Daftar Isi
Daftar isi ...................................................................... i
BAB I............................................................................ 1
BAHAN TAMBAHAN PANGAN .................................. 1
A.
Pendahuluan ................................................. 1
B.
BAB II ........................................................................... 6
PEWARNA MAKANAN ............................................... 6
A.
Pendahuluan ................................................. 6
B.
C.
Pendahuluan ............................................... 13
B.
C.
D.
BAB IV ....................................................................... 21
PENGAWET MAKANAN ........................................... 21
A.
Pendahuluan ............................................... 21
B.
pg. i
BAB V ........................................................................ 26
PENYEDAP RASA DAN AROMA MAKANAN ......... 26
A.
Pendahuluan ............................................... 26
B.
C.
Penyedap Sintesis........................................ 29
BAB VI ....................................................................... 32
ANTIKEMPAL ............................................................. 32
A.
Pendahuluan ............................................... 32
B.
Penggunaan Antikempal........................... 32
C.
Pendahuluan ............................................... 35
Pendahuluan ............................................... 39
B.
Pendahuluan ............................................... 43
pg. ii
B.
C.
BAB X ........................................................................ 45
PEMUTIH/PEMUCAT, DAN PEMATANG TEPUNG ... 45
A.
Pendahuluan ............................................... 45
B.
Penggunaan ................................................ 45
pg. iii
BAB I
BAHAN TAMBAHAN
PANGAN
A. Pendahuluan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami bukan merupakan
bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap
rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Bahan Tambahan Pangan atau aditif makanan juga
diartikan sebagai bahan yang ditambahkan dan
dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu.
pg. 1
pg. 2
B. Penggolongan BTP
Penggolongan BTP yang diizinkan digunakan pada
pangan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut :
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau
memberi warna pada pangan.
2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat menyebabkan
rasa manis pada pangan, yang tidak atau hampir tidak
mempunyai nilai gizi.
pg. 3
pg. 4
pg. 5
BAB II
PEWARNA MAKANAN
A. Pendahuluan
Menurut Arisman (2012;66) bahwa pewarna
makanan dicampurkan dalam makanan untuk
menimbulkan warna yang tertentu yang diharapkan dapat
membangkitkan selera. Namun sayangnya, tidak banyak
pewarna makan yang ada seperti yang diharapka yaitu
teradpat beberapat pewarna makanan yang menghasilkan
damfak buruk bagi kesehatan bahkan telah dilarang dalam
penggunaan dan ditarik peredarannya dari masyarakat.
Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam
pangan disebut sebaai permitted color atau certified
color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani
pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut
dengan proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi
pengujian kimia, biokimia, otoksiologi, dan analisisi
media terhadap zat warna tersebut.
Kebanyakan zat pewarna yang tidak diijinkan ialah
zat pewarna yang sintetik. Untuk itu kebanyakan ibu
rumah tangga yang paham akan bahayanya zat pewarna
tambahan sintetik ini mencoba memberikan suatu
alternatif yaitu berupa zat warna alami untuk
pg. 6
pg. 7
C. Pewarna Sintetik
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
bahan pewarna sintetik yang diizinkan penggunaannya
dalam pangan disebut sebagai permitter color atau setified
color. Dan untuk memperoleh sertifikat ini harus
diulakukan beberapa analisis terlebih dahulu diantaranya
ialah pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis
media.
Zat pewarna sintetik untuk pangan di Indonesia telah
diatur dalam Surat keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88, yaitu
apakan zat pewarna tersebut diizinkan atau dilarang.
Ada beberapa bahan pewarna sintesis yang boleh
digunakan dalam makanan di Indonesia dengan
penggunaan yang tidak berlebihan, yaitu:
1) Amaran (Amaranth : Cl Food Red 9)
2) Biru berlian (Brilliant blue FCF : Cl)
3) Eritrosin (Food red 2 Erithrosin : Cl)
4) Hijau FCF (Food red 14 Fast green FCF : Cl)
5) Hijau S (Food green 3 Green S : Cl.Food)
6) Indigotin (Green 4 Indigotin : Cl.Food)
7) Ponceau 4R (Blue I Ponceau 4R : Cl)
pg. 8
pg. 9
pg. 10
noradrenalin;
karsinogenik.
selain
berkemungkinan
bersifat
1. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan bahan pewarna sintetis dalam
industri tekstil dan kertas, yang secara illegal digunakan
untuk pewarna makanan. Makanan yang menggunakan
bahan ini bisa dikenali dari warna merah mencolok yang
tidak wajar, banyak terdapat titik-titik warna karena tidak
homogen dan tidak pudar apabila terkena panas (digoreng
atau direbus).
Rhodamin B berupa serbuk kristal berwarna merah
keunguan, dan ketika dilarutkan dalam air akan berubah
merah berpendar yang membangkitkan selera. Biasanya
digunakan pada industri kerupuk, terasi, dan makanan
kecil untuk anak-anak.
2. Methanyl Yellow (pewarna kuning)
Metanil Yellow adalah pemberi warna kuning, yang
digunakan untuk industri tekstil dan cat. Bentuknya bisa
berupa serbuk, bisa pula berupa padatan. Biasanya
digunakan secara 51 illegal pada industri mie, kerupuk
dan jajanan berwarna kuning mencolok. Ciri-ciri
makanan yang mengandung pewarna kuning metanil
pg. 11
pg. 12
BAB III
BAHAN PEMANIS
A. Pendahuluan
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering
ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk
olahan pangan, industri, serta minuman, makanan dan
kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita
rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai
pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus
merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan
jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori
terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan
penurunan berat badan, mengurangi kerusakkan gigi, dan
sebagai bahan substitusi pemanis utama.
Perkembangan industri makanan dan minuman akan
kebutuhan pemanis semakin meningkat. Industri
makanan dan minuman lebih memilih menggunakan
pemanis sintesis, jenis pemanis ini, selain harganya relatif
murah, tingkat tingkat kemanisannya jauh lebih tinggi
dari pemanis alami.
B. Pemanis Alami
Dilihat dari sumbernya pemanis dapat dikelompokkan
menjadi pemanis alami dan pemanis buatan (sintesis).
Pemanis alam biasanya berasal dari tanaman, tanaman
pg. 13
C. Pemanis Sintetik
Pengertian pemanis buatan (sintesis) adalah bahan
tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada
pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Beberapa
pemanis sintesis yang telah dikenal dan banyak
digunakan, diantaranya adalah :
Pemanis yang diijinkan oleh FDA adalah sakarin,
aspartame, acesulfame potassium (acesulfame K), dan
sucralosa.
a. Sakarin
pg. 14
pg. 15
pg. 16
pg. 17
pg. 18
pg. 19
chloroform
Tambah 5-10 gr bubuk lalu dikocok kuat-kuat
Cairan dituang dan diuapkan, residu dilarutkan dalam
larutan Na-bikarbonat encer disaring filtrat diuapkan
hingga kering
Suspensikan residu dalam 5 ml air + 1 tetes larutan
Hg(NO3)2 (1-2 gr HgO dicuci dengan larutkan dalam
HNO3 lalu tambah NaOH sehingga endapan tak larut,
tambah aquades sampai 15ml hingga beningan
didekantasi).
Panaskan 5-10 menit pada waterbath mendidih,
bila dengan penambahan sedikit PbO2 (lead
peroxyde) terbentuk warna ungu berarti ada
dulsin .
pg. 20
BAB IV
PENGAWET MAKANAN
A. Pendahuluan
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk
mengawetkan makanan yang mempunyai sifat rusak,
akan tetapi tidak jarang produsen menggunakannya pada
makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan banyak
digunakan adalah benzoat, yang umumnya dalam bentuk
natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih
mudah larut. Pengggunaan pengawet dalam makanan
harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan
pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan
tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan pangan
yang lain karena pangan mempunyai sifat berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat
pertumbuhannya juga berbeda.
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi
menguntungkan karena dengan bahan pengawet bahan
pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik
yang bersifat pathogen yang dapat menyebabkan
keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
mikroba yang nonpatogen yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan makanan, misalnya pembusukkan.
Namun dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya
adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang
masuk bersama pangan yang dikonsumsi. Apabila
pemakaian bahan makanan dan dosisnya tidak diatur dan
pg. 21
pg. 22
pg. 23
pg. 24
pg. 25
BAB V
PENYEDAP RASA DAN
AROMA MAKANAN
A. Pendahuluan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Ri
No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan
Pangan, penyedap rasa, aroma dan penguat rasa adalah
bahan tambahan pangan yang dapat memberikan,
menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
Bahan penyedap mempunyai beberapa fungsi dalam
bahan pangan sehingga dapat memperbaiki, membuat
lebih bernilai atau diterima, dan lebih menarik. Sifat
utama pada penyedap adalah memberi ciri khusus suatu
pangan, seperti flavour jeruk manis, jeruk nipis, lemon,
dan sebagainya.
Bahan penyedap ada dua macam, yaitu bahan
penyedap alami seperti bumbu, herbal, daun minyak
esensial, ekstrak tanaman atau hewan. Bahan penyedap
yang kedua adalah bahan penyedap sintesis yang
merupakan komponen atau zat yang dibuat menyerupai
flavour penyedap alami.
Tujuan penggunaan bahan penyedap rasa dalam
pengolahan makanan adalah sebagai berikut :
a. Mengubah aroma hasil olahan dengan penambahan
aroma tertntu selama pengolahan, misalnya keju dan
yoghurt.
pg. 26
B. Penyedap Alami
1.
pg. 27
tinggi
4. Isolat Penyedap
Untuk mendapat penyedap alami dapat dilakukan
dengan mnegisolasi komponen yang terdapat dalam
bahan, yaitu dengan memisahkan masing-masing zat
penyedap aroma, isolat penyedap mempunyai daya
pg. 28
C. Penyedap Sintesis
Penyedap sintesis adalah komponen atau zat yang
dibuat menyerupai aroma penyedap alami. Penyedap
jenis ini dibuat dari bahan penyedap aroma baik gabungan
dengan bahan alami maupun dari bahan itu sendiri.
Komponen aroma yang dipergunakan untuk pembuatan
penyedap sintesis dapat digolongkan menjadi empat
golongan yaitu :
a. Komponen yang secara alami terdapat dalam tanaman,
seperti minyak cengkih, minyak kayu manis, dan minyak
jeruk.
b. Zat yang diisolasi dari bahan penyedap alami, seperti
benzaldehid dari minyak pahit almond, eugenol dari
cengkih, sitrat dari buah limau dan sebagainya.
pg. 29
pg. 30
Sum
pg. 31
BAB VI
ANTIKEMPAL
A. Pendahuluan
Pengertian antikempal dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI no. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan
Tambahan Pangan, adalah bahan tambahan pangan yang
dapat mencegah mengempalnya pangan berupa serbuk
juga mencegah mengempalnya pangan yang berupa
tepung.
Bahan tambahan makanan ini biasanya ditambahkan
pada makanan yang berbentuk serbuk, misalnya garam
meja atau merica bubuk dan bumbu lainnya agar pangan
tersebut tidak mengempal dan mudah dituang dari
wadahnya.
Oleh karena itu peranannya didalam pangan tidak
secara langsung, tetapi terdapat didalam bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat pangan seperti susu
bubuk, tepung terigu, gula pasir dan sebagainya.
B. Penggunaan Antikempal
Beberapa bahan digunakan pada produk berbentuk
granula atau tepung yang bersifat higroskospik untuk
menjaha bahan tetap dalap mengalir (free flowing),
tidak lengket satu sama lain.
Secara umum, bahan yang antikempal menyalut
partikel untuk meningkatkan daya tolak terhadap air, atau
pg. 32
pg. 33
pg. 34
BAB VII
PENGEMULSI, PEMANTAP
DAN PENGENTAL
A. Pendahuluan
Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengental
dalam pangan adalah untuk memantapkan emulsi dari
lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh,
tidak terpisah antara bagian lemak dan air serta
mempunyai tekstur yang kompak. Jenis pangan yang
sering menggunakan BTP semacam ini adalah es krim, es
puter, saus sardin ,jem, jeli, sirup dan lain-lain. Bahanbahan pengemulsi, pemantap dan penstabil yang
diizinkan digunakan dalam pangan dapat dilihat pada
Tabel 3.
B. Bahan Pengemulsi,
Pemantap, dan Pengental
Yang Diijinkan
Disamping itu, bahan-bahan tambahan ini juga dapat
membantu terbentuknya untuk memantapkan sistem
dispersinya yang homogen pada makanan. Bisa digunaan
untuk makanan yang mengandung air atau minyak. Lihat
pada Tabel 2 untuk selengkapnya mengenai bahan dan
dosis yang diijinkan.
pg. 35
Tabel 2.
pg. 36
pg. 37
Ion
trivalen
seperti
Al
dalam
bentuk
NaAl(SO ) .12H O, KAlSO , Al SO .18H O biasa
4 2
4 3
pg. 38
BAB VIII
PENGATUR KEASAMAN
A. Pendahuluan
Bahan tambahan pangan yang dapat mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: Asam laktat, sitrat, dan malat
digunakan pada jeli. Natrium bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida digunakan sebagai penetral pada mentega.
Fungsi pengatur pengasaman pada pangan adalah
untuk membuat pangan menjadi lebih asam, lebih basa,
atau menetralkan pangan.
B. Penggunaan Pengatur
Keasaman
pg. 39
C. Bahan Pengatur
pg. 40
pg. 41
hidrogenium H O .
3
pg. 42
BAB IX
ANTIOKSIDAN
A. Pendahuluan
Antioksidan adalah BTP yang digunakan untuk
mencegah terjadinya ketengikan pada pangan akibat
proses oksidasi lemak atau minyak yang terdapat didalam
pangan. Bahan-bahan yang sering ditambahkan
antioksidan adalah lemak dan minyak,mentega, margarin,
daging olahan/awetan, ikan beku, ikan asin dan lain-lain.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat
memperlambat oksidasi di dalam bahan. Penggunaannya
antara lain meliputi, lemak hewani, minyak nabati,
produk makanan dengan kadar lemak tinggi, produk
makanan berkadar lemak rendah, produk daging, produk
ikan dan produk lainnya.
Antioksidan yang paling umum digunakan adalah
senyawa fenol atau amina aromatis. Antioksidan alam
telah lama diketahui menguntungkan untuk digunakan
dalam bahan makanan karena umumnya derajat
toksisitasnya rendah, sedangkan antioksidan sintetik
banyak digunakan pada bahan non pangan seperti karet,
bensin, dan lain-lain.
B. Penggunaan Antioksidan
Penggunaan antioksidan dalam makanan ialah untuk
mencegah terjadinya reaksi oksidasi-reduksi yang dapat
menyebabkan kerugian seperti kehilangan vitamin,
perubahan pigmen, dan kerusakan lemak.
pg. 43
pg. 44
BAB X
PEMUTIH/PEMUCAT, DAN
PEMATANG TEPUNG
A. Pendahuluan
Pemutih dan pematang tepung adalah bahan yang
dapat mempercepat proses pemutihan dan sekaligus
pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu
hasil pemanggangan, misalnya dalam pembuatan roti,
kraker, biskuit dan kue.
B. Penggunaan
Tepung terigu yang baru berwarna kekuningan dan
bersifat kurang elastic. Bila dijadikan adonan roti, tidak
dapat mengembang dengan baik. Untuk memperoleh
terigu dengan mutu baik, terigu dibiarkan selama lebih
kurang enam minggu. Selama masa pemeraman tersebut,
bahan-bahan yang menyebabkan sifat lekat dan jga
pigmen karotenoid akan teroksidasi sehingga diperoleh
tepung terigu yang berwarna putih dengan daya kembang
yang baik.
Tentu saja proses pemeraman ini sangat praktis.
Untuk mempercepat proses tersebut biasanya
ditambahkan zat pemucat. Zat pemucat ini bersifat
oksidator. Ikatan rangkap dalam karotenoid , yaitu
xantofil, akan dioksidasi. Degradasi pigmen karotenoid
akan menghasilkan senyawa yang tak berwarna.
Selain itu bahan pemucat ini mengoksidasi gugus
sulfhidril dalam gluten menjadi ikatan disulfida. Dengan
pg. 45
3 2
C. Bahan Pemutih/Pemucat
dan Pematang Yang Diijinkan
Beberapa bahan pemutih dan pematangan tepung
yang diizinkan untuk pangan pada Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5.
pg. 46
DAFTAR PUSTAKA
Estiasih, Teti. Ahmadi Kgs. 2009. Teknologi Pengolahan
Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
MB. Arisman. 2012. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan
Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rohman, Abdul. 2013. ANALISIS MAKANAN.
Yoygyakarta: UGM Press.
pg. iv