Virus influenza tipe A menyebabkan influenza pada unggas dan beberapa mammalia. Virus ini
tergolong dalam genus Orthomyxoviridae. Beberapa isolat virus influenza tipe A menyebabkan
penyakit akut pada unggas dan manusia.
Virus influenza tipe A dikategorikan ke dalam beberapa subtipe tergantung dari tipe protein yang
dikandung pada permukaan tubuh virus:
H = hemagglutinin, yaitu protein yg menyebabkan penggumpalan sel darah merah
N = neuraminidase, yaitu enzim yg memecah ikatan glikosida menjadi monosakarida dan
neuraminic acid
Misalkan pada subtipe H5N1, ada 5 protein H dan 1 protein N yg menyusun tubuh virus.
Diketahui ada 17 subtipe H dan 9 subtipe N, secara teoritis dapat membentuk 153 macam
kombinasi.
Subtipe virus influenza A yaitu:
H9N2 FLU BURUNG menyebabkan infeksi Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) pada
tahun 1999 di China & Hongkong pada 2 orang anak serta thn 2003 di Hongkong pada 1 anak. Ketiga
anak tersebut berhasil disembuhkan.
H7N2= flu burung menginfeksi 1 orang di New York (2003) dan 1 orang di Virginia (2002),
keduanya berhasil disembuhkan
H7N3 burung dilaporkan tersebar di Amerika Utara di beberapa peternakan unggas pada
Februari 2004. Pada April 2004 sebanyak 18 peternakan dikarantina, sebanyak 2 kasus pada manusia
terjadi dengan gejala konjungtivitis dan gejala mirip influenza ringan. Keduanya berhasil sembuh.
H5N2 burung menyebar di Jepang pada tahun 2005, menginfeksi beberapa pekerja
peternakan unggas di prefektur Ibaraki pada Januari 2006.
H10N7, flu burungdilaporkan menginfeksi manusia untuk pertama kalinya di Mesir tahun
2007. Ada 2 balita terinfeksi, ayah dari salah satu balita tersebut adalah seorang pedagang unggas.
H7N7 = flu kuda, memiliki potensi zoonotik yg tidak lazim. jenis virus yang memiliki peran
dalam penyebaran virus flu kuda adalah equine-1 (H7N7) yang menyerang hati serta otot. Di Belanda,
dilaporkan sebanyak 89 orang terinfeksi flu akibat virus H7N7 menyusul wabah di beberapa
peternakan ayam, dilaporkan ada 1 kasus kematian.
H3n8 = FLU KUDA
Penyebaran virus flu kuda pertama kali terjadi pada 1956. Sebelum ramai penyebaran flu kuda di
India, pada 2007 silam kuda-kuda di Australia pun pernah terjangkit virus ini. Di Indonesia sendiri,
pernah dilakukan karantina kuda untuk mengantisipasi penyebaran flu kuda pada 2007. jenis virus
yang memiliki peran dalam penyebaran virus flu kuda adalah
equine-2 (H3N8) yang lebih ganas dibanding h7n7 karena menyerang sistem tubuh. Penyakit ini bisa
menginfeksi hampir 100 persen populasi kuda yang belum divaksinasi dan belum pernah terkena virus
ini sebelumnya.
Seperti layaknya virus influenza lainnya, virus flu babi dapat berubah-ubah. Babi dapat ditulari
oleh virus flu burung, flu babi, maupun virus influenza yang berasal dari manusia. Apabila virus
influenza yang berasal dari beberapa spesies (unggas dan manusia) menginfeksi babi, didalam tubuh
babi virus-virus tersebut dapat mengalami mutasi (antigen shift) dan membentuk subtipe baru. Flu
babi disebabkan oleh serangan virus influenza tipe A. Pada saat ini paling tidak ada empat subtipe
dari tipe A yang diidentifikasi pada babi, yaitu H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1. Namun, dari subtipe
tersebut yang banyak menyebabkan flu babi adalah H1N1
Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama berupa adaptasi.
Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada perubahan struktur virus. Pola
kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasarkan pola ini, virus bisa berkembang menjadi
gabungan flu babi, flu unggas, dan flu manusia. Jika menyimak penjelasan beberapa peneliti di
Amerika Serikat, ada kemungkinan kejadian ini berupa penyusunan ulang virus (Dermawan, 2009 :
13). Pencampuran material genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus flu manusia
dan virus flu babi masuk ke sel selaput lendir atau epitel babi melalui reseptor alfa 2,6 sialic acid,
sedangkan virus flu unggas masuk ke reptor alfa 2,3 sialic acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor
itu sehingga virus dengan mudah masuk ke dalam sel babi. Di dalam sel babi, virus-virus tersebut
bereplikasi.
Pada saat bereplikasi, diantara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran material genetik atau
yang dikenal dengan istilah antigenic drift. Masing-masing virus memiliki material genetic berupa
delapan fragmen. Delapan fragmen itu adalah HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-
fragmen tersebut bisa bertukar antara atau dengan lainnya sehingga terbentuk anak virus dengan
sifat yang berbeda. Dalam kasus flu babi, penataan ulang itu menghasilkan virus dengan struktur luar
sama dengan induknya, yaitu virus flu babi (karena itu virus ini tetap disebut subtipe H1N1). Namun,
material di dalamnya berasal dari fragmen virus flu manusia dan flu unggas. Disamping terjadi
pertukaran material genetik, kemungkinan pula terjadi antigenetic shift, yaitu fragmen-fragmen yang
ada saling bermutasi. Bila ini yang terjadi,anak virus memiliki material genetic yang lebih kompleks.
Bila antigenetic shift dan antigenetic drift terjadi di dalam kasus flu babi, ini merupakan perubahan
yang sempurna. Flu babi inilah yang nantinya dapat menjadi patogen bagi manusia.