Para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi Sunnah menurut istilah. Hal ini
lebih di sebabkan perbedaan latar belakang, persepsi dan sudut pandang mereka
terhadap diri Rasulullah Saw., yaitu :
1. Ahli hadits
هّٰللا
َس َوا ٌء َكانَ قَ ْب َل ْالبِ ْعثَ ِةاَوبَ ْع َدهَا،وصفَ ٍةخَ ْلقِيَّ ٍةاَو ِس ْي َر ٍة
ِ َصلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن قَوْ ٍل اوفِ ْع ٍل اَوتَ ْق ِري ٍْرا َ َماأُثِ َر َع ِن النَّبِ ِّي
Artinya:"Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Saw., baik berupa perkataan,
pekataan, ketetapan (taqrir), perangai, budi pekerti, maupun perjalanan hidup, baik
sebelum diangkat sebagai Rasul maupun sesudahnya."
Dari definisi tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa para ahli hadits membawa
masuk semua bentuk kebiasaan Nabi Saw. (baik yang melahirkan hukum Syara'
maupun tidak) ke dalam pengertian Sunnah. Dan dengan sendirinya, mereka pun
memakai Sunnah sama dengan hadits.
2. Ahli Ushul
صلَّى هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َغ ْي َرالقُرٓانَ ْال َک ِر ِيم ِم ْن قَوْ ٍل اَوتَ ْق ِري ٍْر ِم َّما يَصْ لُ ُح اَ ْن يَ ُکوْ نَ َدلِ ْيالً لِ ُح ْک ٍم
َ ص َد َر َع ِن النَّبِ ِّي
َ ُکلُّ َما
شَرْ ِع ٍّي
Artinya :"segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Saw., selain Al Qur'an Al Karim,
baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan (taqrir)-nya yang memang layak
untuk dijadikan sebagai dalil bagi hukum Syara'."
Dari definisi tersebut, Sunnah diartikan sebagai sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Saw., tetapi hanya yang berhubungan dengan hukum Syara', baik berupa
perkataan, perbuatan maupun ketetapannya. Sedangkan semua yang melekat pada
Nabi, tapi tidak berhubungan dengan hukum Syara' serta terjadi sebelum ia diangkat
sebagai Rasul, tidak masuk dalam kategori pengertian sunnah. (Ilmu Memahami
Hadits Nabi : KH.M.Ma’shum Zein, MA)
a. Sunnah secara etimologi adalah perbuatan atau perjalanan yang pernah dilalui baik yang
tercela maupun yang terpuji. Sedangkan secara terminologi sunnah mempunyai
pengertian yang berbeda-beda, karena ulama memberikan pengertian sesuai dengan
disiplin ilmu masing-masing.
b. Sunnah ( )السنةsecara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah ( )السيرة المتبعةyang
berarti jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan
sunnah, baik itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.
Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah : Segala sesuatu yang
dinukil dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik itu sebelum
diutus maupun sesudah diutus. (nasehat quran.com)
3. Pengertian Khabar
Al-khabar ()اَ ْلخَ بَ ُر, dalam bahasa artinya "warta atau "berita". Maksudnya, "sesuatu
yang diberitakan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain (ث بِ ِه َويَ ْنتَقِ ُل ُ ") َمايَت ََح َّد
sehingga Al-khabar yang diambil dari kata dasar "al-ikhbar( " )ا ِالخبَا ُرini berasal. ْ َ
Sehingga makna yang timbul jika kata itu dihubungkan dengan istilah "haddatsana
ٍ ")ح َدثَنَابِ َح ِد ْي
bihaditsin (ث َ adalah makna "ahkbarana bihaditsin ( ث ٍ )اَ ْخبَ َرنَابِ َح ِد ْيartinya, dia
mengkhabarkan suatu berita kepada kami).
Sebagaimana firman dan sabda Nabi Saw. sbb :
َصا ِدقِ ْين ٍ فَ ْلئَْاتُوابِ َح ِد ْي
َ ث ِم ْثلِ ِه اِ ْن ُک ْنتُ ْم
Artinya :"Maka hendaklah mereka mendatangkan berita yang sepertinya, jika
kamu sekalian orang-orang yang benar."
Adapun secara terminologi, para ahli memberikan definisi berbeda, sesuai dengan
latar belakang dan disiplin keilmuan mereka masing-masing, diantaranya adalah :
a). Sebagian ulama mengatakan, Khabar ialah sesuatu yang datang dari selain Nabi
Saw., sedangkan yang selain dari Nabi Saw. disebut hadist
b). Sebagian yang lain mengatakan, hadits lebih luas daripada Khabar sebab setiap
hadits bisa dikatakan khabar, tapi tidak setiap Khabar dapat disebut hadits.
c). Ahli hadits mendefinisikan khabar sama dengan hadits, yaitu" Segala sesuatu
yang datang dari Nabi Saw., sahabat dan tabi'in, baik perkataan, perbuatan maupun
ketetapannya."
Sunnah secara
Dari definisi ini, at-tarmizi berpendapat bahwa klarifikasi hadits marfu', mauquf
dan maqthu' merupakan penggolongan hadits dilihat dari sumber beritanya sehingga
dapat dibedakan antara hadits yang bersumber dari Nabi dan yang hanya dari
sahabat dan tabi'in. Sekalipun demikian, pengklasifikasian ini dapat juga dilihat dari
sisi lain, seperti dari sisi kualitas nya, yaitu hadits shahih, hadits Hasan dan hadits
dha'if. Dari sisi jumlah periwayatan nya, ada hadits mutawatir dan hadits Ahad.
Pengertian khabar dan atsar menurut ulama hadis adalah sama dengan hadis.
Namun sebagian ulama berpendapat bahwasannya sesuatu yang berasal dari Nabi
adalah hadis. Sedangkan yang berasal dari selain Nabi disebut khabar. Para fuqaha
Khurasan menyebut hadis mawquf dengan khabar dan hadis maqthu‘ dengan atsar.
(Ilmu Memahami Hadits Nabi : KH.M.Ma’shum Zein, MA)
4. Pengertian Atsar
Al-Atsar dalam bahasa artinya adalah "sisa ( " )بَقِيَّةُال َّش ْي ِء, sedangkan menurut istilah,
ada beberapa pengertian yang sudah di kemukakan para ahli dari berbagai disiplin
keilmuan, diantara adalah :
a). Jumhur ulama berpendapat, atsar sama dengan Khabar, yaitu sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Saw., sahabat dan tabi'in.
b). Menurut ulama lain, seperti'ulama Khurasan, atsar terbatas untuk hadits mauquf
sedangkan khabar untuk hadits marfu'
c). Ahli hadits lain mengatakan, Khabar berasal dari Nabi, sedangkan atsar adalah
sesuatu yang disandarkan hanya kepada sahabat dan tabi'in, baik perbuatan maupun
perkataan.
Dari contoh hadis di atas jika diteliti, maka yang dimaksud dengan sanad adalah
haddatsana Abdullah bin Yusuf hingga pada lafadz ‘An biihi qaala, yang
menyambungkan kepada Rasulullah SAW. Agar lebih jelas berikut ini diterangkan
dalam bentuk denah periwayatan hadits di atas .
2. Matan
Kata matan menurut bahasa berarti ما ارتفع وص˜˜لب من االرضyang berarti tanah yang
tinggi dan keras,namun ada pula yang mengartikan kata matan dengan arti kekerasan,
kekuatan, kesangatan. sedangkan arti matan menurut istilah ada banyak pendapat
yang dikemukakan para ahli dibidangnya, diantaranya:
- Menurut Muhammad At Tahhan
ما ينتهى اليه السند من الكالم
“suatu kalimat tempat berakhirnya sanad”
- Menurut Ath Thibbi
الفاظ الحديث التى تتقوم بها معاني
“lafadz hadis yang dengan lafadz itu terbentuk makna”
Jadi pada dasarnya sanad itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadis, baik itu berupa
perkataan Nabi atau perkataan seorang sahabat tentang Nabi. Posisi matan dalam
sebuah hadis amatlah penting karna dari matan hadis tersebutlah adanya berita dari
Nabi atau berita dari sahabat tentang Nabi baik itu tentang syariat atau pun yang
lainnya,
Contoh matan
(رواه. من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد, قال رسول هللا: عن أم المؤمنين عا ئشة رضى هللا عنها قالت
)متفق عليه
“warta dari Ummu Al Mukminin, ‘Aisyah ra., ujarnya: ‘Rasulullah SAW telah
bersabda: barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam
urusan (agamaku), maka ia tertolak’. ” (Hr. Bukhori dan Muslim)
Dari contoh hadist diatas yang dimaksud dengan matan hadis ialah lafadz yang
dimulai dengan من أحدثhingga lafadz فه˜و ردatau dengan kata lain yang dimaksud
dengan bagian matan dari contoh hadis di atas ialah lafadz
من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan
(agamaku), maka ia tertolak’.”
3. Mukharrij
Kata Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau
istikhraj dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan
menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan,
menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan
diterimanya dari seseorang (gurunya) . Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada
bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut, semisal
mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim,
ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.
Seperti pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir hadis tersebut
disebutkan nama Al-Bukhari ( )رواه البخ˜˜اريyang menunjukkan bahwa beliaulah yang
telah mengeluarkan hadis tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih Al-
Bukhari. Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis
tersebut ialah Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.