Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PEMBAHASAN

A. Sumber dan Dalil hukum islam

Sumber hukum islam yang di sepakati seluruh ulama ada empat yaitu Al-
Qur’an,hadist,al-ijma’dan al-qiyas. Sumber dan dalil hukum mengandung pengertian yang
berbeda pada hakikatnya, kata sumber mengandung arti sesuatu yang menjadi dasar lahirnya
sesuatu sedangkan kata dalil mengandung arti, sesuatu yang memberi petunjuk dan
mengantar orang untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu yang dapat dikatakan sebagai
sumber hukum islam hanyalah dua yaitu Al-Qur’an dan Hadist, sedangkan ijma’ dan qiyas
sebenarnya bukan sumber hukum islam tetapi hanya dalil hukum.1 Adapun pengertiannya
yaitu ;
a) Al-Qur’an
Al Quran adalah kalam Allah atau kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril dan disampaikan kepada umat manusia untuk
dijadikan pedoman dalam kehidupan di dunia. Sebutan kalam Allah untuk Al-Qur’an tidak
diberikan oleh Nabi Muhammad atau dari sahabat melainkan dari Allah. Pendapat demikian
didasarkan pada ayat pertama turun yaitu ;

َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬


َ َ‫ك الَّ ِذيْ خَ ل‬
ۚ‫ق‬

Yang artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan{QS.Al-Alaq 1}

b) Hadist
Kata "Hadist" berasal dari asal kata ً‫ث – ُح ُدوْ ثًا – و َحدَاثَة‬
ُ ‫ يَحْ ِد‬- ‫َث‬
َ ‫ َحد‬yang berarti "baru." Dari
segi terminologi, hadis mengacu pada segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad
(SAW), perkataannya, perbuatannya, dan ketentuan-ketentuannya yang berkaitan dengan
hukum dan ketentuan Allah yang diwajibkan bagi manusia. Ada beberapa jenis hadits dalam
tradisi Islam, antara lain hadits qauli, hadits fi'li, dan hadits taqriri. Hadits Qauli adalah istilah
yang merujuk pada segala sesuatu yang didasarkan pada ajaran Nabi Muhammad dalam
1
Abd.Rahman Dahlan,ushul fiqh [Jakarta : AMZAH, 2014],hlm 113
bentuk perkataan atau ucapan yang berkaitan dengan keyakinan, fiqih, dan budi pekerti
Islam. Hadis Fi'li mengacu pada hadits yang menjelaskan tentang perbuatan Nabi
Muhammad. Ini termasuk cerita tentang doa dan ziarah. Hadits Taqriri adalah proses
penentuan atau penilaian kedudukan Nabi terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh
anggota sahabat yang perkataan atau perbuatannya diperbolehkan oleh Nabi.
c) Al-Ijma’
Ijma bermakna “kesepakatan terhadap sesuatu” di temukan dalam surat Yusuf ayat ke 15

ِ َ‫ُوا بِِۦه َوَأجْ َمع ُٓو۟}ا َأن يَجْ َعلُوهُ فِى َغ ٰيَب‬
َ‫ت ْٱلجُبِّ ۚ َوَأوْ َح ْينَٓا ِإلَ ْي ِه لَتُنَبَِّئنَّهُم بَِأ ْم ِر ِه ْم ٰهَ َذا َوهُ ْم اَل يَ ْش ُعرُون‬ ۟ ‫فَلَ َّما َذهَب‬

Artinya: Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur
(lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan
kepada Yusuf: "Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan
mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi".2

Ijma’ mengandung beberapa unsur yaitu ;


1) Adanya kesepakatan seluruh mujtahid dari kalangan ulama.
2) Kesepakatan yang dilakukan haruslah dinyatakan secara jelas.
3) Yang melakukan kesepakatan adalah mujtahid
4) Kesepakatan dilakukan setelah wafatnya Rasullulah

d) Qiyas
Secara etimologi, qiyas merupakan bentuk masdar dari kata qâsa- yaqîsu, (‫ قاس‬- ‫)يقيس‬
yang artinya ukuran, mengetahui ukuran sesuatu.
Menurut Ibnu as-Subki, qiyas ialah
‫حمل معلوم على معلوم لمسا واته في علة حكمه عند الحامل‬
Artinya: Menyamakan hukum sesuatu dengan hukum sesuatu yang lain karena adanya
kesamaan ‘illah hukum menurut mujtahid yang menyamakan hukumnya.

B. Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an

2
Abd.Rahman Dahlan,Ushul Fiqh [Jakarta : AMZAH, 2014],hlm 146
1) Hadist berfungsi sebagai bayan at –Tafshil yaitu memiliki fungsi untuk menjelaskan
atau merinci {global} sehingga dapat dipahami oleh umat. Dalam al Qur'an ada
perintah melaksanakan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji, berjuang di
jalan Allah dan sebagainya. Namun teknik operasional dari kewajiban kewajiban
tersebut tidak dijumpai dalam al-Qur'an. Oleh karena itu, teknik operasionalnya
ditetapkan oleh sunnah. Sebagai contoh adalah perintah shalat dalam surat al Baqarah;
110, tanpa disertai aturan teknis operasional bagaimana perintah shalat tersebut harus
dilaksanakan.

َ‫َواَقِ ْي ُموا} الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ ۗ َو َما تُقَ ِّد ُموْ ا اِل َ ْنفُ ِس ُك ْم ِّم ْن َخي ٍْر ت َِج ُدوْ هُ ِع ْن َد هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ بِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬
110 ‫ص ْي ٌر‬
ِ َ‫ب‬.
Artinya Dan laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang
kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah.
Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. {Qs. Al- Baqarah 110}

Dari ketentuan ayat tersebut kemudian Rasullulah mempraktekkan shalat dan


kemudian beliau bersabda

َ ‫صلُّوا َك َما َرَأ ْيتُ ُمونِي ُأ‬


}‫صلِّي [رواه البخاري‬ َ ‫ َو‬:]‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ك [ق‬
ٌ ِ‫ع َْن َمال‬

Arti hadits:
Dari Malik [telah bersabda Rasulullah saw]: “Dan shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku shalat.”[H.R. Bukhari]

2) Hadis berfungsi sebagai bayan al-ta'kid. yaitu berfungsi memperkuat dan menetapkan
hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an.
Contohnya seperti hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Hurairah,
“Rasulullah SAW telah bersabda, Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas
sebelum dia berwudhu”. (H.R. Bukhari).
3) Bayan At-tasyri’ atau sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran Islam yang
tidak dijelaskan dalam Alquran. Biasanya Alquran hanya menerangkan pokok-
pokoknya saja.
Contohnya hadits mengenai zakat fitrah, dibawah ini:
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadan
satu sha’ kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-laki
atau perempuan” - (HR. Muslim)

4) Hadis berfungsi sebagai bayan al-naskh, berfungsi menghapuskan hukum-hukum


yang terdapat dalam al-Qur'an Para ulama mendefinisikan Bayan Nasakh berarti
ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu,
sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan lebih
luas.
Contohnya:
“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”
Hadits ini menasakh surat QS. Al-Baqarah ayat 180:

“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut,
jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabat
secara ma’ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa” - (QS.Al-
Baqarah:180)

C. Hubungan hadist dengan Al-Qur’an

Jika berbicara tentang hadist sebagai sumber ajaran agama (hukum) islam maka kita harus
meletakkan hadist dalam kerangka dikursus ushul fiqh. Menurut ulama ushul fiqh hadist
adalah mengacu pada segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad (SAW),
perkataannya, perbuatannya, dan ketentuan-ketentuannya, oleh karena itu hadist ditempatkan
sebagai sumber hukum islam kedua setelah Al-Qur’an. Didasarkan dalam dalil Al-Qur’an
yang terdapat dalam Qs.an-Nisa’ ayat 80 sebagai berikut :

‫َم ْن ي ُِّط ِع ال َّرسُوْ َل فَقَ ْد اَطَا َع هّٰللا َ ۚ َو َم ْن ت ََو ٰلّى فَ َمٓا اَرْ َس ْل ٰنكَ َعلَ ْي ِه ْم َحفِ ْيظًا‬
Artinya : Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati
Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak
mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka. 3

Dalam banyak hal, Al-Qur an menyebut banyak prinsip salah satu fungsi hadist adalah
menjelaskan dan menjabarkan hal hal yang ada tetapi belum teperinci dalam Al-Qur'an.
Selain itu, hadist juga membatasi ketentuan Al-Qur'an yang bersifat umum Bahkan bisa juga
hadis menetapkan hukum yang tidak ada dalam Al-Qur'an.4

Dalam ajaran agama Islam, kedudukan hadist setingkat di bawah Al-Qur'an .karena hadist
adalah perincian ketentuan agar Al-Qur'an itu dapat dioperasionalkan,lebih-lebih pada
ketentuan hukum yang bersifat amali dan perinciannya tidak tercantum dalam Al -Qur'an.5
Selain itu hadits merupakan sebagai penegas Al-Qur'an yang dapat diartikan, hadist
menegaskan ketentuan yang sudah diterangkan dalam Al-Qur'an. Namun ketentuan hukum
ini tidak selamanya semua hanya diterangkan dalam Al-Qur'an tanpa adanya penegasan dari
hadist. Salah satu contohnya awal puasa Ramadhan harus bertepatan dengan awal bulan
Ramadhan.

Ketentuan ini sudah ada dan ditentukan dalam Al Qur'an, sebagaimana tercantum
dalam Surah al-Baqarah ayat 185. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri dalam
suatu hadist yang diriwayatkan Imam al-Bukhari bersabda, "Puasalah kali ketika melihat
bulan dan berharirayalah pula ketika melihat bulan. (HR al-Bukhari).
Hadist juga menerangkan ketentuan hukum yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an yang
artinya hadist yaitu hukum secara mandiri yang tidak diisyaratkan dalam Al-Qur’an. Oleh
karena itu hadist dan Al-Qur’an sangat keterkaitan dan hadist dapat dikatakan sumber
ajaran islam kedua setelah Al-Qur’an yang dapat mengikat ketaatan umat islam.

3
UmiSumbulah dkk Study Al-Qur’an dan hadis (Malang. Uin Maliki press) 2014. Hlm 34.
4
Syahruddin El-fikri sejarah ibadah (Jakarta,Republika penerbit) 2014. Hlm 233.
5
Syahruddin El-fikri sejarah ibadah (Jakarta,Republika penerbit) 2014. Hlm 233.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas,dapat kita simpulkan bahwa Hadis merupakan sesuatu
yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan ataupun
keputusan-keputusan beliau. Ada beberapa istilah yang sering disinonimkan dengan
pengertian Hadist. Yaitu sunnah ( kebiasaan ) atau tradisi pada masa Nabi SAW,
Khabar( berita ) yang bersumber dari Nabi SAW dan para sahabat. Selain itu Al-
Qur’an dan Hadist mempunyai hubungan yang sangat penting sebagai sumber hukum
islam. Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi SAW
mengandung ayat-ayat yang berhubungan dengan aqidah dan syari’at dan
membutuhkan penjelasan yang terdapat dalam Hadist.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha untuk menyelesaikan
makalah dengan sebaik mungkin dan tepat waktu. Namun bahwasanya penulis
menyadari bahwasanya makalah kami ini ,masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama dari dosen
pengampu mata kuliah Hadits dsn umumnya kepada para rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Sumbulah, Umi dkk. 2014. Studi Al-Qur’an dan Hadis. Malang: UIN Maliki Press.
El-Fikri, Syahruddin. 2014. Sejaarah Ibadah. Jakarta: Republika Penerbit.
Dahlan, Abdul Rahman. 2014. Ushul Fiqih. Jakarta: AMZAH.

Anda mungkin juga menyukai