Disusun Oleh:
Abdulloh Azzahid
Abdurrahman
Achmad Sidiq
Ahmad Setiyanto
A. Bayan Al-Taqrir
Bayan at-taqrir di sebut juga dengan bayan al-ta’qid dan bayan al-isbat yaitu menetapkan
dan memperkuat apa yang telah di terangkan dalam al-qur’an. Fungsi hadits ini hanya
memperkokoh isi kandungan al-qur’an sekalipun dengan redaksi yang berbeda namun ditinjau
dari substansinya mempunyai makna yang sama. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh hadits
yang di riwayatkan Muslim dari Ibnu Umar yang berbunyi :
) فإذا رأيتم الهالل فصوموا و إذا رأيتموه فأفطروا ( رواه مسلم
Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga apabila melihat (ru’yah) itu
maka berbukalah. (HR. Muslim)
Hadits ini mentaqrir (menetapkan) ayat al-Quran Surah. Al-Baqoroh : 185 yang berbunyi :
ُ َفَ َمن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي
ص ْمه
Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia berpuasa...
Karena ayat al-quran dan hadist diatas mempunyai makna yang sama maka hadist tersebut
berfungsi sebagai bayan taqrir, mempertegas apa yang telah disebut dalam al-quran.
B. Bayan Al-Tafsir
Bayan al-tafsir adalah fungsi hadits yang memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat
al-qur’an yang masih bersifat global(mujmal), memberikan persyaratan atau
batasan (taqyid) ayat-ayat al-qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhshish) ayat
al-qur’an yang masih bersifat umum.
Diantara contoh tentang ayat-ayat al-qur’an yang masih mujmaladalah perintah mengerjakan
sholat. Banyak sekali ayat-ayat terkait perintah kewajiban sholat dalam al-Quran. Salah satunya
sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Baqoroh ayat : 43
َّ َوَأقِي ُموا ال
َصاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين
dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku.
Ayat tersebut menjelaskan tentang kewajiban sholat tetapi tidak dirinci atau dijelaskan
bagaimana operasionalnya, berapa rokaatnya, serta apa yang harus dibaca dalam setiap gerakan
sholat. Kemudian Rasulullah memperagakan bagaimana mendirikan sholat yang baik dan benar.
Hingga beliau bersabda,
)صلوا كما رايتموني اصلي(رواه البخاري
Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR.Bukhori.)
Sedangkan contoh hadits yang membatasi (taqyid) ayat-ayat al-qur’an yang bersifat mutlak
adalah seperti sabda rasullullah,
أتي رسول هللا صلى هللا عليه و سلم بسارق فقطع يده من مفصل الكف
Rasullullah didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong tangan
pencuri dari pergelangan tangan.
Hadits ini men-taqyid QS.Almaidah : 58 yang berbunyi :
و السارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا نكاالمن هللا و هللا عزيز حكيمvوالسارق
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan, dan sebagai siksaan dari Allah
sesungguhnya Allah maha Mulia dan Maha Bijaksana.
Dalam ayat diatas belum ditentukan batasan untuk memotong tangannya. Bisa jadi dipotong
sampai pergelangan tangan saja, atau sampai siku-siku, atau bahkan dipotong hingga pangkal
lengan karena semuanya itu termasuk dalam kategori tangan. Akan tetapi, dari hadist nabi
tersebut, kita dapat mengetahui ketetapan hukumnya secara pasti yaitu memotong tangan pencuri
dari pergelangan tangan.
Sedangkan contoh hadits yang berfungsi untuk mentakhshish keumuman ayat-ayat al-Quran,
adalah :
) قال النبي صلى هللا عليه و سلم ال يرث المسلم الكافر و ال الكافر المسلم ( رواه البخارىNabi SAW bersabda :
“tidaklah seorang muslim mewarisi dari orang kafir , begitu juga kafir tidak mewarisi dari
orang muslim.
Hadits tersebut mentakhshish keumuman ayat :
) 11 : لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ اُأْلنثَيَي ِْن ( النساء
َّ ُِوصي ُك ُم هَّللا ُ فِي َأوْ اَل ِد ُك ْم ۖ ل
ِ ي
Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian
anak laki-laki sama dengan bahagian anak perempuan. (QS. An- Nisa : 11)
C. Bayan At-Tasyri’
Bayan at-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati
dalam al-Quran , atau dalam al-quran hanya terdapat pokok-pokoknya saja. Seperti contoh
berikut:
هللا صلى هللا عليه و سلم فرض زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من تمر أوvأن الرسول
) صاعا من شعير على كل حر أو عبد ذكر أو أنثى من المسلمين (رواه المسلم
Bahwasahnya Rasulullah telah mewajibkan zakat fitroh kepadaumat islam pada bulan
ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba,
laki-laki atau perempuam muslim.
(HR. Muslim).
Hadits Rasulullah yang termasuk bayan al-tasyri’ ini, wajib diamalkan, sebagaimana
mengamalkan hadits-hadits lainnya.
Namun demikian, sebagian ulama membantah bahwa sunnah dapat membentuk hukum baru
yang tidak disebutkan dalam al-Quran. Karena menurut mereka, sunnah tidak dapat berdiri
sendiri dalam menetapkan hukum baru.
D. Bayan Al-Nasakh
Nasakh menurut bahasa berarti (membatalkan dan menghilangkan), oleh para ahli Ushul
Fiqih diartikan dengan:“Penghapusan hukum Syar'i dengan suatu dalil syar'i yang datang
kemudian”.
Dalam menasakh al-Qur’an dengan sunah/hadist ini terdapat dua macam pendapat di antara
para ahli Ushul tentang boleh tidaknya. Pendapat pertama menyatakan, menasakh Alquran
dengan Sunah diperkenankan, asalkan dengan Sunah Mutawatir atau Sunah Masyhur, bukan
sunah Ahad. Sedang pendapat kedua menyatakan, menasakh Alquran dengan Sunah tidak
dibolehkan, karena derajat al-quran lebih tinggi dari pada Sunah. Padahal syarat nasikh itu
adalah yang lebih tinggi derajatnya atau sepadan.[3]
Contoh hadist yang berfungsi sebagai bayan al-naskh :
ال وصية لوارث
Tidak ada wasiat bagi ahli waris.
Hadist ini menaskh firman Allah :
ُوف ۖ َحقًّا َعلَى
ِ صيَّةُ لِ ْل َوالِ َدي ِْن َواَأْل ْق َربِينَ بِ ْال َم ْعر
ِ ت ِإن ت ََركَ خَ ْيرًا ْال َو
ُ ْض َر َأ َح َد ُك ُم ْال َمو
َ ب َعلَ ْي ُك ْم ِإ َذا َح
َ ُِكت
)180 : ْال ُمتَّقِينَ (البقرة
Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapa dan karib kerabatnya secara ma’ruf
(ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Baqoroh : 180).
3. Pendapat Para Ulama Tentang Fungsi Hadits Dalam Islam
Sehubungan dengan fungsi hadist sebagai bayan tersebut, para ulama berbeda pendapat
dalam merincinya lebih lanjut.
1. Menurut Imam Malik bin Annas, yaitu meliputi bayan taqrir, bayan tafsir, bayan tafshil, bayan
Isbat, dan bayan tasyri’.
2. Menurut Imam Syafi’i, yaitu meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin, bayan tasyri’, bayan nasakh,
bayan tafshil dan bayan isyaroh
3. Menurut Ahman bin Hanbal yaitu meliputi bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan tasyri’, dan bayan
takhsis.
Meskipun para ulama menggunakan istilah yang berbeda, namun pada dasarnyayang mereka
maksudkan sama saja. Secara umum fungsinya adalah menguatkan, merinci,
menjelaskan, membuat aturan baru dan merevisi aturan al-quran.[4]
KESIMPULAN
Al-qur’an dan Hadits adalah sebagi pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam
Islam antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, hadist adalah
sumber hukum islam kedua setelah al-quran.
Fungsi hadits sebagai penjelas(bayan) terhadap Al-qur’an mempunyai empat(4) macam,
yaitu:
1. Bayan Al-Taqrir di sebut juga dengan bayan al-ta’qid dan bayan al-isbat yaitu menetapkan dan
memperkuat apa yang telah di terangkan dalam al-qur’an
2. Bayan Al-Tafsir adalah fungsi hadits yang memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat
al-qur’an yang masih bersifat global (mujmal), memberikan persyaratan atau
batasan (taqyid) ayat-ayat al-qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhshish) ayat
al-qur’an yang masih bersifat umum.
3. Bayan At-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam
al-Quran , atau dalam al-quran hanya terdapat pokok-pokoknya saja
4. Bayan At-Nasakh yaitu penghapusan hukum Syar'i dengan suatu dalil syar'i yang datang
kemudian
Pendapat Para Ulama Tentang Fungsi Hadits Dalam Islam:
Menurut Imam Malik bin Annas, yaitu meliputi bayan taqrir, bayan tafsir, bayan tafshil, bayan
Isbat, dan bayan tasyri’. Menurut Imam Syafi’i, yaitu meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin, bayan
tasyri’, bayan nasakh, bayan tafshil dan bayan isyaroh. Menurut Ahman bin Hanbal yaitu
meliputi bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan tasyri’, dan bayan takhsis.