Anda di halaman 1dari 14

Sumber Ajaran Islam (Al Quran, As Sunnah, dan Ijtihad)

Nama : Rizky Novia Ramdhini

Nim : 2020901049

Kelas : PI2

A. Al Quran secara etimologi dan terminologi Al Quran secara etimologi dan


terminologi.

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau
"sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar)
dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai
pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang
artinya: “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah
membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-75:18)
TERMINOLOGI Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: “Kalam
Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: “Al-Qur'an
adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada
mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca
dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup
dengan surat An-Nas"

B. Nama-Nama Lain Al Quran Dalam Sistem Ajaran Islam Berikut Dalil Al Quran Dan
Hadits

Alfurqan, artinya sesuatu yang membedakan antara kebenaran dengan kebatilan. Nama
Alfurqan juga digunaka Allah SWT sebagai nama hari perang Badar. Bahasa lain dari
namaperang Badar dalam Alquran dikenal dengan redaksi yaumul furqan dalam Surah Al-
Anfal ayat 41.

Attanzil, artinya (Alquran) diturunkan langsung dari Allah.Nama ini sekaligus merupakan
penegasan Alquran bukanlah buatan manusia dan juga bukan buatan Rasulullah SAW.Maka
Alquran tidak boleh disamakan dan diperlakukan sebagaimana karya-karya manusia.
Alkitab, artinya Allah menjadikan Alquran sebagai kitab yang mengumpulkan hukum-hukum
syariat.Nama ini juga diilhami dari hadist Rasulullah yang setiap kali Alquran diturunkan
kepada beliau, para sahabat diperintahkan menulis sebagian Alquran tersebut.

Azzikri, artinya (Alquran) ingin memberikan pesan tidak langsung kepada manusia bahwa
Alquran adalah sebuah peringatan dalam bentuk tuntunan.Bahwa ada tugas-tugas yang perlu
diemban manusia di bumi, salah satu kaitannya dengan ini adalah menjaga bumi dari
kehancuran alam dan kerusakan tangan manusia yang masif terjadi.

Alwahyu, berarti (Alquran) adalah pesan kepada seluruh manusia, tak terkecuali. Pesan ini
berlaku hingga akhir zaman dan tak akan ada satu pun medium selain Alquran yang mampu
menggantikan.

Kalamullah, artinya perkataan atau firman Allah.Terkait penamaan ini, kalangan Ahlu
Sunnah dan Muktazilah pernah berbeda pendapat untuk menamainya Kalamullah (perkataan
Allah) ataukah hadist (baharu).

Hadits tentang nama nama lain al quran sebagai sistem ajaran islam yaitu:

َ ‫صلٌى هٌللا َعلَي ٍه َو َسلٌ َم يَقُو ُل ال َربُ تَبَاَر‬


ِ ‫ك َوتَ َعالى َمن َش َغلَهُ الُق ُرانُ عَن َذ‬
‫ري‬GG‫ك‬ َ ‫قَا َل َرسُو ُل هٌللا‬:‫ضي هٌللا ُ عَنهٌ قَا َل‬َ ‫عَن اَبٍي َسعي ٍد َر‬
‫آلم َكفَض ِل هٌللا عَلى َخلقِه (رواه الترمذي والدارمي‬ ِ ‫آلم هٌللا عَلى َساِئ ِر ال َك‬ ِ ‫ض َل َما اُع ِطي ال ْساَِئلينً َوفَض ُل َك‬ َ ‫تي اَعطَيتُه اَف‬
ِ َ‫َو َمسْئل‬
)‫والبيهقيفيالشعب‬.

Dari Abu Sa'id RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Allah berfirman, 'barang siapa yang
disibukan oleh Al-Qur'an daripada berzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku
berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang Aku berikan kepada orang-orang
yang memohon kepada-Ku dan keutamaan kalam Allah diatas seluruh perkataan adalah
seumpama keutamaan Allah atas makhluk-Nya." (Hr. Tirmidzi, Darami, dan Baihaqi).

C. Esensi Al Quran Sebagai Sumber Ajaran Islam Berikut Dalil Al Quran Dan Hadits

Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou, quranan), sebagaimana firman
Allah dalam Q.S. 75:17-18: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya
dan ‘membacanya’. Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’ itu”. 

Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat),
dan budi pekerti (akhlak). Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan
terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-
Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-
kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada
keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37). 

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).

Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang dilakukan para
sahabat. Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar,
lalu pada masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-
Quran yang diketuai Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf
Utsmani.

D. kedudukan Al Quran sebagai sumber ajaran Islam berikut dalil Al quran dan Hadits

Secara harfiyah, Al-Quran artinya “bacaan” (qoroa, yaqrou, quranan), sebagaimana firman
Allah dalam Q.S. 75:17-18: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengum-pulkannya
dan ‘membacanya’. Jika Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah ‘bacaan’ itu”. 

Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat),
dan budi pekerti (akhlak). Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan
terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-
Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-
kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada
keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37). 

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).

Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang dilakukan para
sahabat. Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar,
lalu pada masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-
Quran yang diketuai Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf
Utsmani.

E. Esensi Al Hadits Sebagai Sumber Ajaran Islam Berikut Dalil Al Quran Dan Hadits

Hadits dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat urgen. Dimana hadits merupakan salah
satu sumber hukum kedua setelah Alquran. Alquran akan sulit dipahami tanpa intervensi
hadits. Memakai Alquran tanpa mengambil hadits sebagai landasan hukum dan pedoman
hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena Alquran akan sulit dipahami tanpa
menggunakan hadits. Kaitannya dengan kedudukan hadits di samping Al-Qur’an sebagai
sumber ajaran Islam, maka Al-Qur’an merupakan sumber pertama, sedangkan hadits
merupakan sumber kedua. Bahkan sulit dipisahkan antara Al-Qur’an dan hadits karena
keduanya adalah wahyu, hanya saja Al-Qur’an merupakan wahyu matlu (wahyu yang
dibacakan oleh Allah SWT, baik redaksi maupun maknanya, kepada Nabi Muhammad SAW
dengan menggunakan bahasa arab) dan hadits wahyu ghoiru matlu ( wahyu yang tidak
dibacakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung, melainkan maknanya
dari Allah dan lafalnya dari Nabi Muhammad SAW.[1] Ditinjau dari segi kekuatan di dalam
penentuan hukum, otoritas Al-Qur’an lebih tinggi satu tingkat daripada otoritas Hadits,
karena Al-Qur’an mempunyai kualitas qath’i baik secara global maupun terperinci.
Sedangkan Hadits berkulitas qath’i secara global dan tidak secara terperinci. Disisi lain
karena Nabi Muhammad SAW, sebagai manusia yang tunduk di bawah perintah dan hukum-
hukum Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW tidak lebih hanya penyampai Al-Qur’an kepada
manusia. Rasulullah SAW adalah orang yang setiap perkataan dan perbuatannya menjadi
pedoman bagi manusia. Karena itu beliau ma’shum (senantiasa mendapat petunjuk Allah
SWT). Dengan demikian pada hakekatnya Sunnah Rasul adalah petunjuk yang juga berasal
dari Allah. Kalau Al Qur’an merupakan petunjuk yang berupa kalimat-kalimat jadi, yang isi
maupun redaksinya langsung diwahyukan Allah, maka Sunnah Rasul adalah petunjuk dari
Allah yang di ilhamkan kepada beliau, kemudian beliau menyampaikannya kepada umat
dengan cara beliau sendiri.

                                                                     ‫ َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا‬....
 “Apa-apa yang didatangkan oleh Rasul kepada kamu, hendaklah kamu ambil dan apa yang
dilarang bagimu hendaklah kamu tinggalkan” (QS. Al-Hasyr 7).
F. pengertian Al Hadits
Hadits merupakan salah satu panduan yang digunakan oleh umat Islam dalam melaksanakan
berbagai macam aktivitas baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun aktivitas yang
berkaitan dengan urusan akhirat. Hadits merupakan sumber hukum agama Islam yang kedua
setelah kitab suci Al – Qur’an. Jika suatu perkara tidak dijelaskan di dalam Al – Qur’an,
maka umat Islam akan menggunakan sumber yang kedua yaitu Hadits. Istilah hadits pada
dasarnya berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “Al-hadits” yang artinya adalah perkataan,
percakapan atau pun berbicara. Jika diartikan dari kata dasarnya, maka pengertian
hadits adalah setiap tulisan yang berasal dari perkataan atau pun percakapan Rasulullah
Muhammad SAW. Dalam terminologi agama Islam sendiri, dijelaskan bahwa hadits
merupakan setiap tulisan yang melaporkan atau pun mencatat seluruh perkataan, perbuatan
dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, hadits merupakan salah satu panduan yang dipakai oleh
umat islam dalam melaksanakan aktivitas atau pun mengambil tindakan.

G. kedudukan Al Hadits sebagai sumber ajaran Islam berikut dalil Al quran dan Hadits

Hadits dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat urgen. Dimana hadits merupakan salah
satu sumber hukum kedua setelah Alquran. Alquran akan sulit dipahami tanpa intervensi
hadits. Memakai Alquran tanpa mengambil hadits sebagai landasan hukum dan pedoman
hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena Alquran akan sulit dipahami tanpa
menggunakan hadits. Kaitannya dengan kedudukan hadits di samping Al-Qur’an sebagai
sumber ajaran Islam, maka Al-Qur’an merupakan sumber pertama, sedangkan hadits
merupakan sumber kedua. Bahkan sulit dipisahkan antara Al-Qur’an dan hadits karena
keduanya adalah wahyu, hanya saja Al-Qur’an merupakan wahyu matlu (wahyu yang
dibacakan oleh Allah SWT, baik redaksi maupun maknanya, kepada Nabi Muhammad SAW
dengan menggunakan bahasa arab) dan hadits wahyu ghoiru matlu ( wahyu yang tidak
dibacakan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung, melainkan maknanya
dari Allah dan lafalnya dari Nabi Muhammad SAW.[1] Ditinjau dari segi kekuatan di dalam
penentuan hukum, otoritas Al-Qur’an lebih tinggi satu tingkat daripada otoritas Hadits,
karena Al-Qur’an mempunyai kualitas qath’i baik secara global maupun terperinci.
Sedangkan Hadits berkulitas qath’i secara global dan tidak secara terperinci. Disisi lain
karena Nabi Muhammad SAW, sebagai manusia yang tunduk di bawah perintah dan hukum-
hukum Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW tidak lebih hanya penyampai Al-Qur’an kepada
manusia. Rasulullah SAW adalah orang yang setiap perkataan dan perbuatannya menjadi
pedoman bagi manusia. Karena itu beliau ma’shum (senantiasa mendapat petunjuk Allah
SWT). Dengan demikian pada hakekatnya Sunnah Rasul adalah petunjuk yang juga berasal
dari Allah. Kalau Al Qur’an merupakan petunjuk yang berupa kalimat-kalimat jadi, yang isi
maupun redaksinya langsung diwahyukan Allah, maka Sunnah Rasul adalah petunjuk dari
Allah yang di ilhamkan kepada beliau, kemudian beliau menyampaikannya kepada umat
dengan cara beliau sendiri.

                                                                     ‫ َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا‬....

 “Apa-apa yang didatangkan oleh Rasul kepada kamu, hendaklah kamu ambil dan apa yang
dilarang bagimu hendaklah kamu tinggalkan” (QS. Al-Hasyr 7).

H. tingkatan Hadits dalam sistem ajaran Islam berikut dalil Al quran dan Hadits

Berdasarkan Keutuhan Rantai Sanad

Berdasarkan tingkat keutuhan rantai Sanadnya, hadits dapat digolongkan ke dalam 6 jenis,
yaitu :

Hadits Mursal – Merupakan hadits yang penutur satunya tidak dijumpaik secara langsung.

Hadits Munqathi’ – Merupakan hadits yang putus pada salah satu atau pun dua penutur.

Hadits Mu’dlal – Merupakan hadits yang terputus pada dua generasi penutur secara berturut –
turut.

Hadits Mu’allaq – Merupakan hadits yang terputus sebanyak 5 penutur, dimulai dari penutur
pertama secara berturut – turut.

Hadits Mudallas – Merupakan hadits yang tidak tegas disampaikan secara langsung kepada
penutur.

Hadits Musnad – Merupakan hadits yang penuturnya paling jelas dan tidak terpotong sama
sekali.

Berdasarkan Jumlah Penutur

Berdasarkan Jumlah penuturnya, hadits dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis hadits, yaitu :

Hadits Mutawatir – Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang sudah
sepakat untuk saling mempercayai.
Hadits Ahad – Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang belum
mencapai tingkatan mutawatir. Hadits Ahad sendiri dapat dikelompokkan ke dalam tida
macam hadits yaitu Gharib, Aziz, dan Mansyur.

Berdasarkan Tingkat Keaslian Hadits

Berdasarkan tingkat keasliannya, hadits dapat dibagi menjadi 4 macam hadits, yaitu :

Hadits Sahih – Merupakan hadits yang sanadnya bersambung, paling diakui tingkat
keasliannya dan paling banyak diterima oleh kelompok ulamah.

Hadits Hasan – Merupakan hadits yang sanadnya bersambung, namun diriwayatkan oleh rawi
yang tidak sempurna ingatannya.

Hadits Dhaif – Merupakan hadits yang sanadnya tidak bersambung atau pun diriwayatkan
oleh rawi yang tidak kuat ingatannya / tidak adil.

Hadits Maudlu’ – Merupakan hadits yang dicurigai palsu atau pun karangan manusia.

                                   َ‫اس َما نُ ّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلّهُ ْم يَتَفَ ّكرُون‬ ّ ‫ك‬


ِ ّ‫الذ ْك َر لِتُبَيّنَ لِلن‬ َ ‫ت َوال ّزب ُِر َوَأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْي‬
ِ ‫بِ ْالبَيّنَا‬
 “kami telah menurunan peringatan (Al-Qur’an) kepada engkau (Muhammad) supaya kamu
menerangkan kepada segenap manusia tentang apa-apa yang diturunkan kepada mereka”
(QS. An-Nahl 44).
I. pengertian ijtihad secara etimologi dan terminologi
Arti Ijtihad Secara Etimologi adalah menurut bahasa, ijtihad berasal dari bahasa arab
berarti (bahasa Arab ‫)اجته&اد‬ Al-jahd atau al-juhd yang berarti la-masyaqat (kesulitan dan
kesusahan) dan akth-thaqat (kesanggupan dan kemampuan). Sedangkan definisi secara
terminologi adalah kata Ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata "ijtihad" dipergunakan untuk
melakukan sesuatu yang mudah/ringan.
J. esensi Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam berikut dalil Al quran dan Hadits

Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran dan As-
Sunnah, diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud) yang berisi
dialog atau tanya jawab antara Nabi Muhammad Saw dan Mu’adz bin Jabal yang diangkat
sebagai Gubernur Yaman.
“Bagaimana memutuskan perkara yang dibawa orang kepada Anda?”
“Hamba akan memutuskan menurut Kitabullah (Al-Quran.”

“Dan jika di dalam Kitabullah Anda tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?”

“Jika begitu, hamba akan memutuskannya menurut Sunnah Rasulillah.”

“Dan jika Anda tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu dalam Sunnah Rasulullah?”

“Hamba akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (Ijtihadu bi ra’yi) tanpa
bimbang sedikit pun.”

“Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan utusan Rasulnya menyenangkan hati
Rasulullah!”

Hadits tersebut diperkuat sebuah fragmen peristiwa yang terjadi saat-saat Nabi Muhammad
Saw menghadapi akhir hayatnya. Ketika itu terjadi dialog antara seorang sahabat dengan
Nabi Muhammad Saw.

“Ya Rasulallah! Anda sakit. Anda mungkin akan wafat. Bagaimana kami jadinya?”

“Kamu punya Al-Quran!”

“Ya Rasulallah! Tetapi walaupun dengan Kitab yang membawa penerangan dan petunjuk
tidak menyesatkan itu di hadapan kami, sering kami harus meminta nasihat, petunjuk, dan
ajaran, dan jika Anda telah pergi dari kami, Ya Rasulallah, siapakah yang akan menjadi
petunjuk kami?”

“Berbuatlah seperti aku berbuat dan seperti aku katakan!”

“Tetapi Rasulullah, setelah Anda pergi peristiwa-peristiwa baru mungkin timbul yang tidak
dapat timbul selama hidup Anda. Kalau demikian, apa yang harus kami lakukan dan apa yang
harus dilakukan orang-orang sesudah kami?”

“Allah telah memberikan kesadaran kepada setiap manusia sebagai alat setiap orang dan akal
sebagai petunjuk. Maka gunakanlah keduanya dan tinjaulah sesuatu dan rahmat Allah akan
selalu membimbing kamu ke jalan yang lurus!” 
Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihad, sepanjang ia menguasai Al-
Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga  berakhlak baik dan menguasai berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. 

Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas keilmuan dan akhlaknya diakui umat
Islam. Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara bersama-
sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma’ atau kesepakatan Kata – kata Nabi s.a.w. :
“Ijtihadlah kamu, karena tiap-tiap orang akan mudah mencapai apa yang diperuntukkan
kepadanya” (Jalaluddin Rahmat, Dasar Hukum Islam, hlm 163)

 “Hakim apabila berijtihas kemudian dapat mencapai kebenaran maka ia mendapat dua
pahala (pahala melakukan ijtihad dan pahala kebenaran hasilnya). Apabila ia berijtihad
kemudian tidak mencapai kebenaran, maka ia mendapat satu pahala (pahala melakukan
ijtihad)”.(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

K. kedudukan Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam berikut dalil Al quran dan Hadits

Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran dan As-
Sunnah, diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud) yang berisi
dialog atau tanya jawab antara Nabi Muhammad Saw dan Mu’adz bin Jabal yang diangkat
sebagai Gubernur Yaman.

“Bagaimana memutuskan perkara yang dibawa orang kepada Anda?”

“Hamba akan memutuskan menurut Kitabullah (Al-Quran.”

“Dan jika di dalam Kitabullah Anda tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?”
“Jika begitu, hamba akan memutuskannya menurut Sunnah Rasulillah.”

“Dan jika Anda tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu dalam Sunnah Rasulullah?”

“Hamba akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (Ijtihadu bi ra’yi) tanpa
bimbang sedikit pun.”

“Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan utusan Rasulnya menyenangkan hati
Rasulullah!”

Hadits tersebut diperkuat sebuah fragmen peristiwa yang terjadi saat-saat Nabi Muhammad
Saw menghadapi akhir hayatnya. Ketika itu terjadi dialog antara seorang sahabat dengan
Nabi Muhammad Saw.

“Ya Rasulallah! Anda sakit. Anda mungkin akan wafat. Bagaimana kami jadinya?”

“Kamu punya Al-Quran!”

“Ya Rasulallah! Tetapi walaupun dengan Kitab yang membawa penerangan dan petunjuk
tidak menyesatkan itu di hadapan kami, sering kami harus meminta nasihat, petunjuk, dan
ajaran, dan jika Anda telah pergi dari kami, Ya Rasulallah, siapakah yang akan menjadi
petunjuk kami?”

“Berbuatlah seperti aku berbuat dan seperti aku katakan!”

“Tetapi Rasulullah, setelah Anda pergi peristiwa-peristiwa baru mungkin timbul yang tidak
dapat timbul selama hidup Anda. Kalau demikian, apa yang harus kami lakukan dan apa yang
harus dilakukan orang-orang sesudah kami?”

“Allah telah memberikan kesadaran kepada setiap manusia sebagai alat setiap orang dan akal
sebagai petunjuk. Maka gunakanlah keduanya dan tinjaulah sesuatu dan rahmat Allah akan
selalu membimbing kamu ke jalan yang lurus!” 
Pada dasarnya, semua umat Islam berhak melakukan Ijtihad, sepanjang ia menguasai Al-
Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga  berakhlak baik dan menguasai berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. 

Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas keilmuan dan akhlaknya diakui umat
Islam. Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara bersama-
sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma’ atau kesepakatan.

Kata – kata Nabi s.a.w. : “Ijtihadlah kamu, karena tiap-tiap orang akan mudah mencapai apa
yang diperuntukkan kepadanya” (Jalaluddin Rahmat, Dasar Hukum Islam, hlm 163)

 “Hakim apabila berijtihas kemudian dapat mencapai kebenaran maka ia mendapat dua
pahala (pahala melakukan ijtihad dan pahala kebenaran hasilnya). Apabila ia berijtihad
kemudian tidak mencapai kebenaran, maka ia mendapat satu pahala (pahala melakukan
ijtihad)”.(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

L. macam-macam produk ijtihad dalam sistem ajaran Islam

Dalam sejarah pemikiran islam, Ijtihad telah banyak digunakan. Ajaran Al-Qur’an dan hadis
memang menghendaki digunakannya ijtihad, dari ayat Al-Qur’an yang jumlahnya lebih
kurang 500 ayat. Menurut perkiraan ulama yang berhubungan dengan akidah, ibadah,
muamalah. Ayat-ayat tersebut, pada umumnya terbentuk teks-teks dasar tanpa menjelaskan
lebih lanjut mengenai maksud, rincian, cara pelaksanaannya. Untuk itu ayat tersebut perlu
dijelaskan oleh orang-orang yang mengetahui Al-Qur’an dan hadits yaitu para sahabat Nabi
dan kemudian para ulama penjelasan oleh para sahabat dan para ulama tersebut diberikan
melalui ijtihad. Jadi kedudukan ijtihad adalah sumber ke 3 sesudah al-Qur’an dan Hadits.

Hadits dari Rasulullah: “Jika hakim menetapkan keputusan maka berijtihadlah, jika dia benar
maka dia akan mendapat dua pahala, sedangkan jika dia salah maka dia mendapat satu
pahala.” (Muttafaq ‘alaih).
yang menjadi dasar dalam ber-ijtihad sebagai firman Allah Swt dalam QS. al-Nisa’:105
sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena
(membela) orang-orang yang khianat”.Nadia (2020) mengungkapkan pendapatnya bahwa
kedudukan Ijtihad dalam sumber aajaran adalah sumber ke 3 sesudah Al-Quran dan Hadist.

Macam-macam produk ijtihad dalam system ajaran islam

Ijma’

Ijma’ artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum
hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.
Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk
kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan
bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

Qiyâs

Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu
perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah
sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi
sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang
ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya

Istishab

Definisi Istishab adalah ketentuan hukum atau aturan sampai ada alasan yang memadai untuk
mengubah ketentuan tersebut.

Urf

Arti urf adalah penetapan bolehnya adat dan kebebasan masyarakat selama itu tidak
bertentangan dengan hukum-hukum dalam Alquran dan hadis.

Maslahah Mursalah
Arti maslahat mursalat adalah cara menentukan hukum berdasarkan pertimbangan manfaat
dan kegunaannya.

Sududz Dzariah

Arti sududz dzariah adalah keputusan hukum tentang hal-hal yang diizinkan makruh atau
haram untuk kepentingan umat islam.

Istihsan

Arti Istihsan adalah tindakan meninggalkan satu hukum ke hukum lain karena bukti Syariah
yang mensyaratkannya.

Daftar pustaka
Noname. 2020. Ijtihad. Ijtihad - Macam, Bentuk, Syarat, Hukum Dalil, Contoh, Obejk
(dosenpendidikan.co.id). (diakses, 23 november 2020).

Risalah islam. 2013. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran, Hadits, Ijtihad Sumber Ajaran Islam:
Al-Quran, Hadits, Ijtihad. Sumber Ajaran Islam: Al-Quran, Hadits, Ijtihad - Risalah Islam
Sumber Ajaran Islam: Al-Quran, Hadits, Ijtihad - Risalah Islam. (diakses, 23 november 2020)

Arti Ijtihad Secara (Etimologi Dan Terminologi). Arti Ijtihad Secara (Etimologi dan
Terminologi) | Blogger Pemula Indonesia (blogger-pemula-indonesia.blogspot.com).
(diakses, 23 november 2020).

Anda mungkin juga menyukai