Anda di halaman 1dari 18

Tugas Makalah Kelompok

Nama Dosen pembimbing : MUTHMAINNA, S.Si., M.Si., Apt

PARASITOLOGI

OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS A

1. ARWITA PURWASARI NH0519013


2. INDRIANA BOROALLO NH0519031
3. ANGEL BERLINDA TAMHER NH0519008
4. DESYA DAMAYANTI NH0519018
5. MEGAWATI WAIOLA NH0519042
6. ADDRIYANTI LIMATAHU NH0519001
7. FIFIN SATRIANI MATUTU NH0519025
8. HERLINDAH NH0518031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”PARASITOLOGI” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi
dan Parasitologi.
Pada kesempatan ini,Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi yang telah memberikan bimbingan
kepada kami, sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu,dengan segala hormat penyusun menghaturkan permohonan maaf.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................1

A. Latar belakang………………………………………………….............1

B. Rumusan masalah……………………………………………................1

C. Tujuan……………………..……………………………………............1

D. Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

A. Definisi Parasitologi................................................................................3
B. Sejarah Parasitologi.................................................................................3
C. Pembagian Parasit....................................................................................5
D. Klasifikasi parasit....................................................................................9
E. Pertumbuhan dan perkembangan parasit...............................................10
F. Tata nama Parasitologi..........................................................................11
G. Tata nama penyakit parasit....................................................................13

BAB III PENUTUP 14

A. Kesimpulan……………………………………………………………...14

B. Saran……………………………………………………………….........14

DAFTAR PUSTAKA 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang organisme (jasad
hidup), yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain dapat
bersifat sementara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil
sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga
organisme lain tersebut dirugikan. Organisme atau makhluk hidup yang
menumpang disebut dengan parasit. Organisme atau makhluk hidup yang
ditumpangi biasanya lebih besar daripada parasit disebut Host atau Hospes,
yang memberi makanan dan perlindungan fisik kepada parasit.
Menyadari akibat yang ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap
kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan
pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat
diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang
bersangkutan selengkapnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Parasitologi ?
2. Bagaimana sejarah Parasitologi ?
3. Apa saja pembagian Parasit ?
4. Apa saja Klasifikasi parasit ?
5. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan parasit ?
6. Bagaimana tata nama Parasitologi ?
7. Bagaimana tata nama penyakit parasit ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Parasitologi.
2. Untuk mengetahui sejarah Parasitologi.
3. Untuk mengetahui pembagian Parasit.
4. Untuk mengetahui Klasifikasi parasit.
5. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan parasit.

1
6. Untuk mengetahui tata nama Parasitologi.
7. Untuk mengetahui tata nama penyakit parasit.
D. Manfaat
1. Untuk dapat mengetahui definisi Parasitologi.
2. Untuk dapat mengetahui sejarah Parasitologi.
3. Untuk dapat mengetahui pembagian Parasit.
4. Untuk dapat mengetahui Klasifikasi parasit.
5. Untuk dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan parasit.
6. Untuk dapat mengetahui tata nama Parasitologi.
7. Untuk dapat mengetahui tata nama penyakit parasit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Parasitologi
Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang
mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah,
parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk
sementara ataupun tetap di dalam atau pada permukaan organisme lain
untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari organisme
tersebut.
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang hidup
pada makhluk hidup lain baik di dalam maupun di luar / permukaan tubuh,
bersifat sementara atau tetap, dengan tujuan mengambil makanan baik
sebagian ataupun seluruhnya dari makhluk hidup yang ditumpanginya itu.
Parasit yaitu organisme yang hidup menumpang, untuk sementara atau
terus menerus, pada permukaan atau di dalam organisme lain, bertujuan
untuk memperoleh perlindungan, mengambil makanan sebagian atau
seluruhnya guna kelangsungan hidupnya. Parasit ada yang bersifat patogen
dan apatogen. Parasit patogen ada yang dapat menimbulkan kelainan dan
kematian, teatapi ada juga yang tidak menampakkan gejala-gejala sakit pada
organisme yang ditumpanginya, maka tanpa disadari, organisme tersebut
menjadi sumber penular penyakit dilingkungannya.
B. Sejarah Parasitologi
Teori Heterologous menyatakan bahwa organisme parasit semula
berasal dari oganisme bebas atau orgaisme yang hidupnya mandiri, tetapi
karena sesuatu hal maka berubah menjadi organisme parasit. Teori yang
lain, yaitu teori homologous, menyatakan bahwa organisme parasiit yang
sekarang ini, berasal dari organisme yang sejak awal mulanya memang
merupakan organisme parasit.

3
Cacing dan serangga telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak
mereka hidup secara nomaden. Begitu pula cacing parasit telah lama dikenal
sebagai penyebab penyakit di dalam saluran pencernaan. Oleh sebab itu,
cacing sebagai penyebab penyakt telah dikenal oleh nenek moyang kita jauh
sebelum mereka mengenal bakteri dan protozoa.
Hewan-hewan parasit telah dikenal dan dibicarakan semenjak zaman
Hippocrates (460-377 sebelum masehi) dan Aristoteles (384-322 sebelum
masehi) di Yunani, tetapi ilmu parasit baru berkembang setelah manusia
menyadari pentingnnya ilmu tersebut di dalam pengetahuan eksakta biologi.
Diduga orang pertama yang berjasa mengembangkan ilmu parasit adalah
Redi (1626-1698), seorang ahli ilmu alam berkebangsaan Italia. Ia
menemukan larva di dalam daging membusuk yang kemudian menjadi lalat.
Pada tahun 1752 Swammerdam dari Jerman membuktikan bahwa kutu
berasal dari telur. Oleh karena masih kuatnya pengaruh ajaran gereja dan
dogma-dogma lain dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu, kedua
penemu tersebut tidak berani mengemukakan pendapatnya.
Dengan ditemukannya Mikroskop oleh LEEUWENHOEK (1632-
1723) dari Belanda, berbagai jenis hewan parasit bersel satu pun (Protozoa)
mulai teridentifikasi sehingga teori abiogenesis mulai ditinggalkan. Pada
tahun 1831 Mehlis mengamati proses menetasnya larva dari telur cacing
daun (Trematoda). Semenjak itu daur hidup berbagai parasit dapat
dipelajari. Kuchen Meister pada tahun 1852 membuktikan bahwa
Cysticercus cellulosae merupakan stadium peralihan (intermidier) dari
cacing pita pada manusia. Dikemukakan pula bahwa Cysticercus cellulosae
dapat ditemukan dalam daging babi, sedangkan proses penularan oleh
cacing pita pada manusia disebabkan penderita mengonsumsi daging babi
yang mengandung cacing stadium peralihan tersebut. Namun demikian,
pembuktian Kuchen Meister disangkal oleh Von Siebold yang berpendapat
bahwa Cysticercus merupakan cacing pita yang mengalami degenerasi
hidrophis. Degenerasi hidrophis biasanya terdapat pada inang abnormal.

4
Dengan demikian, pembuktian secara eksak yang dikemukakan oleh
Kuchen Meister adalah hal yang benar.
Lebih lanjut pasteur (1822-1895) dari perancis bekerja sama dengan
Koch (1843-1910) dari Jerman menemukan adanya penyakit-penyakit yang
ditimbulkan oleh bakteri, kemudian keduanya juga menyusun dasar teori
kekebalan (imunologi). Dalam perkembangan lebih lanjut ilmu parasit atau
parasitologi tidak terlepas dari ilmu-ilmu eksak yang lain, diantaranya
imunologi, biokimia dan fisiologi.
C. Pembagian Parasit
Dipandang dari aspek tempat berparasitnya, lama waktu
berparasitnya, sifat parasitismemya, jumlah inang yang diperlukan dalam
siklus hidupnya, serta efek perbuatan, maka sesungguhnya parasit itu
bermacam-macam. Berdasarkan aspek-aspek parasitismenya itulah maka
manifestasi itu dapat dibagi sebagai berikut :
1. Berdasarkan cara pengambilan makanan dari inang
a. Ektoparasit
Yaitu parasit yang hidup dalam permukaan luar tubuh inang,
atau di dalam liang-liang di dalam kulit atau ruang telinga luar
yang mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Contoh : lintah dan berbagai maam kutu seperti kutu anjing,
kutu manusia, kutu kerbau, dan sebagainya. Parasit-parasit tersebut
mengambil makanan dari tubuh inang mereka.
b. Endoparasit atau Ektoparasit
Yaitu parasit yang hidup dalam alat-alat tubuh (hati, paru,
limpa, ginjal, otak) dan dalam sistem alimentaris, sistem sirkulasi,
sistem pernafasan atau yang dalam rongga dada, rongga perut,
persendian, dalam otot dan jaringan tubuh lainnya. Contoh :
1) Berbagai macam cacing hidupnya di dalam saluran pencernaan
seperti Ascarislumbricoides, ancylostoma duodenale, taenia
solium dan sebagainya.

5
2) Cacing tricinella (Tricinella Spiralis) membuat cyte dan
hidupnya di dalam otot-otot dari babi, tikus, kucing, anjing,
beruang hitam dan juga dalam otot manusia.
3) Jenis cacing yang hidup dalam jaringan darah seperti cacing
filaria, juga protozoa yang terdapat di dalam sel-sel darah
seperti plasmodium.
2. Berdasarkan lama waktu hidup parasitnya
a. Parasit temporer atau parasit non periodis (non berkala)
Yaitu parasit yang mengunjunggi inangnya pada waktu
berselang, sehingga parasit-parasit tersebut tidak menetap pada
inangnya. Istilah “ non” disini harus di beadakan dengan istilah
“Tidak” tidak berkala atau tidak periodis itu berarti datangnya pada
inang hanya pada saat lapar, saatnya sama sekali tidak tertentu.
Non berkala itu berarti saat-saat datangnya itu tertentu dalam
ketidak tentuan. Arti temporer itu ialah bahwa sebagian besar
waktu siklus hidupnya tidak berkontrak dengan inang, dan
umumnya kunjungan pada hospes pada saat untuk makan, adalah
pendek saja. Parasit-parasit temporer itu semuanya adalah serangga
terutama insekta (contoh pinjal) dan arah nida (contoh caplak).
b. Parasit stasioner
Yaitu parasit yang tinggal pada tubuh atau dalam tubuh inang
untuk selama menyelesaikan sebagian kecil dari siklus hidupnya
atau mungkin juga dari sebagian besar hidupnya, atau bahkan
menyelesaikan seluruh siklus hidupnya. Parasit-parasit yang
termasuk golongan pertama disebut parasit stasioner berkala
(stasioner periodis) sehingga parasit-parasit golongan kedua dan
ketiga disebut parasit permanen.
3. Berdasarkan sifat keperasitannya
a. Parasit insidental
Yaitu parasit yang secara kebutulan atau sebagai suatu
kecelakaan terdapat pada inang yang tidak wajar. Contoh: cacing

6
pita biji ketimun, diplidium canimun, sebagai cacing dewasa
biasanya terdapat dalam inang anjing. Tetapi secara kebutulan
terdapat pada manusia, terutama anak-anak.
b. Parasit eratika
Yaitu parasit yang berparasit pada inang yang wajar tetapi
lokasinya (yaitu macam jaringan atau alat tubuh) yang tidak wajar
atau tidak seperti yang biasanya. Contoh: Ascaris lumbricoides
secara normal terdapat dalam usus dua belas jari manusia, karna
sesuatu hal, misalnya karna kelaparan yang lama atau karna gerakan
anti peristaltik dinding usus maka cacing bermigrasi keseluruh
empedu, atau terdorong kedalam lambung dan hidup sebagai parasit
eratika di tempat tersebut.
c. Parasit obligat
Yaitu parasit yang untuk kelangsungan hidupnya dan untuk
kelansungan eksitensi jenisnya mutlak memerlukan adanya
organisme lain sebagai inang. Semua organisme patogen baik
bakteri, virus, richkettsiales, protozoa maupun metazoa adalah
parasit obligat. Parasit obligat tidak bisa hidup tanpa bantuan
makanan dari organisme lain jenis.
d. Parasit fakultatif
Yaitu parasit yang dalam keadaan normal hidup mandiri, tetapi
karena sesuatu sebab terpaksa hidup sebagai parasit. Sifat hidup
keparasitannya mutlak, jadi parasitisme fakultatif bukan suatu
keharusan. Contoh: lalat-lalat sarcbopbaga cbrysomya dan
caelopbora dan lain-lain anggota suku callipborinae, baik larva, pupa
dan dewasa secara normal hidup mandiri. Tetapi jika saat lalat betina
akan bertelur dan lalat tersebut tidak menemukan kotoran yang di
kehendaki, lalat betina yang sudah mendesak untruk meletakkan
telurnya akan meletakkan telurnya pada luka, di sela-sela tracak
(kaki hewan) dalam lubang telinga luar, dan sebagianya. Larva yang
kemudian menetes “terpaksa” berparasit pada bagian- bagian tubuh

7
hewan itu dan menyebabkan kondisi yang disebut “myasis” atau
belatung.

4. Berdasarkan kebutuhan jumlah individu inang dalam menyelesaikan


siklus hidupnya
a. Parasit monoxen
Yaitu parasit yang hanya memburuhkan suatu individu inang
dalam penyelesaian seluruh siklus hidupnya. Semula kutu yang
hidupnya kosmopolitan seperti pediculus bumanus, pbtbyrus pubis,
mllopbagus ovanus dan lain-lain merupakan parasit monoxen. Kutu-
kutu tersebut berparasit pada suatu individu mulai sejak karva
sampai dewasa.
b. Parasit heteroxen
Yaitu parasit yang dalam menyelesaikan siklus hidupnya
melampaui stadium-stadium yang setiap stadium membutuhkan
inang yang berlainan jenisnya satu dari yang lain dan biasanya jenis
inangnya tertentu pula. Contoh: paragonius westermani
membutuhkan siput air tawar melania sebagai inang intermediar.
Sekaria yang kemudian keluar dari siput itu akan menjadi kista jika
ditelan oleh udang (ascatus sp) sebagai inang perantara kedua.
Anjing atau manusia yang memakan udang tersebut secara mentah
akan membantu cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa di
dalam paru-paru.
c. Parasit polixen
Yaitu parasit yang memerlukan lebih dari satu individu inang
bahkan biasanya 5-8 tetapi semuanya dari suatu jenis, jika dikaji
kembali tentang pengertian inang perantara dan inang definitif
parasit polixen itu satu jenis juga, tetapi berlainan individu. Contoh:
semua jenis caplak lunak (argasidae) dan hampir seluruh caplak
keras.
d. Parasit diheteroxen

8
Yaitu parasit yang dalam siklus hidupnya memerlukan dua inang
yang berbeda jenis. Contoh: fasiola gigiantica, taenia saginata, dan
taenia solium membutuhkan dua inang yang berbeda dalam siklus
hidupnya.

5. Berdasarkan tingkat efek penularan atau infestasinya


a. Parasit patogen
Yaitu parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada inangnya
contohnya: plasmodium falciparum, menyebabkan malaria tropika,
lesmania donorami menyebabkan penyakit kala azar pada manusia.
b. Parasit non – patogen
Parasitr non patogen tidak identik dengan parasit tidak patogen.
Parasit non patogen adalah parasit yang terdapat didalam tubuh
inang tetapi tidak menumbulkan gangguan yang berarti. Contoh:
fasiola gigantea itu patogen terhadap sapi tetapi bersifat non-patogen
terhadap kambing dan domba. Jadi penggolongan parasit menjadi
patogen atau non-patogen itu lebih bertolak pada jenis inang. Perlu
di inggat bahwa jika kondisi yang bersangkutan menurun, karna
makanan jelek atau tidak mencukupi, cuaca buruk dan sebagainya,
maka parasit itu biasanya tergolong non-patogen dapat saja menjadi
parasit patogen.
c. Parasit tidak patogen
Yaitu parasit yang secara normal tidak menyebabkan gejala
penyakit akibat langsung dari parasit tersebut, kecuali apabila ada
faktor-faktor tertentu yang mempenggaruhi sehingga parasit yang
tidak patogen menjadi patogen.
D. Klasifikasi parasit
1. Protozologi

9
Protozologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan hewan
bersel satu yang hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan
protozoa adalah hewan bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau
berkelompok. Tiap protozoa merupakan satu sel yang merupakan
kesatuan yang lengkap, baik dalam susunan maupun fungsi. Protozoa
dibagi dalam 4 kelas, yaitu : Sporozoa, Rhizopoda,
Flagelata/Mastighopora, dan Ciliata. Contoh protozoa sebagai parasit
yaitu Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang
disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria.
2. Helmintologi
Helmintologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang
hidup pada manusia yang berupa cacing. Nematoda merupakan jumlah
spesis yang terbesar diantara cacing yang hidup sebagai parasit pada
manusia. Hampir setiap orang sudah mengenal cacing. Di dalam perut
manusia terutama pada anak kecil sering terdapat cacing perut,
sedangkan didalam tanah sering dijumpai cacing tanah. Helmintes
dibagi menjadi 3 kelas super, yaitu : Nemathelmintes, antara lain
Nematoda, dan Plathelmintes (Tremathoda dan cestoda), serta Annelida
(cacing gelang). Contoh Parasit Cacing Pita Babi (Taenia Solioum)
cacing pita ini hidup pada saluran pencernaan babi dan bisa menular ke
manusia.
3. Artropoda
Hewan dengan kaki beruas-ruas, berkuku dan bersegmen. Istilah
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Arthropoda
merupakan hewan tripoblastik selomata dan bilateral simetris. Contoh
parasit dari golongan serangga yaitu kutu rambut merupakan parasit
yang muncul dikepala manusia.
E. Pertumbuhan dan Perkembangan Parasit
Siklus hidup (daur hidup) parasit adalah serangkaian fase (stadium)
dari parasit untuk kelangsungan hidupnya. Mengenai siklus hidup parasit

10
sangatlah penting, karena pengendalian penyakit parasit tanpa dilandasi
dengan pengetahuan siklus hidup parasit adalah sia-sia.
Siklus hidup parasit secara umum dapat dibedakan menjadi :
1. Siklus hidup secara langsung, untuk melangsungkan hidup parasit
memerlukan hanya satu hospe (hospes definitif) dan parasit ini
biasanya memiliki fase bebas. Contoh cacing Ascaris suum yang
menginfeksi babi, cacing dewasa bertelur dan keluar bersama tinja dan
mencemari lingkungan, telur mengalami perkembangan dimana
didalam telur terbentuk larva stadium 1 dan 2 bersifat infektif dan
akhirnya tertelan lagi oleh babi dan berkembang menjadi dewasa.
Disini hanya memerlukan satu hospes babi dan perkembangan telur
terjadi diluar tubuh babi (fase bebas).
2. Siklus hidup secara tidak langsung, untuk kelangsungan hidup parasit
membutuhkan satu hospes definitive dan sat atau lebih hospes
intermedier. Contoh cacing hati Fasciola gigantica yang menginfeksi
sapi, cacing dewasa yang berpredileksi didalam kantung empedu
bertelur dan keluar bersama tinja dan mencemari lingkungan, dari
dalam telur akan keluar mirasidium yang harus membutuhkan hospes
intermedier siput Lymnaea sp utnuk berkembang menjadi sporokista,
redia dan serkaria, serkaria akan keluar dari tubuh siput dan menempel
pada rumput menjadi Metaserkaria infektif dan akhirnya harus tertelan
oleh sapi.
F. Tata Nama Dalam Parasitologi
Pemberian nama terhadap parasit itu mulai terasa pentingnya sejak
manusia menyadari akan akibat gangguan parasit terhadap kesejahteraan
manusia dan hewan. Nama-nama parasit itu tentu saja pada awalnya tidak
tertulis dalam buku, tetapi ada dalam benak manusia. Dalam memberi nama
jenis parasit yang baru dan menempatkannya dalam suatu susunan serial
hewan, perlu dicari dan ditunjukkan kemungkinan adanya hubungan
filogenetis tersebut.

11
Penyusunan serial hewan menurut sistem filogenetis tersebut
berdasar pada pengertian bahwa tren evolusi mulai dari organisme yang
susunannya relatif sederhana kepada organisme yang susunannya lebih
kompleks. Karena adanya aksi mekanisme evolusi tersebut maka terjadilah
penyimpangan penyimpangan dan dari sini dapat disusun dalam urutan yang
teratur ke dalam:
Spesies Filum
Genus Klasis
Familia Ordo
Ordo atau Familia
Klasis Genus
Filum Spesies
Pada umumnya organisme-organisme yang mempunyai kesamaan
dalam jumlah besar digolongkan ke dalam jenis, dan yang mempunyai
kesamaan ciri tertentu dalam jumlah terkecil, digolongkan ke dalam Filum.
Morfologi, baik eksternal maupun internal, dan fisiologi atau proses yang
terjadi dalam tubuh parasit merupakan sifat-sifat dasar dalam taksonomi
sistem filogenetis. Seperti telah disebutkan, bahwa penggunaan nama ilmiah
sangat dibutuhkan dalam komunikasi ilmiah. Nama ilmiah atau nama
internasional tiap hewan parasit, terdiri dari 2 bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Nama genus (jamaknya genera).
Nama genus selalu kata benda, dan mungkin diambil dari kata Latin
atau Greek.
2. Nama species (jamaknya species atau jenis).
Nama species adalah kata sifat deskriptif, walaupun dapat juga nama
benda.
Berikut ini beberapa contoh nama-nama spesies parasit.
a. Filaria conjunctiva
"Filaria" berasal dari kata "filum" dari bahasa latin, yang berarti
benang. "Conjunctiva" berasal dari bahasa latin, yang berarti
membran yang berbatasan dengan kelopak mata dan menutup

12
bagian depan bola mata. Jadi, menunjukkan bahwa Filaria
conjunctiva adalah: cacing yang berbentuk benang dan berlokasi
pada conjunctiva.
b. Fasciola hepatica
"Fasciola" berarti sabuk, berasal dari bahasa latin. "Hepatica"
berasal dari kata "hepaticos" dari bahasa Greek yang berarti hati.
Jadi, Fasciola hepatica berarti cacing yang berbentuk seperti sabuk
dan terdapat di dalam hati.

G. Tata Nama Penyakit Parasit


Penyakit parasitis adalah penyakit yang timbul sebagai akibat adanya
serangan hewan parasit (zooparasit). Pemberian namanya disesuaikan
dengan nama dari genus parasit yang bersangkutan, ditambah akhiran asis.
Sebagai contoh:
1. "Ascariasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Ascaris
sp., misalnya oleh Ascaris lumbricoides.
2. "Enterobiasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing
Enterobius sp., misalnya oleh Enterobius vermicularis.
3. "Taeniasis" untuk nama penyakit yang disebabkan oleh cacing Taenia
sp., misalnya oleh Taenia saginata.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang
mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Parasitologi adalah ilmu
yang mempelajari makhluk hidup yang hidup pada makhluk hidup lain baik
di dalam maupun di luar / permukaan tubuh, bersifat sementara atau tetap,
dengan tujuan mengambil makanan baik sebagian ataupun seluruhnya dari
makhluk hidup yang ditumpanginya itu
B. Saran
Terhadap akibat dari gangguan parasit terhadap kesejahteraan
manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian
penyakitnya. Maka dari itu, sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang
kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Serta dalam
penulisan makalah ini masih banyak kesalahan jadi mohon untuk kritik dan
sarannya agar kami dapat memperbaikinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Saldanis. 2019. Mikrobiologi-Parasitologi. Deepublish : Yogyakarta.


Sunarti. dkk. 2018. Parasitologi. STKIP Muhammadiyah : Bulukumba.
Zulkoni, Akhain. 2011. Parasitologi. Nuha Medika : Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai