Anda di halaman 1dari 23

MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1

PENGERTIAN HADIS DAN STRUKTURNYA

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Setelah Anda mempelajari KB 1 ini diharapkan memiliki
kemampuan; membedakan antara Hadis seperti; Sunah, Khabar
dan Atsar, serta memiliki kemampuan; mengidentifikasi struktur
Hadis, sanad matan dan mukharrij

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


• Menjelaskan Pengertian Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
• Menganalisis Perbedaan antara Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
• Mengidentifikasi struktur hadis; Sanad, Matan dan Mukharrij

Pokok-Pokok Materi
• Pengertian Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
• Perbedaan antara Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar Mengetahui
tentang Struktur Hadis
• Sanad, Matan dan Mukharrij/Perawi

1
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Uraian Materi

PENGERTIAN HADIS DAN STRUKTURNYA

A. Pengertian Hadis
Hadis mempunyai beberapa sinonim/murâdif menurut para
pakar Ilmu Hadis, yaitu Sunah, Khabar, dan Atsar. Secara
etimologi. Kata ‘Hadis‛ (Hadîts) berarti ‫اجلدة‬/‫( اجلديد‬al-Jdîd/al-jiddah=
baharu), atau ‫اخلََبر وال َكالَم‬ ( al-khabar= berita,pembicaraan,

perkataan). Sebagaimana dalam QS. Al-Dhuha : 11

١١ ‫ك فَ َح ِدث‬
َ ِ‫َوأ ََّما بِنِع َم ِة َرب‬
Artinya:
Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-
nyebutnya (dengan bersyukur). (QS. 93:11)
Dari segi terminologi, banyak para ahli Hadis muhadditsîn)
memberikan definisi di antaranya Mahmud al-Thahân
mengemukakan :

‫َّب صلى هللا عليه وسلم َس َواء َكا َن قَ ْولا أ َْو فِ ْعالا أ َْو تَ ْق ِريْ ارا‬
ِ ِ‫َما َجاءَ َع ِن الن‬
Artinya:
Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan
dan atau persetujuan
Dalam beberapa buku para ulama berbeda dalam
mengungkapkan datangnya Hadis tersebut, di antara ada seperti
di atas ‘Sesuatu yang datang‛ ada juga yang menggunakan
beberapa redaksi seperti :

...‫ف اِ َل‬ ِ
‫َما أرضْي ر‬ = Sesuatu yang disandarkan kepada…

...‫َسنِ رد اِ َل‬
ْ ‫َما أ‬ = Sesuatu yang disandarkan kepada…

2
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

...‫ب اِ َل‬ ِ
‫َما نرس ر‬ = Sesuatu yang dibangsakan kepada…

َ ‫َما ررِو‬
...‫ي َع ْن‬ = Sesuatu yang diriwayatkkan dari…

Ke-empat redaksi di atas dimaksudkan sama maknanya,


yakni sesuatu yang datang atau sesuatu yang bersumberkan dari
Nabi dan atau disandarkan kepada Nabi. Berdasarkan definisi di
atas dapat dikatakan bahwa, Hadis merupakan sumber berita
yang datang dari Nabi saw dalam segala bentuk baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan. Definisi di atas
memberikan kesimpulan, bahwa Hadis mempunyai 3 komponen
yakni :
1. Hadis perkataan yang disebut dengan Hadis Qawlî, misalnya
sabda beliau:

‫س ْي َف ْي ِه َما فَالْ َقاتِ ُل َوال َْم ْقتُ ْو ْل ِف النَّار‬ ِِ ِ


َ ‫إ َذا الْتَ َقى املُ ْسل َمان ب‬
Jika dua oramg muslim bertemu dengan pedangnya, maka
pembunuh dan yang terbunuh di dalam neraka…‛ (HR. al-
Bukhari)
2. Hadis perbuatan, disebut Hadis Fi`li misalnya shalatnya beliau,
haji, perang dan lain-lain.
3. Hadis persetujuan, disebut Hadis Taqrîrî, yaitu suatu
perbuatan atau perkataan di antara para sahabat yang disetujui
Nabi. Misalnya, Nabi diam ketika melihat bahwa bibik Ibn Abbas
menyuguhi beliau dalam satu nampan berisikan minyak samin,
mentega, dan daging binatang dhabb (semacam biawak tetapi
bukan biawak). Beliau makan sebagian dari mentega dan
minyak samin itu dan tidak mengambil daging binatang Ddabb
karena jijik. Seandanya haram tentunya daging tersebut tidak
disuguhkan kepada beliau. (HR. al-Bukhari)
Untuk memudahkan pemahaman kita berikut ini
digambarkan denah komponen atau bagian-bagian dalam Sunah :

KOMPONEN SUNAH DAN


SINONIMNYA

3
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Perkataan Nabi/ Perbuatan Nabi/ Persetujuan Nabi /


Qawly Fi`ly Taqriry

Di antara ulama ada yang memasukkan pada definisi Hadis


Sifat (Washfî), Sejarah (Tarîkhî) dan Cita-cita (Hammî) Rasul. Hadis
sifat (Washfî), baik sifat pisik (khalqîyah) maupun sifat perangai
(khuluqîyah). Sifat pisik seperti tinggi badan Nabi yang tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek kulit Nabi putih kemerah-
merahan bagaikan warna bunga mawar, berambut keriting, dan
lain-lain. Sedang sifat perangai mencakup akhlak beliau, misalnya
sayang terhadap fakir miskin dan lain-lain.
Sejarah hidup Rasul juga masuk ke dalam Hadis baik
sebelum menjadi Rasul maupun setelahnya. Menurut pendapat
yang kuat/râjih jika setelah menjadi Rasul wajarlah dimasukkan
sebagai Sunah atau Hadis tetapi sejarah yang terjadi sebelum
menjadi Rasul, belumlah dimasukkan Sunah kecuali jika diulang
kembali atau dikatakan kembali setelah menjadi Rasul.
Para ulama Syafi`îyah juga memasukkan bagian dari
Sunah apa yang dicita-citakan Rasul saw (Sunnah Hammîyah)
sekalipun baru rencana dan belum dilakukannya, karena beliau
tidak merencanakan sesuatu kecuali yang benar dan di cintai
dalam agama, dituntut dalam syari`at Islam, dan beliau diutus
untuk menjelaskan syari`at Islam. Seperti cita-cita beliau
berpuasa hari tanggal 9 Muharram, rencana beliau perintah para
sahabat mengambil kayu untuk membakar rumah orang-orang
munafik yang tidak berjama’ah shalat Isya dan lain-lain.
Sekalipun ini baru merupakan cita-cita, tetapi telah diucapkan
ucapan beliau itu Hadis qawlî yang pasti benarnya dan alasan
beliau belum mengamalkannya jelas, yakni berpulang ke rahmat
Allah.

B. Sunnah
Sunnah menurut bahasa banyak artinya di antaranya
ِ =
‫الس ْ َْيةر الْ رمْت بَ َعةر‬ suatu perjalanan yang diikuti. Atau diartikan =

4
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

‫=الْ َع َادةر امل ْستَ ْمَّرة‬tradisi yang kontinew, misalnya firman Allah saw
‫ر‬
dalam Surah al-Fath/48 : 23 :
ٗ َّ َّ ُ ُ َّ َّ َّ ُ
َ٢٣َ‫يل‬
َ ‫ّللهَتبَ هد‬
َ ‫َتدََل هسنةهََٱ‬
‫لَولنَ ه‬
َ َ‫تَقدََخلتََمهنَقب‬
َ ‫ّللهَٱل ه‬
َ ‫سنةََٱ‬
Artinya :
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu
sekali- kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.

Sunah menurut istilah, sebagai berikut :

‫أَقْ َو رال النَِّب صلى هللا عليه وسلم َوأَفْ َعالرهر َوأ َْح َوالرهر‬
Artinya :
Segala perkataan Nabi saw, perbuatananya, dan segala tingklah
lakunya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa Sunah sinonim Hadis
bersifat umum yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari
Nabi dalam bentuk apapun, baik berkaitan dengan hukum atau
tidak. Tetapi sebagian ulama membedakan bahwa Sunah terfokus
pada perbuatan Nabi saja dan yang dilakukan secara terus
menerus.
Para ulama berbeda dalam mendefinisikan Sunah,
perbedaan itu lebih disebabkan karena perbedaan disiplin ilmu
yang mereka miliki atau yang mereka kuasai dan ini menunjukkan
keterbatasan pengetahuan manusia yang dibatasi pada bidang-
bidang tertentu. Ulama Hadis melihat Nabi sebagai figur
keteladanan yang baik (uswatun hasanah), maka semua yang
datang dari Nabi adalah Sunah. Ulama Ushul melihat pribadi Nabi
sebagai pembuat syari`at (syâri`), penjelas kaedah-kaedah
kehidupan masyarakat, dan pembuat dasar-dasar ijtihad. Ahli
Fikih memandang segala prilaku Nabi mengandung hukum lima
yaitu wajib, haram, sunah, makruh, dan mubah.

C. Khabar

Menurut bahasa, Khabar diartikan = ‫( النَّبأ‬al-naba’)= berita.

Dari segi istilah muhadditsîn Khabar identik dengan Hadis, yaitu

5
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi (baik secara marfû`


atau mawqûf dan atau maqthu`) baik berupa perkataan,
perbuatan, persetujuan, dan sifat. Di antara ulama
memberikan definisi :

‫ي أ َْو ََتبِ ِع‬ ِ ِ ْ ‫ما جاء َع ِن النَِّب صلى هللا عليه وسلم و َعن غَ ِْْيهِ ِمن أ‬
َ ْ ‫َص َحابِه أ َْو التَّابِع‬ ْ ْ َ ََ َ
ِ
َ ْ ‫التَّابِع‬
‫ي أ َْو َم ْن ُد ْو ََنُ ْم‬
Artinya:
Sesuatu yang datang dari Nabi saw dan dari yang lain seperti dfari
para sahabat, tabi`in dan pengikut tabi`in atau orang-orang setelahnya.
Mayoritas ulama melihat Hadis lebih khusus yang datang
dari Nabi, sedang Khabar sesuatu yang datang dari padanya dan
dari yang lain, termasuk berita-berita umat dahulu, para Nabi,
dan lain-lain. termasuk berita-berita umat dahulu, para Nabi, dan
lain-lain. Misalnya Nabi Isa berkata : …, Nabi Ibrahim berkata :
….dan lain-lain, termasuk Khabar bukan Hadis. Bahkan
pergaulan di antara sesama kita sering terjadi menanyakan
khabar. Apa khabar ? Khabar lebih umum dari pada Hadis setiap
Hadis adalah Khabar dan tidak sebaliknya.

D. Atsar

Dari segi bahasa Atsar diartikan ‫=البَ ِقيَّةر أ َْو بَِقيَّةر الشَّيئ‬
peninggalan atau bekas sesuatu, maksudnya peninggalan atau
bekas Nabi karena Hadis itu peninggalan beliau. Atau diartikan =
‫( املْن رق ْول‬yang dipindahkan dari Nabi), seperti kalimat: ‫ُّعاءر املأْثر ْورر‬
َ ‫ الد‬dari
َ َ
kata atsar artinya doa yang dipindahkan dari Nabi.
Menurut istilah ada dua pendapat, pertama, Atsar sinonim
Hadis. Kedua, Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada
para sahabat (mawqûf) dan tabi`in (maqthû`) baik perkataan
maupun perbuatan. Sebagian ulama mendefinisikan :
ِ َّ ‫َما َجاءَ َع ِن َغ ِْْي النَِّب صلى هللا عليه وسلم ِم ْن‬
َ ْ ‫الص َحابة أَو التَّابِع‬
‫ي أ َْو َم ْن رد ْوََنرْم‬

6
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Artinya :
Sesuatu yang datang dari selain Nabi saw dan dari para sahabat,
tabi`in dan atau orang-orang setelahnya.

Sesuatu yang disadarkan pada sahabat disebut berita


mawqûf dan sesuatu yang datang dari tabi’in disebut berita
maqthu’. Menurut Ahli Hadis Atsar adalah sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi saw (marfû`), para sahabat (mawqûf),
dan ulama salaf. Sementara Fuqahâ Khurrasan membedakannya
Atsar adalah berita mawqûf sedang Khabar adalah berita marfû`.
Dengan demikian Atsar lebih umum dari pada Khabar, karena
Atsar adakalanya berita yang datang dari Nabi dan dari yang lain,
sedangkan Khabar adalah berita yang datang dari Nabi atau dari
sahabat, sedangkan Atsar adalah yang datang dari Nabi, sahabat,
dan yang lain.
RANGKUMAN PERBEDAAN HADIS DAN SINONIMNYA

HADIS DAN ASPEK DAN


STRUKTURNYAYA SANDARAN SPESIFIKASI SIFATNYA

Perkataan
(qawl), Lebih khusus
perbuatan (fiil), dan sekalipun
persetujuan dilakukan
Hadis Nabi (taqrir) sekali
Nabi dan
para Menjadi
Sunnah sahabat Perbuatan (fiil) tradisi
Perkataan
Nabi dan (qawl),
Khabar selainnya perbuatan (fiil) Lebih Umum
Perkataan
Sahabat (qawl),
Atsar dan tabi'in perbuatan (fiil) Umum

E. Perbedaan Hadis Nabawi, Hadis Qudsi dan Alquran


Hadis dilihat dari sandarannya ada dua; pertama
disandarkan pada Nabi sendiri disebut Hadis Nabawi, kedua
disandarkan kepada Allah swt yang disebut Hadis Qudsi. Hadis
Qudsi perlu dimunculkan karena ternyata banyak mahasiswa

7
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

yang belum mengerti statusnya. Pada umumnya mereka terjebak


nama Qudsi itu sendiri yang diartikan suci kemudian mereka
menduga bahwa semua Hadis Qudsî Shahih. Mari kita kaji
pengertiannya terlebih dahulu.
Hadis Qudsî disebut juga Hadis Ilâhî dan Hadis Rabbânî.
Dinamakan Qudsî (suci), Ilâhî (Tuhan), dan Rabbânî (ketuhanan)
karena ia bersumber dari Allah yang maha Suci dan dinamakan
Hadis karena Nabi yang memberitakannya yang didasarkan dari
wahyu Allah swt. Kata Qudsi, sekalipun diartikan suci hanya
merupakan sifat bagi Hadis, sandaran Hadis kepada Tuhan tidak
menunjukkan kualitas Hadis. Oleh karena itu tidak semua Hadis
Qudsî shahih tetapi ada yang shahih, hasan, dan dha`if tergantung
persyaratan periwayatan yang dipenuhinya, baik dari segi sanad
atau matan. Definisi Hadis Qudsî ialah :

‫الر رس ْول صلى هللا عليه وسلم اِ َل هللا َعَّز َو َج َّل‬


َّ ‫َضافَهر‬
َ ‫رك ُّل قَ ْول أ‬
Artinya :
“Segala Hadis yang disandarkan Rasul saw kepada Allah swt”.
Definisi ini menjelaskan, bahwa Nabi hanya menceritakan
berita yang disandarkan kepada Allah, bentuk berita yang
disampaikan hanya berupa perkataan tidak ada perbuatan dan
persetujuan sebagaimana Hadis Nabi biasa. Bentuk- bentuk
periwayatan Hadis qudsî pada umumnya menggunakan kata-kata
yang disandarkan kepada Allah, misalnya sebagaimana berikut :

ُّ ِ‫ قَ َال الن‬-١
...:‫ يَ رق ْو رل َعَّز َو َج َّل‬/‫َّب صلى هللا عليه وسلم قَ َال هللا‬
Artinya : ‚Nabi saw bersabda : Allah `azza wajalla berfirman…‛

...:‫فِْي َما َرَواهر َع ْنهر‬/‫َّب صلى هللا عليه وسلم فِْي َما يَ ْرِويْ ِه َع ْن َربِ ِه‬
ِ
َ ‫ يَ رق ْو رل الن‬-2
Artinya : ‚Rasulullah saw bersabda pada apa yang beliau riwayatkan
dari Allah swt…

...:‫ َر رس ْوَل هللا صلى هللا عليه وسلم ََْي ِكى َع ْن َربِِه َعَّز َو َج َّل يَ رق ْو رل‬-3
Artinya : ‚Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya, Dia
berfirman : …‛
Contoh Hadis qudsî, misalnya Hadis diriwayatkan dari Abî
Dzarr :

8
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

‫ت َر رس ْوَل هللا صلى هللا عليه وسلم ََْي ِكى َع ْن َربِِه‬ ِ ِ ِ


‫ث رم َعاذ بْ ِن َجبَل فَ َق َال ََس ْع ر‬
‫ َحديْ ر‬-4
ِِ ِ ِ
‫َّت ََمَبَِّت‬ َّ ِ ‫ي‬
ْ ‫ف َو َحق‬ َ ْ ‫َّت ََمَبَِّت ل ْل رمتَ بَاذل‬
ْ ‫ف َو َحق‬ َ ْ ِ‫َّت ََمَبَِّت ل ْل رمتَ َحب‬
َّ ِ ‫ي‬ ْ ‫َعَّز َو َج َّل يَ رق ْو رل َحق‬
)‫(أخرجه أمحد‬...‫ف‬ َّ ِ ‫لِْل رمتَ َزا ِوِريْ َن‬
Artinya :
Hadis Mu`adz bin Jabal ia berkata : Aku mendengar Rasulillah saw
bersabda, bahwa Allah aw berfirman : ‚ Kecintaan-Ku (Mahabbah-
Ku) berhak bagi mereka yang saling mencintai karena Aku,
Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku) berhak mereka yang merendahkan
hati (tawâdhu’ ) karena Aku, Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku) berhak
bagi mereka yang saling berziarah…‛. (HR. Ahmad )

Jumlah Hadis Qudsî tidak terlalu besar hanya sekitar 400


buah Hadis tanpa terulang-ulang dalam sanad yang berbeda
(ghayr mukarrar), ia tersebar dalam 7 Kitab Induk Hadis. Mayoritas
kandungan Hadis Qudsî tentang akhlak, aqidah, dan syari`ah. Di
antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan
oleh Jumhûr Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf al-Majlis al-
A`la li Syu’ûn al- Islâmîyah Lajnah al-Sunnah, Cairo 1988 dan
lain-lain.

F. Perbedaan Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî


Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi terletak pada
sumber berita dan proses pemberitaannya. Hadis Qudsî maknanya
dari Allah yang disampaikan melalui suatu wahyu sedangkan
redaksinya dari Nabi yang disandarkan kepada Allah. Sedangkan
Hadis Nabawi pemberitaan makna dan redaksinya berdasarkan
ijtihad Nabi sendiri. Dalam Hadis Qudsi Rasul menjelaskan
kandungan atau yang tersirat pada wahyu sebagaimana yang
diterima dari Allah dengan ungkapan beliau sendiri. Pembagian ini
sekalipun kandungannya dari Allah, tetapi ungkapan itu
disandarkan kepada Nabi sendiri karena tentunya ungkapan kata
itu disandarkan kepada yang mengatakannya sekalipun
maknanya diterima dari yang lain.
Oleh karena itu selalu disandarkan kepada Allah.
Pemberitaan yang seperti ini disebut Tawfîqî. Pada Hadis Nabawi

9
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

kajian Rasul melalui ijtihad yang dipahami dari al- Qur’an karena
beliau bertugas sebagai penjelas terhadap Alquran. Kajian ini
didiamkan wahyu jika benar dan dibetulkan dengan wahyu jika
salah. Kajian seperti ini disebut Tawqîfî.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hadis
Nabawî dengan kedua bagiannya merujuk kepada wahyu baik
yang dipahami dari kandungan wahyu secara tersirat yang
disebut dengan Tawfîqî maupun yang dipahami dari Alquran
secara tersurat yang disebut dengan Tawqîfî dan inilah makna
firman Allah dalam Surah al-Najm ayat 3-4 :

‫َوَما يَْن ِط رق َع ِن ا ْْلََوى إِ ْن ره َو إِلَّ َو ْحي ير ْو َحى‬


Dan tidaklah yang diucapkannya (Alquran) itu menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan kepadanya.‛ (QS. Al-Najm/53: 3-4)

Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan lawan kata dari


wahyu dan tidak ada alasan untuk melarangnya. Lawan kata
wahyu pada ayat tersebut adalah hawa. Nabi tidak berkata dari
hawa nafsu tetapi dari wahyu. Secara umum dari beberapa uraian
di atas dapat dikembangkan menjadi beberapa perbedaan antara
Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî di antaranya sebagai berikut :
1. Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber
pemberitaan, sedang pada Hadis Qudsî beliau
menyandarkannya kepada Allah swt. Pada Hadis Qudsî, Nabi
memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan
menggunakan redaksinya sendiri.
2. Pada Hadis Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau
qawli sedang pada Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi
perkataan/qawlî, perbuatan/fi`lî, dan persetujuan/taqrîrî.
3. Hadis Nabawî merupakan penjelasan dari kandungan wahyu iii

baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maksud Wahyu


yang tidak secara langsung, Nabi berijtihad terlebih dahulu
dalam menjawab suatu masalah. Jawaban itu ada kalanya
sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai dengan
wahyu. Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka datanglah
wahyu untuk meluruskannya. Hadis Qudsî wahyu langsung
dari Allah swt.

10
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

4. Hadis Nabawî lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian


pendapat, sedang Hadis Qudsî maknanya dari Allah redaksinya
disusun oleh Nabi.
e. Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama
(dhamîr mutakallim) : Aku (Allah)…Hai hamba-Ku…sedang Hadis
Nabawi tidak menggunakan ungkapan ini.

G. Struktur Hadis
Struktur Hadis terddiri dari beberapa bagian yaitu sanad,
matan dan mukharrij. Untuk memudahkan definisi istilah-istilah
tersebut, terlebih dahulu Saudara diajak memperhatikan contoh
struktur Hadis sebagai berikut :

ِ ِ‫ث َع ْن اجلَ ْع ِد َع ْن أَِب َر َجاء َع ْن ابْ ِن َعبَّاس َع ْن الن‬


‫َّب صلى‬ ِ ‫حدَّثَنَا مسدَّد حدَّثَنَا عب رد الْوا ِر‬
َ َْ َ َ َ‫َ ا‬
ِ ِ ُّ ‫صِب فَِإنَّه من خرج ِمن‬
ِ ِ ِ ِ
‫ات‬
َ ‫الس ْلطَأن ش ْ ابا َم‬ ْ َ َ ْ َ ‫هللا عليه وسلم قَ َال َم ْن َك ِرَه م ْن أَم ِْْيه َشْي ئاا فَ ْليَ ْ ر‬
‚)‫اهلِيَّةا (أخرجه البخاري‬ ِ ‫ِمي تةا ج‬
َ َْ
Memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami
Abd al-Wârits dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi
saw bersabda : Barang siapa yang benci sesuatu dari pimpinannya
(amir) maka hendaklah sabar, sesungguhnya barang siapa yang
keluar dari penguasa (sultan) satu jengkal maka ia mati Jahiliayah‛.
(HR. al-Bukhari)
Bagimana Anda melihat contoh kerangka Hadis di atas ?
Ada 3 bagian yang perlu anda perhatikan yaitu kalimat-kalimat
yang bergaris bawah, yakni :
1. Penyandaran berita oleh «al-Bukhâri kepada Musaddad dari Abd
al-Wârits dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi‛
rangkaian penyandaran ini disebut : Sanad.
2. Isi berita yang disampaikan Nabi : «Barang siapa yang benci
sesuatu dari pimpinannya…» disebut : Matan.
3. Sedang pembawa periwayatan berita terakhir yang termuat
dalam buku karyanya dan disampaikan kepada kita yakni al-
Bukhâri disebut : Pe-rawi atau Mukharrij. Artinya, orang yang
meriwayatkan Hadis dan disebutkan dalam kitab karyanya.
Untuk memudahkan pemahaman anda berikut ini

11
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

dibentangkan dalam bentuk seperti denah :

....‫َم ْن َك ِرَه ِم ْن‬

‫النب صلعم‬ ‫ابن عبدس‬ ‫اجلعد‬


‫رجدء‬

‫البخارى‬ ََ ‫مسددد‬ ‫عبد الوارث‬

Untuk lebih jelasnya masing-masing istilah ini akan


dipaparkan secara terperinci dalam uraian berikut :
a. Sanad Hadis
Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang dijadikan sandaran,
pegangan, dan pedoman. Dan menurut istilah ahli Hadis ialah :
ِ ْ ‫صلَ ِة اِ َل الْم‬
‫ت‬ ِ ِ ‫ِس ْل ِسلَةر‬
َ ‫الر َجال الْ رم ْو‬
َ
Artinya: ‚ mata rantai para periwayat Hadis yang menghubungkan
sampai kepada matan Hadis.‛
Sanad ini sangat penting dalam Hadis, karena Hadis itu
terdiri dari dua unsur yang secara integral tak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain, yakni matan dan sanad. Hadis tidak
mungkin terjadi tanpa sanad, karena mayoritas Hadis pada masa
Nabi tidak tertulis sebagaimana Alquran dan diterima secara
individu (âhâd) tidak secara mutawâtir. Sanad disebut juga
Musnad dan dari Musnad muncul pula Musnid. Musnad sandaran
berita dalam proses periwayatan Hadis atau diartikan orang yang
disandari dalam periwayatan. Sedang Musnid adalah orang yang
menyandarkan berita itu kepada orang lain. Arti Musnad
berkembang memiliki 3 pengertian :
1) Hadis yang diterangkan Sanad-nya sampai kepada Nabi saw,
disebut Hadis
2) Musnad sesuatu kitab Hadis yang pengarangnya
mengumpulkan segala Hadis yang diriwayatkan oleh seorang
sahabat dalam satu bab dan yang diriwayatkan oleh seorang

12
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

sahabat lain dalam bab yang tersendiri pula, seperti Musnad


Imam Ahmad.
3) Hadis yang sandarannya bersambung (muttashil) kepada Nabi
saw (marfu`).

b. Lambang periwayatan sanad


Tentunya anda telah melihat pada contoh di atas, terdapat
penyandaran berita yang dilakukan oleh para pembawa berita
dalam mata rantai sanad yang menggunakan ungkapan kata-kata
yang melambangkan pertemuan baik langsung (muttashil) atau
tidak, yaitu:

‫أَنْبَأَِن‬/‫ أَنْبَأ ََن‬،‫َخ ََب ِن‬ ْ ‫ أ‬،‫ َح َّدثَِِن‬/‫َح َّدثَنا‬


ْ ‫أ‬/‫َخ ََبَن‬
Artinya : ‚Memberitakan kepada kami/memberitakan kepadaku,
mengkhabarkan kepada kami/mengkhabarkan kepadaku,
memberitakan kepada kami/memberitakan kepadaku.‛

Ketiga ungkapan penyampaian periwayatan Hadis (adâ’) di


atas pada umumnya digunakan dalam keadaan jika seorang
periwayat mendapat Hadis secara langsung dan bertemu langsung
dari seorang gurunya. Hanya bedanya jika menggunakan kata
‚haddatsa/nâ‛ berarti penerimaan (tahammul) secara berjama`ah
dan ‚haddatsa/nî‛ bermakna bahwa penerimaannya sendirian.
Secara umum memang ungkapan kata-kata periwayatan di
atas diartikan sama yaitu bertemu langsung. Namun, kemudian
masing-masing mempunyai metodologis yang khusus, misalnya
sebagai berikut:

1) Lambang periwayatan ُ ‫ََِس ْع‬


‫ َح َّدثَنَ ا‬/‫ َح َّدثَِن‬/‫ت‬ dipergunakan dalam

metode al-Sama (‫ )السَّماع‬artinya seorang murid mendengarkan


َ
penyampaian Hadis dari seorang guru (Syeikh) secara langsung.
Guru membaca murid mendengar bacaannya. Di sini
nampaknya guru lebih aktif, tetapi muridpun dituntut lebih
aktif, karena mereka dituntut mampu melafalkan dan hapal apa
yang ia dengar dari guru. Hadis yang menggunakan lambang
periwayatan tersebut dalam segala tingkatan sanad berarti
bersambung (muttashil), masing- masing periwayat dalam sanad

13
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

bertemu langsung dengan Syeikhnya.

2) Lambang periwayatan
ََ ‫أَ ْخ‬/‫َبِن‬
‫َبَن‬ ََ ‫أَ ْخ‬ dipergunakan dalam metode

al-Qirâ’ah atau al-`Ardh, artinya seorang murid membaca atau


yang lain ikut mendengarkan dan didengarkan oleh seorang
guru, guru mengiyakan jika benar dan meluruskan jika terjadi
kesalahan. Dalam dunia Pesantren, metode ini dikenal dengan
metode sorogan, yang diartikan murid
mengajukan/menyodorkan bacaannya di hadapan guru dan
guru mendengarkan bacaannya, jika benar dibenarkan dan jika
salah diluruskan. Metode ini juga juga dihukumi muttashil
(bertemu langsung) antara murid dan guru.

3) Lambang periwayatan : ‫َن‬


َ ‫أَنْ بَأ‬/‫ أَنْ بَأَن‬dalam metode ijazah artinya
seorang guru memberikan izin periwayatan kepada seorang
atau beberapa orang muridnya. Murid yang diberi ijazah
untuk menyampaikan periwayatan tidak sembarang murid,
akan tetapi hanya murid-murid tertentu yang memiliki
kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Hadis yang
disampaikan dengan metode ijazah adalah Hadis-Hadis yang
yang telah terhimpun dalam kitab- kitab Hadis. Oleh karena
itu pengijazahan itu tampaknya hanya merukapan tali
pengikat antara guru dan murid semata. Kualitas Hadis
terpulang kepada periwayatan antara guru dengan para
periwayat sebelumnya atau naskah yang diijazahkan.
4) Lambang periwayatan :

‫قَ َال ِ ْل‬: “ia berkata kepadaku” atau: ‫ذَ َّكَر ِل‬ : ‚Ia menyebutkan

kepadaku‛ dipergunakan dalam menyampaikan Hadis metode


Samâ` al-Mudzâkarah , artinya murid mendengar bacaan guru
dalam kontek mudzakarah bukan dalam kontek menyampaikan
periwayatan yang tentunya tidak ada kesiapan dari kedua belah
pihak. Berbeda dalam konteks adâ’ (penyampaian periwayatan)
kedua belah pihak telah siap untuk menyampaikan dan
menerima Hadis.

5) Lambang periwayatan ‫ َع ْن‬Hadis yang diriwayatkan menggunakan


kata `an=dari disebut Hadis mu`an`anah. Menurut jumhur

14
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

ulama dapat diterima asal periwayatnya tidak mudallis


(penyimpan cacat) dan dimungkinkan adanya pertemuan
dengan grurunya. Jika tidak memenuhi dua persyaratan ini
maka tidak dihukumi muttashil.
6) Mahmûd al-Thahân menjelaskan, lambang periwayatan yang

menggunakan kalimat aktif seperti ‫ال‬


َ َ‫ ق‬،‫ اََمر‬،‫ (ذََكر‬Dia berkata , dia
َ َ
perintah, dan dia menyebutkan) dihukumi shahih apabila
dalam kitab Shahîhayn. Sedang lambang periwayatan dengan
menggunakan kalimat pasif, misalnya:
َ ‫ ررِو‬،‫ رَْي َكى‬،‫ ير ْذ َك رر‬،‫يرْرَوى‬
،‫ى‬
‫ (ذركَِر‬Diriwayatkan, disebutkan, diceritakan, diriwayatkan, dan
disebutkan), tidak dihukumi shahih sekalipun dalam
Shahîhayn jika didapatkan, tetapi kenyataannya tidak
didapatkan dalam Shahîhayn tersebut.

c. Matan
Kata ‚matan‛ menurut bahasa berarti; keras, kuat, sesuatu
yang nampak dan yang asli. Dalam perkembangannya karya
penulisan seseorang ada disebut matan dan ada syarah. Matan di
sini dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang yang pada
umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan
singkat sedang syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih
terurai dan terperinci. Dimaksudkan dalam konteks Hadis, Hadis
sebagai matan kemudian diberikan syarah atau penjelasan yang
luas oleh para ulama, misalnya Shahîh al-Bukhârî di- syarah-kan
oleh al-`Asqalânî dengan nama Fath al-Bârî dan lain-lain.
Menurut istilah matan adalah :

‫ث الَّ ِت تَ ُق ْو ُم ِِبَا َم َعانِْي ِه‬


ِ ْ‫ظ ا ْْل ِدي‬
َ ُ ‫أَلْ َفا‬
Artinya : ‚Beberapa lafazh Hadis yang membentuk beberapa
makna.‛
Matan Hadis ini sangat penting karena yang menjadi
topik kajian dan kandungan syariat Islam untuk dijadikan
petunjuk dalam beragama.

15
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

d. Mukharrij atau Periwayat Hadis


Kata Mukharrij isim fa`il (bentuk pelaku) dari kata Takhrîj
atau istikhrâj dan ikhrâj yang dalam bahasa diartikan;
menampakkan, mengeluarkan dan menarik. Maksud Mukharrij di
sini adalah adalah seorang yang menyebutkan suatu Hadis dalam
kitabnya dengan sanadnya. Dr. Abd Al-Muhdî menyebutkan:

‫الرَوايَِة َكالْبُ َخا ِري‬


ِ ‫ج ُه َو ذَاكِ ُر‬
ُ ‫فَال َْم ْخ َر‬
Mukharrij adalah penyebut periwayatan sepert al-Bukhari.‛
Misalnya jika suatu Hadis mukharrij-nya al-Bukhari berarti
Hadis tersebut dituturkan al-Bukhari dalam kitabnya dengan
sanadnya. Oleh karena itu biasanya pada akhir periwayatan
suatu Hadis disebutkan ‫أخرجه البخاري‬ Hadis di-takhrîj oleh al-

Bukhârî dan seterusnya. Atau untuk menyatakan perawi suatu


Hadis dikatakan dengan kata: ‫رواه البخارى‬ Hadis diriwayatkan

oleh al-Bukhârî.
Bagi perawi yang menghimpun Hadis ke dalam suatu kitab
tadwîn disebut dengan perawi dan disebut pula Muddawin (orang
yang menghimpun dan membukukan Hadis), demikian juga ia
disebut Mukharrij, karena ia yang menerangkan para perawi dalam
sanad dan derajat Hadis itu ke dalam bukunya.
Mukharrij artinya, orang yang meriwayatkan Hadis dan
disebutkan dalam kitab karyanya. Mukharrij Dr. Abd Al-Muhdî
menyebutkan:

‫الرَوايَِة َكالبُ َخا ِري‬


ِ ‫ج ُه َو َذاكِ ُر‬
ُ ‫فَال ُْم َخ َّر‬
Mukharrij adalah penyebut periwayatan sepert al-Bukhari.
Darikata Mukharrij keluarlah kata ‘Takhrîj‛ yang berarti
menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, meneyebutkan dan
menumbuhkan. Maksudnya menampakkan sesuatu yang tidak
nampak atau sesuatu yang masih tersembunyi, atau tidak
kelihatan dan masih samar. Takhrij memerlukan tenaga dan
pikiran seperti makna kata istikhraj yang diartikan istinbâth yakni
mengeluarkan hukum dari teks Hadis.

16
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

e. Takhrij
Menurut istilah ada beberapa definisi Takhrîj yang
dikemukakan oleh para ulama, di antaranya sebagai berikut:
ِ ‫ب الْموجو َدةِ فِ َيها مع ب ي‬ ِ ِ ‫عزو األ‬
‫ان ا ْْلُ ْك ِم َعلَْي َها‬ََ َ َ ْ ُ ْ َ ِ ُ‫َحاديْث ا َل الْ ُكت‬
َ ُ َْ
Menunjukkan asal beberapa Hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab
Induk Hadis) dengan menerangkan hukum/kualitas dan
kuantitasnya. »
Banyak metode takhrij yang dilakukan para peneliti hadis
di antaranya Takhrîj bi al-lafzhi (dengan kata) yaitu
penelusuran Hadis melalui kata/lafazh matan Hadis baik pada
permulaan, pertengahan, dan atau pada akhiran. Kamus yang
diperlukan metode takhrij ini salah satunya yang paling mudah
adalah Kamus al-Mu`jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawî
yang disusun A.J. Wensinck dan kawan-kawannya sebanyak 8
jilid.
Cara menelusuri Hadis menggunakan Kamus Hadis
tersebut seperti menelusuri ayat-ayat Alquran menggunakan
kamus Fathu al-Rahman yanitu menggunakan kamus al-Mu’jam al-
Mufahras li Alfâzh Alquran al-Karîm.
Kamus-kamus itu ditulis secara abjadi sesuai abjad huruf
Arab kata yang dilmuali dari alif sampai denganya. Penelusuran
dimulai dari satu kata dan dari akar kata bahasa Arab yang ada
dalam teks Hadis. Misalnya Hadis berikut:

‫لَ تَ ْد ُخلُو َن ا ْْلَنَّةَ َح َّت تُ ْؤِمنُوا َولَ تُ ْؤِمنُوا َح َّت ََتَابُّ ْوا‬
Pada penggalan teks di atas dapat ditelusuri melalui kata-

kata yang digaris bawahi. Saudaraikata dari kata ‫ََتَابُّ ْوا‬ dapat

dilihat bab ‫ ح‬dalam kitab al-Mu’jam karena kata itu berasal dari
kata ‫ب‬
َ َّ‫َحب‬
. Setelah ditelusuri kata tersebut dapat ditemukan di

al-Mu’jam juz 1 h. 408 dengan bunyi :

،165 ،1 ‫ حم‬،11 ‫ أدب‬،9 ‫ جه مقدمة‬،1 ‫ استذان‬،54 ‫ ت صفة القيامة‬،131 ‫ د أدب‬،93 ‫م اميان‬

17
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Penelusuran Hadis ke berbagai buku induk dapat


dilakukan menggunakan e-... takhrij yaitu melalui internet atau
CDR seperti al-Maktabah al-Syamilah, Kutub al- tis’ah dan lain-
lain. Setelah mendapat informasi dari Kamus tersebut kemudian
ditelusuri ke beberapa buku induk Hadis untuk danalisis baik dari
segi kuantitas maupun kualitas sanad dan matan.

Rangkuman
Pengertian Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi
baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan.
Struktur Hadis ini terdiri dari matan sanad dan mukharrij.
Sanad adalah mata rantai para periwayat Hadis yang
menghubungkan sampai kepada matan Hadis. Mukharrij
adalah seorang perawi yang menyebutkan suatu Hadis dalam
kitabnya dengan sanadnya. Sedangkan matan adalah beberapa
lafazh Hadis yang membentuk beberapa makna. Perbedaan
sanad dan mukharrij : Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang
dijadikan sandaran, pegangan, dan pedoman.‛ Makna secara
istilah adalah ‚ mata rantai para periwayat Hadis yang
menghubungkan sampai kepada matan Hadis.‛ Sedangkan
Mukharrij dalam istilah adalah adalah seorang perawi yang
menyebutkan suatu Hadis dalam kitabnya dengan sanadnya.
Musnad Sesuatu kitab Hadis yang pengarangnya
mengumpulkan segala Hadis yang diriwayatkan oleh seorang
sahabat dalam satu bab dan yang diriwayatkan oleh seorang
sahabat lain dalam bab yang tersendiri pula, seperti Musnad Imam
Ahmad.

18
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Daftar Pustaka

Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-


Ma`bûd Syarh Sunan Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-
Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub al-`Ilmîyah, 1998,
Cet. Ke1
Abduh, Muhammad, al-Manâr, Bairut: Dâr al-Fikr, t.th.
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-
Qur’ân, Kairo: Dâr al-Hadîts, 1986
Affandi,Bisri,Ilmu Tafsir dan Hadis,(Surabaya:CV Aneka Bahagia
Offset,1993).
Al Katib, Ajaj, Hadis Nabi Sebelum Dibukukan, Jakarta: Gema
Insani Press, 1999
Al-Arabîyah, Majma` al-Lughah , al-Mu`jam al-Wajîz, Mesir :
Wizârah al-Tarbiyah wa al-Ta`lîm,1997
Al-Asfihani, ar-Raghib, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: al-
Idârah al- ‘Âmmah li al-Mu’jamât wa Ihya’ at-Turâts,
1988
Al-Asqalâniy, Ahmad bin `Alî bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Bârî bi
Syarh Shahîh al-Imâm Abî `Abd Allâh Muhammad bin
Ismâ`îl al-Bukhârî, Ed. Abd al-`Azîz bin `Abd Allâh bin Bâz
dan Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, Cairo: Maktabah al-
Aymân, tth.
Al-Azdî, Abû Dawûd Sulaymân bin al-Asy`ats, Sunan Abî Dawûd,
Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo: Dâr
al-Hadîts, 1999
Al-Banna, Hasan, Muqaddimah fi at-Tafsîr, Kairo: tp., t.th.
Al-Baqillani, Abu Bakar, I’jâz al-Qur’ân, Kairo: Mathba’ah Bâb al-
Halabi, t.th.
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir,
t.th. Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’
al-Buhuts, t.th.
al-Damaghani, Husein bin Ali, al-Wujûh wa an-Nazhâ’ir, Bairut:
Dâr al-‘Ilmi li al- Malâyîn, 1977
Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, Kairo: Mathba’ah al-Bâb al-Halabi,
t.th. Al-Hakim, al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhain, Bairut:
Dâr Shadir, t.th.
Al-Jazari, Ibnu, Munjid al-Muqri’în, Kairo: Dâr al-Manar, t.th.
Al-Manzhûr, Ibnu, Lisân al-‘Arab, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.th.

19
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Al-Mubârakfûrî, Abi al-‘Ulâ Muhammad bin Abd al-Rahmân bin


Abd al-Rahîm(w. 1353),, Tuhfat al-Ah wadzî bi Syarh
Jâmi’ al-Turmudzî, Beirut : Dâr al- Kutub al-‘Arabiyah,
tth.
Al-Nawawi, Muhy al-Dîn Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Shahih
Muslim bi Syarh al-Nawawiy, Cairo : Dâr al-Fajr, 1420
Al-Qadhi, Abdul Fatah, Târîkh al-Mushhaf asy-Syarîf, Kairo:
Maktabah wa Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, 1965
Al-Qaththan, Manna Khalil, Mabâhits fi ‘Ulûm Alquran, Manshurat
al-Ashr al- Hadis , Riyadh: 1998
Al-Qazwîniy, Abî `Abd Allâh Muhammad bin Yazîd, Sunan Ibn
Majah, Ed. Muhammad `Abd al-Bâqiy dan Mushthafâ
Muhammad Husîn al-Dzahabiy, Cairo: Dâr al-Hadîts,
1999, Cet. Ke-1
Al-Shabuni, Muhammad Ali, at-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Bairut:
Dâr al-Irsyâd, 1970
Al-Shalih, Shubhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Alquran, Bairut: Dâr al-‘Ilm, li
al-Malayin, 1977
Al-Shan’âniy, Muhammad bin Isma’il al-Kahlâniy, Subul al-Salâm
(Syarah Bulûgh al-Marâm min Adillat al-Ahkâm,
Semarang : Thaha Putra, tth.
Al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurahman, al-Itqan fî ‘Ulûm Alquran,
Mesir: Mushtafa al-Babi al-Halany, 1973
Al-Zhaili, Muhammad, Marja’ al-‘Ulûm al-Islâmiyah, Damaskus:
Dâr al-Ma’rifah, t.th.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadis, Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra, 2010
As-Siba’i,Musthafa,As-Sunnah wa Makanatuha fi At-Tasyri’ Al-
Islami,(Kairo:Dar Al-Qaumiyah,1949.
Bin Zanjalah, Abu Zur’ah Abdurrahman bin Muhamad, Hujjatul
Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shadir, 1984
Depdikbud, Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
1999, Cet. Ke 10
Hadi, Saeful, Ulumul Hadis, Yogyakarta: Sabda Media
Ibn Anas, Malik, al-Muwaththa’, Ed. Muhammad Fuad `Abd al-
Bâqiy, Masir: Isâ al-Bâbiy al-Halabiy, 1370 H

20
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Ibn Fâris bin Zakarîyyâ, Abî al-Husayn Ahmad, (w. 395 H), al-
Maqâyîs fî al- Lughah, Ed. Syihâb al-Dîn Abû `Amr,
Beirut: Dâr al-Fikr, 1994,
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut :
al-Maktab al- Islâmî, tth., No. 3/183
Itr, Nuruddin, ‘Ulûm al-Qur’ân al-Karîm, Damaskus: Mathba’ah
ash-Shabâh, 1996
Ja’fariyah, Rasul, Penulisan Penghimpunan Hadis, Jakarta:
Lentera, , 1992
Madkur, Ibrahim, Mu’jam Alfâzh Alquran al-Karîm, Kairo: Majma’
al-Lughah al- Arabiyah al-Idariyah al-‘Âmmah li al-
Mu’jamat wa Ihya at-Turats, 1988
Majid Khon, Abdul, Ahâdîts al-Akhlâq, Jakarta : Fak Tarbiyah,
1994, Cet. 1
Mudasir, Ilmu Hadis, 2005, Bandung: Pustaka Setia
Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum,
Taheran: Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wizârah
ats-Tsaqafah wa al-Irsyad al- Islami, 1415 H.
Muhammad bin `Îsâ bin Sûrah, Abi `Îsâ, (al-Turmudzi w.279 H),
Sunan al-Turmudiy, Ed. Mushthafâ Muhammad Husayn
al-Dzahabiy, Cairo: Dâr al-Hadîts, 1999, Cet. Ke-1
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia,
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997
Muslim, Mushthafa, Mabâhits fi at-Tafsîr al-Maudhu’i, Bairut: Dâr
al-Qalam, 1989 Musthafa Ja’far, Abdul Ghafur Mahmud,
at-Tafsîr wa al-Mufassirûn fi Tsaûbihi al-
Nata, Abuddin, Alquran dan Hadis, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1992
Nor, Ichwan Mohammad, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Semarang:
Rasail Media Group, 2013
Rahman,Zufran,Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Ajaran
Islam,(Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya,1995.
Sa’îd al-Khinn, Mushthafa, at.all., Nuzhat al-Muttaqîn Syarah
Riyâdh al-Shalihîn,
Salim, Syaikh bin ’Ied Al-Hilaly. Keabsahan Hadis Ahad dalam
Aqidah dan Hukum. Bogor: Pustaka Ulil Albab, 2007.
Saudarawi, Ali Ismail as-Sayyid H, Jâmi’ al-Bayân fî Ma’rifati Rasm
al-Qur’ân, Riyadh: Dar al-Furqan, 1410 H.

21
MODUL ALQURAN HADIS PPG DALAM JABATAN TAHUN 2019

Shiddieqy, Hasbi Ash,Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis


2,(Jakarta:Bulan Bintang,1976.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, t.th.
Sholahuddin,Muhammad Agus,Ulumul Hadis,(Bandung:CV
Pustaka Setia,2009.
Soetari, Endang, Ilmu Hadis Kajian Riwayah dan Dirayah, 2005,
Yogyakarta: CV Qalam Suparta, Munzier, Ilmu Hadis,
Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003.
Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002.
Syihab, Musnad asy-Syihâb, Kairo: Dâr al-Manâr, t.th.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Wijaya, Utang Ranu,Ilmu Hadis,(Jakarta:Gaya Media
Pratama,1996.

22

Anda mungkin juga menyukai