َأ َحبَّ اَأل ْع َم، فَِإ َّن هَّللا َ الَ يَ َملُّ َحتَّى تَ َملُّوا، َيَا َأيُّهَا النَّاسُ ُخ ُذوا ِمنَ اَأل ْع َما ِل َما تُ ِطيقُون
ال ِإلَى هَّللا ِ َما دَا َم َوِإ ْن قَ َّل
“Wahai para manusia, beramal-lah sesuai dengan kemampuan kalian. Karena sesungguhnya Allah tidak
akan bosan sampai kalian bosan. Sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang
paling rutin dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari 5861 ).
W. ANJURAN MEMPERBANYAK SHALAWAT DI HARI DAN MALAM JUM'AT
Amalan yang satu ini juga mungkin banyak dilalaikan oleh kamu muslimin atau mungkin belum
diketahui. Amalan tersebut adalah shalawat kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dianjurkan
memperbanyak membaca shalawat di hari dan malam Jumat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فأكثروا علي من الصالة فيه فإن صالتكم معروضة علي
“Sesungguhnya hari yang paling utama adalah hari Jumat, karena itu perbanyaklah membaca shalawat
untukku. Sesuhngguhnya shalawat kalian ditampakkan kepadaku.”
Sahabat bertanya :
“Bagaimana shalawat kami bisa ditampakkan kepada Anda, sementara Anda sudah menjadi tanah (di
kubur)?.”
Beliau menjawab,
إن هللا تبارك وتعالى حرم على األرض َأ ْن تَْأ ُك َل أجساد األنبياء صلى هللا عليهم
“Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabishallallahu ‘alaihim
wa sallam.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, Ibn Majah, dan dinyatakan shahih Syaikh Al-Albani)
"Perbanyaklah shalawat kepadaku di hari Jum'at dan malam Jum'at, karena siapa yang bershalawat
kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." [HR. Al-Baihaqi dari Anas
bin Malik radhiyallahu'anhu, Ash-Shahihah: 1407]
Hadits di atas menunjukkan anjuran memperbanyak shalawat di hari dan malam Jumat.
Mengenai bilangannya, bacaannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan dalam hadis
tersebut. Dengan demikian, kita amalkan sebagaimana teksnya:
a. Perbanyak shalawat di hari dan malam Jumat tanpa bilangan maksimal, semakin banyak semakin
besar pahalanya
b. Bacaan shalawat sebagaimana shalawat pada umumnya, seperti lafadz:
اللهم صل وسلم على محمد
c. Mencukupkan diri dengan shalawat yang telah diajarkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Janganlah kita mengamalkan shalawat yang sebenarnya tidak ada tuntunan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
d. Tidak perlu ada acara khusus untuk memperbannyak shalawat di hari Jumat.
“Bahwasanya ada beberapa laki-laki di antara manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki dari kalangan jin maka jin-jin itu menjadikan mereka semakin bertambah ketakutannya." (Al-
Jin: 6)
"Dahulu jin takut kepada manusia sebagaimana manusia sekarang takut kepada jin. Mulanya
manusia apabila singgah di suatu tempat maka jin-jin yang menghuni tempat itu pergi menjauhkan
diri. Akan tetapi keadaan berbalik tatkala manusia meminta perlindungan kepada jin saat melintasi suatu
lembah atau menyusuri hutan atau tempat yang mengerikan seraya berkata, "Kami berlindung kepada
tetua jin penunggu lembah ini".
Perlakuan manusia yang merendah seperti itu membuat para jin menjadi sombong dan berani
menakut-nakuti manusia hingga akhirnya manusia dibuat ketakutan kepada mereka."
(Tafsir Ibnu Katsir 4/428)
Dari ayat di atas kita mengambil pelajaran bahwa isti'adzah (meminta perlindungan) kepada para
jin merupakan tradisinya masyarakat jahiliah. Selain itu ada peringatan keras dari meminta bantuan
kepada dukun dan paranormal yang mereka sering mempersembahkan pengagungan berupa sesajian dan
tumbal kepada para jin yang semua itu tergolong kesyirikan dan pelakunya tidak akan diampuni Allah
sampai dirinya bertaubat. Lalu wirid apa yang kita baca apabila kita singgah di suatu tempat?
Rosulullah ﷺmengajarkan,
"A'uudzubikalimaatillaahit taammaat min syarri maa kholaq" (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat
Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya). (HR. Muslim 2708).
“Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (ar-Rahman: 60).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memerintah umatnya agar membalas kebaikan
orang lain, sebagaimana sabdanya,
ُ فَِإنَّهُ ِإ َذا َأ ْثنَى َعلَ ْي ِه فَقَ ْد َش َك َرهُ َوِإ ْن َكتَ َمهُ فَقَ ْد َكفَ َره، فَِإ ْن لَ ْم يَ ِج ْد َما يَجْ ِز ْي ِه فَ ْلي ُْث ِن َعلَ ْي ِه،ف فَ ْليَجْ ِز ِه
ٌ ْصنِ َع ِإلَ ْي ِه َم ْعرُو
ُ َم ْن
“Barang siapa diperlakukan dengan baik (oleh seseorang), hendaklah ia membalasnya. Apabila dia tidak
mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah ia memujinya. Jika ia memujinya, ia telah
berterima kasih kepadanya. Namun, jika ia menyembunyikannya (tidak berterima kasih ataupun
memujinya), berarti ia telah mengingkari (kebaikan)nya.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad.
Lihat Shahih al-Adab al-Mufrad, no. 157)
Pada umumnya, seseorang akan merasa berat hati untuk mengeluarkan tenaga, harta, waktu, dan
yang semisalnya jika ia tidak mendapatkan imbalan. Oleh karena itu, barang siapa rela mencurahkan
semua itu dengan hati yang tulus, ia berhak dibalas kebaikannya dan disyukuri pemberiannya.
Apabila kita saja diperintahkan untuk berbuat baik dan memaafkan orang yang telah berbuat
jahat kepada kita, tentu balasan bagi orang yang telah berbuat baik kepada kita hanyalah kebaikan. Perlu
diketahui juga, dalam Islam, kedudukan orang yang memberi itu lebih baik daripada orang yang
menerima. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
‘Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima pemberian).” (HR.
al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, hendaklah kita menjadi umat yang lebih suka memberi daripada banyak
menerima. Jika kita menerima pemberian, berbalas budilah. Sebab, itulah yang dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Aisyah radhiallahu anha berkata, Dahulu, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam biasa menerima hadiah (pemberian selain shadaqah) dan membalasnya.” (Shahih al-
Bukhari, no. 2585)
Berbalas budi di samping merupakan perangai yang dicintai oleh Islam dan terpuji di tengah
masyarakat adalah salah satu cara untuk mencegah timbulnya keinginan untuk mengungkit pemberian,
yang justru bisa membatalkan amalan pemberiannya.
Dahulu, orang-orang Muhajirin mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam sembari berkata,
Wahai Rasulullah, orang-orang Anshar telah pergi membawa seluruh pahala. Kami tidak pernah melihat
suatu kaum yang paling banyak pemberiannya dan paling bagus bantuannya pada saat kekurangan,
selain mereka. Mereka juga telah mencukupi kebutuhan kita.”
Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Bukankah kalian telah memuji dan mendoakan mereka?
Para Muhajirin menjawab, “Ya.”
Nabi bersabda, “Itu dibalas dengan itu.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasai. Lihat Shahih at-Targhib, no.
963)
Maksudnya, selagi orang-orang Muhajirin memuji orang-orang Anshar karena kebaikan mereka,
para Muhajirin sudah dianggap telah membalas kebaikan mereka. Di antara bentuk pujian yang paling
bagus untuk orang yang berbuat baik adalah ucapan,
َجزاكَ هللاُ خَ ْيرًا
ك هللاُ خَ ْيرًا؛ فَقَ ْد َأ ْبلَ َغ فِى الثَّنَا ِء ٌ ْصنِ َع ِإلَ ْي ِه َم ْعرُو
َ َج َزا:ف فَقَا َل لِفَا ِعلِ ِه ُ َم ْن
“Barang siapa diperlakukan dengan baik lalu ia mengatakan kepada pelakunya, ‘Semoga Allah
membalasmu dengan kebaikan’, dia benar-benar telah menyanjungnya.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi, no.
2035; cet. al-Ma’arif)
“Seseorang belumlah dianggap bersyukur kepada Allah jika ia tidak tidak berterima kasih kepada
manusia.” (HR. al-Bukhari, dalam al-Adab al-Mufrad, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu; dan
Abu Dawud dalam Sunan-nya)
“Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (an-Nahl: 18)
ORANG-ORANG YANG HARUS DISYUKURI PEMBERIANNYA
Di antara manusia yang wajib disyukuri kebaikannya adalah kedua orang tua. Hal ini
sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala,
ۡ َأ ِن
َ ٱش ُك ۡر لِي َولِ ٰ َولِد َۡي
ك
Kedua orang tua telah mengorbankan semua yang mereka miliki demi kebaikan anaknya.
Mereka siap menanggung derita karena ada seribu asa untuk buah hatinya. Oleh karena itu, sebaik apa
pun seorang anak melayani kedua orang tuanya, ia belum teranggap telah membalas kebaikan mereka;
kecuali apabila keduanya tertawan atau diperbudak, lalu sang anak memerdekakannya.
Hak kedua orang tua sangatlah besar sehingga sangat besar pula dosa yang ditanggung oleh
seseorang yang mendurhakai keduanya. Demikian pula, kewajiban seorang istri untuk berterima kasih
kepada suaminya sangatlah besar. Seorang suami telah bersusah-payah mencarikan nafkah serta
mencukupi kebutuhan anak dan istrinya. Oleh karena itu, seorang istri hendaklah pandai-pandai
berterima kasih atas kebaikan suaminya. Jika tidak, dia akan diancam dengan api neraka.
Dahulu, ketika sedang melakukan shalat gerhana, diperlihatkan surga dan neraka kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Diperlihatkan kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam api
neraka yang ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Beliau shallallahu alaihi wa sallam
menyebutkan bahwa sebabnya adalah mereka banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suaminya.
(Lihat Shahih Muslim, no. 907)
“Wahai para wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah istigfar (meminta ampunan kepada Allah). Sebab,
aku melihat kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”
Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan wasiat tersebut, ada seorang wanita
yang bertanya, Mengapa kami (para wanita) bisa menjadi mayoritas penghuni neraka?
Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Karena kalian sering melaknat dan mengingkari
(kebaikan) suami.” (Mukhtashar Shahih Muslim, no. 524)
Apabila seorang istri disyariatkan untuk mengingat kebaikan suaminya, demikian pula seorang
suami; hendaklah ia juga sering mengingat kebaikan istrinya. Dahulu, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam senantiasa mengingat-ingat jasa dan perjuangan istrinya tercinta, Khadijah bintu Khuwailid
radhiallahu anha. Hal ini seperti yang disebutkan oleh Aisyah radhiallahu anha,
Aku belum pernah merasa cemburu terhadap istri-istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam seperti
kecemburuanku terhadap Khadijah radhiallahu anha, padahal aku belum pernah melihatnya. Akan tetapi,
Nabi shallallahu alaihi wa sallam sering menyebutnya. Terkadang, beliau shallallahu alaihi wa sallam
menyembelih seekor kambing lalu memotongnya untuk kemudian dikirimkan (potongan daging
tersebut) kepada teman-teman Khadijah.
Terkadang aku berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ‘Seolah-olah tidak ada wanita
lain di dunia ini selain Khadijah!’
Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu bersabda, ‘Sesungguhnya Khadijah dahulu begini dan begitu
(beliau menyebut kebaikannya dan memujinya). Saya juga mempunyai anak darinya.’” (HR. al-Bukhari
dan Muslim)
Dalam hadits ini, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengingat-ingat kebaikan istri beliau
shallallahu alaihi wa sallam yang pertama, yang memiliki setumpuk kebaikan, Khadijah. Ia termasuk
orang yang pertama masuk Islam, membantu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan hartanya, dan
menyemangati Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk senantiasa tegar menghadapi setiap masalah.
Oleh karena itu, hendaklah seorang muslim selalu menjaga kebaikan istrinya, temannya, dan kawan
sepergaulannya dengan mengingat-ingat kebaikan mereka dan memujinya.
Ada contoh lain dari praktik salaf umat ini dalam membalas kebaikan orang lain. Sahabat Jarir
bin Abdillah al-Bajali radhiallahu anhu sangat kagum dengan pengorbanan orang-orang Anshar. Oleh
karena itu, ketika melakukan perjalanan dengan sahabat Anas bin Malik radhiallahu anhu yang termasuk
orang Anshar, sahabat Jarir radhiallahu anhu memberikan pelayanan dan penghormatan kepada Anas
radhiallahu anhu, padahal Jarir radhiallahu anhu lebih tua darinya.
Anas menegur Jarir supaya tidak memperlakukan dirinya dengan perlakuan yang istimewa.
Namun, Jarir radhiallahu anhu beralasan bahwa orang-orang Anshar telah banyak berbuat baik kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sehingga ia (Jarir) bersumpah akan memberikan pelayanan dan
pernghormatan kepada orang-orang Anshar. (Lihat Shahih Muslim, no. 2513).
“Sesungguhnya Allah ridho kepada hamba yang apabila ia makan atau minum ia memuji Allah..” (HR
Muslim).
Karena hamba yang paling utama kelak pada hari kiamat adalah yang paling banyak memuji Allah
Ta’ala. Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
َ ْال َح َّما ُدون، يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة-تَبَا َركَ َوتَ َعالَى- ِض َل ِعبَا ِد هللا
َ ِإ َّن َأ ْف
“Sesungguhnya hamba Allah yang paling utama pada hari kiamat adalah orang orang yang banyak
memuji Allah..” (Shahih Jami no 1571).
andai seseorang mengetahui fadhilah yang terdapat pada shalat 'isya dan shubuh (berjamaah), tentu
mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir, pada waktu hari tertentu
dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun. Pandangan-pandangan mereka menatap (ke langit),
menanti pengadilan Allah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dan ath-Thabrani. Hadits ini dinilai
shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib, no.3591).
1. Syafaat Al-Kubra
Kaum muslimin rahimakumullah, peristiwa di Padang Mahsyar sangatlah dahsyat. Di hari itu,
Allah Ta’ala mengumpulkan seluruh makhluk-Nya, yang pertama sampai terakhir di satu tanah luas
yang datar. Matahari didekatkan dengan jarak satu mil sehingga manusia benar-benar mengalami
kesusahan dan kesedihan.
Ketika kesusahan yang mereka rasakan semakin memuncak, akhirnya mereka mencari orang
yang dapat memberikan syafa’at, agar Allah Ta’ala segera mempercepat keputusan-Nya. Mereka
pun akhirnya berusaha mendatangi Nabi Adam, kemudian Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa bin Maryam
untuk meminta syafa’at darinya, namun mereka semua menolaknya. Pada akhirnya mereka datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk meminta syafaat dari beliau. Dengan izin
Allah Ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan syafaat kepada umat manusia,
agar mereka diberi keputusan. (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4712 dan Muslim,
no. 194 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
2. Yaumul Hisab
Yaumul hisab atau hari perhitungan amal adalah hari dimana Allah memperlihatkan kepada
hamba-hamba-Nya tentang amal mereka. Allah Ta’ala berfirman:
)26( ) ثُ َّم ِإ َّن َعلَ ْينَا ِح َسابَهُ ْم25( ِإ َّن ِإلَ ْينَا ِإيَابَهُ ْم
“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kami-lah
membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25 – 26).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di dalam sholat dengan mengucapkan:
“Allohumma haasibni hisaaban yasiiro (Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah).”
Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya tentang apa itu hisab yang mudah? Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Allah memperlihatkan kitab (hamba)-Nya kemudian Allah
memaafkannya begitu saja. Barangsiapa yang dipersulit hisabnya, niscaya ia akan binasa.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad, VI/48, 185, al-Hakim, I/255, dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitaabus
Sunnah, no. 885. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi).
“Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (QS. At-Takwir: 5), yakni dikumpulkan di hari
Kiamat untuk diadili.
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat-umat (juga) sepertimu. Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam
Al-Kitab kemudian kepada Rabb-lah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’aam: 38).
Hisabnya hewan ini disaksikan oleh para Malaikat, orang-orang yang beriman dan juga orang-
kafir. Kemudian binatang-binatang itu diadili, sehingga binatang yang tidak bertanduk akan
menuntut balas terhadap binatang bertanduk yang telah menanduknya di dunia. Setelah binatang
tersebut diqishosh, Setelah binatang diadili, Allah Ta’ala berfirman: “Jadilah tanah!” Maka
binatang-binatang itu berubah menjadi tanah. Tatkala melihat hewan itu diubah menjadi tanah,
orang-orang kafir itu mengatakan, “Alangkah baiknya jika aku menjadi tanah.” Inilah salah satu
makna firman Allah Ta’ala:
“Dan orang kafir itu berkata, Alangkah baiknya sekiranya aku menjadi tanah saja.” (QS. An-Naba:
40).
3. Hisabnya Seorang Mukmin, Kafir dan Munafiq
Sesungguhnya Allah mengadili hamba-Nya yang mukmin seorang diri pada hari Kiamat, tidak
seorang pun yang melihatnya dan tidak seorang pun yang mendengarnya. Allah Ta’ala benar-benar
menutupi aibnya sehingga tidak seorang pun yang mengetahuinya. Allah menunjukkan kesalahan-
kesalahannya dan berkata kepadanya: Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengakui
dosa ini?” Maka dia menjawab, Ya wahai Rabb-ku, aku mengetahuinya.” Tiap kali ditunjukkan
dosa-dosanya, ia terus mengakuinya sampai-sampai ia merasa pasti binasa. Lalu Allah Ta’ala
berfirman kepadanya:
“Sesungguhnya Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia, dan sekarang Aku mengampuni dosa-
dosamu.” Kemudian diberikan kepadanya catatan amal kebaikannya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan
oleh al-Bukhari, VIII/353 –Fat-h, dan Muslim, no. 2768)
Kaum muslimin rahimakumullah, ini adalah karunia besar yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan
kepada seorang mukmin. Allah Ta’ala menutupi aib seorang mukmin dan tidak membongkarnya di
depan umum. Alhamdulillah, Allah Ta’ala telah menutupi dosa-dosa kita yang begitu banyaknya. Oleh
karena itu, kita harus banyak bertaubat kepada-Nya dan memohon ampun kepada-Nya dari segala dosa.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa tersebut.
Adapun orang-orang kafir dan munafiq, mereka akan dipanggil di hadapan seluruh makhluk. Para saksi
akan menyeru mereka di hadapan seluruh makhluk:
)18( َهَُؤآل ِء الَّ ِذ ْينَ َك َذبُوْ ا َعلَى َربِّ ِه ْم َأالَ لَ ْعنَةُ هللاِ َعلَى الظَّالِ ِم ْين
“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan)
atas orang-orang yang zholim.” (QS. Huud: 18)
“Masuklah kamu sekalian ke dalam Neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu
sebelum kamu.” (QS. Al-A’raaf: 38)
Demikian pula sebaliknya, bangsa jin yang beriman juga akan masuk ke dalam Surga dan
merasakan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya.
Catatan : Ada perbedaan pendapat di antara para ulama, apakah jin yang sholih juga masuk Surga.
Semoga pembahasan tentang yaumul hisab ini bisa membuat iman kita semakin bertambah dan semoga
kita senantiasa bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena yaumul hisab ini sesuatu yang
harus kita imani.
"Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (yakni berusia tua renta), kecuali
orang-orang yang beriman." (QS. At-Tin: 5).
Dia berkata,
"Mereka itu (orang-orang yang beriman) adalah orang-orang yang membaca Al-Qur'an."
"Sesungguhnya di tengah- tengah kalian ada seorang lelaki giginya di dalam neraka *lebih besar
daripada
1. Gunung Uhud
Ini adalah berita dari Rasul ﷺbahwa salah seorang dari mereka akan menjadi penghuni
Neraka. Berjalannya waktu, satu demi satu para shahabat tersebut wafat di atas kebaikan, di atas
Islam dan Iman. Dan tidak tersisa kecuali Abu Hurairah dan seorang lelaki dari Bani Hanifah,
bernama Arrijal bin Anfawah. Dia termasuk orang yg datang bertemu dengan Rasulullah ﷺ
bersama rombongan Bani Hanifah. Jumlah mereka 13 an orang, seluruhnya masuk islam.
Kemudin setelah itu Arrijal bin Anfawah terus menerus bersama Nabi ﷺ, dia mengambil ilmu
darinya, menghafal Al-qur'an dan Ahkam dan bersungguh- sungguh dalam ibadah
Berkata Rofi' bin Khadiij : " terdapat pada Arrijal kekhusyukan, ketekunan dalam membaca
Qur'an dan kebaikan yg menakjubkan"
Maka ketika Arrijal melihat kenikmatan yang ada pada Musailamah sedangkan dia orang
miskin, diapun menjadi lemah dan melupakan keimanannya, puasanya dan zuhudnya. Akhirnya
diapun keluar kepada orang orang yang mengenalinya sebagai seorang shahabat Nabi. dia bersaksi
bahwasanya di telah mendengar Nabi ﷺmengatakan : sesungguhnya dia telah menjadikan
Musailamah serikatnya dalam kenabian.
Maka dengan itu fitnahnnya Arrijal lebih besar daripada fitnahnnya Musailamah Al
Kadzdzab sehingga dengn sebab itu banyak orang yang tersesat dan menjadi pengikut Musailamah
hingga pasukannya mencapai lebih dari 40 ribu pasukan. Kemudian Abu Bakar ُضي هَّللا ُ َع ْنه
ِ َر
menyiapkan pasukan untuk memerangi Musailamah, namun mereka kalah di awal peperangan.
Maka Abu Bakar ُضي هَّللا ُ َع ْنه
ِ َرmengirim tambahan pasukan dan menunjuk Khalid bin Walid
(pedang Allah) sebagai panglimanya. Kemudian terjadilah perang yang sangat sengit dn dahsyat
hingga pasukan Musailmah tekalahkan dan Musailmah terbunuh di tangan Wahsyi (pembunuh
Hamzah paman Rasul) dan terbunuh pula Arrijal bersama pengikut Musailamah yg lainnya,
diapun mati dalam keadaan tercela dan hina di atas kekufuran.
a. Arrijal bin Anfawah hidup bersama Nabi tekun beribadah dan membaca Qur'an lagi zuhud.
Akan tetapi hidupnya berakhir dengan keburukan. dia tersesat dan menyesatkan dan mati di
atas kekufuran.
b. Sedangkan Wwahsyi bin Harrb yang telah membunuh Hamzah (singa Allah) mendapatkan
hidayah Allah Ta'ala, hidupnya berakhir dengan kebaikan dan menjadi salah seorang
mujahidin terbaik.
Saudara² ku :
Janganlah engkau tertipu dengan ibadahmu, dengan shalatmu, dengan puasamu, dengan
zakatmu, dengan shadaqahmu. Berdo'alah kepada Allah agar DIA memberikan ke-Istiqomahan
kepadamu dan mengakhiri kehidupanmu dengan kebaikan. Dan janganlah engkau mencemo'oh
seorangpun dengan dosanya. Berdoalah agar Allah menjadikannya bertobat. Janganlah engkau
mencibir saudara muslimmu karena dosanya sehingga Allah menyadarkannnya sedangkan dosa itu
menimpamu. Dan engkau tidak tau apa yg tercatat di lLauhul Mahfudz tentang nasibmu. Yang
menjadi barometer adalah akhir hidup seseorang.
“Rabb kami -Tabaroka wa Ta’ala- akan turun setiap malamnya ke langit dunia ketika tersisa sepertiga
malam terakhir. Lalu Allah berfirman, “Siapa yang memanjatkan do’a pada-Ku, maka Aku akan
mengabulkannya. Siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang
meminta ampun pada-Ku, Aku akan memberikan ampunan untuknya”.
(HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758, dari Abu Hurairah).
Aisyah pernah ditanyakan mengenai shalat malam yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. ‘Aisyah menjawab :
ضَأ َو َخ َر َج
َّ َوِإالَّ تَ َو، اجةٌ ا ْغتَ َس َل َ َ فَِإ َذا َأ َّذنَ ْال ُمَؤ ِّذنُ َوث، اش ِه
َ فَِإ ْن َكانَ بِ ِه َح، ب ِ صلِّى ثُ َّم يَرْ ِج ُع ِإلَى فِ َر ِ َكانَ يَنَا ُم َأ َّولَهُ َويَقُو ُم
َ ُ فَي، ُآخ َره
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidur di awal malam, lalu beliau bangun di akhir malam.
Kemudian beliau melaksanakan shalat, lalu beliau kembali lagi ke tempat tidurnya. Jika terdengar
suara muadzin, barulah beliau bangun kembali. Jika memiliki hajat, beliau mandi. Dan jika tidak,
beliau berwudhu lalu segera keluar (ke masjid).” (HR. Bukhari no. 1146, dari ‘Aisyah).
1. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خيركم من تعلم القرآن وعلمه
5027 صحيح البخاري
"Sebaik-baik Kalian Adalah Orang Yang Mempelajari Al Qur'an Dan MengajarkanNya." (HR
Bukhari 5027 ).
2. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خياركم أحاسنكم أخالقا
6035صحيح البخاري
"Sebaik-baik Kalian Adalah Orang Yang Paling Baik AkhlakNya " (HR. Bukhari 6035).
3. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خيركم أحسنكم قضاء
أي عند رد القرض.
2305 صحيح البخاري رقم
"Sebaik-baik Kalian Adalah Orang Yang Paling Baik Dalam Membayar (Mengembalikan Hutang)
(HR. Bukhari 2305).
4. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خيركم من يُرجى خيره ويُؤ ٓمن شره
2263 / صحيح الترمذي
"Sebaik-baik Kalian Adalah Orang Yang Paling Boleh Diharapkan KebaikanNya Dan Aman Dari
KeburukanNya " (HR. Tirmidzi 2263).
5. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خيركم خيركم ألهله
4177 / صحيح ابن حبان
"Sebaik-baik Kalian Adalah Orang Yang Paling Baik Terhadap Ahli KeluargaNya" (HR. Ibnu
Hibban : 4177)
6. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خيركم من أطعم الطعام ور َّد السالم
3318 / صحيح الجامع
"Sebaik-baik Kalian Adalah Orang Yang Memberi Makan (Kepada Orang Lain) Dan Menjawab
Salam." (Shahih Al Jami' 3318).
7. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خياركم ألينُكم مناكب في الصالة
234/1 الترغيب والترهيب
يفسح لمن يدخل الصف في الصالة: أي.
"Sebaik-baik Kalian Adalah Orang Yang Paling Baik Dalam Meluaskan Tempat ( Bagi Orang
Masuk Dalam Saf) Dalam Sholat." (Targhib Wa Tarhib 1/234).
8. Rasulullah ﷺBersabda:
( ) خير الناس من طال عمره وحسن عمله
3297 صحيح الجامع
"Sebaik-baik Manusia Adalah Orang Yang Panjang UmurNya Dan Baik Amal PerbuatanNya."
(Shahih Al Jami' 3297).
9. Rasulullah ﷺbersabda:
( ) خير الناس أنفعهم للناس
3289 صحيح الجامع
"Sebaik-baik Manusia Adalah Orang Yang Paling Bermanfaat Bagi Orang Lain."
(Shahih Al Jami' 3289).
"Sebaik-baik Sahabat Di Sisi Allah Adalah Orang Yang Paling Baik Terhadap SahabatNya.
Sebaik-baik Tetangga Di Sisi Allah Adalah Orang Yang Paling Baik Terhadap TetanggaNya"
(Shahih Adabul Mufrod : 84).
“Malaikat mendo’akan salah seorang dari kalian, selama ia tetap di tempat sholatnya, dan tidak
berhadats. Mereka mendo’akan, ‘Ya Allah ampunilah ia.. Ya Allah, rahmatilah ia..”
[ HR. Bukhori no. 445 ]
“Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang
mengamalkannya.” [HR. Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshori radhiyallaahu’anhu].
HH. SALAH JALAN KARENA TAK MEMOHON HIDAYAH
Tak ada sosok yang paling berilmu, paling bertakwa, paling mendapat petunjuk, melebihi
Rosulullah ﷺ. Kendati demikian, beliau selalu berdoa :
اللَّهُ َّم ِإنِي َأ ْسَألُكَ الهُدَى َوالتُّقَى َوالعفَافَ والغنَى
(Alloohumma inni as'alukal huda wat tuqo wal 'afaaf wal ghina)
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu hidayah tawfiq, ketakwaan, keterjagaan, dan
hati yang kaya." (HR. Muslim 2721).
“Hidayah yaitu petunjuk berupa ilmu dan tawfiq. Rosulullah ﷺmemohon kepada Allah agar
ditambahkan ilmunya serta tawfiq yaitu petunjuk untuk mengamalkannya. Hakikat takwa
sebagaimana yang dikatakan Tholq bin Habib (ulama generasi tabiin) yaitu amalan ketaatan kepada
Allah di atas cahaya Allah dan mengharap pahala Allah, serta meninggalkan kedurhakaan kepada
Allah di atas cahaya Allah dan takut dari azab Allah. Keterjagaan yaitu dari segala perkara yang
tidak diizinkan oleh syariat dan menahan diri darinya.” (Syarh Shohih Muslim 17/63)
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (H.R.
Tirmidzi no. 3522)
Kedua
َ ِف قُلُوبَنَا َعلَى طَا َعت
ك ْ ص ِّر ِ صرِّفَ ْالقُلُو
َ ،ب َ اَللَّهُ َّم ُم
“Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah
kepada-Mu.” (H.R. Muslim no. 2654)
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Ali Imran: 8)
Selama hayat masih dikandung badan setiap kita butuh kepada hidayah Allah dan tawfiq-
Nya. Tidak ada yang dapat menjamin dirinya istiqomah di atas ilmu dan takwa. Maka jangan
sekali-kali merasa aman sehingga meninggalkan doa memohon kepada Allah agar diberikan
petunjuk kepada jalan yang diridhoi-Nya.
Manusia adalah makhluk yg serba lemah. Sungguh sangat tidak pantas bila ada orang yg
menyombongkan diri tidak butuh dengan pertolongan Allah. Berserah diri kepada Allah baik dalam
keadaan lapang maupun sempit merupakan jalan menuju keselamatan.
‘Kepada Allah-lah kalian bertawakal jika kalian benar-² orang yg beriman’.” (al-Ma’idah: 23)
Rasakan dengan MATA HATI sesuai hadis riwayat Al Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu
bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka
akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya.
Segumpal daging itu bernama Qulbu (Hati).” (HR Bukhari dan Muslim).
“Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan
kepadanya.” (Ath-Thalaq: 3).
“Kepada Allah-lah kalian bertawakal (menyerahkan diri) jika kalian benar-² orang yg beriman.”
(al-Ma’idah: 23).
9. Selalu GUNAKAN HATI Dalam kehidupan ini :
a. Karena HATI Memancarkan CINTA KASIH, maka kita akan DiSAYANGI
b. Apabila BERMURAH HATI, maka kitapun akan MURAH REJEKI
c. Berperilaku WELAS ASIH, maka dimanapun kita akan TERLINDUNGI
10. Al Ra’fah Wa Al Rahmah (rasa santun & kasih sayang) : Allah Ta'ala berfirman :
“…dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-² yg mengikutinya…” (QS
Al Hadid ; 27).
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah niscaya Allah akan member petunjuk kepada hatinya,
Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu” (QS Al Thaghabun ; 11)
HIDUP ini SINGKAT Jangan digunakan untuk Berdebat dan menyebar kebencian, hati² dengan
riak yg terselubung dengan dunia. Lebih baik jaga Martabat. Agar Hidup menjadi Berkah. Insyaallah
Aamiin Allahuma Aamiin.
Urwah berkata : Tsuwaibah adalah bekas budak Abu Lahab. Waktu itu, Abu Lahab membebaskannya,
lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi محمدsaw. Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun diperlihatkan
kepada sebagian keluarganya di alam mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan.
Sang kerabat berkata padanya : Apa yang telah kamu dapatkan? Abu Lahab berkata : Setelah kalian,
aku belum pernah mendapati sesuatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran memerdekakan
Tsuwaibah.
(H. R. Bukhari no. 5101)
ٍ ب قَا َل لِ ْل َعبَّا
س ٍ َ َوفِ ْي ِه َأ َّن َأبَا لَه.ب بَ ْع َد َو ْق َع ِة بَ ْد ٍر
ٍ َك بَ ْع َد َسنَ ٍة ِم ْن َوفَا ِة َأبِ ْي لَهَ ِ َو َكانَ َذل. ُ َأ َّن الرَّاِئي لَهُ هُ َو َأ ُخوْ هُ ْال َعبَّاس: َُو َذ َك َر ال ُّسهَ ْيلِ َي َو َغ ْي ُره
َك لِ َذلِك َ د ا ْب ِن َأ ِخ ْي ِه ُم َح َّم ٍد ْب ِن َع ْب ِد هللاِ َأ ْعتَقَهَا ِم ْن َسا َعتِ ِه فَجُوْ ِزÙِ قَالُوْ ا اِل َنَّهُ ل َما َّ بَ َّش َر ْتهُ ثُ َو ْيبَةُ بِ ِم ْياَل.ي فِي ِم ْث ِل يَوْ ِم ااْل ِ ْثنَ ْي ِن
َ ِي بِ َذل َّ َِإنَّهُ لَيُ َخفِّفُ َعل.
Suhaili dan para ulama lainnya menyebutkan bahwa anggota keluarga yang bermimpi melihat Abu
Lahab adalah Abbas, saudara Abu Lahab. Mimpi itu terjadi setahun setelah kematian Abu Lahab, yaitu
setelah perang Badar. Dalam mimpi tersebut Abu Lahab berkata kepada Abbas : Sesungguhnya pada
hari Senin aku mendapat keringanan. Para ulama menyebutkan bahwa ketika Tsuwaibah
menyampaikan kepada Abu Lahab berita kelahiran keponakannya, yaitu Muhammad bin Abdullah,
Abu Lahab langsung memerdekannya. kebaikannya ini dibalas dengan keringanan (siksa/diberi
minum) tersebut.
(Kitab Al-Bidayah wan Nihayah, Juz II, halaman 332)
Menurut keterangan di atas, seorang yang kafir (Abu Lahab) yang sangat gigih menentang Rasulullah
محمدsaw, bahkan selagi masih hidup هللاtelah menyebutkannya sebagai penghuni Neraka dan ini
diabadikan dalam surat Al-Lahab, di tengah-tengah siksaan yang pedih, maka setiap hari Senin ia
mendapat minuman yang keluar dari sela-sela ibu jari tangannya karena senang dengan kelahiran
Rasulullah محمدsaw . Nah bagaimana dengan kita (orang mukmin)? tentunya jauh lebih mendapatkan
kenikmatan dari هللاlantaran senang dengan kelahiran Rasulullah محمدsaw.