Anda di halaman 1dari 10

Akad Istishna

Dosen pengampu: Hilyatun Nafisah, SE, ME

-Bogas Ardiyansyah
22.02.01.0001
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena
atas izin dan kehendak-Nya jugalah maka lah sederhana ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan maka lah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kul iah. Adapun yang kami bahas dalam
makala h ini mengenai "Akad Istishna". Dalam penulisan maka lah ini kami
menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan
kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan maka lah ini. Oleh karena itu
sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen kami yang telah
memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami. Kami menyadari akan
kemampuan kami yang masih terbatas. Dalam makala h ini kami suda h berusaha
semaksimal mungkin. Harapan kami, maka lah ini dapat menjadi track record dan
menjadi referensi bagi kami dan orang lain dalam mengarungi masa depan. Kami
juga berharap agar maka lah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Parung panjang, 7 Desember 2023


KATA PENGANTAR.................................................................... i

DAFTAR ISi................................................................................. ii

............................................................... 1

A. Latar Bela kang......................................................................1

............................................................3

A . Pengertian Akad Istishna.....................................................1

B. Jenis-jenis Akad Istishna...................................................1

C. Sumber Hukum Akad Istishna...........................................1

D. Proses Resiko Akad Istishna.................................................1

E. Berakhirnya Akad Istishna...................................................1

........................................................................4

A. Kesimpulan..............................................................................1

Daftar pustaka.............................................................................2
A. Latar Belakang
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung antara dua belah
pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan melalui
perantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel. Walaupun istishna adalah akad jual
beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam maupun dengan murabaha. Istishna lebih ke
kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan dapat dibayarkan secara tangguh. Istishna
menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara syari’ah. Untuk
pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung danmetode persentase
penyelesaian. Di mana metode persentase penyelesaian yang digunakanmiris dengan akuntansi
konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara margin labadan selisih nilai akad
dengan nilai wajar.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang apa yang dimaksud dengan akuntansi
istishna’, selain itu juga untuk mempelajari jenis-jenis dari istishna, serta menganalisis ruang
lingkup dari istishna itu sendiri. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman
tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan
memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.
A. Pengertian Akad Istishna
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’)
dan penjual (pembuat/shani’)-(Fatwa DSN MUI). Shani’ akan menyediakan barang yang dipesan
sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui
pihak lain (istishna’ pararel).

1. Dalam PSAK 104 Par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:
a). Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati
b). Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal.
c). Harus diketahui krakteristik secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas
dan kuantitasnya.

2. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:


a). Jumlah yang telah dibayarkan; dan Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi
dan tepat waktu.

3. Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya
istishna' tidak dapat dibatalkan, kecuali:
a). Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
b). Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi pelaksanaan
atau penyelesaian akad.
c). Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi atau kedua belah pihak
bersepakat untuk menghentikan akad.

4. Karakteristik Istishna’antara lain:


a). Berdasarkan akad istishna', pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang
pesanan (mashnu') sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan
cara pembayaran dimuka atau tangguh.
b). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
B. Jenis-jenis Akad Istishna
1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin) dan
penjujal (pembuat, shani).
2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk
memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan pihak
lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan.
Syarat akad istishna’pararel, pertama (antara penjual dan pemesan) tidak tergantung pada
istishna’ kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dan penjual dan
akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya
keuntungan selama kontruksi.

C. Sumber Hukum Akad Istishna


1. Al-Qur’an
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”(QS. Al-Baqoroh:283).
2. Al-Hadist
a). Amir bin Auf berkata: “Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslim kecuali
perdamaian yang mengharumkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
dan menghalalkan yang haram.” (HR.Tirmidzi).
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah) dan mencampur gandum denga tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
dijual.”(HR. Ibnu Majjah).
b). Abu Said al-Khudri berkata : “tidak boleh membahayakan diri sendiri dengan orang lain.”
(H.R Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktekkan istisnha’ scara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istisnha’ sebagai kasusu ijmak atau konsensus
umum. Istisnha’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak
bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan atau
kemanfaatan bagi umum serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan
apakah hal tersebut telah di praktekkan secara umum atau tidak.

D. Proses Resiko Akad Istishna


Sebelum dijelaskan tentang poses risiko dalam pembiayaan istishna penulis akan
menjelaskan terlebih dahulu proses pembiayaan dalam konsep ekonomi syariah.

Proses dasar pembiayaan meliputi aplikasi, analisis permohonan pembiayaan,


penyusunan struktur pembiayaan dan penyiapan dokumen pembiayaan, realisasi
pembiayaan, pembinaan dan pengawasan serta penyelesaian pembiayaan.

Pembiayaan yang berpotensi untuk tidak dapat dilunasi sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditetapkan dan disetujui bersama, bank wajib memberikan penilaian tentang
kualitas pembiayaan tersebut. Penilaian kualitas pembiayaan itu pada umumnya harus
sesuai dengan ketentuan penilaian kolektibilitas yang ditetapkan oleh bank sentral.

Penillaian terhadap kualitas pembiayaan yang dilakukan berdasarkan pada kemampuan


membayar mengacu pada ketetapan pembayaran angsuran pokok dan atau
pencapaian rasio antara Realisasi Pendapatan (RP) dengan Proyeksi Pendapatan
(PP).20 PP dihitung berdasarkan analisis kelayakan usaha dan arus kas nasabah
selama jangka waktu pembiayaan.
Misalnya pembiayaan berjangka waktu dua tahun, jadwal pembayaran bagi hasil
ditetapkan selama 6 bulan, maka PP ditetapkan setiap 6 bulan.
Bagan proses manajemen risiko dapat digambarkan sebagai berikut.

Proses Manajemen Risiko

Menentukan Konteks

Identifikasi risiko

Analisis risiko
Evaluasi risiko

Perlakuan risiko

Suatu proses yang mengaitkan suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dalam risk
management sebagai tindakan untuk mengendalikan berbagai risiko yang akan terjadi.
Rangakian kegiatan tersebut disajikan dalam gambar proses manajemen risik tersebut.
Risk management dapat berupa tindakan untuk mengorbankan suatu resources tertentu
yang dikuasai. Hal ini dilakukan demi perolehan return di masa depan, walaupun masih
diselimuti ketidakpastian.

E. Berakhirnya Akad Istishna


Kontrak istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi sebagai berikut:
1). Tidak terpenuhinya kewajiban secara formal oleh kedua belah pihak.
2). Persetujuan kedua belah pihak untuk menhentikan kontrak.
3). Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab ia masuk untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing pihak dapat
membatalkannya.
A. Kesimpulan
Merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dengan penjual ( pembuat
barang/ Shani’).
Istishna pararel merupakan suatu bentuk akad istishna antara pemesan (pembeli/mustashni)
dengan penjual ( pembuat/shani’) kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni,
penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.
Jenis akad istishna.
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin) dan
penjujal (pembuat, shani)
Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk
memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan pihak
lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan
Nurhayati Sri, Akutansi Syri’ah Di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula. SyariahMarketing. Bandung. Mizan.
2006.
IbnuRusyd. Bidayatul Mujtahid. Penerj.Imam Ghazali Said.Jakarta.Pustaka Amani. 2002
Iwan Triyuwono. Perspektif, Metodologi dan Terori Akuntansi Islam.Jakarta. Rajawali
Pers. 2006
Muhammad Ayub. Understanding Islamic Finance : A-Z KeuanganSyariah. Jakarta.
2009. Gramedia.
Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam. Yogyakarta.BPFE. 2004

Anda mungkin juga menyukai