1. Ayat tentang Allah Swt. Menciptakan segala sesuatu di alam ini sebagai sumber
kehidupan.
Al-Baqarah Ayat 22 :
ض فِ َرا ًشا َّوال َّس َم ۤا َء بِنَ ۤا ًء ۖ َّواَ ْن َز َل َ ْالَّ ِذيْ َج َع َل لَ ُك ُم ااْل َر
ت ِر ْزقًا لَّ ُك ْم ۚ فَاَل ِ ِم َن ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ًء فَا َ ْخ َر َج ِب ٖه ِم َن الثَّ َم ٰر
تَجْ َعلُ ْوا هّٰلِل ِ اَ ْن َدا ًدا َّواَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن
Artinya : “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan
langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu
Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena
itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal
kamu mengetahui.”
Al-Baqarah Ayat 29 :
Artinya : “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi
untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya
menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Penjelasan : Surat Al-Baqarah ayat 29 menunjukkan bahwa Zat yang kuasa
melakukan penciptaan dengan susunan yang istimewa dan format yang teratur
rapi adalah Zat yang maha tahu karena kesempurnaan perbuatan, putusan, dan
penciptaan langit dan bumi dengan bentuk terbaik dan paling bermanfaat
hanya akan muncul dari Zat yang maha tahu, bijak, dan penyayang.
ْاَلَّ ِذي َْن يَْأ ُكلُ ْو َن الرِّ ٰبوا اَل يَقُ ْو ُم ْو َن اِاَّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّ ِذي
ك بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ۗ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰط ُن ِم َن ْال َم
َ ِسِّ ٰذل
وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه ۗ وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر ٰبۘ ِم ْث ُل ال ِّر ٰب
ۗ ِ ف َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا َ ۗ ََم ْو ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنتَ ٰهى فَلَ ٗه َما َسل
ٰ ٰۤ ُ
ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا خلِ ُد ْو َن َّ
ِ ك اصْ ٰحبُ الن َ َ َو َم ْن َعا َد فَاول ِٕى
Artinya : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
ِ َٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب
اط ِل آِاَّل
ۗ اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ٍ اَ ْن تَ ُك ْو َن تِ َجا َرةً َع ْن تَ َر
َ اِ َّن هّٰللا َ َك
ان بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.”
Penjelasan : Dan jika orang yang berutang itu dalam kesulitan untuk
melunasi, atau bila dia membayar utangnya akan terjerumus dalam kesulitan,
maka berilah dia tenggang waktu untuk melunasinya sampai dia memperoleh
kelapangan. Jangan menagihnya jika kamu tahu dia dalam kesulitan, apalagi
dengan memaksanya untuk membayar. Dan jika kamu menyedekahkan
sebagian atau seluruh utang tersebut, itu lebih baik bagimu, dan bergegaslah
meringankan yang berutang atau membebaskannya dari utang jika kamu
mengetahui betapa besar balasannya di sisi Allah. Ayat ini merupakan lanjutan
ayat sebelumnya. Ayat yang lalu memerintahkan agar orang yang beriman
menghentikan perbuatan riba setelah turun ayat di atas. Para pemberi utang
menerima kembali pokok yang dipinjamkannya. Maka ayat ini menerangkan:
Jika pihak yang berutang itu dalam kesukaran berilah dia tempo, hingga dia
sanggup membayar utangnya. Sebaliknya bila yang berutang dalam keadaan
lapang, dia wajib segera membayar utangnya.
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَ َدايَ ْنتُ ْم ِب َدي ٍْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ًّمى
ب َكاتِبٌ اَ ْن َ فَا ْكتُب ُْو ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ ِب ْال َع ْد ۖ ِل َواَل يَْأ
ُّ ب َك َما َعلَّ َمهُ هّٰللا ُ فَ ْليَ ْكتُ ۚبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح
ق َ ُيَّ ْكت
ْان الَّ ِذي َ ق هّٰللا َ َرب َّٗه َواَل يَ ْبخَسْ ِم ْنهُ َش ْيـ ًۗٔا فَاِ ْن َك ِ ََّو ْليَت
ض ِع ْيفًا اَ ْو اَل يَ ْستَ ِط ْي ُع اَ ْن ُّي ِم َّل َ ق َسفِ ْيهًا اَ ْو ُّ َعلَ ْي ِه ْال َح
هُ َو فَ ْليُ ْملِلْ َولِي ُّٗه ِب ْال َع ْد ۗ ِل َوا ْستَ ْش ِه ُد ْوا َش ِه ْي َدي ِْن ِم ْن
ِّر َجالِ ُك ۚ ْم فَاِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َّوا ْم َراَ ٰت ِن ِم َّم ْن
ض َّل اِحْ ٰدىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر ِ َض ْو َن ِم َن ال ُّشهَ ۤ َدا ِء اَ ْن ت َ ْتَر
ب ال ُّشهَ ۤ َدا ُء اِ َذا َما ُد ُع ْوا ۗ َواَل َ اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل يَْأ
ص ِغ ْيرًا اَ ْو َكبِ ْيرًا اِ ٰلٓى اَ َجلِ ٖ ۗه ٰذلِ ُك ْم َ ُتَ ْسـَٔ ُم ْٓوا اَ ْن تَ ْكتُب ُْوه
اَ ْق َسطُ ِع ْن َد هّٰللا ِ َواَ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َواَ ْد ٰن ٓى اَاَّل تَرْ تَاب ُْٓوا آِاَّل اَ ْن
ْس َعلَ ْي ُك ْم َ اض َرةً تُ ِد ْير ُْونَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي ِ تَ ُك ْو َن تِ َجا َرةً َح
ض ۤا َّرَ ُُجنَا ٌح اَاَّل تَ ْكتُب ُْوهَ ۗا َواَ ْش ِه ُد ْٓوا اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم ۖ َواَل ي
ق ِب ُك ْم ۗ َواتَّقُوا ٌ ۢ َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ْي ٌد ەۗ َواِ ْن تَ ْف َعلُ ْوا فَاِنَّ ٗه فُس ُْو
هّٰللا َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ُ ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang
piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah
orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada
Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika
yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau
tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya
dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara
kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-
laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari
para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi
mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil.
Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang
itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat
menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan,
kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di
antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya.
Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit
dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal
itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”