Anda di halaman 1dari 4

Keistimewaan Al Quran

Secara bahasa Al Quran berasal dari kata "qara-a, yaqro-u, qar-an atau qur'aanan" yang berarti "bacaan". Secara terminologi (definisi) Al Quran
berarti kalam Allah yang diturunkan/diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan secara muthawatir (terjamin keshahihanya, tidak
ada keraguan didalamnya) yang merupakan ibadah bagi pembacanya dan sebagai sumber hukum dalam kehidupan umat manusia.
Tidak semua kalam Allah adalah Al Quran, hanya yang di wahyukan kepada Rasullulah dan di riwayatkan secara mutawattir sajalah yang disebut
Al Quran. Juga tidak semua wahyu Allah kepada Rasulullah adalah Al Quran karena ada pula yang dinamakan Hadits Qudsi yang redaksinya
berasal dari Rasulullah.
Hikmah Al Quran diturunkan
Sejarah membuktikan bahwa betapa banyaknya agama-agama yang berkembang di dunia ini, yang masing-masing mempunyai kitab suci sebagai
pedoman hidup penganutnya. Namun, tidak ada satupun yang mampu memberi bimbingan kepada penganutnya, dan kepada umat manusia pada
umumnya. Sedangkan kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sebelum Al Quran adalah khusus satu golongan saja/kaum tertentu. Di samping itu,
sekarang banyak mengalami perubahan-perubahan sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi untuk menjamin keselamatan umat.
Keadaan umat manusia sebelum Al Quran diturunkan tidak mempunyai kestabilan antara rohani dan jasmani, terutama di tanah arab. Maka Allah
yang Maha Bijaksana menurunkan Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW untuk membimbing seluruh alam ini menuju jalan kebahagian dunia
dan akherat (QS. Ibrahim :1 dan QS. Yunus : 57).
Hikmah diturunkanya Al Quran antara lain :

Al Quran sebagai pengajaran dan nasehat yang datangnya dari Allah untuk membimbing umat manusia.

Al Quran sebagai penawar (obat) yang sangat mujarab untuk mengobati penyakit mental/rohani umat manusia

Al Quran mendudukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang, dengan menjadikan keadilan sosial sebagai landasan
pokok kehidupan

Al Quran merumuskan fungsi hidup umat manusia, yaitu beribadah dan berbakti kepada Allah (QS. Al Anam : 165)

Al Quran sebagai mu'jizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar dan tidak dapat ditandingi oleh siapapun sepanjang zaman (QS. Al
Isro':88)

Keistimewaan dan keajaiban Al Quran


Berdasarkan fakta-fakta yang nyata, maka tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa Al Quran itu merupakan satu-satunya kitab suci yang
sangat istimewa dari kitab-kitab agama yang lain. Adapun keistimewaan dan keajaiban Al Quran adalah sebagai berikut:

Al Quran terpeliharanya kemurnian sejak pertama kali diturunkan hingga akhir zaman Al Quran merupakan satu-satunya kitab suci
yang masih asli dan murni isi dan ajaran-ajaranya walaupun sudah mencapai usia kurang lebih 15 abad lamanya. Allah berfirman :
"Sesungguhnya kami telah menurunkan Al Quran dan sedungguhnya Kami tetap memelihara" (QS. Al Hijr:9). Penulisan Al Quran itu
di koordinir oleh Rasullullah SAW sendiri, sehingga kalau ada kekeliruan dapat langsung ditanyakan pada beliau. Disamping itu,
banyak para sahabat yang menghafal Al Quran dengan bimbingan Rasulullah SAW. Dan usaha menghafal itu terus dilakukan hingga
saat ini, sehingga pemalsuan mudah diketahui.

Al Quran memiliki susunan serta gaya bahasa yang sangat indah menakjubkan sehingga tidak mungkin ada yang menyainginya. Tidak
ada seorangpun yang dapat menyainginya. Tidak ada seorang pun yang dapat menandingi keindahan dan keagunganya. (QS. Al
Baqarah : 23 dan QS. Al Isro : 88). Al Quran memiliki jumlah huruf yang seimbang dengan jumlah kata-katanya, baik antara kata
dengan padananya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya. Sebagai contoh, kata "hayat" (hidup) berjumlah sama dengan
"maut" (mati) masing-masing 145 buah, "akhirat" terulang sebanyak 115 kali sebanyak kata "dunia", kata "malaikat' terulang 88 kali
sebanyak kata "syetan", kata "panas" terulang 4 kali sebanyak kata "dingin" dsb. Pantas saja Allah berfirman :"Allah menurunkan
kitab Al Quran dengan penuh kebenaran dan keseimbangan. "(QS. As Syuro' : 17)

Isinya bebas dari campur tangan manusia dan tidak ada yang saling bertentangan

Isi dan ajaranya sesuai dengan fitrah (kodrat) manusia.

Al Quran apabila kita baca sudah merupakan suatu ibadah

Al Quran mudah dihafal, dipahami dan diamalkan. (QS. Al Qomar : 17 dan 34)

Isinya mencakup dan menyempurnakan ajaran-ajaran kitab-kitab sebelumnya.

Isi Al Quran juga ditujukan kepada semua umat manusia, tidak hanya untuk satu bangsa saja. (QS. Saba : 28)

Ajarannya sangat universal, sehingga berlaku untuk segala bangsa dan segala zaman serta memberi petunjuk dan pedoman yang
lengkap, mendalam, dan mencakup semua kehidupan.

Al Quran mengandung prinsip persamaan derajat

Pembawanya (Muhammad) adalah orang yang ummi (tidak dapat membaca dan menulis) sehingga dapat membuktikan bahwa Al
Quran itu benar-benar dari Allahbukan karangan manusia.

Diturunkanya Al Quran sebagai rahmat dari Allah. (QS. Al Isro':82)

Salah satu mukjizat Al Quran terletak pada fashahah dan balaghahnya, keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya yang tidak ada
bandinganya. Mustahil manusia dapat membuat susunan yang serupa seperti Al Quran yang dapat menandinginya. Dalam Al Quran sendiri
terdapat ayat -ayat yang menantang setiap orang untuk membuat yang serupa dengan Al Quran, antara lain Allah berfirman:
"Katakanlah : Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak dapat membuatnya,
biarkan sebagian mereka membantu sebagian (yang lain)." (QS. Al Isra : 88)
Bagi yang tidak mengerti bahasa arab, seperti bahasa indonesia tentu amatlah sulit menemukan dimana letak mukjizat Al Quran, karena
mengetahui ketinggian mutu sesuatu susunan kata-kata tidak akan dapat dipahami, kalau kita tidak dapat merasakan keindahan bahasa itu sendiri.
Oleh sebab itu, cukuplah kita melihat reaksi para sastrawan penantang islam yang menunjukan bukti atas ijjaz kitab itu.
Hampir semua orientalis barat berkesimpulan bahwa Al Quran itu adalah buatan Nabi Muhammad SAW yang dikarang dengan atau tanpa
bantuan siapa pun. Tuduhan ini misalnya terlihat dari buku " Preliminary Discourse" karya G. Sale (1899) yang menyebutkan bahwa oleh Sir
Wiliam Muir dan Wollaston (1905), seterusnya FJL. Menezes (1911) dalam karyanya " The Life and Religion Muhammad : The Prophet of
Arabia".
Itulah kekecewaan orientalis barat yang timbul akibat kedaifan mereka untuk menandingi keistimewaan Al Quran. Mereka menuduh Muhammad
sebagai penyair, berpenyakit gila, atau ahli sihir yang bergantung kepada sumber-sumber Yahudi dan Kristian.
Di samping ditinjau dari segi bahasanya, Al Quran juga mengandung mukjizat dari segi isinya, contohnya :
Di dalam Al Quran terdapat berita-berita dan janji-janji mengenai masa yang akan datang
Kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan adalah di luar kekuasaan manusia untuk mengetahuinya. Memang ada ramalan-ramalan dukun
tentang masa depan tetapi tidak dijamin kebenaranya. Berbeda dengan Al Quran, semua berita-berita dan janji-janji yang tersebut di dalam Al
Quran
adalah
benar
dan
telah
menjadi
kenyataan
seperti
:
Kerap kali umat musyrikin mekah sebelum hijrah menantang kaum muslimin dan mengatakan , "Bangsa Rum yang mempunyai kitab injil telah
dikalahkan
oleh
tentara
persia
(waktu
itu
menganut
agama
majusi)."
Kemudian
turunlah
firman
Allah
:
"Telah dikalahkan kerajaan Rum di negeri yang terdekat dan mereka sesudah kalah itu akan menang lagi dalam beberapa tahun." (QS. Ar Rum :
23)
Memang kerajaan Rum di waktu turunya ayat itu dalam keadaan sangat lemah dan tidak akan mungkin bangun lagi. Tetapi apa yang diberitakan
Al
Quran
telah
menjadi
kenyataan
dalam
beberapa
tahun
kemudian.
Di dalam Al Quran terdapat pula fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manisia di tanah arab pada waktu itu, tetapi faktafakta
tersebut
dijelaskan
dengan
tepat
dan
sekarang
diakui
kebenaranya.
Seperti : Pada masa turunya Al Quran, ilmu kedokteran di tanah arab boleh dikatakan tidak ada, yang ada hanya ilmu pengetahuan secara primitif
dan
tahayul.
Namun
demikian
Al
Quran
menerangkan
:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) di dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang. Kemudian tulang-tulang itu Kami bungkus dengan daging. Sesudah itu
Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik. " (QS. Al Mu'minun : 12 14)
Pada mulanya, ahli-ahli falak menetapkan bahwa matahari tetap, tidak berjalan (beredar) dan hanya bumilah yang beredar disekeliling matahari,
tetapi Al Quran menegaskan bahwa matahari juga berjalan. Hal ini baru terungkap dengan penemuan ilmiah baru-baru ini. Allah berfirman : "Dan
matahari itu beredar di tempat peredaranya. Demikianlah ketetapan dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. " (QS. Yasin : 38)
Kewajiban terhadap Al Quran

Setiap muslim memiliki kewajiban dan konsekuensi terhadap kitab sucinya, yang antara lain :
1. Membaca Al Quran
Menbaca Al Quran merupakan salah satu tanda keimanan, menjadi pembeda antara orang muslim dengan orang kafir. Allah berfirman :
"Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akherat, suatu
dinding yang tertutup."(QS. Al Isra' : 45)
Kita tidak perlu takut untuk membaca Al Quran walaupun bacaan kita belum lancar. Semuanya pasti akan mendapat balasan yang adil oleh Allah
SWT.
Pembacaan Al Quran ada dua model, yaitu tilawah, menbaca Al Quran dengan melafazkan ayat demi ayat, menbetulkan tajwidnya, menerdukan
suara dan lagunya. Model yang lain adalah tadarus, membaca tidak hanya melafazkan ayat demi ayat, menbetulkan tajwidnya, memerdukan suara
dan lagunya, tetapi dilanjutkan dengan pemahaman makna, penggalian pertunjuk untuk selanjutnya diamalkan.
Di bulan Ramadhan, rasulullah SAW menuntunkan kepada umat Islam untuk bertadarus Al Quran, bukan sekedar bertilawah apalagi Quran.
Bagi kita umat Islam, apabila mendengar lantunan bacaan Al Quran berkewajiban untuk mendengarkan dengan tenang agat kita mendapat rahmat
(QS. Al Araf : 204)
2. Menghafal bacaan Al Quran
Rasulullah bersabda : "Bacalah olehmu Al Quran, karena ia akan memberimu syafaat pada hari kiamat bagi para pembaca dan pengafalnya."(HR.
Muslim)
3. Mengajarkan dan membenarkan Al Quran
Setelah mempelajari Al Quran, maka kewajiban selanjutnya adalah mengajarkan apa yang di dapatkanya dan menyebarkan kebenaran Al Quran
ke seluruh pelosok negeri minimal di keluarga atau lingkungan sekitar supaya umat islam tidak buta huruf Al Quran (kitab mereka sendiri).
Nabi Muhammad SAW bersabda :
Dari Usman bin Affan ra, ia berkata, rasulullah bersabda , " Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan
mengajarkanya."
(HR.
Al
Bukhari,
Daud,
At
Tirmidzi,
Ibnu
Majah
dan
Ad
Darimi)
4.
Memahami
maknanya,
mentadaburi
dan
mengamalkan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Banyak kaum muslim yang terjebak pada ibadah ritual sekedar membaca Al Quran saja. Mereka lupa bahwa fungsi utama Al Quran adalah
petunjuk bagi manusia dan petunjuk itu harus digali untuk selanjutnya diamalkan. Banyak pula kaum muslim yang dekat dengan Al Quran, tetapi
kedekatan itu baru sekedar kedekatan secara fisik (dekat dengan mushaf Al Quran). Akan tetapi jika kita mau mengukur moral, amal dan perilaku
kita
dengan
petunjuk
dan
ajaran
Al
Quran,
secara
jujur
harus
diakui
masih
jauh
dari
Al
Quran.
Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa barang siapa yang menjadikan Al Quran sebagai imam, maka ia membimbingnya ke surga. Namun
siapa yang menjadikan Al Quran sebagai makmum, maka ia akan mendorongnya ke dalam neraka.

Sejarah Singkat Kodifikasi Al-Qur'an


BAB I: Sejarah Penulisan al-Quran
Para sejarawan membagi periode tentang penulisan al-Quran menjadi tiga bagian:
1. 1. Periode Rasulullah saw.
Al-Quran, sebagaimana sudah diketahui bahwa Allah telah memberikan kekuasaan yang khusus terhadapnya. Sebagaimana ditegaskan Allah swt
dalam firmannya:
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (al-Hijr : 9)
Namun para ulama berbeda pendapat mengenai masalah pengumpulan al-Quran: (al-Jamu). pengumpulan dengan menggunkan maksud menjaga
al-Quran dengan hafalan (Hifdzan), dan dengan maksud menjaganya dengan tulisan (Kitabatan).
1. a. Pengumpulan Al-Quran dengan Hafalan (Hifdzan).
Adalah Rasulullah, yang dijuluki Jummaul quran dengan makna Huffadzuhu (penghafal al-Quran), hal ini sebagaimana ditegaskan oleh alQuran, tatkala beliau selalu menggerakkan bibirnya, pada saat turunnya wahyu hingga allah menurunkan Wahyu, agar beliau tidak khawatir akan
hal tersebut,[2] Allah berfirman:
Janganlah engkau Muhammad-karena hendak menghafal al-Quran yang diturunkan kepadamu dengan cepat-menggerakkan lidahmu (sebelum
selesai dibacakan kepadamu), sesungguhnya kamilah yang berkuasa mengumpulkan al-Quran itu (di dadamu) dan menetapkan bacaannya (pada
lidahmu). (QS : Al-Qiyamah : 16-17)
Hal itu menjadikan para pembesar sahabat lebih mudah menghafal al-Quran, dalam sejarah tercatat beberapa sahabat yang hafal al-Quran pada
masa Rasulullah. antara lain : Abdullah Ibnu Masud, Salim Ibnu Maqil Maula Abi Hudzaifah, Muadz Ibnu Jabal, Ubay Ibn Kaab, Zaid Ibn
Tsabit, Abu Zaid Ibn Sakan, Abu al-Darda.[3]
1. b. Pengumpulan Al-Quran dengan penulisan (Kitabatan).
Pada masa Rasulullah sudah ada usaha usaha menjaga keontetikan al-Quran sudah beliau lakukan dengan cara pencatatan,. Hal ini terbukti
beliau mengangkat beberapa sahabat untuk menjadi juru tulis wahyu al-Kuttab diantara al-Kuttab selain Khulafaul al-Rasyidin adalah :
Muawiyah, Zaid Ibnu Tsabit, Ubay Ibnu Kaab, Abdullah Ibnu Masud.[4]
Hal itu juga dipertegas dengan sabda beliau :
janganlah engkau tulis apapun dariku kecuali al-Quran[5]

Penulisannyapun relatif sangat sederhana, media yang digunakannya antara lain , batu, tulang, kulit binatang, pelepah kurma dan lain sebagainya.
Disisi lain penulis wahyu tersebut juga membuat naskah dari tulisan ayat- ayat tersebut untuk pribadi masing masing.[6]
1. 2. Periode Khalifah Abubakar Al-Shiddiq ra.
Pada tahun 12 H, tepatnya pada kepemimpinan Khalifah Abubakar terjadilah pemberontakan dari pembangkang pembayar zakat dan pemurtadan
dibawah pimpinan Musailamah al-Kadzzab, beliau mengutus Khalid Ibnul Walid untuk mengatasi mereka ke Yamamah, dari peristiwa tersebut
tak sedikit korban dari kaum muslim. Bahkan tercatat 70 Huffadz (penghafal Al-Quran) sebagai syuhada. Hal ini mendorong Umar Ibn alKhatthab untuk menyarankan kepada Amirul Mukminin, untuk segera mengumpulkan al-Quran dalam 1 Mushhaf. Setelah melewati berbagai
pertimbangan[7] beliaupun setuju dan memanggil Zaid Ibn Tsabit untuk melaksanakan hal ini.
Walaupun Zaid Ibn Tsabit sudah hafal al-Quran secara keseluruhan, beliau sangat hati-hati dalam melaksanakan tugas ini, setidaknya beliau
berpegang teguh pada dua prinsip :
1. Ayat ayat al-Quran yang di tulis dihadapan Rasulullah, dan disimpan dirumah beliau.
2. Ayat- ayat yang dihafal oleh para Sahabat.
Kemudian mushaf tersebut disimpan oleh Abubakar, dan berpindah ke tangan Umar Ibn Al-Khatthab, kemudian kepada Hafshah Binti Umar
(Ummul Mikminin).[8]
1. 3. Periode Khalifah Utsman Ra.
Adalah Hudzaifah al-yaman menyarankan kepada Amirul Mukminin untuk menyatukan perbedaan bacaan diantara kaum muslimin. hal ini
dimaksudkan agar tidak meyebabkan perbedaan diantara kaum muslin. Karena memang diceritakan bahwa pada saat itu sudah mulai muncul
fitnah dikarenakan hanya perbedaan bacaan ini, seperti yang ditegaskan Abi Qulabah, bahwa telah terjadi percekcokan dan pertentangn antara
kaum muda bahkan antara para pengajar al-Quran sendiri.[9] Kejadian ini terjadi tepat pada peperangan armenia dan Azerbaijan di Iraq.[10].
Sayyidina Utsman pun mengamini saran tersebut, dan mengutus seorang utusan untuk meminta mushaf al-Quran yang berada pada Sayyidatina
Hafshah, guna sebagai rujukan penyalinan. Kemudian beliau membentuk sebuah badan dalam penyalinan ini yang beranggotakan empat orang
Zaid Ibnu Tsabit al-Anshari, Abdullah Ibn Zubair al-Asadi, Said Ibnu al-Ash al-Umawi, Abdurrahman Ibn al-Harist Ibnu Hisyam al-Makhzumi,
selain Zaid Ibn Tsabit adalah berbangsa Quraisy[11]. Alasan utama pemilihan ketiganya (Abdullah Ibn Zubair, Said Ibnu al-Ash, Abdurrahman
Ibn al-Harist) dari golongan Quraisy , adalah menjaga kesejatian dialek Quraisy dalam penylinan Mushaf.[12]
Setelah team tersebut menyalin, mereka pun mengembalikan mushaf tersebut kepada Hafshah, dan menyebarkan salinan salinan tersebut untuk
disebar luaskan kebeberapa Negara, antara lain kufah, bashrah, Syam dan yang beliau pegang sendiri (madinah)[13]. Kemudian beliau
memerintahkan semua mushaf selain yang beliau sebarkan untuk dibakar karena memang pada saat itu ada beberapa mushaf yang terkenal selain
mushaf yang ada pada Sayyidatina Hafshah yaitu mushaf Ibnu Kab dan Ibnu Masud[14]. Langkah yang dilakukan oleh utsman ini sudah
disepakati dan diterima oleh para sahabat. sebagaimana ditegaskan olah sayyidina Ali ra. Menanggapi sikap ustman ra. beliau berkata janganlah
kalian katakan apa yang dilakukan oleh Ustman kecuali benar (Khoiran)[15]
BAB II: Rasmul Utsmani
Tulisan al-Quran Utsmani adalah tulisan yang dinisbatkan kepada sayyidina utsman ra. (Khalifah ke III). Istilah ini muncul setelah rampungnya
penyalinan al-Quran yang dilakukan oleh team yang dibentuk oleh Ustman pada tahun 25H. oleh para Ulama cara penulisan ini biasanya di
istilahkan dengan Rasmul Utsmani. Yang kemudian dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ustman ra.[16]
Para Ulama berbeda pendapat tentang penulisan ini, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa tulisan tersebut bersifat taufiqi (ketetapan
langsung dari Rasulullah), mereka berlandaskan riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah menerangkan kepada salah satu Kuttab (juru tulis
wahyu) yaitu Muawiyah tentang tatacara pebnulisan wahyu. diantara Ulama yang berpegang teguh pada pendapat ini adalah Ibnul al-Mubarak
dalam kitabnya al-Ibriz yang menukil perkataan gurunya Abdul Aziz al-Dibagh, bahwa tlisan yang terdapat pada Rasm Utsmani
semuanya memiliki rahasia-rahasia dan tidak ada satupun sahabat yang memiliki andil, sepertihalnya diketahui bahwa al-Quran adalh mujizat
begitupula tulisannya.
Namun disisi lain, ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa, Rasmul Ustmani bukanlah tauqifi, tapi hanyalah tatacara penulisan al-Quran
saja[17]. Seperti yang di tegaskan abu bakar al-Baqilani dalam kitabnya al-Intishar.
Al-Imam Ahmad Ibn Hanbal dan al- Imam Malik Ibn anas, memang mereka berdua melarang untuk merubah rasmul Utsmani, namun hal ini
bukan berarti Ratsmul Utsmani adalah Tauqifi, akan tetapi agar supaya umat islam tetap pada satu tulisan dan berpegang teguh dengannya.
Pendapat ini berlandaskan perkataan Ustman sendiri kepada tiga penyalin Mushaf dari bangsa Quraisy apabila kamu berbeda penulisan dengan
Zaid Ibnu Tsabi dalam penulisan al-Quran, maka merujukkalha kepada penulisan bangsa Quraisy.[18] Wallahu alam [
KESIMPULAN
Al-Quran sebagai kalamullah, memilki peranan penting, bahkan sejarah penulisannyapun tidak segampang membalikkan telapak tanga. Disana
ada pelbagai macam peristiwa yang melatar belakangi penulisan al-Quran sehingga menjadi satu mushaf yang disepakati oleh seluruh umat
muslim didunia.
Itulah Al-Quran dengan Rasmul Utsmani, yang sampai saat ini tidak ada perubahan sedikitpun. Hal ini sebagai mujizat tersendiri atas firman
Allah :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (al-Hijr : 9)
Yang menarik untuk digaris bawahi adalah. Pelbagai pendapat ulama samapai perbedaan masalah Rasmul Utsmani Tauqifi atau bukan, hal itu
pada akhirnya saling menguatkan satu sama lain. Dan tetaplah al-Quran sejak mulai diturunkan hingga akhirnya nanti sebagai Rahmatan lil
Alamin.
Diposkan 31st March 2010 oleh elhakim
Label: hikmah

Anda mungkin juga menyukai