Anda di halaman 1dari 2

MATERI PERTEMUAN KETIGA

A. MENGANALISIS SUMBER HUKUM ISLAM YANG MUTTAFÂQ (DISEPAKATI)


1. AL-QUR’AN
a. Pengertian al-Qur’an

Safi Hasan Abu Talib menyebutkan bahwa


Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafadz bahasa Arab dan maknanya dari Allah
Swt. melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, ia merupakan dasar dan
humber hukum utama bagi syari’at.
Zakariyah al-Birri menyatakan bahwa
Al-Kitab yang disebut al-Qur’an adalah Kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Rasulnya
Muhammad Saw, dengan lafadz bahasa Arab, dinukil secara mutawatir dan tertulis pada
lembaran-lembaran mushaf.
Menurut al-Ghazali yang disebutkan dengan al-Qur’an adalah

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah
Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan menggunakan bahasa Arab, yang
penukilannya disampaikan secara mutawatir, dari generasi ke generasi, hingga sekarang ini.
b. Pokok Isi Kandungan al-Qur’an
Isi kandungan al-Qur’an meliputi :
1) Tauhid
2) Ibadah
3) Janji dan ancaman
4) Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
5) Riwayat dan cerita (kisah umat terdahulu).
c. Dasar Kehujjahan al-Qur’an dan Kedudukan Sebagai Sumber Hukum Islam.
Sebagaimana kita ketahui al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan
disampaikan kepada umat manusia adalah untuk wajib di amalkan semua perintahnya dan
wajib ditinggalkan segala larangan-Nya sebagaimana firman Allah Swt. :

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat . (QS. An-Nisa’ [4]:105)
Jadi Al-Qur’an merupakan sumber hukum utama dalam Islam dan menempati
kedudukan pertama dari sumber-sumber hukum Islam yang lain, ia merupakan aturan dasar
yang paling tinggi. Semua sumber hukum dan ketentuan norma yang ada tidak boleh
bertentangan dengan isi al-Qur’an.
d. Pedoman al-Qur’an Dalam Menetapkan Hukum
Pedoman al-Qur’an dalam menetapkan hukum sesuai dengan perkembangan
kemampuan manusia, baik secara fisik maupun rohani manusia selalu berawal dari kelemahan
dan ketidak kemampuan. Untuk itu al-Qur’an berpedoman kepada tiga hal, yaitu :

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS.
Al-Baqarah [2]:286)
Contoh : Azimah (ketentuan-ketentuan umum Allah) diantaranya sholat wajib.

Dasar ini merupakan konsekuensi logis dari dasar yang pertama. Dengan dasar ini kita
mendapat rukhsah (keringanan) dalam beberapa jenis ibadah, seperti menjama’ dan
mengqashar sholat apabila dalam perjalanan dengan syarat yang telah ditentukan.

Al-Qur’an dalam menetapkan hukum adalah secara bertahap, hal ini bisa kita telusuri
dalam hukum haramnya minum minuman keras, berjudi, serta perbuatan perbuatan yang
mengandung judi ditetapkan dalam al-Qur’an.
Firman Allah Swt :

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir”. (QS. Al-
Baqarah [2]:219)
Dilanjutkan dengan firman Allah Swt. :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi
Maha Pengampun. (QS. An-Nisa’[4]:43)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (QS. Al-Maidah [5]:90)

Anda mungkin juga menyukai