Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Wakalah
Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah pekerjaan wakil.
Wakalah adalah perjanjian dimana seseorang mendelegasikan atau menyerahkan
suatu wewenang (kekuasaan) pada seseorang yang lain untuk menyelenggarakan
suaru urusan, dan orang lain tersebut menerimanya, dan melaksanakan atas nama
pemberi kuasa.1 Menurut kalangan Syafi’iyah arti wakalah adalah ungkapan atau
penyerahan kuasa (al-muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) supaya
melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu
anniyabah) dan dapat dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan pekerjaan
tersebut dilaksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.2
Akad wakalah pada hakikatya adalah akad yang digunakan oleh seseorang
apabila dia memerlukan bantuan orang lain untuk mengerjakan sesuatu yang tidak
dapat dilakukannya sendiri.
B. Dasar Hukum Wakalah
Wakalah diperbolehkan berdasarkan Al-qur‟an, sunah, dan ijma. Hal ini
berdasarkan Q.S Kahfi ayat 19 yang berbunyi:

ۚ ‫ض َي ْوٍم‬ ‫ك بع ْثٰنَهم لِيتَسآءلُوا۟ بيَنهم ۚ قَ َ ِئ‬


َ ‫ال قَ ٓا ٌل ِّمْن ُه ْم َك ْم لَبِثْتُ ْم ۖ قَالُوا۟ لَبِْثنَا َي ْو ًما َْأو َب ْع‬ ْ ُ َْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ ‫َو َك َذل‬
ِٰ
‫َأح َد ُكم بَِو ِرقِ ُك ْم َٰه ِذ ِهۦٓ ِإىَل ٱلْ َم ِدينَ ِة َف ْليَنظُْر َأيُّ َهآ َْأز َك ٰى‬ ‫قَالُوا۟ ربُّ ُكم ْ مِب‬
َ ۟ ٓ‫َأعلَ ُم َا لَبِثْتُ ْم فَ ْٱب َعثُوا‬ ْ َ
ِ ِ ْ َّ‫طَ َع ًاما َف ْليَْأتِ ُكم بِ ِر ْز ٍق ِّمْنهُ َولْيََتلَط‬
َ ‫ف َواَل يُ ْشعَر َّن ب ُك ْم‬
‫َأح ًدا‬
Artinya : Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka:
Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada
(disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih

1
Abdul Ghafur Anshari, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2010), h. 147
2
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 20
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang
di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan
hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan
janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.
Rasulullah SAW bersabda

‫الل عليه وسلم بعث اب رافع ورجال من َال نصار فزو جاه‬
َّ ‫الل صلى‬
َّ ‫ان رسول‬
‫ميمو نة بنت احلارث‬
yang artinya "Bahwasannya Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi'
dan seorang Anshar untuk mewakilinya mengawini Maimunah binti Harits" (HR.
Malik)
Sedangkan menurut ijma para imam telah sepakat tentang kebolehan wakalah,
di samping adanya kebutuhan orang-orang terhadapnya, karena seseorang
terkadang tidak mampu melaksanakan semua keperluannya. Oleh karena itu
wakalah ini diperbolehkan karena ia merupakan salah satu bentuk tolong-
menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.3
C. Rukun dan Syarat Wakalah
Jumhur ulama menentukan rukun dan syarat wakalah Sekurang-kurangnya
terdapat empat rukun yaitu pihak pemberi kuasa (muwakkil), pihak penerima
kuasa (wākil), obyek yang dikuasakan (tawkil) dan ijab qabul (sigat) yang
dijabarkan sebagai berikut.4
1. Orang yang mewākilkan (al-muwakkil)
a. Seseorang yang mewākilkan atau pemberi kuasa harus yang memiliki hak
atau mempunyai wewenang untuk bertasharruf pada bidang-bidang sesuatu
yang di wakilkannya. Karena itu seseorang tidak sah jika mewākilkan
sesuatu yang bukan hak nya
3
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 5, Penrj Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk,
(Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 595
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Grafindo Persada,2010), h. 234-235
b. Pemberi kuasa mempunyai hak atas sesuatu yang di kuasakannya
c. Pemberi kuasa sudah cakap bertindak atau mukallaf.
2. Orang yang di wakilkan (al-wākil)
a. Penerimaan kuasa harus memiliki kecakapan akan suatu aturan yang
mengatur proses akad wakalah, sehingga cakap hukum menjadi salah satu
syarat yang di wakilkan
b. Penerima kuasa adalah orang yang bisa menjaga amanah yang di berikan
oleh pemberi kuasa. Ini berarti bahwa Al-wakil tidak diwajibkan menjamin
sesuatu yang di luar batas, kecuali karena kesengajaannya.
3. Objek yang diwakilkan
a. Obyek harus berbentuk pekerjaan yang pada saat dikuasakan adalah
merupakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan pemberi kuasa (al-
muwakkil). Sehingga tidak sah mewakilkan suatu pekerjaan yang bukan hak
nya
b. Pekerjaan yang dikuasakan harus jelas spesifikasi dan kriterianya, meskipun
hanya dari satu tinjauan. Hukumnya sah mengatakan,”Aku mewakilkanmu
untuk mengirimkan barang”, meskipun al-wākil tidak tahu barang yang
mana ataupun barang apa yang harus dia kirimkan.
c. Obyek harus dari jenis pekerjaan yang boleh dikuasakan pada orang lain.
Sehingga ulama berpendapat, tidak sah menguasakan sesuatu yang bersifat
ibadah badaniyah murni, seperti shalat dan puasa. Namun boleh
menguasakan ibadah yang kemampuan badan menjadi syarat pelaksanaan,
bukan syarat wajib, seperti haji dan umrah. Atau menguasakan hal-hal yang
bersifat penyempurna dalam sebuah ibadah, seperti pembagian harta zakat
pada mereka yang berhak.
4. Sighat / Ijab Kabul.
a. Bahasa dari pemberi kuasa harus mewakili kerelaan nya menyerahkan kuasa
kepada al-wakil , baik berbentuk sharih (jelas) maupun kinayah
b. Dari pihak penerima kuasa (al-wākil) hanya cukup menerimanya (qabul)
meskipun tidak ada ucapan ataupun tidakan.
c. Bahasa penyerahan kuasa tidak dikaitkan dengan syarat tertentu, seperti
ucapan,”jika nanti adikku telah pulang, maka engkau menjadi wakilku untuk
menjualkan mobil ini”. berbeda halnya jika syarat di berlakukan dalam
urusan pembelanjaan pada jenis al-wakalah al- munjazah (wujud pengusaan
yang telah ada), seperti ucapan “Aku wakilkan dirimu menjual rumah
ini ,hanya saja tolong kamu jual hanya awal bulan juni saja”
d. Sighat wakalah boleh dengan pembatasan masa tugas al-wākil,seperti dalam
tempo seminggu atau sebulan.
D. Macam-Macam Wakalah
1. Al-wakalah al-khosshoh, adalah prosesi pendelegasian wewenang untuk
menggantikan sebuah posisi pekerjaan yang bersifat spesifik. Dan
spesifikasinyapun telah jalas, seperti halnya membeli Honda tipe X, menjadi
advokat untuk menyelesaikan kasus tertentu
2. Al-wakalah al’ammah, adalah prosesi pendelegasian wewenang bersifat
umum, tanpa adanya spesifikasi. Seperti belikanlah aku mobil apa saja yang
kamu temui.
3. Al-wakalah al-muqoyyadoh dan al-wakalah mutlaqoh. Adalah akad dimana
wewenang dan tindakan si wakil dibatasi dengan syarat-syarat tertentu.
Misalnya jualah mobilku dengan harga 100 juta jika kontan dan 150 juta jika
kredit. Sedangkan al-wakalah al-muthlaqoh adalah akad wakalah dimana
wewenang dan wakil tidak dibatasi dengan syarat atau kaidah tertentu,
misalnya jualah mobil ini, tanpa menyebutkan harga yang diinginkan.5

5
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009), h.530

Anda mungkin juga menyukai