Anda di halaman 1dari 7

AL-QURAN RELEVAN SEPANJANG ZAMAN

Al-Quran merupakan pedoman hidup umat Islam sepanjang zaman, pusaka tersakti yang dimiliki kaum Muslimin. Di
dalamnya ada semangat hidup yang terus mengarungi ruang dan waktu. Maka berpegang teguhlah kepada kitab
Allah yang mulia, agar hidupmu sejalan dengan Islam sampai pada tujuan akhir, yakni bahagia dunia dan akhirat.

Al-Quran di sebut juga dengan nama kalamullah (ucapan Allah) karena itu al-quran difahami ulama bahwa tidak bisa
dikatakan sebagai makhluk karna melakat zat Allah, meskipun definisi makhluk adalah segala sesuatu selain dari
Allah adalah makhluk, maka untuk al-Quran dikecualikan.
Jauh sebelum manusia diciptakan sudah ada Al-Quran yang allah simpan di satu temapat yang terjaga dan
terpelihara yang disebut dengan Lauhil Mahfudz, ketika al-Quran disimpan ditempat tersebut sudah utuh dan
lengkap yang terdiri : 30 juz, 114 surat, 6236 ayat, sedangkan hurufnya Imam ibnu Arabi menyebutkan dalam
kitabnya Al Futuhatul Ilahiyah jumlah huruf al Quran sebanyak 1.027.000. huruf.

Setelah berada di lauhil mahfudz, lalu diturunkan Allah sekaligus ke baitul izzah atau samaid dunya (langit dunia)
dari langit dunia diturunkanlah secara beransur-ansur ke Bumi secara Munajjaman (beransur-ansur) kepada Nabi
Muhammad saw selama 22 th 22 bln 22 hari atau 23 tahun. Demikian menurut Ibnu Abbas ra

Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang paling lengkap dan sempurna dan Al-Qur’an juga berfungsi untuk
menyempurnakan dan mengoreksi kitab-kitab Allah sebelumnya. Kitab suci Al Quran di antaranya berisi tentang
keimanan, akhlak, ibadah, muamalat, janji Allah, sejarah, dan ilmu pengetahuan.

Alquran turun dengan menggunakan bahasa Arab. Hingga akhir zaman pun akan tetap menggunakan
bahasa Arab. Kisah-kisah maupun hukum-hukum yang tertulis didalamnya tidak akan mungkin berubah
menyesuaikan keadaan zaman. Justru zamanlah yang secara tidak langsung berkesinambungan dengan
kandungan-kandungan Alquran. Berbeda dengan kitab-kitab suci selain Alquran, dimana banyak darinya
mengalami perubahan ataupun perbaikan. Bahkan banyak dari kitab-kitab suci itu dialihkan ke dalam
berbagai bahasa di dunia.Kemudian kitab-kitab tersebut dibacakan dengan bahasa sesuai tempat dimana
kitab itu dibacakan. Sebagaimana dikatakan sebelumnya. Ada pula kitab-kitab suci lainnya yang diturunkan
oleh Allah kepada para utusan-Nya. Kitab-kitab ini turun pada zaman sebelum zaman Rasulullah Saw.

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, perkembangan teknologi pun sudah menjamur ke berbagai
sudut kehidupan manusia dengan perlahan namun pasti mengeser moralitas dan akhlak manusia. Tak ada yang
dapat memastikan kapan era modern yang dipenuhi teknologi canggih akan berakhir. Namun ditengah
perkembangan zaman yang semakin edan dan tak karuan, Al-Qur’an tetap menjadi pedoman bagi umat Islam
sepanjang zaman dan akan tetap terjaga kemurniannya.bahkan sampai hari qiamat, ini disebutkan Allah dalam
suarat al Hijr : 9
َ‫إنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنا َ ال ِّذ ْك َر َوإنَّا لَهُ لَ َحافِظُوْ ن‬
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Qur`an dan Kami sendiri yang akan menjaganya.” (Qs. Al-Hijr : 9)

Ada yang menarik kita perhatikan pada ayat ini, Allah menggunakan kata-kata nahnu “ Sesungguhnya Kami”
kami yang berarti lebih dari satu alias banyak, pertanyaannya kenapa Allah menggunakan kata kami pada
Allah Tunggal esa, sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa Allah menggunakan kami oleh karena Allah
melibatkan makhluknya, siapa makhluknya yang dilibatkan yaitu malaikat dan manusia, Jibril sebagai
perantara al-Quran sampai ke Nabi Muhammad, dari nabi Muhammad sampai kepada umatnya sampai saat
tetap dijaga dengan cara dihafal.

Dengan kehadiran Al-Quran di muka bumi, hal itu merupakan pusaka berharga yang mampu membenahi
kejahiliyahan, terutama masyarakat Arab. Jika kita mengamati secara seksama, justru salah satu kemukzijatan Al-
Quran adalah keterkaitan pesan-pesan teks dalam memproduksi hukum baru untuk menyelesaikan persoalan di
masyarakat. Di mana pun dan kapan pun. Al-Quran adalah kitab yang dapat menyesuaikan, yang dijadikan untuk
memecahkan suatu masalah. Jadi, Al-Quran merupakan petunjuk bagi kehidupan manusia, sebagaimana Allah SWT
mengenalkan Al-Quran kepada manusia sebagai petunjuk bagi orang–orang yang bertaqwa. Sebagaimana tersirat
dalam ayat al-Qur’an :
            

Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman
.
Sebagai pedoman hidup umat Islam, Al-Quran akan selalu menjawabnya. Kemampuannya menjawab berbagai
persoalan memang harus didukung dengan ilmu-ilmu lainnya (‘ulumul-quran) sebagai alat untuk menafsirkannya.
Jadi, jelaslah bahwa kedinamisan Al-Quran adalah salah satu bukti keunggulannya atau mukjizat tak terhingga.

Meskipun al-Quran adalah petunjuk sepanjang zaman namun pada satu kesempatan Rasulullah SAW pernah
menyampaikan sebuah hadits yang menjelaskan tentang keadaan al-Qur’an pada zaman akhir. Hadits itu
diriwayatkan dari Khalifah Ali ibnu Abi Thalib:

‫ ي اتي على الن اس زم ان ال يبقى من اإلس الم‬: ‫عن علي ابن أبي ط الب عن الن بي ص لى هللا علي ه وس لم ق ال‬
‫وال من القرأن إال درس ه يعم رون مس اجدهم وهي خ راب عن ذك ر هللا أش ر‬  ‫إالاسمه وال من الدين إال رسمه‬
)‫ذالك الزمان علماؤهم منهم تخرج الفتنة وإليهم تعود وهؤالء عالمة القيامة (زبدة الواعظين‬
Artinya: “Dari Ali ibnu Abi Thalib dari Nabi SAW. beliau bersabda: “Akan datang kepada umat manusia zatu zaman
dimana :
 Islam tinggal namanya,
 agama tinggal tulisannya,
 al-Qur’an tinggal pelajarannya,
 mereka meramaikan/menghuni masjid-masjidnya, tetapi hati mereka kosong, jauh dari ingat kepada Allah.
 Sejelek-jelek/seburuk-buruk orang di zaman itu adalah ulama-ulama mereka. Dari mereka munculnya fitnah, dan
kepada mereka fitnah itu kembali, dan itu semua adalah tanda – tanda kiamat.” (Zubdatul Wa’idzin)
Al-Quran sebagai mukjizat tidak akan bisa dikalahkan oleh kitab mana pun.Sebagaimana termaktub dalam QS
Thaha: 1-8, yakni :

Ketika itu Nabi Muhammad tengah menyendiri di gua Hira, kemudian malaikat Jibril datang menghampirinya hingga
membuat beliau ketakutan. Malaikat Jibril kemudian menyodorkan sebuah tulisan kepada Nabi Muhammad, lalu
berkata “Iqra”, namun keadaan Nabi pada saat itu yang masih Umiy (belum bisa membaca) sehingga beliau
menjawab “Ma ana biqirain (saya tidak bisa membaca)”. Namun malaikat Jibril terus mendesaknya dengan
mengatakan “Iqra !”, dan Nabi Muhammad pun memberi jawaban yang sama, bahwasannya beliau tidak bisa
membaca.

Kisah ini berlanjut, kemudian Nabi Muhammad mengikuti perkataan malaikat Jibril. Pada saat itulah turun wahyu
pertama kepada Nabi Muhammad yaitu surat Al-‘alaq 1-5. Sejak saat itu wahyu berupa surat-surat yang disampaikan
oleh melaikat terus disampaikan pada Nabi secara berangsur-angsur.

Wahyu-wahyu tersebut lalu disampaikan oleh Nabi Muhammad kepada umatnya pada saat itu dengan ucapannya
(karena Nabi menghafal setiap wahyu yang disampaikan malaikat Jibril). Dari perkataan Nabi itulah kemudian ditulis
oleh para Sahabat Nabi, yang kemudian pada masa khalifah Utsman Bin Affan Al-qu’an mulai dibukukan menjadi
kitab. Dalam proses Al-Qur’an menjadi kitab tidaklah semudah yang kita bayangkan, dari mulai pengumpulan
aksara-aksara yang terdapat di batu, kayu, dan tulang yang kemudian di salin kedalam lembaran-lembaran.

Kitab- kitab itu adalah kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as, kitab Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa as, dan kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Maka Alquran menjadi kitab suci
terakhir yang diturunkan oleh Allah, karena diturunkan kepada Nabi terakhir pula

Allah berfirman dalam Q.S. Al-Maidah Ayat 48 yang artinya "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu..."

Keberadaan al-Qur’an sebagai kitab suci yang menjadi sumber hukum islam pertama merupakan kenyataan yang
tak terbantahkan. Semenjak al-Qur’an pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. umat islam selalu sibuk
dalam mempelajari dan memahami al-Qur’an. Berhari – hari, berbulan – bulan, bahkan bertahun – tahun perhatian
mereka tercurah untuk mempelajari dan memahami al-Qur’an. Mereka tidak akan beranjak dari satu ayat ke ayat
yang lain, melainkan mereka telah menghafal dan memahami ayat tersebut. Demikianlah keadaan umat islam
periode awal yang selalu menjadikan al-Qur’an sebagai prioritas awal dalam kehidupannya sebelum mereka
beranjak kepada urusan yang lain. Tidak mengherankan bahwa kehidupan mereka selalu terang benderang karena
cahaya al-Qur’an.

Dalam kehidupan sehari – hari mereka selalu berkiblat kepada Nabi Muhammad SAW., seorang nabi yang
kepadanya al-Qur’an diwahyukan. Rasulullah adalah sosok ideal dalam berperilaku qur’ani. Siti Aisyah Radliyallahu
‘Anha saat ditanya kepribadian Rasulullah mengatakan, “‫ ”ك ان خلق ه الق رأن‬, akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an.
Demikianlah jawab Siti Aisyah. Beliau adalah al-Qur’an yang terwujud dan hidup di bumi ini. Oleh karenanya setiap
ada peristiwa ataupun persoalan yang muncul dalam kehidupan para sahabat, mereka selalu menyelesaikannya
dengan solusi yang diberikan Rasulullah.

Islam tinggal namanya. Islam artinya selamat, damai, pasrah. Kira – kira demikian. Rasulullah SAW bersabda kelak
Islam tinggal namanya. Kedamaian yang digagas dan diperjuangkan Rasulullah SAW di masa awal diutusnya beliau
hanya tinggal sebuah nama. Banyak yang menggunakan nama Islam hanya sebatas untuk memenuhi kepuasan
pribadinya.  Mereka tidak menggunakan agama untuk menebar kedamaian di muka bumi. Justru karena
pembenaran terhadap nafsu, Islam digunakan untuk merusak dan memporak – porandakkan setiap sisi kehidupan
yang mereka anggap berseberangan dengan prinsip dan keyakinan mereka. Apabila ini sudah terjadi, tanda bahwa
kiamat akan segera tiba.

Agama tinggal tulisannya. Ini mengingatkan kepada kita bahwa nilai – nilai luhur yang tertuang dalam berbagai kitab
hanya sebatas tulisan. Tidak ada lagi orang yang mau menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Kitab suci
dan buku – buku agama hanya tinggal karya – karya bacaan yang tidak pernah diwujudkan dalam perilaku
kehidupan masyarakat. Fenomena semacam ini mungkin sudah mulai tampak dalam kehidupan masyarakat di era
modern saat ini. Banyak orang pandai tetapi kepandaian dan kecerdasan mereka tidak diikuti dengan penghayatan
dan upaya untuk melakukan semua yang mereka ketahui. Ini merupakan tanda – tanda hilangnya ruh dan nilai luhur
agama. Agama hanya tinggal tulisan yang bisa dibaca dan dinikmati.

Al-Qur’an tinggal pelajarannya. Banyak orang yang belajar membaca al-Qur’an, mempelajari ilmu – ilmu al-Qur’an
tetapi jarang sekali orang yang mengambil al-Qur’an sebagai imamnya, menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman
hidupnya. Mereka memperindah bacaan – bacaan al-Qur’annya tetapi tidak mau melaksanakan isi dan tuntunannya.
Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah bahwa al-Qur’an hanya tinggal pelajarannya.

Masjid ramai dan dipenuhi umat, tetapi hati mereka kosong, sepi dan jauh dari mengingat Allah. Saat ini kalau kita
perhatikan disekeliling kita, banyak bangunan masjid berdiri dengan megah, arsitekturnya sangat luar biasa, banyak
yang datang meramaikan masjid, tetapi jarang sekali diantara mereka yang selalu mengingat Allah. Buktinya banyak
yang selalu menghidupkan masjid tetapi mereka masih terbuai dengan kehidupan dunia yang serba fana. Inilah
fenomena akhir zaman yang perlu kita prihatinkan.

Seburuk – buruk umat manusia pada masa itu adalah ulamanya. Ulama adalah panutan umat. Mereka adalah lampu
dan lentera yang menerangi kehidupan umat agar selalu berada di jalan Allah. Seharusnya titel ulama tidak hanya
menjadi titel dan jabatan dunia belaka. Keberadaan mereka penting untuk menjadi sandaran dan rujukan kaum
awam dalam kehidupannya. Akan tetapi dalam hadits ini justru disabdakan Rasulullah SAW. bahwa mereka adalah
seburuk – buruk umat.

Ini bukan berarti menyepelekan dan menistakan pribadi seorang ulama. Ini justru menjadi sebuah wahana bagi para
ulama untuk senantiasa mawas diri dalam kehidupannya sehari – hari. Mereka adalah pribadi – pribadi yang
diharapkan menjadi tangan kanan dari Rasulullah dalam kehidupan dunia. Namun sangat disayangkan apabila
mereka justru berbuat sebaliknya.

Fenomena akhir – akhir ini, kita dihadapkan pada persoalan yang sangat memprihatinkan. Kita melihat dari berbagai
media yang ada, baik cetak maupun elektronik, banyak di antara ulama – ulama kita saling serang antara yang satu
dengan yang lain. Bahkan perselisihan pendapat di antara mereka terkadang berujung pada caci maki bahkan pen –
takfiran- kepada kelompok yang berseberangan. Ini adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Siapa korbannya? Bukan
ulama, tetapi yang menjadi korban adalah kaum awam. Masyarakat awam menjadi korban dari segala bentuk
perbedaan pendapat yang –maaf- terkadang sudah tidak wajar lagi. Sungguh ini menjadi sebuah pemandangan
yang tidak elok.
Hadits riwayat Khalifah ke-empat Imam Ali ibnu Abi Thalib ini mengingatkan kepada kita semua bahwa kelak suatu
ketika –entah apakah sekarang sudah terjadi/atau belum- akan datang satu masa dimana di masa itu Islam tinggal
namanya, agama tinggal tulisannya, al-Qur’an tinggal pelajarannya, masjid ramai dipenuhi umat tetapi hati mereka
kosong dari dzikir/mengingat Allah dan seburuk – buruk orang pada masa itu adalah ulama – ulamanya. Hadits ini
perlu untuk kita renungkan dan kita gunakan sebagai sarana muhasabah, introspeksi diri,
memperbaiki setiap kesalahan yang seringkali mampir dalam diri kita.

Bagaimana sikap kita? Saat ini kita seharusnya introspeksi diri, melihat diri dan pribadi kita untuk
berbenah. Bolehlah kita berbeda pandangan antara yang satu dengan lainnya, tetapi tetaplah
selalu menjaga kerukunan. Kita tidak harus sama, tetapi kita harus tetap saling menghargai antara
yang satu dengan lainnya. Sudah saatnya perbedaan kita jadikan sebagai wasilah untuk semakin
memperkuat ukhuwwah. Jangan sebaliknya.

Bila al-Qur’an hanya tinggal tulisannya, tinggal sebagai ilmu yang diajarkan tetapi jauh dari
penerapan, waspadalah kawan! Boleh jadi kiamat sudah dekat. Bila ulama saling menjatuhkan,
saling mencari pembenaran, sadar dan bangunlah bahwa itu adalah tanda datangnya janji Allah,
kiamat akan datang. Fastabiqul Khairat… berlombalah dalam kebaikan…

Keadaan Islam pada Akhir Zaman.  Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,:  ‫يأتي على‬
ٌ‫ مس اجدهم ع امرة وهي خ راب‬,‫ وال من القرآن إال رس مه‬,‫الناس زمان ال يبقى فيما يبقى من اإلسالم إال اسمه‬
‫ من عن دهم تخ رج الفتنة وفيهم تع ود‬,‫ علم اؤهم شر من تحت أديم الس ماء‬,‫“ من اله دى‬Akan datang
pada manusia suatu masa, di mana tidak tinggal  daripada Islam itu kecuali
hanya namanya saja, tidak tinggal daripada Al Quran itu kecuali hanya
tulisannya saja. Masjid-masjid mereka indah-indah, tetapi ia kosong dari
hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah
(naungan) langit. Dari merekalah keluarnya fitnah, dan kepada merekalah
fitnah itu akan kembali”. (Hadis riwayat Al Baihaqi)
Oleh: Iffah Ainur Rochmah

‫هللا َو ُس َّن َة َرس ُْولِ ِه‬


ِ ‫اب‬ ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم أَ ْم َري‬
َ ‫ ِك َت‬: ‫ْن لَنْ َتضِ لُّ ْوا َما َت َم َّس ْك ُت ْم ِب ِه َما‬ ُ ‫َت َر ْك‬

“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama
kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunahku.” (H
R Al-Hakim)

MuslimahNews.com, TSAQAFAH — Secara lugas, manthuq hadis di atas


menerangkan bahwa Rasulullah Saw. mewariskan pada umatnya dua hal yaitu
kitabullah (Alquran) dan Sunah. Semua umat Muhammad bisa menjadikan keduanya
sebagai petunjuk agar tidak tersesat selamanya, dengan syarat mereka ber-
tamassuk pada keduanya.

Menurut Mu’jam al-Ghaniy, lafaz at-tamassuk semakna dengan al-i’tisham yakni


berpegang teguh dan mengenggam kuat agar tidak terlepas. Maka, memaknai hadis di
atas bisa dilakukan dengan merujuk penjelasan mufassir tentang ayat I’tisham.

Di antaranya di dalam QS Ali ‘Imran : 103,

‫َواعْ َتصِ مُوا ِب َحب ِْل هَّللا ِ َجمِيعً ا َواَل َت َفرَّ قُوا‬

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah secara keseluruhan, dan
janganlah kamu bercerai berai.”

Yang dimaksud dengan tali Allah menurut Imam Baidhawi adalah agama Islam atau
kitab-Nya. Jadi, berpegang teguh pada tali Allah berarti berpedoman hidup pada
Alquran.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اب هللاِ َو ُس َّن َة َرس ُْولِ ِه‬ [ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم أَ ْم َري‬


َ ‫ ِك َت‬: ‫ْن لَنْ َتضِ لُّ ْوا َما َت َم َّس ْك ُت ْم ِب ِه َما‬ ُ ‫َت َر ْك‬

Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-
Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr,
Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal
Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

KE

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/6966-kaedah-penting-


dalam-memahami-al-quran-dan-hadits.html

Anda mungkin juga menyukai