Anda di halaman 1dari 11

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

Nama Mahasiswa : Siti Galuh Khaliliyah Nuha, S.Pd.I


Dosen Pengampu : Dr. Siti Khadijah, M.A

A. Judul Modul : KONSEP DASAR ULUMUL HADIS


B. Kegiatan Belajar : KB 1 PENGERTIAN HADIS DAN STRUKTURNYA
C. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
1 Konsep PETA KONSEP
(Beberapa
istilah dan
definisi) di KB
Uraian Peta Konsep di atas
A. Pengertian Hadis
Hadis mempunyai beberapa sinonim/murâdif menurut para pakar Ilmu Hadis, yaitu Sunah, Khabar, dan Atsar.
Secara etimologi dimaknai sebagai jadid, qarib, dan khabar. Jadid adalah lawan dari qadim yang artinya yang baru.
Sedangkan qarib artinya yang dekat, yang belum lama terjadi. Sementara itu, khabar artinya warta yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada yang lainnya. Sebagaimana tercantum dalah surah adh-Dhuha:11
ْ ‫ك فَ َحد‬
ࣖ ‫ِّث‬ َ ِّ‫َواَ َّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬
Artinya; “Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur)”
Dari segi terminologi, banyak para ahli Hadis muhadditsîn) memberikan definisi di antaranya Mahmud al-Thahân
mengemukakan:

‫ان َأ ْو فِ ْعاًل َأ ْو تَ ْق ِر ْيرًا‬


َ ‫َما َجا َء َع ِن النّبي صلى هللا وسلم َس َوا ٌء َك‬
Artinya: “Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan”

Dengan demikian, Hadis dapat dimaknai dengan sesuatu yang datang atau sesuatu yang bersumberkan dari Nabi
dan atau disandarkan kepada Nabi. Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, Hadis merupakan sumber berita
yang datang dari Nabi saw dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan. Definisi di
atas memberikan kesimpulan, bahwa Hadis mempunyai 3 komponen yakni : Qauli, Fi’li Taqrir,
Qauli

Hadis

Fi'li Taqrir

Komponen Hadis

1. Hadis perkataan yang disebut dengan Hadis Qawlî, misalnya sabda beliau:

Jika dua oramg muslim bertemu dengan pedangnya, maka pembunuh dan yang terbunuh di dalam neraka…‛ (HR. Al-Bukhari)
2. Hadis perbuatan, disebut Hadis Fi`li misalnya shalatnya beliau, haji, perang dan lain-lain.
3. Hadis persetujuan, disebut Hadis Taqrîrî, yaitu suatu perbuatan atau perkataan di antara para sahabat yang disetujui Nabi.
Misalnya, Nabi diam ketika melihat bahwa bibik Ibn Abbas menyuguhi beliau dalam satu nampan berisikan minyak samin,
mentega, dan daging binatang dhabb (semacam biawak tetapi bukan biawak). Beliau makan sebagian dari mentega dan minyak
samin itu dan tidak mengambil daging binatang dabb karena jijik. Seandanya haram tentunya daging tersebut tidak disuguhkan
kepada beliau. (HR. al-Bukhari)

Di antara ulama ada yang memasukkan pada definisi Hadis Sifat (Washfî), Sejarah (Tarîkhî) dan Cita-cita (Hammî)
Rasul. Hadis sifat (Washfî), baik sifat pisik (khalqîyah) maupun sifat perangai (khuluqîyah). Sifat pisik seperti tinggi badan
Nabi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek kulit Nabi putih kemerah-merahan bagaikan warna bunga mawar,
berambut keriting, dan lain-lain. Sedang sifat perangai mencakup akhlak beliau, misalnya sayang terhadap fakir miskin dan
lain-lain.

Sunnah

Sinonim
Hadis

Atsar Khabar

Sinonim Hadis

B. Pengertian Sunnah
Sunnah menurut bahasa banyak artinya di antaranya: Siraatul mutba’ah artinya: suatu perjalanan yang diikuti. Atau
diartikan = al-‘Adtul mustamrah artinya tradisi yang kontinew, misalnya firman Allah saw dalam Surah al-Fath/48 : 23
‫ت ِم ْن قَ ْب ُل َۖولَ ْن تَ ِج َد لِ ُسنَّ ِة هّٰللا ِ تَ ْب ِد ْياًل‬
ْ َ‫ُسنَّةَ هّٰللا ِ الَّتِ ْي قَ ْد خَ ل‬
Artinya: “(Demikianlah) sunatullah yang sungguh telah berlaku sejak dahulu. Kamu sekali-kali tidak akan
menemukan perubahan pada sunatullah itu.”
Para ulama berbeda dalam mendefinisikan Sunah, perbedaan itu lebih disebabkan karena perbedaan disiplin ilmu yang
mereka miliki atau yang mereka kuasai dan ini menunjukkan keterbatasan pengetahuan manusia yang dibatasi pada bidang-
bidang tertentu. Ulama Hadis melihat Nabi sebagai figur keteladanan yang baik (uswatun hasanah), maka semua yang
datang dari Nabi adalah Sunah. Ulama Ushul melihat pribadi Nabi sebagai pembuat syari`at (syâri`), penjelas kaedah-
kaedah kehidupan masyarakat, dan pembuat dasar-dasar ijtihad. Ahli Fikih memandang segala prilaku Nabi mengandung
hukum lima yaitu wajib, haram, sunah, makruh, dan mubah.
C. Khabar
Menurut bahasa, Khabar diartikan dengan al-Naba; berita. Sedangkan secara istilah muhadditsîn Khabar identik
dengan Hadis, yaitu: segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi (baik secara marfû` atau mawqûf dan atau maqthu`) baik
berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Di antara ulama memberikan definisi :

Artinya: “Sesuatu yang datang dari Nabi saw dan dari yang lain seperti dfari para sahabat, tabi`in dan pengikut tabi`in
atau orang-orang setelahnya.”
Mayoritas ulama melihat Hadis lebih khusus yang datang dari Nabi, sedang Khabar sesuatu yang datang dari
padanya dan dari yang lain, termasuk berita-berita umat dahulu, para Nabi, dan lain-lain. termasuk berita-berita umat
dahulu, para Nabi, dan lain-lain. Misalnya Nabi Isa berkata : …, Nabi Ibrahim berkata : ….dan lain-lain, termasuk Khabar
bukan Hadis. Bahkan pergaulan di antara sesama kita sering terjadi menanyakan khabar. Apa khabar ? Khabar lebih umum
dari pada Hadis setiap Hadis adalah Khabar dan tidak sebaliknya.
D. Astar
Dari segi bahasa Atsar diartikan peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena Hadis
itu peninggalan beliau. Atau diartikan yang dipindahkan dari Nabi.
Menurut istilah ada dua pendapat, pertama, Atsar sinonim Hadis. Kedua, Atsar adalah sesuatu yang disandarkan
kepada para sahabat (mawqûf) dan tabi`in (maqthû`) baik perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama mendefinisikan :

Artinya: “Sesuatu yang datang dari selain Nabi saw dan dari para sahabat, tabi`in dan atau orang-orang
setelahnya.”
Sesuatu yang disadarkan pada sahabat disebut berita mawqûf dan sesuatu yang datang dari tabi’in disebut berita
maqthu’. Menurut Ahli Hadis Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw (marfû`), para sahabat (mawqûf), dan
ulama salaf. Sementara Fuqahâ Khurrasan membedakannya Atsar adalah berita mawqûf sedang Khabar adalah berita
marfû`. Dengan demikian Atsar lebih umum dari pada Khabar, karena Atsar adakalanya berita yang datang dari Nabi dan
dari yang lain, sedangkan Khabar adalah berita yang datang dari Nabi atau dari sahabat, sedangkan Atsar adalah yang datang
dari Nabi, sahabat, dan yang lain.

Agar lebih mudah memahami perbedaan Hadis dan sinonimnya, berikut rangkumannya:
E. Perbedaan Hadis Nabawi, Hadis Qudsi dan Alquran

KONTEKS DEFENISI MAKNA LAFAZ/Redaksi

Alquran Kalam Allah Dari Allah Dari Allah

Hadis Nabawi Perkataan Nabi Dari Nabi Dari Nabi

Hadis Qudsi Perkataan Nabi Dari Allah Dari Nabi

Berikut contoh hadis Qudsi:


Di antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan oleh Jumhûr Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf
al-Majlis al-A`la li Syu’ûn al- Islâmîyah Lajnah al-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.
Secara umum dari beberapa uraian di atas dapat dikembangkan menjadi beberapa perbedaan antara Hadis Qudsî dan Hadis
Nabawî di antaranya sebagai berikut :
- Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan, sedang pada Hadis Qudsî beliau
menyandarkannya kepada Allah swt. Pada Hadis Qudsî, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan
menggunakan redaksinya sendiri.
- Pada Hadis Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawli sedang pada Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi
perkataan/qawlî, perbuatan/fi`lî, dan persetujuan/taqrîrî.
- Hadis Nabawî merupakan penjelasan dari kandungan wahyu iii baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maksud
Wahyu yang tidak secara langsung, Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah. Jawaban itu ada
kalanya sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai dengan wahyu. Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka
datanglah wahyu untuk meluruskannya. Hadis Qudsî wahyu langsung dari Allah swt.
- Hadis Nabawî lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat, sedang Hadis Qudsî maknanya dari Allah
redaksinya disusun oleh Nabi.
- Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamîr mutakallim) : Aku (Allah)…Hai hamba-Ku…sedang
Hadis Nabawi tidak menggunakan ungkapan ini.
F. Struktur Hadis

Sanad
yaitu Silsilah atau mata rantai para
periwayat Hadis

Matan
yaitu beberapa lafazh Hadis yang
berbentuk beberapa makna

Mukharrij
Seorang yang menyebutkan suatu
hadis dalam kitabnya dengan
sanadnya

A. Sanad, pada materi sanad, akan kita jumpai lambang periwayatan hadis, seperti:

Ketiga lafal di atas melambangakan bahwa seorang periwayat mendapat hadis secara langlung dari gurunya.
- Kemudian lafal, sami’tu, haddasani, haddasana, melambangkan seorang murid mendengarkan gurunya menyampaikan
hadis secara langsung,
- Lambang akhbarani , dipergunakan untuk metode Qira’ah, artinya seorang murid membaca atau yang lain ikut
mendengarkan dan didengarkan oleh seorang guru, lalu guru mengiyakan jika benar, jika salah diluruskan.
- Lambang anba’anaa, metode ijazah artinya seorang gutu memberikan izin periwayatan kepada seorang atau beberapa
orang muridnya.
- Lambang dzakkarali , qaala lii dipergunakan dalam menyampaikan hadis dengan metode sama’ al-muzaakarah murid
mendengar bacaan guru dalam konteks muzakarah bukan dalam kontek menyampaikan periwayatan yang tentunya tidak
ada kesiapan dari kedua belah pihak.
- Lambang periwatan ‘an disebut juga dengan hadis mu’a’an, jumhur ulama berpendapat bahwa hadis ini bisa diterima
dengan syarat periwayatnya tidak mudallis (cacat dalam penyampaian) dan kemungkinan adanya pertemuan dengan
gurunya.
Ketika membahas tentang Mukharrij kita tidak asing lagi dengan kata takhrij, dimana menurut istilah takhrij adalah
penelusuran hadis. Cara menelusuri hadis kita dapat menggunakan Kamus Hadis, melalui internet, seperti al-Maktabah al-
Syamilah, Kutub al-tis’ah. Ilmu yang membahas tentang takhrij adalah Ilmu Takhrij Hadis.

1. (khalqîyah) (khuluqîyah)
2. Siraatul mutba’ah
Daftar materi
3. Arti astsar dari segi bahasa, peninggalan atau bekas sesuatu
2 pada KB yang
4. Mauquf, Maqthu’
sulit dipahami
5. metode sama’ al-muzaakarah
6. Musnad
Daftar materi
yang sering - Hadis Sifat (Washfî)
mengalami - jadid, qarib, dan khabar
3
miskonsepsi - Sunah, Khabar, dan Atsar
dalam - Kedudukan hadis Qudsi sebagai Hujjah
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai