DISUSUN OLEH:
2023
1
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Dengan dibuatnya makalah ini, penyusun berharap supaya pembaca
mengetahui dan memahami.
Makalah Hadis ini dibuat dengan tujuan untuk membantu dan memberi
pengetahuan tentang “wakalah”. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka
penyusunan makalah ini telah diusahakan sedemikian rupa sehingga memudahkan
pembaca dalam memahami isi dan penjelasannya.
Penyusun menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Penyusun berharap semoga makalah yang telah
disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
2
Daftar isi
KATA PENGATAR................................................................................................2
Daftar isi...................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian wakalah.......................................................................................6
D. Jenis-Jenis Wakalah......................................................................................9
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. KESIMPULAN...........................................................................................12
B. SARAN.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
4
4. Dapat mengetahui jenis jenis wakalah
5. Dapat mengetahui penyebab berakhirnya akad wakalah
6. Dapat mengetahui hikmah akad wakalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Wakalah
A. Wakalah berasal dari wazan wakala-yakilu-waklan yang berarti
menyerahkan atau mewakilkan urusan sedangkan wakalah adalah
pekerjaan wakil.1 Al-Wakalah juga berarti penyerahan (al Tafwidh)
dan pemeliharaan (al-Hifdh).Menurut kalangan Syafi‟iyah arti
wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al-muwakkil)
kepada orang lain (al-wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari jenis
pekerjaan yang bisa digantikan (an-naqbalu anniyabah) dan dapat
dilakukan oleh pemberi kuasa, dengan ketentuan pekerjaan tersebut
dilaksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.Wakalah dalam
arti harfiah adalah menjaga, menahan atau penerapan keahlian atau
perbaikan atas nama orang lain, dari sini kata tawkeel diturunkan yang
berarti menunjuk seseorang untuk mengambil alih atas suatu hal juga
untuk mendelegasikan tugas apapun ke orang lain.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa wakalah adalah
akad yang memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan
suatu kegiatan dimana yang memberi kuasa tidak dalam posisi
melakukan kegiatan tersebut. Akad wakalah pada hakikatya adalah
akad yang digunakan oleh seseorang apabila dia membutuhkan orang
lain atau mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukannya sendiri
dan meminta orang lain untuk melaksanakannya.
6
2. Dasar Hukum Wakalah
Islam mensyari‟atkan al-wakalah karena manusia membutuhkannya.
Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan untuk
menyelesaikan segala urusan sendiri. Pada suatu kesempatan,
seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang lain
untuk mewakili dirinya.
Wakalah disyariatkan dan hukumnya adalah boleh. Ini berdasarkan al-
Qur‟an, hadis, ijma’ dan qiyas.
B. a. Dalil Al-Qur‟an
۟ ُالLLَوْ ٍم ۚ قLLَْض ي
وا َ ا َأوْ بَعLا يَوْ ًمLLَوا لَبِ ْثن۟ ُالLLَا َل قَٓاِئ ٌل ِّم ْنهُ ْم َك ْم لَب ْثتُ ْم ۖ قLLَوا بَ ْينَهُ ْم ۚ ق ۟ ُٓا َءلL ٰ َذلِكَ بَ َع ْث ٰنَهُ ْم لِيَت ََسLَو َك
ِ
َ ٓا َأ ْز َك ٰىLLَرْ َأيُّهLLُة فَ ْليَنظLِ Lَ ِذ ِٓۦه ِإلَى ْٱل َم ِدينLََربُّ ُك ْم َأ ْعلَ ُم بِ َما لَبِ ْثتُ ْم فَٱ ْب َعثُ ٓو ۟ا َأ َح َد ُكم بِ َو ِرقِ ُك ْم ٰه
ْأتِ ُكمLَا فَ ْليLLط َعا ًم
ف َواَل يُ ْش ِع َر َّن بِ ُك ْم َأ َحدًا
ْ َّق ِّم ْنهُ َو ْليَتَلَط
ٍ بِ ِر ْز
“Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini (QS. Al-Kahfi: 19)”.
b. Hadis Nabi:
َْ ضلَّنالِبِص َمنَلثَلَثوت ْي َولياا
ضنيْذحاْباق َ ن اال
“Dari Jabir r.a bahwa Nabi Saw. Menyembelih kurban sebanyak 63
ekor hewan dan Ali r.a disuruh menyembelih binatang kurban yang
belum disembelih. (Riwayat Muslim)”.
c. Dalam ijma‟, ulama sepakat dibolehkannya wakalah.
d. Dasar qiyas, bahwa kebutuhan manusia menurut adanya wakalah
karena
tidak setiap orang mampu menyelesaikan urusan sendiri secara
langsung sehingga ia membutuhkan orang lain untuk
menggantikannya sebagai wakil.
7
mewailkan adalah pemilik barang atau dibawah kekuasaanya dan
dapat bertindak pada harta tersebut, jika yang mewakilkan bukan
pemilik atau pengampun, maka al-wakalah tersebut batal. Anak kecil
yang dapat membedahkan baik dan buruk dapat (boleh) mewakilkan
dalam tindakan- tindakan yang bermanfaat mahdhah, seperti
perwakilan untuk menerima hibah, sedekah dan wasiat, jika tindakan
itu termasuk tindakan berbahaya seperti thalak, memberikan
sedekah, menghibahkan dan mewasiatkan, maka tindakan itu adalah
batal.
b. Wakil (yang mewakili), syarat-syarat bagi yang mewakili ialah
bahwa yang mewakili adalah orang yang berakal, bila seorang wakil
itu idiot, gila atau belum dewasa, maka perwakilan batal, menurut
Hanafiyah anak kecil yang sudah dapat membedahkan yang baik dan
buruk adalah sah untuk menjadi wakil, alasanya ialah bahwa Amar
bin Sayyid Ummuh Salah mengawinkan ibunya kepada Rasulullah
Saw, ketika itu Amar masih menjadi anak kecil yang masih belum
baligh.
c. Muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan), syarat-syarat sesuatu
yang diwakilkan:
1) Menerima penggantian, maksudnya boleh diwakilkan pada
orang lain untuk mengerjakannya, maka tindaklah sah mewakilkan
untuk mengerjakan shalat, puasa, dan membaca ayat al-Quran,
karena hal ini tidak bisa diwakilkan.
2) Dimiliki oleh orang yang berwakil ketika ia berwakil itu, maka
batal mewakilkan sesuatu yang akan dibeli.
8
4) Shigat, yaitu lafazh mewakili, shigat diucapkan dari yang
berwakil sebagai simbol keridlaannya untuk mewakilkan, dan wakil
menerimanya.
4. Jenis-jenis Wakalah
9
b. Mengajarkan kepada manusia untuk merenungi bahwa hidup
ini pekerjaan dapat dilakukan atau diselesaikan sendiri. Oleh sebab
itu manusia perlu
mewakilkan kepada orang lain.
c. Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melakukan
sesuatu
sehingga mengurangi pengangguran.
10
tersebut belum tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali
dilakukan dalam bentuk forward agreement untuk kebutuhan yang
tidak dapat dihindari (lil hajah).
3. Transaksi Swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan
valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian
antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya
haram, karena mengandung unsur maisir (spekulasi).
4. Transaksi Option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam
rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan
atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau
tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, karena mengandung unsur
maisir (spekulasi). Ketiga: Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan,
akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Wakalah(perwakilan),penyerahan,pendelegasian,akad pelimpahan
kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh
diwakilkan.
Rukun dan syarat wakalah:
Rukun:
Orang yang memberi kuasa (al-muwakkil)
Orang yang diberi kuasa(al-wakil)
Perkara/hal yang dikuasakan(al-taukil)
Pernyataan kesepakatan (ijab dan qabul)
Syarat:
B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Tim Kashiko, Kamus Arab-Indonesia, Kashiko, 2000, hlm. 693.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema
Insani, Jakarta, 2008, hlm. 120-121
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.
20
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2009, hlm. 529.
13