Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HADITS

FUNGSI DAN TUJUAN AJARAN HADITS

Disusun Oleh:

Abdulloh Azzahid

Abdurrahman

Achmad Sidiq

Ahmad Nur Rohman

Ahmad Setiyanto

Ahmad Syibro Malisi

MADRASAH ALIYAH SALAFIYAH SIMBANG KULON


PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
 Pengertian hadits
PENGERTIAN HADITS Hadits adalah perkataan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam . Hadits dijadikan sumber hukum Islam
selain al-Qur'an yang mana kedudukannya hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-
Qur'an. Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam
terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah
laku dari Nabi Muhammad SAW. Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits yaitu apa yang
diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya,
sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi.

 Fungsi Hadist dalam Ajaran Islam


Dalam al-quran dijelaskan bahwa Rasulullah SAW. diutus oleh Allah ke muka bumi untuk
menjelaskan isi kandungan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran. Hal itu senada dengan
firman Allah dalam qur’an surat An Nahl : 44

َ‫اس َما نُ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ ْ ‫…وَأ‬


ِ َّ‫نزَلنَا ِإلَ ْيكَ ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬ َ
artinya :
Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.
Dengan pemahaman ayat diatas, tegaslah kiranya bahwa hadist itu penjelasan, pensyarah,
pen-taqyid, dan pen-takhsish ayat-ayat al-Quran.
Imam Ahmad berkata, “Mencari hukum dalam al-Quran haruslah melalui hadist. Mencari
agama demikian pula, Jalan yang telah dibentang untuk mempelajari fiqh Islam an syariatnya
ialah hadist/sunnah. Mereka yang mencukpi dengan al-Quran saja, tidak memerlukan hadist
dalam memahami ayat, dalam mengetahui syariatnya,sesatlah perjalanannyadan tidak akan
sampai pada tujuan yang dikehendaki.”[1]
Penjelasan-penjelasan yang dilakukan oleh nabi sangat beraneka ragam bentuknya dan
memiliki fungsi-fungsi tertentu. Penjelasan itu dapat berupa ucapan, perbuatan, tulisan ataupun
taqrir (pembenaran berupa diamnya beliau terhadap perbuatan yang dilakukan oleh orang lain).
Nabi Muhammad saw. telah diberi oleh Allah SWT (melalui Al-Quran) hak dan wewenang
tersebut. Segala ketetapannya harus diikuti.
Banyak ayat al-quran dan hadist Rasulullah yang memberikan penegasan bahwa hadist
merupakan sumber hukum Islam selain al-quran yang wajib diikuti.
a) Dalil al-Quran
َ‫ُول ۖ فَِإن ت ََولَّوْ ا فَِإ َّن هَّللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال َكافِ ِرين‬
َ ‫قُلْ َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوال َّرس‬
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir". ( ali Imron : 32)
b) Hadist Rasulullah
‫ ما تمسكتم بهما كتاب هللا و سنة نبيه‬v‫ أمرين لن تضلوا‬v‫تركت فيكم‬
Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian yang kalia tidak akan tersesat selagi kamu
berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab Allah dan sunnah rasul-Nya.
c) Ijma’
Umat islam sepakat menjadikan hadist sebagai mashadir at-tasyri’. Kesepakatan itu, bahkan
telah dilakukan sejak masa Rasulullah. Ketika masa al-khulafa ar-rasyidin dan masa-masa
selanjutnya pun, tidak ada yang mengingkarinya.
d) Sesuai dengan logika rasional
Kerasulan Muhammad telah diakui dan dibenarkan oleh umat islam. Karena itu, bila
kerasulannya telah diakui dan dibenarkan, maka sudah selayaknya apabila segala peraturan dan
perundang-undangan, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan wahyu maupun hasil ijtihad dan
inisiatif sendiri, ditempatkan sebagai sumber hukum dan pedoman hidup.[2]
2. Fungsi-Fungsi Hadits dan Contoh-Contoh Kasus Serta DalilPendukungnya
Fungsi Hadits sebagai penjelas (bayan) terhadap al-qur’an ada 4 macam, yaitu:

A. Bayan Al-Taqrir

Bayan at-taqrir di sebut juga dengan bayan al-ta’qid dan bayan al-isbat yaitu menetapkan
dan memperkuat apa yang telah di terangkan dalam al-qur’an. Fungsi hadits ini hanya
memperkokoh isi kandungan al-qur’an sekalipun dengan redaksi yang berbeda namun ditinjau
dari substansinya mempunyai makna yang sama. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh hadits
yang di riwayatkan Muslim dari Ibnu Umar yang berbunyi :
) ‫فإذا رأيتم الهالل فصوموا و إذا رأيتموه فأفطروا ( رواه مسلم‬
Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru’yah) itu
maka berbukalah. (HR. Muslim)
Hadits ini mentaqrir (menetapkan) ayat al-Quran Surah. Al-Baqoroh : 185 yang berbunyi :
ُ َ‫فَ َمن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي‬
‫ص ْمه‬
Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa...
Karena ayat al-quran dan hadist diatas mempunyai makna yang sama maka hadist tersebut
berfungsi sebagai bayan taqrir, mempertegas apa yang telah disebut dalam al-quran.

B. Bayan Al-Tafsir

Bayan al-tafsir adalah fungsi hadits yang memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat
al-qur’an yang masih bersifat global(mujmal), memberikan persyaratan atau
batasan (taqyid) ayat-ayat al-qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhshish) ayat
al-qur’an yang masih bersifat umum.
Diantara contoh tentang ayat-ayat al-qur’an yang masih mujmaladalah perintah mengerjakan
sholat. Banyak sekali ayat-ayat terkait perintah kewajiban sholat dalam al-Quran. Salah satunya
sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Baqoroh ayat : 43
َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬
َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬
dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku.
Ayat tersebut menjelaskan tentang kewajiban sholat tetapi tidak dirinci atau dijelaskan
bagaimana operasionalnya, berapa rokaatnya, serta apa yang harus dibaca dalam setiap gerakan
sholat. Kemudian Rasulullah memperagakan bagaimana mendirikan sholat yang baik dan benar.
Hingga beliau bersabda,
)‫صلوا كما رايتموني اصلي(رواه البخاري‬
Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR.Bukhori.)
Sedangkan contoh hadits yang membatasi (taqyid) ayat-ayat al-qur’an yang bersifat mutlak
adalah seperti sabda rasullullah,
‫أتي رسول هللا صلى هللا عليه و سلم بسارق فقطع يده من مفصل الكف‬
Rasullullah didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan
pencuri dari pergelangan tangan.
Hadits ini men-taqyid QS.Almaidah : 58 yang berbunyi :
‫ و السارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكاالمن هللا و هللا عزيز حكيم‬v‫والسارق‬
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan, dan sebagai siksaan dari Allah
sesungguhnya Allah maha Mulia dan Maha Bijaksana.
Dalam ayat diatas belum ditentukan batasan untuk memotong tangannya. Bisa jadi dipotong
sampai pergelangan tangan saja, atau sampai siku-siku, atau bahkan dipotong hingga pangkal
lengan karena semuanya itu termasuk dalam kategori tangan. Akan tetapi, dari hadist nabi
tersebut, kita dapat mengetahui ketetapan hukumnya secara pasti yaitu memotong tangan pencuri
dari pergelangan tangan.
Sedangkan contoh hadits yang berfungsi untuk mentakhshish keumuman ayat-ayat al-Quran,
adalah :
) ‫ قال النبي صلى هللا عليه و سلم ال يرث المسلم الكافر و ال الكافر المسلم ( رواه البخارى‬Nabi SAW bersabda :
“tidaklah seorang muslim mewarisi dari orang kafir , begitu juga kafir tidak mewarisi dari
orang muslim.
Hadits tersebut mentakhshish keumuman ayat :
) 11 : ‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ اُأْلنثَيَي ِْن ( النساء‬
َّ ِ‫ُوصي ُك ُم هَّللا ُ فِي َأوْ اَل ِد ُك ْم ۖ ل‬
ِ ‫ي‬
Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian
anak laki-laki sama dengan bahagian anak perempuan. (QS. An- Nisa : 11)

C. Bayan At-Tasyri’

Bayan at-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati
dalam al-Quran , atau dalam al-quran hanya terdapat pokok-pokoknya saja. Seperti contoh
berikut:
‫ هللا صلى هللا عليه و سلم فرض زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من تمر أو‬v‫أن الرسول‬
) ‫صاعا من شعير على كل حر أو عبد ذكر أو أنثى من المسلمين (رواه المسلم‬
Bahwasahnya Rasulullah telah mewajibkan zakat fitroh kepadaumat islam pada bulan
ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba,
laki-laki atau perempuam muslim.
(HR. Muslim).
Hadits Rasulullah yang termasuk bayan al-tasyri’ ini, wajib diamalkan, sebagaimana
mengamalkan hadits-hadits lainnya.
Namun demikian, sebagian ulama membantah bahwa sunnah dapat membentuk hukum baru
yang tidak disebutkan dalam al-Quran. Karena menurut mereka, sunnah tidak dapat berdiri
sendiri dalam menetapkan hukum baru.

D. Bayan Al-Nasakh

Nasakh menurut bahasa berarti (membatalkan dan menghilangkan), oleh para ahli Ushul
Fiqih diartikan dengan:“Penghapusan hukum Syar'i dengan suatu dalil syar'i yang datang
kemudian”.
Dalam menasakh al-Qur’an dengan sunah/hadist ini terdapat dua macam pendapat di antara
para ahli Ushul tentang boleh tidaknya. Pendapat pertama menyatakan, menasakh Alquran
dengan Sunah diperkenankan, asalkan dengan Sunah Mutawatir atau Sunah Masyhur, bukan
sunah Ahad. Sedang pendapat kedua menyatakan, menasakh Alquran dengan Sunah tidak
dibolehkan, karena derajat al-quran lebih tinggi dari pada Sunah. Padahal syarat nasikh itu
adalah yang lebih tinggi derajatnya atau sepadan.[3]
Contoh hadist yang berfungsi sebagai bayan al-naskh :
‫ال وصية لوارث‬
Tidak ada wasiat bagi ahli waris.
Hadist ini menaskh firman Allah :
‫ُوف ۖ َحقًّا َعلَى‬
ِ ‫صيَّةُ لِ ْل َوالِ َدي ِْن َواَأْل ْق َربِينَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ت ِإن ت ََركَ خَ ْيرًا ْال َو‬
ُ ْ‫ض َر َأ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم ِإ َذا َح‬
َ ِ‫ُكت‬
)180 : ‫ْال ُمتَّقِينَ (البقرة‬
Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapa dan karib kerabatnya secara ma’ruf
(ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Baqoroh : 180).
3. Pendapat Para Ulama Tentang Fungsi Hadits Dalam Islam
Sehubungan dengan fungsi hadist sebagai bayan tersebut, para ulama berbeda pendapat
dalam merincinya lebih lanjut.
1. Menurut Imam Malik bin Annas, yaitu meliputi bayan taqrir, bayan tafsir, bayan tafshil, bayan
Isbat, dan bayan tasyri’.
2. Menurut Imam Syafi’i, yaitu meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin, bayan tasyri’, bayan nasakh,
bayan tafshil dan bayan isyaroh
3. Menurut Ahman bin Hanbal yaitu meliputi bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan tasyri’, dan bayan
takhsis.
Meskipun para ulama menggunakan istilah yang berbeda, namun pada dasarnyayang mereka
maksudkan sama saja. Secara umum fungsinya adalah menguatkan, merinci,
menjelaskan, membuat aturan baru dan merevisi aturan al-quran.[4]
 KESIMPULAN
Al-qur’an dan Hadits adalah sebagi pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam
Islam antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, hadist adalah
sumber hukum islam kedua setelah al-quran.
Fungsi hadits sebagai penjelas(bayan) terhadap Al-qur’an mempunyai empat(4) macam,
yaitu:
1. Bayan Al-Taqrir di sebut juga dengan bayan al-ta’qid dan bayan al-isbat yaitu menetapkan dan
memperkuat apa yang telah di terangkan dalam al-qur’an
2. Bayan Al-Tafsir adalah fungsi hadits yang memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat
al-qur’an yang masih bersifat global (mujmal), memberikan persyaratan atau
batasan (taqyid) ayat-ayat al-qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhshish) ayat
al-qur’an yang masih bersifat umum.
3. Bayan At-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam
al-Quran , atau dalam al-quran hanya terdapat pokok-pokoknya saja
4. Bayan At-Nasakh yaitu penghapusan hukum Syar'i dengan suatu dalil syar'i yang datang
kemudian
Pendapat Para Ulama Tentang Fungsi Hadits Dalam Islam:
Menurut Imam Malik bin Annas, yaitu meliputi bayan taqrir, bayan tafsir, bayan tafshil, bayan
Isbat, dan bayan tasyri’. Menurut Imam Syafi’i, yaitu meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin, bayan
tasyri’, bayan nasakh, bayan tafshil dan bayan isyaroh. Menurut Ahman bin Hanbal yaitu
meliputi bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan tasyri’, dan bayan takhsis.

Anda mungkin juga menyukai