Anda di halaman 1dari 13

HADIST WAKALAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis

Dosen Pengampu: Fauzi Annur, S. Pd.I., M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Fajar alfianysah 63020220163

Ananda Fitra Sabila 63020220170

Nefa Rachma Utami 63020220189

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023

1
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Dengan dibuatnya makalah ini, penyusun berharap supaya pembaca
mengetahui dan memahami.
Makalah Hadis ini dibuat dengan tujuan untuk membantu dan memberi
pengetahuan tentang “wakalah”. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka
penyusunan makalah ini telah diusahakan sedemikian rupa sehingga memudahkan
pembaca dalam memahami isi dan penjelasannya.
Penyusun menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Penyusun berharap semoga makalah yang telah
disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Salatiga, 20, mei, 2023

2
Daftar isi

KATA PENGATAR................................................................................................2

Daftar isi...................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................4

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4

C. TUJUAN PENULISAN................................................................................4

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Pengertian wakalah.......................................................................................6

B. Dasar Hukum Wakalah.................................................................................7

C. Rukun dan Syarat Wakalah...........................................................................7

D. Jenis-Jenis Wakalah......................................................................................9

E. Berakhirnya akad wakalah............................................................................9

F. Hikmah akad wakalah...................................................................................9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. KESIMPULAN...........................................................................................12

B. SARAN.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Melihat kehidupan sekarang perlu kiranya kita mengetahui akad-


akad dalam muamalah.Didalam makalah ini akan kita bahas mengenai
akad wakalah (perwakilan),yang semuanya itu sudah ada dan diatur dalam
Al-Qur’an,Hadis,maupun dalam kitab kitab klasik yang telah dibuat oleh
ulama terdahulu.Untuk mengetahui tentang hukum wakalah,diaplikasikan
dalam kehidupan kita.
Wakalah sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-
hari.Karena wakalah dapat membantu seseorang dalam melakukan
pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh orang tersebut,tetapi pekerjaan
tersebut masih tetap berjalan seperti layaknya yang telah
direncanakan.Hukum wakalah adalah boleh,karena wakalah dianggap
sebagai sikap tolong menolong antar sesama,selama wakalah tersebut
bertujuan pada kebaikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari akad wakalah?


2. Apa dasar hukum wakalah?
3. Apa rukun dan syarat wakalah?
4. Apa saja jenis jenis wakalah?
5. Apa penyebab berakhirnya akad wakalah?
6. Apa hikmah akad wakalah?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat memahami arti dari wakalah


2. Dapat mengetahui dasar hukum wakalah
3. Dapat mengetahui rukun dan syarat wakalah

4
4. Dapat mengetahui jenis jenis wakalah
5. Dapat mengetahui penyebab berakhirnya akad wakalah
6. Dapat mengetahui hikmah akad wakalah

5
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Wakalah
A. Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah
pekerjaan wakil.1 Al-Wakalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh)
dan pemeliharaan (al-Hifdh).Menurut kalangan Syafi‟iyah arti
wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil)
kepada orang lain (al-wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari jenis
pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu anniyabah) dan dapat
dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan pekerjaan tersebut
dilaksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.Wakalah dalam
arti harfiah adalah menjaga, menahan atau penerapan keahlian atau
perbaikan atas nama orang lain, dari sini kata tawkeel diturunkan yang
berarti menunjuk seseorang untuk mengambil alih atas suatu hal juga
untuk mendelegasikan tugas apapun ke orang lain.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa wakalah adalah
akad yang memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan
suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa tidak dalam posisi
melakukan kegiatan tersebut. Akad wakalah pada hakikatya adalah
akad yang digunakan oleh seseorang apabila dia membutuhkan orang
lain atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sendiri
dan meminta orang lain untuk melaksanakannya.

6
2. Dasar Hukum Wakalah
Islam mensyari‟atkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya.
Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk
menyelesaikan segala urusan sendiri. Pada suatu kesempatan,
seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain
untuk mewakili dirinya.
Wakalah disyariatkan dan hukumnya adalah boleh. Ini berdasarkan al-
Qur‟an, hadis, ijma’ dan qiyas.
B. a. Dalil Al-Qur‟an
۟ ُ‫ال‬LLَ‫وْ ٍم ۚ ق‬LLَ‫ْض ي‬
‫وا‬ َ ‫ا َأوْ بَع‬L‫ا يَوْ ًم‬LLَ‫وا لَبِ ْثن‬۟ ُ‫ال‬LLَ‫ا َل قَٓاِئ ٌل ِّم ْنهُ ْم َك ْم لَب ْثتُ ْم ۖ ق‬LLَ‫وا بَ ْينَهُ ْم ۚ ق‬ ۟ ُ‫ٓا َءل‬L‫ ٰ َذلِكَ بَ َع ْث ٰنَهُ ْم لِيَت ََس‬L‫َو َك‬
ِ
َ ‫ٓا َأ ْز َك ٰى‬LLَ‫رْ َأيُّه‬LLُ‫ة فَ ْليَنظ‬Lِ Lَ‫ ِذ ِٓۦه ِإلَى ْٱل َم ِدين‬Lَ‫َربُّ ُك ْم َأ ْعلَ ُم بِ َما لَبِ ْثتُ ْم فَٱ ْب َعثُ ٓو ۟ا َأ َح َد ُكم بِ َو ِرقِ ُك ْم ٰه‬
‫ْأتِ ُكم‬Lَ‫ا فَ ْلي‬LL‫ط َعا ًم‬
‫ف َواَل يُ ْش ِع َر َّن بِ ُك ْم َأ َحدًا‬
ْ َّ‫ق ِّم ْنهُ َو ْليَتَلَط‬
ٍ ‫بِ ِر ْز‬
“Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini (QS. Al-Kahfi: 19)”.
b. Hadis Nabi:
َْ ‫ضلَّنالِبِص َمنَلثَلَثوت ْي َولياا‬
‫ضنيْذحاْباق‬ َ ‫ن اال‬
“Dari Jabir r.a bahwa Nabi Saw. Menyembelih kurban sebanyak 63
ekor hewan dan Ali r.a disuruh menyembelih binatang kurban yang
belum disembelih. (Riwayat Muslim)”.
c. Dalam ijma‟, ulama sepakat dibolehkannya wakalah.
d. Dasar qiyas, bahwa kebutuhan manusia menurut adanya wakalah
karena
tidak setiap orang mampu menyelesaikan urusan sendiri secara
langsung sehingga ia membutuhkan orang lain untuk
menggantikannya sebagai wakil.

3. Rukun dan Syarat Wakalah

Rukun dan Syarat Wakalah


Rukun wakalah ada 3 yaitu:20
a. Yang mewakilkan, syarat-syarat bagi yang mewakilkan ialah
bahwa yang

7
mewailkan adalah pemilik barang atau dibawah kekuasaanya dan
dapat bertindak pada harta tersebut, jika yang mewakilkan bukan
pemilik atau pengampun, maka al-wakalah tersebut batal. Anak kecil
yang dapat membedahkan baik dan buruk dapat (boleh) mewakilkan
dalam tindakan- tindakan yang bermanfaat mahdhah, seperti
perwakilan untuk menerima hibah, sedekah dan wasiat, jika tindakan
itu termasuk tindakan berbahaya seperti thalak, memberikan
sedekah, menghibahkan dan mewasiatkan, maka tindakan itu adalah
batal.
b. Wakil (yang mewakili), syarat-syarat bagi yang mewakili ialah
bahwa yang mewakili adalah orang yang berakal, bila seorang wakil
itu idiot, gila atau belum dewasa, maka perwakilan batal, menurut
Hanafiyah anak kecil yang sudah dapat membedahkan yang baik dan
buruk adalah sah untuk menjadi wakil, alasanya ialah bahwa Amar
bin Sayyid Ummuh Salah mengawinkan ibunya kepada Rasulullah
Saw, ketika itu Amar masih menjadi anak kecil yang masih belum
baligh.
c. Muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan), syarat-syarat sesuatu
yang diwakilkan:
1) Menerima penggantian, maksudnya boleh diwakilkan pada
orang lain untuk mengerjakannya, maka tindaklah sah mewakilkan
untuk mengerjakan shalat, puasa, dan membaca ayat al-Quran,
karena hal ini tidak bisa diwakilkan.
2) Dimiliki oleh orang yang berwakil ketika ia berwakil itu, maka
batal mewakilkan sesuatu yang akan dibeli.

3) Diketahui denga jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang


masih samar, seperti seseorang berkata: “aku jadikan engkau sebagai
wakilku untuk mengawinkan salah seorang anakku”.

8
4) Shigat, yaitu lafazh mewakili, shigat diucapkan dari yang
berwakil sebagai simbol keridlaannya untuk mewakilkan, dan wakil
menerimanya.

4. Jenis-jenis Wakalah

Ada beberapa macam-macam wakalah, antara lain:


a. Wakalah al-mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa
batasan waktu dan untuk segala urusan.
b. Wakalah al-muqayyadah, yaitu penunjukan wakil untuk
bertindak atas namanya dalam urusan-urusan tertentu.
c. Wakalah al-ammah, perwakilan yang lebih luas dari al
muqayyadah tetapi lebih sederhana daripada al mutlaqah.

5. Berakhirnya Akad Wakalah


Akad wakalah akan berakhir apabila terdapat hal-hal berikut:22
a. Salah seorang yang berakad gila. Syarat sah akad salah satunya
orang
yang berakad berakal.
b. Dihentikannya pekerjaan yang dimaksud.
c. Salah seorang dari yang berakad meninggalkan karna salah satu
syarat sah akad adalah orang yang berakad masih hidup.
d. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil,
sekalipun wakil belum mengetahui (pendapat syafi‟I dan Hambali).
e. Wakil memutuskan sendiri.
f. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan
6. Hikmah Akad Wakalah
Hikmah yang diperoleh dari wakalah antara lain sebagai berikut.
a. Mengajarkan prinsip tolong menolong antara satu dengan yang
lainnya
untuk tujuan kebaikan, bukan untuk kejahatan atau kemaksiatan.

9
b. Mengajarkan kepada manusia untuk merenungi bahwa hidup
ini pekerjaan dapat dilakukan atau diselesaikan sendiri. Oleh sebab
itu manusia perlu
mewakilkan kepada orang lain.
c. Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melakukan
sesuatu
sehingga mengurangi pengangguran.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional

Fatwa DSN 28/DSN-MUI/III/2002: Jual beli mata uang (al sharf)


Pertama: Ketentuan Umum. Transaksi jual beli mata uang pada
prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)
2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka
nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudh).
4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar
(kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
Kedua: Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing
1. Transaksi Spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta
asing (valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau
penyelesaiannya paling lambat dalam jangka waktu dua hari.
Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu
61 dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa
dihindari dan merupakan transaksi internasional.
2. Transaksi Forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas
yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk
waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu
tahun. Hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan
adalah harga yang diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya
dilakukan di kemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan

10
tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali
dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang
tidak dapat dihindari (lil hajah).
3. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan
valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian
antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya
haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
4. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam
rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan
atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau
tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur
maisir (spekulasi). Ketiga: Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan,
akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Wakalah(perwakilan),penyerahan,pendelegasian,akad pelimpahan
kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan.
Rukun dan syarat wakalah:
Rukun:
 Orang yang memberi kuasa (al-muwakkil)
 Orang yang diberi kuasa(al-wakil)
 Perkara/hal yang dikuasakan(al-taukil)
 Pernyataan kesepakatan (ijab dan qabul)

Syarat:

 Perkara yang diwakilkan/obyek wakalah


 Pernyataan kesepakatan (ijab-qabul)
 Orang yang memberi kuasa (al-muwakkil)

B. SARAN

Setelah diuraikannya makalah dengan pembahasan mengenai makalah


ini,diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca sehingga
kedepannya bisa menjadi sumber daya manusia yang mampu
mengaplikasikan teori ini dalam kehidupan sehari hari terutama dalam
melakukan kegiatan bermuamalah agar kegiatan tersebut sejalan dengan
prinsip Syariah dan memperoleh ridha dari Allah SWT.

12
DAFTAR PUSTAKA
Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000, hlm. 693.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema
Insani, Jakarta, 2008, hlm. 120-121
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.
20
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2009, hlm. 529.

13

Anda mungkin juga menyukai