Anda di halaman 1dari 4

AL-QURAN SEBAGAI MUKJIZAT NABI MUHAMMAD SAW

A. PENDAHULUAN Agama adalah ajaran yang diyakini berasal dari dzat ghaib yang maha kuasa, yang ditakuti oleh manusia. Oleh penganutnya, ajaran itu dihimpun dan ditulis dalam sebuah buku yang kemudian dikenal sebagai Kitab Suci dari agama yang bersangkutan. Tidak semua ajaran agama dibukukan oleh penganutnya sehingga ada agama yang punya kitab suci dan ada pula yang tidak punya kitab suci. Agama yang tidak punya kitab suci diwariskan dari satu generasi kepada generasi berikutnya secara lisan. Konsekuensinya, agama seperti ini lebih mudah diselewengkan seiring perkembangan umatnya. Bentuk pemahaman dan pengamalannya sangat bergantung pada tradisi masyarakat yang bersangkutan karena tidak ada pengangan yang baku. Bila terjadi pertikaian atau perbedaan di antara penganutnya, penyelesaiannya dikembalikan kepada orang-orang tua setempat. Berbeda halnya dengan agama yang punya kitab suci yang punya pegangan yang sudah dibukukan dan dibakukan. Pada agama yang punya kitab suci, jelas sudah ada pegangan yang akan dirujuk. Di dalam agama Islam, ajaran itu sudah terhimpun dan disusun dalam sebuah buku yang disebut Mushhaf al-Quran. Semua ketentuan dan aturan yang hendak diberlakukan Allah swt terhadap manusia dalam menjalani kehidupan duniawi ini sudah tertuang di dalam al-Quran. Dengan kata lain, Islam itu adalah al-Quran karena di situlah kita dapat menemukan semua ajaran yang berasal dari dzat ghaib yang maha kuasa. Sebaliknya, segala ketentuan dan ajaran yang tidak diatur dan diajarkan oleh al-Quran bukanlah Islam. Oleh karena itu, dasar yang paling utama dari Islam adalah al-Quran. Untuk menjadi muslim yang benar, seseorang harus tunduk dan patuh kepada segala ketentuan yang terdapat di dalam al-Quran. Melawan al-Quran berarti melawan Allah swt. Menolak ketentuan dan ajaran al-Quran berarti pembangkangan atau kafir terhadap Allah swt. Pelecehan dan tidak menghargai ketentuan al-Quran merupakan pelecehan terhadap Allah swt. Berkenaan dengan ajaran suatu agama (baca: Kitab Suci), ada dua pertanyaan pokok yang mesti diajukan: Pertama: Bagaimana Anda yakin bahwa agama yang Anda anut benar-benar berasal dari sesuatu yang layak dipertuhan? Masalahnya di sini ialah bagaimana seorang penganut agama menjelaskan dengan argumentasi yang logis dan rasional, yang membuat ia yakin bahwa agama yang dianutnya betul-betul berasal dari dzat ghaib yang maha kuasa yang layak dipertuhan. Boleh jadi ajaran yang Anda taati sekarang adalah rekayasa manusia. Kedua: Bagaimana Anda yakin bahwa ajaran yang Anda jadikan pegangan dan pedoman saat ini masih asli, persis sama dengan yang diajarkan oleh pembawanya yang pertama? Ingat! Dalam pewarisan suatu agama dari satu generasi kepada generasi berikut boleh jadi telah terjadi distorsi yang berakibat pada penambahan, pengurangan, ataupun perubahan yang tak semestinya. Mungkin saja asal muasal agama yang Anda anut memang berasal dari Tuhan sesungguhnya. Akan tetapi, yang Anda rujuk dan

pegang saat ini sudah mengalami berbagai perubahan karena pemeliharaannya tidak cermat dan tidak meyakinkan. Kedua pertanyaan di atas berkaitan dengan kebenaran dan keaslian ajaran suatu agama. Berkenaan dengan al-Quran, pertanyaan pertama dapat dijawab dengan memahami mukjizat al-Quran, dan pertanyaan kedua dengan mengetahui proses pemeliharaan al-Quran sejak masa Nabi sampai sekarang. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang hal ini akan sulit bagi seseorang untuk menjadi mukmin sejati, yang betul-betul yakin akan kebenaran dan keunggulan agama yang dianutnya. Lebih jauh, akan sulit baginya untuk mematuhi ajaran agamanya secara sungguh-sungguh dan ikhlas. Di dalam uraian berikut, akan dijelaskan bahwa al-Quran sebagai dasar pokok ajaran Islam benarbenar berasal dari Allah, Dzat Yang Maha Kuasa yang layak dipertuhan, bukan hasil karya siapapun selain Dia. Bagaimana menjelaskan kebenaran al-Quran sebagai wahyu Allah swt, bukan pikiran Muhammad atau orang lain? Bagaimana meyakini bahwa kalimat-kalimat al-Quran dengan segala pengajaran yang ada di dalamnya tak mungkin dikarang oleh manusia? Untuk inilah diperlukan pemahaman yang baik mengenai mukjizat serta al-Quran sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. Apa yang dimaksud dengan mukjizat? Kenapa al-Quran dikatakan mukjizat Nabi Muhammad saw? B. PENGERTIAN MUKJIZAT Kata mukjizat berasa dari kata ajaza yang berarti melemahkan, membuat sesuatu menjadi lemah. Dengan demikian, mukjizat berarti sesuatu yang melemahkan, yaitu sesuatu yang melemahkan alasan dan argumentasi orang-orang yang mengingkari kerasulan para utusan Allah. Mukjizat merupakan bukti kebenaran para rasul Allah. Dengan mukjizat, Allah ingin menunjukkan bahwa semua yang disampaikan oleh para rasul itu benar adanya. Mereka tidak berbohong seperti yang dituduhkan oleh para penentangnya. Oleh karena tujuan mukjizat adalah untuk melemahkan (mengalahkan) orang-orang yang menentang para rasul Allah, maka biasanya mukjizat itu berkaitan dengan kemampuan tertinggi yang dimiliki oleh umat atau bangsa yang bersangkutan. Misalnya kehebatan umat Nabi Musa terletak pada kemampuan sihir, maka mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa berbentuk kemampuan yang melebihi sihir umatnya itu. Begitu pula, umat Nabi Isa terkenal dengan kemampuan medisnya, maka mukjizat yang diberikan kepada beliau juga dalam bentuk kemampuan medis yang jauh lebih unggul dari itu. Bagaimana dengan Nabi Muhammad saw? Mukjizat paling utama dari Nabi Muhammad saw adalah al-Quran. Artinya, bukti kebenaran beliau sebagai Rasul Allah terletak pada al-Quran itu sendiri. Mau percaya atau tidak bahwa Muhammad itu utusan Allah dan ajaran yang disampaikannya berasal dari Allah, silakan pelajari dan cermati bentuk dan isi al-Quran. Bila mukjizat para rasul sebelumnya banyak berkaitan dengan hal-hal yang bersifat fisik seperti banjir bandang, tahan api, tongkat menjadi ular, dll., maka mukjizat Nabi Muhammad lebih berkaitan dengan hal-hal yang non fisik. Lalu, di mana letak kemukjizatan al-Quran? Ikuti uraian berikut!

C. SEGI-SEGI KEMUKJIZATAN AL-QURAN Quraish Shihab, dalam bukunya Mukjizat al-Quran, mengemukakan bahwa kemukjizatan al-Quran dapat dilihat dari dua sisi; Pertama dapat dilihat pada al-Quran itu sendiri, dan kedua dapat dilihat pada realita yang berada di luar al-Quran. Berkenaan dengan realita di luar al-Quran yang dapat menunjukkan kebenaran al-Quran sebagai wahyu Allah, bukan karya Muhammad saw, ada 3 hal yang perlu dikemukakan, yaitu: 1. Kepribadian Nabi Muhammad saw. Jauh sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, beliau sudah dikenal sebagai pribadi yang jujur. Orang-orang di sekitarnya menyebut beliau dengan sebutan al-amin (yang dipercaya atau yang jujur) Pengakuan ini muncul karena Muhammad sejak kecil selalu jujur dan tidak pernah berbohong. Selama 40 tahun sebelum menjadi Rasul, kejujuran Muhammad sudah dikenal di mana-mana. Oleh karena itu, tidaklah terlalu sulit untuk mempercayai ketika beliau mengatakan bahwa al-Quran itu adalah wahyu dari Allah bukan hasil rekayasa beliau. 2. Tingkat Pengetahuan manusia pada masa al-Quran diturunkan Di dalam al-Quran banyak terdapat pernyataan yang berkaitan dengan realitas alam semesta yang kebenarannya baru diketahui ratusan, bahkan ribuan tahun kemudian. Banyak hal yang belum diketahui oleh umat manusia pada masa itu, khususnya oleh bangsa Arab, tetapi hal-hal itu sudah dijelaskan oleh al-Quran. Meskipun seluruh orang pintar, para pakar dan ilmuwan sedunia berkumpul pada waktu itu, mereka tidak mungkin membuat pernyataan seperti yang terdapat di dalam al-Quran. Bahkan, ratusan tahun kemudian, ilmuwan masih berdebat apakah bumi ini bulat atau hamparan. Jauh sebelum ilmuwan menemukan teori the expanding universe yang mengatakan alam ini berada dalam proses mengembang, al-Quran telah menyatakan bahwa Allah senantiasa membuat ala mini selalu mengembang. Tingkat pengetahuan manusia, khususnya bangsa Arab, ketika al-Quran diturunkan belum cukup untuk membuat pernyataanpernyataan seperti yang ada di dalam al-Quran. 3. Waktu dan Cara al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Dari segi waktu, al-Quran turun tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Nabi Muhammad. Ada saatnya, beliau menghadapi masalah yang mesti dijawab dengan al-Quran, tetapi ketika itu, tak ada ayat yang muncul. Beliau dipaksa menunggu-nunggu dalam tekanan karena ditagih oleh orang-orang di sekitarnya. Begitu pula, cara turun al-Quran sering membuat Nabi mengalami hal-hal yang menyulitkan. Al-Quran bukanlah karangan Nabi Muhammad saw. Seandainya al-Quran merupakan pemikiran Muhammad, tentu beliau tidak perlu mengalami hal-hal yang mencemaskan dan menakutkan. Al-Quran dapat muncul kapanpun tanpa kesulitan dan kesusahan yang beliau hadapi.

D. PENUTUP Untuk meyakinkan diri bahwa al-Quran itu memang berasal dari dzat ghaib yang maha kuasa yang layak dipertuhan,

Anda mungkin juga menyukai