Anda di halaman 1dari 17

Tugas Makalah

Nama Dosen pembimbing :

SISTEM ENDOKRIN

OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS A
ARWITA PURWASARI NH0519013
CATRIN. D NH0519014
DARNIATY BUNGATANA NH0519015
DEBY INDAH FITRIAN ISHAK NH0519016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”MORFOLOGI TUMBUHAN KATUK” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Morfologi dan fisiologi tumbuhan.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Morfologi dan fisiologi tumbuhan yang telah memberikan bimbingan
kepada Saya, sehingga bisa menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu,dengan segala hormat penyusun menghaturkan permohonan maaf.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar belakang…………………………………………………............1
B. Rumusan masalah………………………………………………….....1
C. Tujuan……………………..…………………………………………....2
D. Manfaat ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Deskripsi Tumbuhan katuk........................................................... 3
B. Klasifikasi tumbuhan katuk........................................................... 3
C. Morfologi tumbuhan katuk…..........................................................4
D. Manfaat dan khasiat tanaman………............................................6
E. Resep pengobatan tumbuhan katuk..............................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................9

A. Kesimpulan………………………………………………………….....9
B. Saran……………………………………………………………..........9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana deskripsi tumbuhan katuk ?

2. Bagaimana Klasifikasi tumbuhan katuk ?

3. Bagaimana Morfologi tumbuhan katuk ?

4. Apa manfaat dan khasiat tumbuhan katuk ?

5. Bagaimana resep pengobatan tumbuhan katuk ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui deskripsi tumbuhan katuk.

2. Untuk mengetahui klasifikasi tumbuhan katuk.

3. Untuk mengetahui morfologi tumbuhan katuk.

4. Untuk mengetahui manfaat dan khasiat tumbuhan katuk.

5. Untuk mengetahui resep pengobatan tumbuhan katuk.

D. MANFAAT

Adapun manfaat penyusunan makalah ini :

1. Kita dapat mengetahui deskripsi tumbuhan katuk.

2. Kita dapat mengetahui klasifikasi tumbuhan katuk.

3. Kita dapat mengetahui morfologi tumbuhan katuk.

4. Kita dapat mengetahui manfaat dan khasiat tumbuhan katuk.

5. Kita dapat mengetahui resep pengobatan tumbuhan katuk.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hormon
Hormon adalah kurir zat kimia yang dihasilkan oleh sel yang
memengaruhi perubahan khusus dalam kegiatan-kegiatan dari sel-sel lain
(sel-sel sasaran). Hormon merupakan substansi kimia yang disekresi oleh
kelenjar endokrin dan disalurkan melalui pembuluh darah atau limfe. Secara
kimia, hormon dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu hormon yang bersifat
hidrofilik (hormon peptida dan katekolamin) dan hormon yang bersifat
lipofilik (hormon steroid dan tiroid).
Hormon peptida yaitu kategori kimiawi hormon yang paling banyak
adalah rantai-rantai azam amino dengan panjang beragam. Hormon
katekolagin adalah hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal dan kelenjar
endokrin reproduksi, adalah lemak netral yang berasal dari kolestrol. Hormon
tiroid yang hanya diproduksi oleh kelenjar tiroid, adalah suatu turunan tirosin
beriodium.
Secara singkat, hormon hidrofilik setelah berkaitan dengan reseptor di
membran permukaan akan bekerja melalui sistem pembawa pesan kedua
untuk mengubah aktifitas protein yang sudah ada, misalnya enzim, di dalam
sel sasaran. Sebaliknya, hormon hidrofilik mengaktifkan gen-gen setelah
berkaitan dengan reseptor dan nukleus. Hal ini kemudian menyebabkan
pembentukan protein baru di sel sasaran yang melaksanakan respons yang
diinginkan. Hormon hidrofilik beredar dalam darah terutama dalam bentuk
larut dan plasma sementara hormon lipofilik umumnya terkait ke protein
plasma.
B. Mekanisme Kerja Hormon
Hormon yang bersirkulasi dalam darah berdifusi ke dalam cairan selitan
yang mengelilingi sel. Sel dengan reseptor khusus untuk hormon menanggapi
dengan aksi yang sesuai dengan sel. Karena kekhususan hormon dan sel
sasaran, efek yang dihasilkan dari sebuah hormon dapat berbeda-beda

2
tergantung pada sel sasarannya. Hormon mengaktifkan sel sasaran dengan satu
dari dua metode, tergantung pada sifat kimia hormon tersebut :
1. Hormon lipida terlarut (hormon steroid dan hormon kelenjar tiroid)
berdifusi melalui membran plasma yang ada pada sel sasaran. Hormon
lipida terlarut kemudian mengikatkan diri pada reseptor protein, yang
kemudian mengaktifkan segmen DNA yang menghidupkan gen-gen
tertentu. Protein yang dihasilkan sebagai hasil transkripsi gen dan translasi
berurutan pada mRNA (RNA kurir) bertindak sebagai enzim yang
mengatur kegiatan sel fisiologi tertentu.
2. Hormon yang terlarut dalam air (Polipetida, protein dan sebagian besar
hormon azam amino) mengikatkan diri pada reseptor protein pada
membran plasma sel. Reseptor protein itu kemudian merangsang
reproduksi salah satu dari kedua kurir :
a. AMP berdaur (cAMP) diproduksi ketika reseptor protein mengaktifkan
protein yang terkait dalam membran lain yang disebut protein G.
Protein G mengaktifkan Adenilad siklase, yaitu enzim yang mengatalis
produksi cAMP dari ATP. AMP berdaur kemudian memicu enzim yang
mengasilkan perubahan sel khusus.
b. Inositol trifosfat (IP3) dihasilkan dari fofolipid membran. IP3 memicu
enzim yang menghasilkan perubahan sel.
C. Pengendalian Reproduksi Hormon
Kelenjar endokrin melepaskan hormon sebagai tanggapan terhadap satu
(atau lebih) rangsangan dari hormon yang membentuk kelenjar endokrin lain,
ciri-ciri kimia darah (selain hormon) dan perangsangan saraf. Kebanyakan
reproduksi hormon diatur oleh sistem umpan balik negatif. Sistem saraf dan
jaringan endokrin tertentu memantau berbagai macam kondisi internal dalam
tubuh. Jika dibutuhkan aksi untuk mempertahankan hemoestatis, maka
hormon dilepaskan balik secara langsung oleh kelenjar endokrin secara tidak
langsung oleh aksi hipotalamus di otak, yang merangsang kelenjar endokri
yang lain untuk melepaskan hormon. Hormon mengaktifkan sel-sel sasaran
yang kemudian memulai perubahan fisiologis untuk menyesuikan kondisi

3
tubuh. Ketika kondisi normal telah dapat dipulihkan, aksi koreksi ini (produksi
hormon) dihentikan. Sebagai contoh, jumlah glukosa dalam darah mengatur
sekresi insulin dan glukagon lewat umpan balik negatif.
Produksi beberapa hormon diatur oleh umpan balik positif. Dalam sistem
seperti ini, hormon menyebabkan suatu kondisi makin meningkat (bukan
berkurang). Pada saat kondisi makin meningkat, maka produksi hormon
bertambah. Umpan balik positif seperti ini tidak lazim terjadi kecuali selama
proses persalinan (jumlah hormon semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya konstaksi persalina) dan laktasi (dimana tingkat hormon
bertambah sebagai tanggapan proses menyusui sehingga jumlah air susu
meningkat).
D. Hipotalamus dan Kelenjar Pituitari
Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang terletak diantara serebrum
dan batang otak, tepatnya di atas kiasma optik dan di bawah talamus. Kelenjar
pituitari (Hipofisis) menempel pada bagian bawa hipotalamus oleh tangkai
kecil yang disebut infundibulum. Kelenjar pituitari terdiri atas dua bagian
utama yaitu kelenjar pituitari interior (lobus anterior atau adenohipofisis) dan
kelenjar pituitari posterior (lobus posterior atau neuro hipofisis).
Salah satu fungsi hipotalamus adalah pengaturan produksi hormon yang
disekresi oleh kelenjar hipofisis melalui sekresi hormon dari hipotalamus.
Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur oleh hormon atau sinyal saraf
yang berasal dari hipotalamus. Hipotalamus mengomunikasikan perintah pada
kelenjar-kelenjar ini melalui satu dari duajalur berikut ini :
1. Komunikasi antara hipotalamus dan kelenjar pituitari anterior lewat proses
kimia (pelepasan dan penghambatan hormon) yang dihasilkan oleh
hipotalamus di bawah menuju pituitari anterior lewat pembuluh darah.
Pelepasan penghambatan hormon dilakukan oleh neuron khusus pada
hipotalamus yang disebut sel neurosekretori. Hormon dilepaskan pada
jaringan kapiler (terutama pleksus) dibawa melalui vena (vena
portalhipofisis) menuju jaringan kapiler dua (pleksus sekunder) yang
memasok kelenjar pituari anterior. Hormon ini kemudian berdifusi dari

4
pleksus sekunder ke pituitari anterior, dimana hormon tersebut memulai
produksi hormon khusus pada pituitari anterior. Pelepasan dan
penghambatan hormon yang disekresi oleh hipotalamus dan hormon yang
diproduksi sebagai tanggapan oleh kelenjar pituitari anterior.
2. Komunikasi antara hipotalamus dan kelenjar pituitari posterior terjadi
lewat sel neurosekreteri yang menjembatani jarak pendek diantara
hipotalamus dan pituitari posterior. Hormon yang diproduksi oleh badan
sel neurosekretori dibungkus dalam vesikula dan dipindahkan lewat akson
dan disimpan di dalam akson terminal yang terdapat pada kelenjar pituitari
posterior. Ketika sel neurosekretori dirangsang, potensi aksi yang
dihasilkan memicu pelepasan hormon yang disimpan dari terminal akson
ke jaringan kapiler dalam pituitari posterior. Hormon oksitosin dan
hormon anti dioretik dihasilkan dan dilepaskan dengan cara ini.
E. Organ dan Jaringan Endokrin
Dijelaskan beberapa organ yang fungsi utamanya bukan sekresi hormon
tetapi mempunyai beberapa sel khusus yang menghasilkan hormon. Organ-
organ ini meliput jantung, saluran lambung dan usus, plasenta, ginjal dan
kulit. Selain itu, semua sel (kecuali sel darah merah) menyekresi suatu kelas
hormon yang disebut eikosanoid. Eikosanoid adalah lipida yang disintesis dari
rantai asam lemak fosfolipida yang ditemukan pada membran plasma.
Hormon-hormon ini disebut parakrin atau hormon lokal, yang terutama
memengaruhi sel-sel tetangganya. Ada dua kelompok eikosanoid yaitu
prostatladin dan leukotriena, sangat bervariasi tergantung ada sifat sel sasaran.
F. Hormon antagonisti (Negative Feedback)
Untuk mempertahankan jumlah hormon dalam darah secara optimal,
maka sekresi hormon dikendalikan oleh mekanisme refleks endokrin.
Mekanisme refleks endokrin dilakukan melalui negatif feedback (umpan balik
negatif) dan stimulasi impuls saraf automatik.
1. Umpan balik negatif
Umpan balik negatif terjadi jika peningkatan kadar hormon atau non
hormon dalam darah menghambat sekresi hormon selanjutnya, kemudian

5
menghasilkan keseimbangan sesuai nilai normal. Misalnya ketika
konsentrasi plasma hormon tiroid dibawah normal maka hipofisis anterior
mensekresi Tiroid Stimulating Hormon (TSH) kemudian menstimulasi
kelenjar tiroid untuk meningkatkan sekresi hormon tiroid, peningkatan
hormon tiroid akan menghambat sekresi TSH. Contoh lain misalnya pada
akhir siklus menstruasi normal, kadar estrogen dan progesterone darah
menuru. Keadaan ini akan menstimulasi hypothalamus untuk mensekresi
gonadotropin relaising hormon (GnRH) yang kemudian mempengaruhi
hipofisis anterior mensekresi FSH untuk meningkatkan produksi hormon
estrogen. Sebaliknya peningkatan hormon estrogen akan menghambat
pengeluaran hormon GnRH.
2. Stimulasi saraf automatik
Kontrol saraf terhadap sekresi endokrin, misalnya terjadi pada sekresi
hormon pada medulla adrenal, yaitu adanya impuls saraf automatik
menstimulasi kelenjar medulla adrenal untuk mensekresi epinefrin dan
norepinefrin. Di samping itu saraf-saraf dari hypothalamus juga berperan
dalam stimulasi kelenjar hipofisis untuk mensekresi hormon.
Hormon antagonistik merupakan hormon yang berfungsi untuk
mengembalikan kondisi tubuh ke batas yang wajar dari batas ekstrem yang
berlawanan. Kondisi melebihi batas homeostatis aksi tertentu, biasanya berupa
produksi hormon dipicu. Ketika kondisi kembali normal produksi hormon
dihentikan. Sebaliknya, jika kondisi tubuh melebihi batas bawah homeostatis,
aksi yang berbeda, biasanya diproduksi hormon kedua dipicu.
Sebagai contoh aksi hormon antagonistik yaitu pengaturan kadar glukosa
darah (lewat umpan balik negatif) menggambarkan fungsi sistem endokrin
dalam mempertahankan homeostatis. Sel-sel pada pulau langerhans
mengendalikan kadar glukosa darah dengan memproduksi hormon
antagonistik insulin dan glukagon. Ketika kadar glukosa darah meningkat, sel
beta menyekresi insulin ke dalam darah. Insulin merangsang hati dan sebagian
besar tubuh lain untuk menyerap glukosa. Hai dan sel otot mengubah glukosa
menjadi glikogen dan sel-sel adepose mengubah glukosa menjadi lemak.

6
Sebagai tanggapan, kadar glukosa dalam darah berkurang dan sekresi insulin
dihentikan. Sebaliknya, ketika kadar glukosa dalam darah menurun sel alfa
menyekresi glukagon ke dalam darah. Glukagon merangsang hati untuk
melepaskan glukosa. Glukosa dalam hati berasal dari pemecahan glikogen dan
pengubahan asam amino dan asam lemak menjadi glukosa. Ketika kadar
glukosa dalam darah kembali normal, sekresi glukagon dihentikan (melalui
umpan balik negatif).
G. Hypofisis
Hipofisis merupakan kelenjar yang berada pada otak bagian dasar,
tepatnya pada sella tursika. Kelenjar ini terbagi menjadi dua lobus yaitu lobus
anterior atau adenohipofisis dan lobus posterior atau neurohipofisis. Kedua
lobus tersebut mensekresi hormone yang berbeda.
1. Hipofisis anterior
Hipofisis anterior menghasilkan sekitar 6 jenis hormone yaitu :
a. Thyroid Stimulating Hormon (THS) atau thyrotropin
Hormon ini dilepaskan oleh adanya stimulasi dari hormon TRH
yang disekresi oleh hypotalamus. Target hormone ini adalah kelenjar
tiroid untuk menghasilkan hormone tiroid dan dikendalkan oleh
adanya konsentrasi hormone tiroid dalam darah.
b. Adenokortikotroik Hormon (ACTH)
Hormon ini dikenal dengan kortikotropin dan dilepaskan untuk
menstimulasi korteks adrenal guna mensekresi glukokortikoid.
Pelepasan ACTH dikontrol oleh Cortikotropin Releasing Hormon
(CRH) dari hypothalamus dan meningkatnya kadar glukokortikoid.
c. Hormon Gonadotropin
Jenis hormone ini adalah Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan
Luteinizing Hormon (LH).
1) Folikel Stimulating Hormon (FSH), hormon ini pada laki-laki akan
menstimulasi testis untuk memproduksi dan pematangan sperma.
Pada wanita hormon ini berperan dalam pengaturan perkembangan
folikel ovarium dan membantu menstimulasi hormon estrogen

7
ovarium. Hormon estrogen ini terdiri dari estriol, estradiol dan
estron, dihasilkan oleh teka interna dan sel glanulosa folikel
ovarium, korpus luteum dan plasenta. Estrogen merupakan hormon
seks wanita yang banyak mengandung steroid dan bertanggung
jawab dalam pembentukan karakteristik seks sekunder seperti
pertumbuhan payudara, rambut kelamin, uterus, perubahan epitel
vagina dan pengaturan menstruasi. Di samping itu estrogen juga
berperan dalam mempertahankan keseimbangan nitrogen, kalsium
dan fosfat, mempertahankan kalsium dalam tulang,
mempertahankan sodium klorida dan keseimbangan air dan
mengontrol protein dan lipid darah. Dengan peran tersebut pada
masa menopause dimana terjadi penurunan estrogen akan
mengakibatkan osteoporosis.
2) Luteinizing Hormon (LH) ; bersama dengan FSH disebut hormon
gonadotropin. Pada wanita LH bekerja sama dengan FSH berperan
dalam proses ovulasi dan produksi estrogen dan LH sendiri
berperan dalam pembentukan korpus luteum yang selanjutnya akan
menghasilkan hormon progesteron. Pada laki-laki LH disebut
Interstitial Cell Stimulating Hormon (ICSH) yang berperan dalam
menstimulasi sel interstitial testis untuk menghasilkan hormon
testosteron. Hormon progesteron, disamping diproduksi di korpus
luteum, juga dibawah pengaruh LH, sejumlah besar juga diproduksi
oleh plasenta selama kehamilan, khususnya sesudah bulan ke-4.
Progesteron bersama-sama estrogen berperan dalam
mempersiapkan endomentrium menerima hasil pembuahan,
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan payudara dan
mempengaruhi suhu tubuh selama siklus menstruasi.
d. Prolaktin
Dihasilkan oleh hipofisis anterior dan dipengaruhi oleh hormon
prolaktin relaising hormon dari hipothalamus. Hormon ini berperan
dalam menstimulasi kelenjar mamae untuk memproduksi susu pada

8
masa laktasi. Jika jumlanya berlebihan dapat menghambat ovulasi.
Pelepasan proklatin dihambat oleh hormon prolaktin inhibiting hormon
(PIH).
e. Growth Hormon (GH) atau somatotropin
Hormon ini berperan dalam menstimulasi pertumbuhan dan
reflikasi sel melalui sintesis protein. Jaringan yang sangat sensitif
terhadap hormon ini adalah otot, tulang dan tulang rawan.
f. Prolaktin Inhibiting Hormone (PIH)
Hormon ini berperan dalam menghambat produksi prolaktin.
2. Hipofisis Posterior atau neurohipofisis
Kelenjar hipofisis posterior merupakan tempat penyimpanan hormon
ADH dan Oksitosin yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf hipotalamus.
Peran dan fungsi kedua hormone tersebut sudah dijelaskan diatas.
H. Kelenjar Tiroid dan Paratiroid
1. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di depan trakea, dibawah kartilago krokoid dan
berbentuk seperti kupu-kupu dengan berat sekitar 20 gram. Kelenjar tiroid
diperdarahi oleh arteri tiroid superior yang merupakan cabang dari arteri
karotid eksterna dan arteri tiroid inferior. Kelenjar ini memiliki 2 lobus
yang dihubungkan oleh massa jaringan yang disebut istimus.
Secara mikroskopis, lobus tiroid mempunyai 3 jenis sel yaitu folikel,
sel folikular dan sel parafolikuler. Sel-sel folikel merupakan tempat untuk
menyimpan dan menyediakan bahan-bahan untuk produksi hormon tiroid
seperti yodium, protein yang disebut tiroglobulin. Sel folikular
menghasilkan hormon Tiroksin (T4), dan Triodotiroinin (T3), sedangkan
sel parafolikuler mensekresi kalsitonin atau Tirokalsitonin. Hormon-
hormon ini tersusun atas unsur yodium dan tyrosin. Normalnya kelenjar
tiroid mensekresi 90% T4 dan 10% T3. Pada jaringan tubuh seperti ginjal,
hati dan limpa 80% T4 akan diubah menjadi T3 untuk dipergunakan dalam
proses metabolisme. T3 dan T4 dalam sirkulasi sistemik dibawa atau
diikat oleh salah satu dari tiga jenis protein yaitu :

9
a. Thyroxine-Binding Globulin yang secara selektif mengikat 55% T4
dan 65% T3 yang ada di dalam darah.
b. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormon lipofilik,
termasuk 10 % dari T4 dan 35% dari T3.
c. Thyroxine-Binding Prealbumin yang mengikat sisa 35% T4.
Tiroksin disimpan dalam bentuk molekul tiroglobin di folikel tiroid
yang jika terjadi penurunan kadar tiroksin akan dilepaskan ke peredaran
darah. Hormon Tiroksin (T4) secara khusus berperan dalam :
a. Pengaturan metabolisme tubuh.
b. Regulasi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental.
c. Perkembangan organ reproduksi dan pertahanan terhadap infeksi.
Pengaturan produksi tiroksin dipengaruhi oleh pelepasan TSH,
pemasukan protein dan iodium serta faktor lingkungan seperti keadaan
stres dan terpapar suhu dingin yang lama. Triodotironin (T3), tersusun atas
satu atom yodium dan tiroksin, berfungsi untuk pematangan dan
pertumbuhan jaringan dengan cara meningkatkan metabolisme protein,
lemak dan glukosa.
Disamping itu T3 juga berperan dalam sintesis protein kontaktif
seperti miosin dan membran reseptor seperti beta adrenal. Selain T3 dan
T4 pada sel parafolikuler kelenjar tiroid dihasilkan hormon Tirokalsitonin
atau kalsitonin yang berperan dalam keseimbangan kalsium. Kalsitonin
menstimulasi pergerakan kalsium dalam tulang, berbeda dengan
parathormon yang mempunyai efek berlawanan.
2. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terdiri dari 4 buah kelenjar yang berada dekat dengan
kelenjar tiroid. Paratiroid menghasilkan parathormon (PTH) yang
merupakan hormon polipeptida. Pengaturan pelepasan PTH dipengaruhi
kadar serum kalsium melalui mekanisme negative feedback. Pada keadaan
serum kalsium tinggi sekresi PTH menurun mengakibatkan penurunan
mobilisasi ion kalsium dari tulang sehingga serum kalsium menjadi turun.
Kadar magnesium dan phospat juga mempunyai efek terhadap pada

10
penurunan sekresi PTH. Pada keadaan hipomagnesemia dengan kadar
kalsium normal maka akan menurunkan sekresi PTH.
Fungsi parathormon diantaranya :
a. Menstimulasi osteoklas untuk melepaskan kalsium dari tulang.
b. Menghambat osteoblas, dengan menurunkan deposit kalsium dalam
tulang.
c. Meningkatkan reabsorpsi kalsium di ginjal untuk mengurangi
kehilangan kalsium melalui urin.
d. Menstimulasi pembentukan dan sekresi kalsitriol pada ginjal yang
berperan dalam mengabsorpsi kalsium dan phospat di saluran
pencernaan.
e. Mengaktifkan vitamin D untuk membantu meningkatkan kalsium pada
usus.
I. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal berada pada ujung ginjal kanan dan kiri yang tersusun
atas dua lapisan yaitu lapisan luar disebut korteks adrenal dan lapisan dalam
disebut medulla adrenal.
1. Korteks adrenal
Korteks adrenal tersusun atas 3 area atau zona yaitu pada bagian luar
disebut zona glomerulosa (15 % dari korteks) yang menghasilkan hormon
mineralokortikoid (Aldonsteron), bagian tengah disebut zona fasikulata
(78 % dari korteks) yang menghasilkan glukokortikoid (kortisol) dan
lapisan paling dalam adalah zona retikularis (7,5 % dari korteks) yang
mensekresi androgen dan estrogen.
a. Mineralokortikoid atau aldosteron
Hormon ini berperan dalam pengaturan keseimbangan elektrolit
dengan cara meningkatkan retensi sodium dan meningkatkan ekresi
potasium, membantu mempertahankan tekanan darah dan kardiak
output.

11
b. Glukokortikoid atau kortisol
Hormon ini berperan dalam metabolisme glukosa, protein,
keseimbangan cairan dan elektrolit serta sebagai anti inflamasi.
2. Medulla adrenal
Medulla adrenal mensekresi katekolamin, epinefrin dan norepinefrin.
Pada saat terjadi stres, epinefrin bekerja di hati merubah glikogen menjadi
glukosa, dan bekerja dijantung dengan meningkatkan kardiak output.
Norepinefrin berperan dalam meningkatkan kontriksi pembuluh darah dan
meningkatkan tekanana darah.
J. Pankreas
Kelenjar endokrin dalam pankreas adalah Pulau Langerhans yang
menghasilkan hormon. Hormon merupakan zat organik yang mempunyai sifat
khusus untuk pengaturan fisiologis terhadap kelangsungan hidup suatu organ
atau sistem. Sel-sel Pulau Langerhans tersusun atas sel Alfa yang
menghasilkan hormon glukagon, sel-sel Beta yang menghasilkan insulin, sel
Delta yang menghasilkan somatostatin atau growth hormone inhibiting
hormone (GH-IH) dan sel F yang menghasilkan polipeptida pankreatik.
1. Hormon Glukagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus yang
mengandung residu asam amino. Sasaran utama glukagon adalah hati,
yaitu dengan mempercepat konversi glikogen dalam hati dari nutrisi
lainnya seperti asam amino, gliserol dan asam laktat menjadi glukosa
(glukoneogenesis). Sekresi glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar
gula darah melalui sistem feed back negative. Ketika gula darah menurun
maka akan merangsang sel-sel alfa untuk mensekresi glukaon, demikian
juga sebaliknya jika gula darah meningkat maka produksi glukagon akan
dihambat. Hambatan produksi glukagon juga disebabkan karena hormon
somatostatin. Secara umum fungsi dari glukagon adalah merombak
glikogen menjadi glukosa, mensintesis glukosa dari asam laktat dan dari
molekul non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino
(glukoneogenesis) serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati.

12
2. Hormon insulin

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Katuk 1. Definisi Katuk katuk. . Diakses

pada tanggal 1 November 2019.

Putra, S.W. 2015. Kitab Herbal Nusantara. Araska : Yogyakarta.

Putri, M. 2011. Tanaman Obat Yang harus Ada Dipekarangan Rumah

Kita. Sinar Ilmu Publishing : Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai