Anda di halaman 1dari 22

Tugas Makalah

Nama Dosen pembimbing : Hilda Wiriyanti Suprio, S.Si.Apt

PEDOMAN UMUM CARA KERJA YANG BENAR DI


LABORATORIUM DAN CARA KERJA DI
LABORATORIUM KESEHATAN

OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS A

1. ADE SRIYUNI HARIN NH0519002


2. ANJELY BENDELINA DJASING NH0519011
3. ANNISA SALSABILA NH0519012
4. ARWITA PURWASARI NH0519013
5. CATRIN.D NH0519014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

i
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul ”PEDOMAN UMUM CARA KERJA YANG BENAR DI

LABORATORIUM DAN CARA KERJA DI LABORATORIUM KESEHATAN’’

dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata

kuliah Kesehatan dan keselamatan Kerja yang telah memberikan bimbingan kepada

kami, sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa

dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,dengan segala

hormat penulis menghaturkan permohonan maaf. Akhir kata, semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, Oktober 2019

KELOMPOK 2

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………......i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang………………………………………………………………...1
B. Rumusan masalah…………………………………………………………......2
C. Tujuan……………………..………………………………………………......2
D. Manfaat ............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3


A. Pedoman umum dan cara kerja yang benar di laboratorium...........................3
B. Cara kerja di Laboratorium kesehatan...........................................................14

BAB III PENUTUP……………………………………………………………… ...17


A. Kesimpulan……………………………………………………………….....17
B. Saran………………………………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ....18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laboratorium adalah suatu tempat dimana Mahasiswa, dosen, peneliti dan

sebagainya, melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai

bahan kimia, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan itu

dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan kerja, ini dapat membuat orang

tersebut cedera, dan bahkan bagi orang disekitarnya.

Keselamatan kerja di Laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu

yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan dan kenyamanan kerja. Bekerja

dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk

keselamatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini

perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan

ketika bekerja di laboratorium.

Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang

pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal

dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis bahan

kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-hati dan

lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan

harus dibuang dengan cara yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada

lingkungan.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pedoman umum cara kerja yang benar di laboratorium?

2. Bagaimana cara kerja di Laboratorium kesehatan?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pedoman umum cara kerja yang benar di laboratorium.

2. Untuk mengetahui cara kerja di laboratorium kesehatan.

D. MANFAAT

1. Kita dapat mengetahui pedoman umum cara kerja yang benar di laboratorium.

2. Kita dapat mengetahui cara kerja di laboratorium kesehatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pedoman umum dan cara kerja yang benar di laboratorium

1. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di

laboratorium :

a. Aman

Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang

mudah dibawa dan mahal harganya. Aman juga berarti tidak menimbulkan

akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.

b. Mudah dicari

Untuk memudahkan mencari letak masing-masing alat dan bahan , perlu diberi

tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat

(lemari, rak, atau laci).

c. Mudah Diambil

Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti

lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang

tersedia.

2. Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal-hal di atas, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, yaitu:

a. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan

dipasang lampu yang selau menyala untuk menjaga agar udarra tetap kering

dan mencegah tumbuhnya jamur.

3
b. Alat berbentuk set, Penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak

terpasang.

c. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya

tidak melebihi tinggi bahu.

d. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas yang disusun menurut

abjad.

e. Zat kimia beracun disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia

yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi

yang baik.

3. Cara menyimpan bahan laboratorium

a. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol

plastik.

b. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol

kaca.

c. Bahan yang dapat berubah ketika terkena matahari langsung, sebaiknya

disimpan dalam botol gelap dan diletakkan di dalam lemari tertutup.

Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara

langsung dapat disimpan dalam botol berwarna bening.

d. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan

lainnya.

e. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan

dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol

sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa

bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol

4
induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena

sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.

4. Penyimpanan bahan kimia berbahaya

a. Bahan kimia beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam

kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.

Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada

peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel

(tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya. Jika panas

mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat

penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar

matahari langsung dan jauh dari sumber panas.

b. Bahan kimia korosif (Corrosive)

Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat

bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang atau

merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga manusia.

Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa

yang cukup untuk mencegah terjadinya penguapan uap. Wadah/kemasan dari

bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan

dipasang label. Semua logam disekeliling ditempat penyimpanan harus dicat

dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.

Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai

yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki saluran pembuangan untuk

tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik.

5
c. Bahan kimia mudah terbakar (flammable)

Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam

bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dan

bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar

secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus

diperhatikan sebagai berikut:

1) Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak

sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara.

2) Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yanf cukup, sehingga

bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah

perceikan api.

3) Lokasi penyimpanan agar dijauhkan dari daerah yang ada bahaya

kebakarannya.

4) Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang

mudah menjadi panas dengan sendirinya atau yang bereaksi dengan udara

atau uap air yang lambat lain menjadi panas.

5) Ditempat pemyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah

dicapai.

6) Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan.

7) Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.

8) Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta

dilengkapai alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara

periodik.

6
d. Bahan kimia peledak (Explosive)

Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpanannya sangat ketat, letak tempat

penyimpanan harus berjarak minimum 60 m dari sumber tenaga, terowongan,

lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengharush

ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan

yang kokoh dan tanah api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak

menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari

kelembaban, dan tetap terkunci sekaligus tidak digunakan. Penyimpanan tidak

boleh dilakukan di dekat bangunan yang di dalamnya terdapat oli, bensin,

bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah

penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang

mudah terbakar, dan baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit,

tanah cekung belukar atau hutan lebat.

e. Bahan kimia oksidator (Oxidator)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu

reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator

memerlukan panas seblum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya

dapat menghasilkan oksigen dalam jumlahyang banyak pada suhu kamar.

Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin,

ada beredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus

dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang

memiiki titik api rendah. Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang

efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan

ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan

oksigen sendiri.

7
5. Syarat Laboratorium yang baik

a. Penempelan bahan kimia di raknya untuk semakin memudahkan mencari

bahan kimia tertentu.

b. Alat kesehatan kerja harus selalu tersedia dan dalam kondisi yang baik.

c. Ruangan laboratorium memenuhi standar : meliputi kondisi ruangan, tata

ruangan, kelengkapan peralatan kesehatan, nomor telefon penting (pemadam

kebakaran, petugas medis).

d. Ruangan laboratorium memiliki sistim ventilasi yang baik. Proses keliar

masuk udara yang stabil. Sirkulasi udara segar yang masuk ke dalam ruangan.

Keduanya harus diperhatikan dengan baik.

e. Ruangan laboratorium harus ditata dengan rapi. Penempelan bahan kimia dan

peralatan percobaan harus ditata dengan rapi supaya memudahkan untuk

mencarinya. Bila perlu, berikan denah dan panduan terutama kotak P3K, alat

pemadam api. Berikan juga nomor telefon penting seperti pemadam kebakaran

dan petugas medis supaya saat terjadi kecelakaan yang cukup parah dapat

ditangani dengan segera. Berikan juga lembaran tentang cara penggunaan alat

pemadam api dan tata tertib laboratorium.

f. Laboratorium harus memiliki jalur evakuasi yang baik. Laboratorium

setidaknya memiliki dua pintu keluar dengan jarak yang cukup jauh. Bahan

kimia yang berbahaya harus ditempatkan dirak khusus dan pisahkan dua bahan

kimia yang dapat menimbulkan ledakan bila bereaksi.

6. Tata tertib keselamatan kerja

a. Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dari

laboratorium tanpa seizin petugas laboratorium.

8
b. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk dilaboratoium.

c. Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum.

d. Jangan melakukan eksperimen seblum mengetahui informasi mengenai

bahaya bahan kimia, alat-alat dan cara pemakaiannya.

e. Bertanyalah jika anda merasa ragu atau tidak mengetri saat melakukan

percobaan.

f. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk

memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.

g. Pakailah jas laboratorium saat bekerja dilaboratorium.

h. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran,

Eys Shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang lainnya.

i. Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke

petugas laboratorium.

j. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen

yang volatin dan mudah terbakar.

k. Setiap pekerja di laboratorium harus mengetahui cara memberi pertolongan

pertama pada kecelakaan (P3K).

l. Buanglah sampah pada tempatnya.

m. Usahakan untuk tidak sendiri di ruang laboratorium.

n. Jangan bermain-main di dalam ruangan laboratorium.

o. Lakukan latihan keselamatan kerja secara priodik.

p. Dilarang merokok, makan dan minum di laboratorium.

7. Alat keselamatan kerja

a. Pemadam kebakaran (hidrant).

b. Eye washer

9
c. Water shower

d. Kotak P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan).

e. Jas laboratorium.

f. Peralatan pembersih

g. Obat-obatan

h. Kapas

i. Plaster pembalut

8. Cara memindahkan bahan kimia

a. Sebelum memindahkan bahan kimia, hal yang harus dilakukan adalah

mengetahui segala informasi tentan bahan kimia yang akan dipindahkan, cara

membawa, bahaya yang ditimbulkan dan lain-lain. Pindahkanlah sesuai

kebutuhan dan jangan berlebihan. Bila ada sisa bahan kimia, jangan

kembalikan ke tempatnya semula karena dapat menyebabkan kontaminasi

pada bahan kimia asal.

b. Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud cair, pindahkan dengan

menggunakan batang pengaduk atau pipet tetes. Hindari percikan karena bisa

menyebabkan iritasi pada kulit. Jangan menaruh tutup botol di atas meja

supaya tutup botol tidak kotor oleh kotoran diatas meja.

c. Untuk memindahkan bahan kimia yang berwujud padat, gunakan sendok atau

alat lain yang tidak terbuat dari logam. Hindari menggunakan satu sendok

untuk mengambil beberapa jenis zat kimia supaya terhindar dari kontaminasi.

9. Cara pembuangan limbah, limbah dapat mencemari lingkungan, maka dari itu kita

perlu menangani limbah dengan tapat. Limbah kimia hendaknya dibuang di

tempat khusus karena beberapa jenis zat kimia sangat berbahaya bagi lingkungan.

Buang segera limbah sehabis melakukan percobaan. Sementara limbah lainnya

10
seperti kertas, korek api dan lainnya dibuang ditempat sampah. Sebaiknya

pisahkan limbah organik dan non organik supaya pengolahan sampahnya lebih

mudah.

10. Penanganan kecelakaan

a. Hal yang paling utama adalah jangan panik dan ikuti prosedur penanganan

kecelakaan yang baik dan benar. Cari bantuan petugas laboratorium untuk

membantu. Bila perlu, panggil petugas medis atau pemadam kebakaran.

b. Bila terkena bahan kimia, bersihkan bagian kulit sampai bersih. Kulit yang

terkena jangan digaruk supaya tidak menyebar. Korban dibawa keluar dari

laboratorium supaya mendapatkan oksigen. Bila kondisi cukup parah, panggil

petugas kesehatan secepatnya.

c. Bila terjadi kebakaran karena bahan kimia atau korsleting listrik, segera

bunyikan alarm tanda bahaya. Jangan langsung disiram dengan air. Gunakan

hidrant untuk memadamkan api. Hindari menghirup asap. Bila kebakaran

meluas segera panggil petugas pemadam kebakaran.

11. Teknik kerja di laboratorium

a. Pertama yang perlu

1) Gunakan peralatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi

mata, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk

melindungi kaki.

2) Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.

3) Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4) Wanita atau pria yang berambut panjang harus diikat.

b. Bekerja aman dengan bahan kimia

1) Hindari kontak langsung dengan bahan kimia

11
2) Hindari mengisap langsung uap bahan kimia

3) Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah

khusus.

4) Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi

(perih atau gatal).

c. Memindahkan bahan kimia cair

1) Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan sekaligus telapak

tangan memegang botol tersebut.

2) Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol dapat terkotori.

3) Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak

memercik.

d. Memindahkan bahan kimia padat.\

1) Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia.

2) Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.

3) Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat

mengotori bahan tersebut.

e. Cara memanaskan larutan menggunakan tabung

1) Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya

2) Api pemanas hendaknya terletak pada bagian atas larutan.

3) Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.’

4) Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya

tidak melukai orang lain maupun diri sendiri

f. Cara memanaskan larutan menggunakan gelas kimia

1) Gunakan kaki tiga kawat kasa untuk menopang gelas kimia tersebut.

12
2) Letakkan batang gelas atau batu didih dalam gelas kimia untuk mencegak

pemanasan mendadak.

3) Jika gelas kimia digunakan sebagai pemanas air, isilah dengan air.

Maksimum seperempatnya.

g. Keamanan kerja di laboratorium

1) Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.

2) Gunakan peralatan kerja seperti kacamata jas labaratorium dan sepatu

tertutup untuk melindungi kaki.

3) Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi

4) Wanita atau pria yang berambut panjang harus diikat

5) Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium

6) Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera

keringkan dengan lap kering

7) Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.

8) Hindari mengisap langsung uap bahan kimia

9) Bila kulit terkena bahan kimia janganlah digaruk agar tidak tersebar.

10) Pastikan keran gas tidak bocor apabila hendak menggunakan bunsen

11) Pastikan keran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup sebelum dan

sudah praktikum selesai.

12. Penanganan limbah

a. Penanganan limbah setelah selesai melakukan suatu percobaan maka limbah

bahan kimia yang digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang

disediakan, jangan langsung dibuang ke pembuangan air kotor (wasbak)

karena dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan. Limbah zat organik harus

13
dibuang secara terpisah pada tempat yang tersedia agar dapat didaur ulang,

limbah padat harus dibuang terpisah karena dapat menyebabkan penyumbatan.

b. Limbah cair yang tidak berbahaya dapat langsung dibuang, tetapi harus

diencerkan dengan air secukupnya.

B. Cara kerja di laboratorium kesehatan

1. Definisi laboratorium kesehatan

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,

penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan

yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab

penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap

kesehatan perorangan dan masyarakat.

2. Identifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium

a. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.

Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian materian dan penderitaan yang

paling ringan sampai kepada yang paling berat.

Kecelakaan di laboratorium dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu

1) Kecelakaan medis, jika yang nebjadi korban adalah pasien

2) Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu

sendiri

b. Penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja di laboratorium

kesehatan

1) Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan

dengan:

a) Faktor biologis (kuman patogen yan berasal umumnya dari pasien).

14
b) Faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus

seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/silvent yang menyebabkan

kerusakan hati.

c) Faktor ergonomi(cara duduk salah,cara mengangkat pasien salah)

d) Faktor fisik dalam dosis yang kecil yang terus-menerus (panas pada

kulit, tegangan tinggi, radiasi).

e) Faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat

darurat, karantina).

3. Pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui penerapan kesehatan

dan keselamatan kerja

a. Pengendalian melalui perundang-undangan (Legislative control) antara lain :

1) UU No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok

2) Petugas kesehatan dan non kesehatan

3) UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

4) UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

5) Peraturan menteri kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan

6) Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

7) Peraturan/persyaratan pembuatan limbah

b. Pengendalian melalui administrasi/organisasi (Administrative control) antara

lain :

1) Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis

yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan

2) Pengaturan jam kerja, lembur dan shift

3) Menyusun prosedur kerja tetap untuk masing-masing instalasi dan

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.

15
4) Melaksanakan prosedur keselamatan kerja terutama untuk mengoperasikan

alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boyler, alat-alat radiologi)

dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan.

5) Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja

dan mengupayakan pencegahannya

c. Pengendalian secara teknik (engineering control) antara lain :

1) Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja

2) Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas

kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung).

3) Perbaikan sistim ventilasi dan lain-lain

d. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara

mengenal kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap

jenis pekerjaan diunit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya

gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap

orang disekitarnya.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara umum beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat

merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika

bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit

untuk dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak

melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama.

B. SARAN

Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, setiap pengguna laboratorium (Mahasiswa,

dosen, peneliti, dan sebagainya) harus melakukan pekerjaannya menurut praktek

laboratorium yang benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hutasoit, Nova. Cara bekerja yang baik di laboratorium.

https://www.academia.edu/34900186/cara-bekerja-yang-baik-di-laboratorium Diakses

pada tanggal 11 Oktober 2019

Sihotang, Farida. Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium kesehatan.

https://www.slideshare.net/mobile/faridasihotang/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-

dilaboratorium-keseshatan Diakses pada tanggal 11 Oktober 2019

18

Anda mungkin juga menyukai