Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQH MUAMALAH

KELOMPOK 7

IJARAH DAN IJARAH MUNTAHIA BITTAMLIK

Dosen Pengampu:

Ahmad Fauzi, Lc., M.H.I

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Nisrina Julia Fatin 126406201016


2. Mufidatul Ilmiah 126406201018

Jurusan Manajemen Keuangan Syariah 2A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
taufik, rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dari kelompok 2 mampu
menyelesaikan dan dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Etika Jual Beli dan
Syarat-Syaratnya” dengan tepat waktu.

Tidak lupa pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih
banyak kepada Bapak Ahmad Fauzi, Lc., M.H.I, selaku dosen Fiqh Muamalah yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih sangat jauh dari kata
kesempurnaan, namun kami telah berusaha memberikan hal yang maksimal. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati dan terima kasih, kami menerima kritik dan saran atas
penyusunan makalah kami agar selanjutnya menjadi lebih baik. Dengan mengucapkan
syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas makalah ini kami dari kelompok 7
berharap semoga ilmu yang kami bagikan dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................1

C. Tujuan Penulisan.................................................................1

BAB II: PEMBAHASAN

A.Pengertian Ijarah..............................................................3

B.Landasan Hukum Ijarah...................................................3

C.Rukun dan Syarat Ijarah...................................................6

D.Macam-macam Ijarah.......................................................7

E.Pengertian al-Ijarah al-Muntahia

Bittamlik...........................................................................7

F.Landasan Hukum Ijarah Muntahia

Bittamlik...........................................................................8

G.Rukun dan Syarat Ijarah Muntahia

Bittamlik............................................................................9

ii
H.Bentuk Al – Ijarah al muntahia bit

Tamlik...............................................................................9.

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................11

B. Saran................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................12

iii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Latarbelakang
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak
memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karenanya, dalam
perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat muncullah jasa pembiayaan
yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank salah satunya sewa guna usaha (leasing), dimana
kegiatan pembiayaan ini berdasarkan prinsip syariah yang menggunakan akad Ijarah dan Ijarah
Muntahiyah Bittamlik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ijarah ?

2. Apa landasan hukum Ijarah?

3. Apa Saja Rukun dan Syarat Ijarah?

4. Apa Saja Bentuk Ijarah?

5. Apa pengertian Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik?

6. Apa landasan hukum Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik?

7. Apa Saja syarat dan rukun Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik?

8. Apa saja bentuk Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Ijarah.

2. Mengetahui landasan hukum Ijarah.

3. Mengetahui Rukun dan Syarat Ijarah.

4. Mengetahui Bentuk Ijarah.

5. Mengetahui Pengertian Ijarah Muntahiya Bit Tamalik

1
6. Mengetahui landasan hukum Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik.

7. Mengetahui syarat dan rukun Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik.

8 . Mengetahui bentuk Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, al-ijarah berasal dari kata al-
ajru (upah) yang berarti al-iwadh (ganti/kompensasi). Menurut pengertian syara’
ijarah berarti akad pemindahan hak guna dari barang atau jasa yang diikuti
dengan pembayaran upah atau biaya sewa tanpa disertai dengan perpindahan hak
milik.1
Ulama hanafiyah berpendapat ijarah adalah akad atau suatu
kemanfaatan dengan pengganti. Sedagkan ulama Syafi’yah berpendapat bahwa
ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan
mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
Adapula ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan bahwa ijarah adalah
menjadikan miliksatu kemanfaatan yang muba dalam mwaktu tertentu dengan
pengganti.2
Definisi fiqih al-ijarah disebut pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.3
Dari beberapa pengertian tersebuut dapat ditarik pengertian bahwa ijarah
adalah suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat
suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai
dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat yang
telah ditentukan.
B. Landasan Hukum Ijarah

1
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 3, Jakarta: Salemba Empat.2013, h.228.
2
Rachmat Syafi’i,Fiqih Muamalah, Bandung : CV Pustaka Setia ,2001,h. 121-122
3
Muhammad, Model-model akad pembiayaan di bank syariah, Yogyakarta:UUI Press,2009, h.124
3
Dasar hukum atau landasan hukum ijarah adalah Al-Qur’an, Al-Hadits,
dan Ijma’. Dasar humum ijarah dari Al-Qur’an adalah Surah At Thalaq 6 dan Al-
Qashash : 26.

a) Al-Qur;an
1) Al – Thalaq:6
ِ َ‫ َإِن ُك َّه أ ُ َْن‬،‫عهَ ْي ٍِ َّه‬
‫ث‬ َ ْ‫ضيِّقُُا‬
َ ُ ‫آزٌَ َُّه ِنح‬ َ ُ ‫سكَىحُم ِ ّمه َُجْ ِد ُك ْم ََ ََلج‬
ُّ ‫ض‬ ُ ‫أ ْس ِكىُ ٌُْ َُّه ِم ْه َحي‬
َ ‫ْث‬
َ ‫ فَب ِْن أ َ ْز‬، ‫ض ْعهَ َح ْمهَ ٍُ َّه‬
، ‫ض ْعهَ نَ ُكم فَب جٌُُ َُّه ا ُ ُج ُْ َزٌ َُّه‬ َ ْ‫َح ْم ٍم فَؤ و ِفقُُا‬
َ َ‫عهَ ْي ٍِ َّه َححَّّ ي‬
،ِ‫ض ُع َنً ا ُ ْخس‬ ِ ‫سح ُ ْس‬
َ َ‫س ْسج ُ ْم ف‬ َ ٍ‫ََاجَمِ ُس َْا َب ْيىَ ُك ْم ِب َم ْع ُس َْف‬
َ ‫َا ِْن ج َ َعب‬،
Artinya :
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan
jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,
maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan
baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain
boleh menyusukan (anak itu) untuknya. (QS. Ath-Thalaq: 6).4
2) Al-Qashash:26
ُّ ُِ َ‫ ِإ َّن َخي َْس َم ِه آ ْسحَئْ َج ْستَ ْآنق‬،ُ‫ث آ ْسحَئْ ِج ْسي‬
، ُ‫ِ ْآْل ِم ْيه‬ ِ ‫ث إِحْ دَ ى ٍُ َمب يَآ َ َب‬
ْ َ‫قَب ن‬
Artinya :
salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

4
Dewi Swiknyo, Komplilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,cetakan 1,2010,h 107.
4
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."
(QS. Qashash: 26).5
b) Al-Hadist
1) Hadist Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi
bersabda:
َّ ‫طُااْْل َ ِجي َْس أَجْ َسيُ قَ ْب َم أ َ ْن يَ ِج‬
ُ ًُ‫ف َع َسق‬ ُ ‫ا َ ْع‬
Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya
kering”.
2) Hadist riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu
Sa’id al Khuduri, Nabi s.a.w bersabda:
ُ ‫َم ِه ا ْسح َؤ ْ َجس أ َ ِجي ًْسا فَ ْهيُ ْع ِه ْمًُ أَجْ َسي‬
Artinya: “Barang siapa mempekerjakan pekerja,
beritahukanlah upahnya”.
3) Hadist riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasaiy dari Sa’ad bin
Abi Waqas menyebutkan :
ًِ ‫عهَ ْي‬ ّ ‫ص َّم‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫س ُْ ُل هللا‬ ُ ‫انز ْز عِ َفىٍَّ َز‬ َ ‫ُكىَّب وَ ْك ِسِ اَْلَ ْز‬
َّ َ‫ض بِ َمب َعهَّ انس ََُّا قِّ ِمه‬
‫ض ٍة‬ ٍ ٌَ َ‫ َع ْه ذَانِكَ ََا َ َم ْسوَبا َ ْن وَ ْك ِس بَ ٍَب ِبر‬: ‫سهَّ َم‬
َّ ِ‫ب ْاَ ف‬ َ ََ
Artinya: “Dahulu kita menyewa tanah dengan jalan membayar
dengan hasil tanaman yang tumbuh disana. Rasulullah lalu
melarang cara yang demikian dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan uang mas atau perak.”
c) Ijama’
Mengenal disyari’atkannya ijarah, semua Ulama bersepakat,
tidak ada seseorang ulama membantah kesepaktan ijama’ ini,
sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda
pendapat da tataran teknisnya.
Ijarah (sewa menyewa) merupakan salah satu aplikasi
keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Rasanya mustahil manusia bisa berkecukupan

5
Ibid,h. 109-110
5
hidup tanpa berijarah dengan manusia. Oleh karena itu boleh
dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk
aktivitas antara dua pihak atau saling meringankan, serta termasuk
salah satu bentuk tolong menolong yang diajarkan agama.6
C. Rukun dan Syarat Ijarah
Ada beberapa rukun dari akad Ijarah yang harus dipenuhi dalam
transaksi,yaitu:
a) Pihak-pihak yang berakad, yaitu musta’jir (penyewa atau pengguna
jasa), dan mu’jir (pemilik objek sewa atau pembeli sewa)
b) Objek akad, yang meliputi ma’jur (aset yang disewakan baik berupa
manfaat atau jasa) dan ujarah (uang sewa)
c) Sighat, yaitu 2 ijab-qabul, berupa pernyataan dari keduabelah pihak
yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk lain.7
Selain rukun, ada dua hal yang harudiperhatikan dalam penggunnaan
Ijarah sebagai bentuk pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus terpenuhi agar
hukum-hukum syariah terpenuhi,dan yang pokok adalah;
a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan
tersebut harus tertentu dan diketahui jelas oleh kedua belah pihak.
b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung
jawab atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat
memberi manfaat kepada penyewa.
c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti
memberikan manfaat kepada penyewa.
d. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan hara yang ditetapkan
sebelumnya pada saat kontrak berakhir.
Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungaan
dengan alasan:

6
Qamarul Huda, Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Sukses Offset,2011, h.79
7
Tim IFAS. Modul Pelatihan Akuntansi & Keuangan Syariah: Akad dan Transaksi Syariah, Elementary, edisi II,
Modul 5, Malang: FEB-UB Malang.2013
6
a. Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur aset yang
bersangkutan.
b. Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapat harus
disewakan selama masa produktifnya.8
D. Macam-macam Ijarah
Ijarah terbagi menjadi dua macam, yaitu sebgai berikut :
a. Ijarah atas manfaat, disebut juga sewa-menyewa rumah, toko,
kendaraan,pakaian dan perhiasan
b. Ijarah atas pekerjaan, disebut juga upah-mengupah. Dengan cara
memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan . Al-
Ijarah seperti ini menurut pada ulama fiqih hukumnya boleh apabila
jenis pekerjaan itu jelas.
E. Pengertian al-Ijarah al-Muntahia Bittamlik

Al Ijarah Al Muntahiya bit Tamlik (financial leasing with purchase option) atau Akad
sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan. Istilah ini tersusun dari dua kata :

1. At-ta’jiir / al-ijaarah (sewa)

2. At-tamliik (kepemilikan)

Definisi dua kata tersebut secara keseluruhan :

Pertama : at-ta’jiir menurut bahasa ; diambil dari kata al-ajr, yaitu imbalan atas sebuah
pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan pahala. Adapun al-ijaarah : nama untuk upah, yaitu
suatu yang diberikan berupa upah terhadap pekerjaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa al-ijaarah
atau akad sewa terbagi menjadi dua :

1. sewa barang

2. sewa pekerjaan

8
Adiwarman, Karim. Bank Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).h 137
7
Kedua : at-tamliik secara bahasa bermakna : menjadikan orang lain memiliki sesuatu.
Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari maknanya secara bahasa. Dan at-tamliik bisa berupa
kepemilikan terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan ganti atau tidak.

Jika kepemilikan terhadap sesuatu terjadi dengan adanya ganti maka ini adalah jual beli. Jika
kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya ganti maka disebut persewaan. Jika
kepemilikan terhadap sesuatu tanpa adanya ganti maka ini adalah hibah/pemberian. Adapun jika
kepemilikan terhadap suatu manfaat tanpa adanya ganti maka disebut pinjaman.

Ketiga : definisi “al ijarah al muntahia bit tamlik (IMB]” (persewaan yang berujung
kepada kepemilikan) yang terdiri dari dua kata adalah ; sejenis perpaduan antara kontrak jual
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan
si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa. 9

F. Landasan Hukum Ijarah Muntahia Bittamlik

Sebagai suatu transaksi yang bersifat tolong menolong, ijarah mempunyai landasan yang
kuat dalam Al-Quran dan Hadist. Konsep ini mulai dikembangkan pada masa Khalifah Umar bin
Khattab yaitu ketika adanya sistem bagian tanah dan adanya langkah revolusioner dari Khalifah
Umar yang melarang pemberian tanah bagi kaum muslimin di wilayah yang ditaklukkan.
Langkah alternatif dari larangan ini adalah membudayakan tanah berdasarkan pembayaran
Kharaj dan Jizyah. Landasan ijarah disebut secara terang dalam Al-Qur’an dan Hadist.Dalam Al-
Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 233 Allah menjelaskan bahwa :

Artinya: ”dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa tidak berdosa jika ingin mengupahkan sesuatu kepada orang
lain dengan syarat harus membayar upah terhadap pekerjaan tersebut, dalam ayat ini dijelaskan

9
Muhammad syafi’I Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktik (Jakarta : gema inzani dan tazkia cendekia,
2001) hal. 118
8
bahwa jika ingin anak-anak disusui oleh orang lain, maka pekerjaan seperti ini tidak berdosa
asalkan kita membayar upah. Jika dipahami lebih dalam ayat ini mengisyaratkan kebolehan
untuk menyewa jasa orang lain dalam melakukan sesuatu pekerjaan yang kita butuhkan.10

Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik harus melaksanakan akad Ijarah
terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya
dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai.

G. Rukun dan Syarat Ijarah

a. Penyewa (must’jir)

b. Pemberi sewa (mu’ajjir)

c. Objek sewa (ma’jur)

d. Harga sewa (ujrah)

e. Manfaat sewa (manfa’ah)

f. Ijab qabul (sighat).11

H. Bentuk Al – Ijarah al muntahia bit Tamlik

Al – Ijarah al muntahia bit Tamlik memiliki banyak bentuk, bergantung pada apa yang
disepakati kedua pihak yang berkontrak. Misalnya, al ijarah dan janji menjual, nilai sewa yang
mereka tentukan dalam al ijarah, harga barang dalam transaksi jual, dan kapan kepemilikan
dipindahkan.

Ada 2 bentuk Al – Ijarah al muntahia bit Tamlik:

1. Hibah, yakni transaksi ijarah yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang secara
hibah dari pemilik objek sewa kepada penyewa. Pilihan ini diambil bila kemampuan financial
penyewa untuk membayar sewa relatif lebih besar. Sehingga akumulasi sewa di akhir periode

10
Ibid, h. 118
11
Sunarto Zulkifli, Perbankan Syari’ah, (zikrul Hakim: jakarta, 2007). Hal: 46
9
sewa sudah mencukupi untuk menutup harga beli barang dan margin laba yang ditetapkan oleh
bank.

2. Janji untuk menjual, yakni transaksi ijarah yang diikuti dengan janji menjual barang objek
sewa dari pemilik objek sewa kepada penyewa dengan harga tertentu. Pilihan ini biasanya
diambil bila kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa
yang dibayarkan relatif kecil, maka akumulasi nilai sewa yang sudah dibayarkan sampai akhir
periode sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut dan margin laba yang ditetapkan oleh
bank. Bila pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, maka ia harus membeli barang itu di
akhir periode.12

12
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK dan PAPSI, PT.
Grasindo, Jakarta, 2005, h. 46
10
BAB III

KESIMPULAN

Pada dasarnya, ijarah di defnisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan
membayar imbalan tertentu. ada yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual beli jasa (upah-
mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan sewa-
menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang.Transaksi ijarah di landasi adanya pemindahan
manfaat (hak guna), bukan pemindahan kepemilikan (hak milik). Jadi prinsip ijarah sama saja
prinsip jual beli. Al ijarah dibagi menjadi 2 yaitu : Sewa menyewa barang dan Pemberian upah
atas jasa tenaganya .

Ijarah Muntahia Bittamlik adalah transaksi ijarah yang diikuti dengan proses perpindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri. Proses perpindahan kepemilikan barang dalam transaksi
ijarah muntahia bittamlik dapat dilakukan dengan cara: hibah dan promise to sell (janji jual).
Yang mana ijarah muntahia bittamlik ini memiliki rukun, yaitu: penyewa (musta’jir), pemberi
sewa (mu’ajjir), objek sewa (ma’jur), harga sewa (ujrah), manfaat sewa (manfa’ah), dan yang
terakhir ijab qabul (sighat).

SARAN

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad syafi’i, “bank syariah : dari teori ke praktik” (Jakarta : gema inzani dan
tazkia cendekia, 2001).

Wiyono,Slamet, “Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAK dan
PAPSI”, (Jakarta : PT. Grasindo, 2005).

Zulkifli, Sunarto, “perbankan syari’ah”, (jakarta : zikrul Hakim, 2007).

Wasilah dan Sri Nurhayati. (2013). Akuntansi Syariah Di Indonesia edisi 3.Jakarta: Salemba
Empat

Rachmat Syarif. (2001). Fiqih Muamlah, Bandung: CV Pustaka Setia

Muhammad. (2009). Model-model akad pembiayaan di bank syariah, Yogyakarta: UUI Press

Dewi Swiknyo.(2010). Komplilasi Tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajaran, cetakan 1.

Qamarul Huda.(2011). Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Sukses Offset.

Murtadho Ridwan.(2015). Al-Ijarah Al-Mutanaqishah: Akad Alternative untuk Pemberdayaan


Tanah Wakaf. Jurnal Ekonomi Syariah. Vol 3(1) 148-149

Rosita Tehuayo.(2018). Sewa menyewa (Ijarah) dalam sistem Perbankan Syariah. Tahkim. Vol
115(1) 90

12

Anda mungkin juga menyukai