Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DEFINISI AKAD IJARAH, DASAR HUKUM, SYARAT, RUKUN DAN CONTOH


KHASUS

Dosen Pengampuah: Aang Ashari, M. H.

Disusun Oleh:
M. Irfan Maulana Afifi 2202016069
Ahmad Sholeh Ashari 2202016080
Aida Nur Baitis Tsani 2202016053

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Serta sholawat dan salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terciptalah makalah ini. Terutama kepada Guru Pembimbing
mata kuliah Fiqh Mu’amalah yang telah memberikan tugas demi tercapainya tujuan
proses belajar mengajar yang telah diwajibkan. Di dalam makalah ini membahas
tentang “ Definisi Akad Ijarah, dasar hukum, syarat, rukun dan contoh
kasusnya” sebagai bahan kajian untuk menambah pengetahuan danwawasan bagi
kami sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya.

Terlepas dari hal di atas, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami meminta kritik dan saran yang sifatnya untuk
membangun dan memperbaiki makalah selanjutnya. Kami menyadari bahwa
bagaimanapun kami berusaha menyempurnakannya tetap tidak akan tercapai karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

Semarang, 9 Mei 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah kegiatan dimana sebuah lembaga keuangan meneyewakan
sesuatu dengan membebankan biaya sewa seperti yang sudah ditetapkan sebelumnya
berarti sebuah lembaga tersebut mengguanakan sebuah akad yang disebut akad ijarah.
Sehingga secara sederhana akad ini dapat diartikan sebagai akad perjanjian dalam hal
sewa-menyewa. Makalah ini akan membahas mengenai akad ijarah yang sangat penting
bagi kehidupan khususnya dalam hal bisnis pinjam-meminjam atau sewa-menyewa.
Sebelumnya perlu dipahami bahwa akad ini berperan untuk menjaga pemindahan hak
guna atau manfaat terhadap suatu barang atau jasa. Di dalamnya tidak dicantumkan
terkait pemindahan atau perubahan hak milik dari kesepakatan yang terjadi pada kedua
belah pikhak tersebut. Terdapat syarat-syarat dan rukun-rukun dalam melakukan akad
ijarah ini yang mana kana di jelaskan lebih merinci mengenai definisi akad ijarah
sendiri, dan contoh kasus dari pengguanaan akad ijarah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi akad ijarah?
2. Bagaimana dasar hukum akad ijarah?
3. Apa saja rukun serta syarat dari akad ijarah?
4. Memberikan contoh akad ijarah?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami definisi akad ijarah
2. Dapat menggetahui dasar hukum dari akad ijarah
3. Dapat mengetahui rukun serta syarat akad ijarah
4. Dapat memahami contoh dari akad ijarah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Akad Ijarah

Al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya adalah al-‘iwadh
yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah sewa dan upah, yang sesungguhnya
menjualbelikan manfaat suatu harta benda.1 Sedangkan menurut Rahmat Syafi’I dalam
fiqih Muamalah ijarah adalah (menjual manfaat).2
Menurut istilah pengertian-pengertian ijarah dikemukakan oleh beberapa pendapat
ulama’ dan fatwa-fatwa, yakni sebagai berikut:
a. Menurut Syekh Syamsudin
Dalam kitab Fathul Qorib mendefinisikan ijarah adalah bentuk akad yang jelas
manfaat dan tujuannya, serah terimanya secara langsung dan di bolehkan dengan
pembayaran (ganti) yang telah diketahui.3
b. Menurut Muhammad Syafi’i Antonio
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, yang melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.4
c. Menurut Fatwa DSN dalam fatwa DSN No.09/DSN/MUI/IV/2000
Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam akad ijarah ini tidak ada
perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak guna saja dari pihak yang
menyewakan kepada penyewa. Pembiayaan ijarah di aplikasikan dalam bentuk
pembiayaan sewa beli.5
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akad ini dilakukan dengan
tujuan mencari keuntungan, karena bersifat komersil. Namun selain itu, dari definisi ijrah
tersebut juga dapat diambil kesimpulan bahwa ijarah adalah sebuah transaksi atas suatu
manfaat, dalam hal ini manfaat menjadi objek transaksi, dan dalam segi ini ijarah dapat
dibagi menjadi 2, yaitu:6
a. Ijarah yang mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim disebut persewaan,
misalnya menyewakan rumah, kendaraan pertokoan dan lain sebagainya.
b. Ijarah yang mentransaksikan manfaat sumber daya manusia yang lazim disebut
pemburuhan.

1 Ghufron A. Mas‟adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 181.
2 Rahmat Syafi‟I, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), h. 121.
3 Abu HF. Ramadhan, Terjemah Fathul Qorib, (Surabaya: Mahkota, 1990), h. 375.
4 Muhammad Syafi‟i Antonio, Op. Cit. h. 117.
5Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”,
(DSN-MUI, BI, 2003), h. 58.
6 Ghufron Mas‟adi. Op.cit. h. 183.
B. Dasar Hukum Akad Ijarah

Ijarah merupakan suatu akad transaksi yang sifatnya saling tolong menolong,
sehingga mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Adapun yang
menjadi dasar hukum Ijarah adalah:
1. Dari dalam Al-Qur’an
Beberapa surat yang menjadi landasan dasar hukum akad ijarah yang pertama
terdapat dalam Q.S Al-Zuhkruf [43] ayat 32:
ُّ ِ‫يش تَ ُه ْم ِِف ا ْْلَيَاة‬
‫الد نْ يَا ۚ َو َرفَ عْ نَا‬ َ ِ‫ك ۚ ََنْ ُن قَسَ ْم نَا بَ يْ نَ ُه ْم مَ ع‬
َ ِ‫ت َرب‬ ِ
َ َ‫أَهُ ْم يَ ْق س مُ و َن َر ْْح‬
‫ك َخ ْْيٌ ِِمَّا‬ َ ِ‫ت َرب‬ ُ َ‫خ رِ اًّي ۗ َو َر ْْح‬
ِ ِ ٍ
ْ ُ‫ض دَ َر َج ات ل يَ تَّخ َذ بَ عْ ضُ ُه ْم بَ عْ ضً ا س‬ٍ ْ‫بَ عْ ضَ ُه ْم فَ ْو َق بَ ع‬
‫ََيْ َم عُ و َن‬
“Apakah mereka yang membagibagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”
Selain itu, yang kedua terdapat dalam Q.S Al-Qashash [28] ayat 26, yang berbunyi:
‫ي‬ ِ ُّ ِ‫ت اس تَأْ ِج ره ۖ إِ َّن خ ْي م نِ اس تَأْج رت ا لْقَ و‬
ِ ‫ت إِح َد ا ُُه ا ًّي أَب‬
ُ ‫ي ْاْلَم‬ َ ْ َ ْ َ َْ َ ُْ ْ َ َ َ ْ ْ َ‫قَا ل‬
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Hai ayahku, ambilah ia sebagai orang
yang bekerja pada (kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang kuat lagi dapat dipercaya.”
Yang ketiga terdapat juga dala Q.S Al-Baqorah [2] ayat 233:
ِ ‫ض ع وا أَو ََل دَكُ م فَ ََل ج نَاح ع لَي ُك م إِذَ ا س لَّم ت م م ا آتَ ي ت م ِِب لْم ع ر‬
ۗ ‫وف‬ ِ ِ
ُْ َ ُْْ َ ُْْ َ ْ ْ َ َ ُ ْ ْ ُ ْ‫أَردْ ُُتْ أَ ْن تَ ْس ََت‬َ ‫… َوإ ْن‬
ِ ِ َّ ‫أَن‬ َّ ‫اَّللَ َواعْ لَمُ وا‬
َّ ‫َواتَّ قُ وا‬
ٌ‫اَّللَ ِبَا تَ عْ َم لُو َن بَص ْي‬
“... dan jika kalian ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu
apabila kalian memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada
Allah; dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.”
2. Dari Hadist
Hadist yang menjadi landasan dasar hukum yang pertama merupakan HR. Ibnu
Majah:
“Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulallah saw bersabda: Berikanlah upah kepada
pekerja sebelum keringatnya kering”.
kedua berasal dari HR. Abdur Razaq:
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulallah saw bersabda: Apabila kamu mengangkat
pekerja maka beritahukanlah upahnya.”
ketiga dari HR. Al-Darimi
“Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dia berkata: Kami pernah menyewakan tanah pada
masa Rasulallah saw dengan (bayaran) hasil pertaniannya, maka Rasulallah saw
melarang kami melakukan hal tersebut dan mengizinkan kami menyewakannya
dengan emas atau perak.”
keempat dari HR. Tirmidzi
“Dari Amr bin Auf dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulallah saw bersabda:
Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.”
3. Ijma’ para ulama tentang kebolehan melakuakannya akad sewa menyewa.
4. Dari kaidah-kaidah fiqh
5. Dari Hukum Positif Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah Pasal 19 Ayat 1.

C. Rukun dan Syarat Akad Ijrah

Semua hal yang berkaitan dengan muamalat harus memiliki rukun


dan syarat-syarat tertentu. Rukun-rukun ijarah yang harus dipenuhi ada 4
macam, yaitu:7
1. Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa), adalah pihak yang menyewa
aset dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang
menyewakan aset.
2. Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan).
3. Ujrah (harga sewa).
4. Sighat yaitu ijab dan qabul.
Selain itu terdapat juga syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-
ketentuan hukum Islam, adalah sebagai berikut:
1. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan
harus memiliki syarat tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
2. Kepemilikan aset tetap pada orang yang menyewakan yang bertanggung
jawab atas pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat
memberi manfaat kepada penyewa.
3. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti
memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak
dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.
4. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang
ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset
akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.
Tidak semua benda boleh diakadkan ijarah, kecuali yang
8
memenuhi persyaratan berikut ini:
a. Manfaat dari objek akadnya harus diketahui secara jelas. Hal ini
dilakukan seperti dengan memeriksa atau pemilik memberikan
informasi transparan tentang kualitas manfaat barang.
b. Objek Ijarah dapat diserahterimakan dan dimanfaatkan secara
langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya. tidak

7 Abi Abdul Mu‟tha, Nihayatuzzain, ( Semarang: Toha Putra), h. 257-258.


8 Ibid, h. 184.
dibenarkan transaksi ijarah atas harta benda yang
masih dalam penguasaan pihak ketiga.
c. Objek ijarah dan pemanfaatanya tidak boleh bertentangan dengan
hukum syara’. seperti Menyewakan VCD porno merupakan contoh kasus
transaksi persewaan yang tidak memenuhi persyaratan ini.
d. Objek yang disewakan memiliki manfaat langsung dari sebuah benda.
Misalnya menyewakan rumah untuk ditempati. Tidak dibenarkan
sewa-menyewa manfaat suatu benda yang bersifat tidak langsung.
Seperti sewa-menyewa pohon untuk diambil buahnya. Karena buah adalah
materi bukan manfaat.
e. Harta benda yang menjadi objek ijarah haruslah harta benda yang
bersifat isti’mali, yakni harta benda yang dapat dimanfaatkan
berulangkali tanpa mengakibatkan kerusakan dzat dan pengurangan
sifatnya, seperti rumah, mobil, tanah. Sedangkan harta benda yang
bersifat istikhlahi, harta benda yang rusak atau berkurang sifatnya
karena pemakaian, tidak sah ijarah atasnya seperti buku tulis.

D. Contoh Kasus Akad Ijarah


Terdapat banyak contoh kasus-kasus yang menggunakan akad ijarah ini seperti
dalam hal bisnis rental yang sewa-menyewa barangnya seperti mobil atau motor.
Penyewa mendapatkan kemudahan dari mobil tersebut, sedangkan penerima sewa
mendapatkan bayaran atas layanan yang diberikan. Penyewa memiliki hak penggunaan
barang berupa mobil atau motor yang bukan hak miliknya.
Selain itu dalam perbankan syari’ah, juga merupakan contoh transaksi ijarah
yang bisa dilihat dalam jaminan multiguna. Contohnya, seseorang yang meminjamkan
sepeda motornya ke bank untuk mendapatkan pinjaman. Hak guna sepeda otor tersebut
berpindah ke bank, namun tidak atas kepemilikannya. Setelah nasabah melunaskan
pinjamannya, maka hak guna motor tersebut Kembali ke nasabah.
Ijarah dalam perbankkan dikenal dengan operationallease yaitu kontrak sewa
antara yang menyewakan dan penyewa, dimana penyewa membayar sewa sesuai
perjanjian dan Ketika jatuh tempo, asset yang disewa dikembalikan pada pihak
penyewa.9

BAB III
KESIMPULAN
Menurut etimoligi, ijarah bermakna menjual manfaat. Sehingga akad ijarah adalah sebuah akad
dalam suatu transaksi pembiayaan sewa-menyewa atas suatu barang atau jasa antara pemilik
objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk

9 Drs. Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 160.


mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan. Dalam akad ini terdapat 4 rukun yang
harus ada, diantara rukun-rukannya adalah adanya pelaku akad yang terdiri dari musta’jir
(penyewa) dan mu’jir/muajir (pemilik), adanya Objek akad, yakni ma’jur (aset yang
disewakan), lalu adanya Ujrah (harga sewa), dan yang terakhir harus ada nya sighat ijab dan
qobul didalamnya. Yang menjadi landasan hukum ijarah terdapat dalam beberapa dalil-dalil
al-qur’an, dari hadist-hadist, ijma’ para ulama, kaidah-kaidah fiqih dan dari hukum positif
Indonesia. Akad ini banyak di digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal
perbankan syari’ah.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A. (n.d.). Fikih Muamalah terhadap Akad Ijarah. prosiding hukum ekonomi syari'ah,
42-45.
Daffa Muhammad Dzubyan, E. A. (2019). analisis akad ijarah dam perspektif hukum isalam
dan hukum positif di indonesia. ekonomi dan keuangn syari'ah, 181-196.
farid, a. (2015). Pembiayaan Ijarah Multijasa pada Jasa Keuangan. iqtishoduna, 189-200.
Harun. (2018). Multi Akad dalam Tataran Fiqh. suhuf, 178-193.

Anda mungkin juga menyukai