Anda di halaman 1dari 47

Akhlak dan Kepribadian Nabi Muhammad SAW Serta Implementasi

dalam Kehidupan Zaman Sekarang

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ilmu Akhlak

Dosen Pengampu: H. Wawan Setiawan Abdillah M.Ag

Nim : 1168010051

Nama : CICI CAHYATI

SEMESTER 2/B

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang
“Akhlak dan Kepribadian Nabi Muhammad SAW Serta Implementasi dalam
Kehidupan Zaman Sekarang” sebagai salah satu tugas yang harus dipenuhi dalam
rangka pemenuhan tugas makalah dalam mata kuliah Ilmu Akhlak.
Penyusunan makalah ini disamping untuk memenuhi tugas seperti yang
disebut diatas, juga bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam
membentuk pola pikir, berperilaku, serta berwawasan ke depan tentang tema yang
dibahas dalam makalah ini.
Saya sadari bahwa tugas makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

April, 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………... 2
BAB II : ISI
2.1 Biografi Nabi Muhammad SAW…………………………………………. 3
2.2 Akhlak Nabi Muhammad SAW………………………………………….. 7
2.3 Kepribadian Nabi Muhammad SAW…………………………………….. 19
2.4 Akhlak Terhadap Nabi Muhammad SAW……………………………….. 26
2.5 Teladan Nabi Muhammad SAW untuk Umat Manusia Zaman Sekarang.. 38
BAB III : PENUTUP
3.1 Simpulan………………………………………………………………….. 43
3.2 Saran……………………………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sepanjang sejarah umat manusia masalah akhlak selalu menjadi pokok
persoalan. Karena pada dasarnya, pembicaraan tentang akhlak selalu
berhubungan dengan persoalan perilaku manusia dan menjadi permasalahan
utama manusia terutama dalam rangka pembentukan peradaban. Perilaku
manusia secara langsung ataupun tidak langsung masib menjadi tol ak ukur
untuk mengetahui perbuatan atau sikap mereka. Wajar kiranya persoalan
akhlak selalu dikaitkan dengan persoalan sosial masyarakat, karena
akhlak menjadi simbol bagi peradaban suatu bangsa.
Keberhasilan Rasulullah SAW dalam menyebarkan agama Islam benar-
benar mengagumkan. Hanya dalam waktu kurang dari 25 tahun beliau berhasil
mengubah masyarakat jahiliah yang sangat dekaden menjadi masyarakat yang
berperadaban tinggi dan sangat disegani bangsa-bangsa di sekitarnya. Oleh
karena itu, program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha yang
Beliau lakukan ialah pembinaan akhlak mulia yang harus ditanamkan kepada
seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai
tingkat bawah.
Dari hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa akhlak dari suatu bangsa itulah
yang menentukan sikap hidup dan laku perbuatannya. Apabila suatu bangsa
(umat) itu telah rusak, maka hal ini juga akan mempengaruhi akhlak generasi-
generasi mendatang. Terlebih lagi jika rusaknya akhlak tersebut tidak segera
mendapat perhatian atau usaha untuk mengendalikan dan memperbaikinya.

1.1 Rumusan Masalah


1) Bagaimana biografi Nabi Muhammad SAW?
2) Bagaimana akhlak Nabi Muhammad SAW?
3) Bagaimana kepribadian Nabi Muhammad SAW?
4) Bagaimana akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW?
5) Bagaimana teladan Nabi Muhammad SAW untuk manusia zaman
sekarang?
1.2 Tujuan Penulisan
1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak.
2) Memaparkan mengenai Akhlak dan Kepribadian Nabi Muhammad SAW.
Serta Implementasi dalam Kehidupan Zaman Sekarang.
1.3 Manfaat Penulisan
1) Menambah pengetahuan pembaca mengenai Akhlak dan Kepribadian Nabi
Muhammad SAW Serta Implementasi dalam Kehidupan Zaman Sekarang.
2) Sebagai sumber referensi.
3) Menambah wawasan bagi para pembaca.

BAB II
ISI

2.1 Biografi Nabi Muhammad SAW


Nabi akhir zaman telah lahir di dunia Arab pada abad VI Masehi. Beliau
hadir sebagai sumber pembawa harapan, bukti terbesar intervensi Tuhan untuk
menyelamatkan manusia.
Nabi Muhammad SAW, lahir pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal
tahun gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 April 570 M. ayahnya bernama
Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya, dan ibunya Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Dalam kitab al-
Ashnam dan Tarikh al-Thabari disebutkan bahwa Nabi Muhammad sebagai putra
dari dua orang yang dikorbankan. Pertama, ia adalah keturunan Nabi Ismail yang
akan dikorbankan oleh Nabi Ibrahim sehingga sampai sekarang umat Islam
melaksanakan kurban pada setiap Iedul Adha. Kedua, ia adalah anak Abdullah
yang akan dikorbankan oleh Abdul Muthalib karena doanya memiliki anak laki-
laki sepuluh terkabul. Namun, orang-orang menghalangi niat Abdul Muthalib
untuk menyembelih Abdullah demi mendekatkan diri kepada Tuhan tersebut.
Akhirnya Abdullah diganti dengan 100 ekor unta hasil undian yang ke-11 yang
baru mengenai unta, dimana setiap undian jatuh pada Abdullah diganti dengan
100 ekor unta.

Namun, ayah Nabi Muhammad atau Abdullah bin Abu Thalib meninggal
pada saat Nabi belum dilahirkan, dan disusul oleh ibunya saat Nabi Muhammad
berusia 6 tahun. Beliau diperlakukan dengan baik oleh sanak saudara yang masih
hidup. Pertama beliau tinggal bersama kakeknya, Abdul Muthalib, yang pada
masa mudanya adalah pedagang yang sangat sukses. Orang tua ini amat sayang
kepada Nabi Muhammad. Dia suka membawa ranjangnya keluar, di mana dia bisa
berbaringdi bawah bayangan ka’bah, dikelilingi putra-putranya. Biasanya,
Muhammad duduk di sampingnya, sembari mengelus punggungnya dengan kasih
sayang. Namun ketika dia meninggal, Nabi Muhammad tidak mendapatkan
warisan apa-apa. Sanak saudaranya yang lebih kuat mengendalikan usahanya dan
Muhammad hidup bersama pamannya, Abu Thalib, yang menjadi sayyid (kepala)
klan Hasyim yang sangat dihormati di Mekkah, sekalipun bisnisnya gagal. Abu
Thalib sangat menyayangi keponakan dan saudara-saudaranya juga membantu
pendidikan Muhammad. Saudara termuda, Hamzah, seorang pria yang kuat,
mengajari Muhammad ilmu bela diri, mencetak beliau menjadi pemanah ulung
dan pemain pedang yang tangguh. Pamannya, Abbas, adalah seorang bankir yang
bisa mencarikan pekerjaan bagi Muhammad mengelola caravan di bagian utara
menuju Syiria.

Tahun kelahiran Nabi Muhammad dinamai tahun gajah karena 50 hari


sebelum kelahiran beliau, datang Abrahah al-Habsy, gubernur kerajaan Habsy
(Ethiopia) di Yaman,beserta pasukannya berjumlah 60.000 personel yang
mengendarai gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Abrahah marah karena gereja
besar (al-Qulles) yang dibangunnya di Shan’a ibu kota Yaman, temboknya
dilumuri kotoran oleh seseorang dari Bani Kinanah. Abrahah mendirikan gerja
tersebut karena melihat bangsa Arab setiap tahun berbondong-bondong ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sehingga beliau ingin mengalihkan agar
bangsa Arab menunaikan ibadah haji ke sana. Namun, usaha Abrahah gagal
karena beliau dan seluruh bala tentara dihancurkan oleh Allah SWT.

Muhammad muda sangat disukai di Mekkah. Dia tampan, tubuhnya tegap


dengan tinggi rata-rata. Rambut dan jenggotnya lebat dan berombak, dan ekspersi
wajahnya sangat cerah dan senyumannya amat memikat, sebagaimana bermaktub
dalam sebuah sumber. Beliau orang yang tegas dan penuh perhatian atas yang
beliau kerjakan, begitu fokus pada tugas yang sedang dikerjakan hingga tidak
pernah memperhatikan sekalipun bajunya robek terkena semak berduri. Ketika
beliau menoleh untuk berbicara dengan seseorang, dia selalu menghadapkan
wajahnya secara penuh. Ketika berjabat tangan beliau tidak pernah menjadi orang
pertama yang menarik tangannya. Beliau orang yang memiliki kepercayaan
sampai dikenal dengan sebutan Al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya.

Dimasa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW adalah manusia terbaik,


dimasa mudanya beliau orang paling suci dan bersih, dimasa dewasa beliau orang
tercakap, dan dalam hal kehidupannya beliau adalah orang yang paling zuhud
(menjauhkan diri dari kesenangan dan kenikmatan duniawi). Beliau adalah hakim
yang paling adil dalam mengambil keputusan, panglima yang paling berani
berperang membela kebenaran, teladan terbaik bagi setiap orang yang hendak
memperbaiki kedaan masyarakat, dan contoh ideal bagi pengasuh dan pendidik.
Allah SWT melimpahkan keistimewaan kepada beliau berupa perangai
mulia dan akhlak luhur. Beliau dilindungi dan dijaga oleh Allah SWT. Allah
memperkuat kedudukan beliau dalam menunaikan tugas risalah dengan
kemampuan meyakinkan,, kesanggupan berbahasa yang amat tinggi, kuat
logikanya dan teguh dasar argumentasinya, Allah meerintahkan umat manusia
supaya taat kepada beliau, karena taat kepada beliau berarti taat kepada Allah.
Mengenai hal ini Allah berfirman dalam Q.S An-Nisa[80] :

“Barang siapa yang menaati Rosul, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan
barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.

Allah menjaga beliau dari kemungkinan berbuat salah, mengawal


keselamatan beliau dari makar jahat yang ditujukan orang kepada pribadinya, dan
mensucikan beliau dari segala macam noda yang mencemarkan. Allah
membimbingnya ke jalan yang lurus, melimpahkan pengetahuan kepadanya
tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan memberinya mukjizat, berupa wahyu
suci al-Quran, suatu mukjizat yang belum pernah diberikan kepada nabi dan rosul
terdahulu. Allah yang mendidik beliau dengan pendidikan yang sebaik-baiknya,
dan mengajarkan kepada beliau segala yang belum diketahuinya.

Beliau adalah manusia teladan yang paling sempurna. Beliau mempunyai


kepribadian yang sangat kuat dan menarik serta memiliki kebesaran yang tiada
tolok bandingnya. Demikian pula kebenaran tutur katanya serta kejujuran ucapan
dan perbuatannya. Setiap orang yang mengenal beliau mengakui keagungan
jiwanya, kejernihan tabiatnya, kebersihan hatinya keluhuran budi pekertinya,
kecerdasan akal pikirannya, keunggulan inisiatifnya, ketajaman pandangannya,
kekuatan kemauannya, kemantapan tekadnya, kelembutan sikapnya, keteguhan
berpegang kepada kebenaran, dan kegigihan menegakkan keadilan. Seperti dalam
firman Allah Q.S Al-Ahzab[21]:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”.

Nabi Muhammad muncul sebagai nabi dan rasul ditengah masyarakat arab
yang sedang menderita perpecahan dan kemorosotan. Mereka benar-benar dalam
kebodohan yang luar biasa, sama sekali jauh dari ilmu dan keterampilan, tidak
mengenal agama dan tidak tahu soal politik. Masing-masing kabilah terus-
menerus bertengkar dan bermusuhan dengan tetangganya, kemudian dengan
datangnya Islam Rasulullah SAW mewujudkan suatu umat yang besar,
mendirikan sebuah Negara yang luas, menciptakan dunia dan masyarakat yang
baru yang berjiwa luhur, bertabiat jernih, berakidah mendalam, bertekad mantap,
beriman teguh, berakhlak lurus, berhati jujur, rela tunduk kepada kebenaran dan
berpegang kuat pada keadilan,. Semuanya itu merupakan soal-soal besar yang
tidak dapat diwujudkan oleh siapapun juga, baik sebelum maupun sesudah beliau.

Beliau menyerukan cinta kasih berdasarkan prinsip-prinsip kerohanian dan


menyerukan persaudaraan berdasarkan prinsip-ptinsip kemanusiaan. Mengenai hal
itu beliau telah mengenalkan tutur katanya yang sangat terkenal, yaitu: “seseorang
dari kalian tidak benar beriman sebelum mencintai saudara-saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri.”

Dalam khutbahnya yang pertama kali diucapkan di Madinah beliau


menyerukan rasa kasih sayang kepada kaum pakir miskin. Beliau manusia pilihan
Allah bertugas menyampaikan risalah agama-Nya. Dalam hal itu pun beliau
merupakan seorang rasul yang jujur dan terpercaya melaksanakan kewajibannya.
Sejak usia muda beliau sudah sangat terkenal kesungguhan ucapannya dan
kejjuran perbuatannya, sehingga masyarakat memberinya gelar al-Amin (orang
yang terpercaya).

Sebagai manusia yang paling zuhud dalam kehidupannya, beliau tidak


pernah memimpikan kekuasaan dan kepemimpinan, tak pernah terpikir hendak
mencari popularitas. Beliau seorang yang rendah hati bukan karena lemah, dan
berkasih sayang kepada setiap fakir miskin serta setiap budak dan hamba sahaya.
Bila ada seseorang yang berbuat kekeliruan dan minta maaf, beliau tidak pernah
menolaknya. Bila ada orang lemah datang meminta bantuan beliau selalu berusaha
memenuhinya, bahkan lebih diutamakan daripada kepentingan beliau sendiri
bersama keluarga.

Beliau juga merupakan contoh terbaik mengenai kesetiaan kepada janji,


kesungguhan berbicara dan kejujuran bergaul. Beliau sangat berhati-hati menjaga
kewajiban terhadap teman, menyayangi kaum kerabat, mencintai anak-anak kecil,
memaafkan orang-orang yang berbuat buruk kepadanya, membela diri dengan
cara yang baik, menganjurkan kebajikan dan mencegah kemungkaran,
menghubungi orang yang memutuskan hubungan dengan beliau, dan memberi
kepada orang yang tidak mau memberi kepada beliau.

2.2 Akhlak Nabi Muhammad SAW


Sejak usia kanak-kanak hingga dewasa beliau sungguh-sungguh manusia
ideal. Proses pertumbungan beliau selalu memperoleh perlindungan Allah, serta
diselamatkan dari perbuatan salah, agar kelak dapat melaksanakan tugas yang
telah diberikannya kepada beliau.
Beliau tumbuh dan dibesarkan di lingkungan masyarakat jahiliyah, yang
semua masyarakatnya menyembah berhala dan patung serta membanggakan
nenek moyang. Namun beliau sama sekali tidak terpengaruh oleh lingkungannya,
dan tidak juga menirunya. Itu disebabkan karena adanya pertolongan dari Allah
SWT, sehingga beliau tumbuh dengan akhlak yang mulia. Allah mengaruniai
beliau akal cerdas agar dapat menyelamatkan diri dari kemungkinan terperosok
kedalam perbuatan salah seperti yang dialami oleh orang-orang disekitarnya.
Beliau tumbuh sebagai contoh keutaamaan akhlak yang sempurna.
Kemudian Allah mengangkat beliau menjadi nabi dan rasul yang bertugas
menegakkan kebenaran di kalangan hamba-hamba-Nya, untuk dijadikan teladan
bagi semua manusia agar berakhlak seperti beliau, mencontoh beliau dalam
ucapan maupun perbuatannya. Sebab hanya dengan itu sajalah manusia dapat
meningkatkan martabatnya sitinggi mungkin dan akan terselamatkan dari sifat-
sifat yang rendah.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling berusaha keras menghindari
marah, dan paling cepat merasa lega. Kedermawanannya juga tidak ada
bandingnya. Kemudian juga kegemarannya menolong orang, kesetiaan akan
dirinya, kesukaannya memberi maaf, keramahan dalam pergaulan dan kasih
sayangnya kepada semua makhluk. Beliau sukar dicari bandingannya dalam
menjaga hubungan silaturahmi, kesetiannya pada janji, keadilan dan kehati-
hatiannya dalam menjaga amanat, kesucian dan zuhudnya dalam kehidupan
sehari-hari, kesungguhan berbicara, kerendahan hatinya walau beliau
berkedudukan tinggi, kegemarannya berdiam diri dan tidak tergesa-gesa, dan
ketaatan dan ketakutannya kepada Allah SWT. Akhlak rasulullah yang
sedemikian tinggi dan mulia itu sudah dihayati sejak sebelum diangkat menjadi
nabi dan rasul. Masyakat Arab sendiri sebelum Islam menyaksikan bahwa beliau
orang yang jujur dan tidak pernah berdusta.
Selain terkenal dengan keagungan budi pekertinya, beliau juga terkenal
dengan kesederhaan hidupnya dan tidak mementingkan diri sendiri. Beliau
terkenal juga sebagai orang yang amat periang dan selalu cerah. Sifat-sifat yang
serba baik dan sempurna itu sangat memudahkan beliau dalam menjalankan tugas
berdakwah. Beliau telah berbuat banyak dan menderita banyak kesukaran dalam
perjuangan melawan kedzaliman serta mengikis habis adat istiadat buruk yang
merajalela sebelum kerasulan. Dengan gigih beliau membela kaum fakir miskin
dan berusaha memperbaiki keadaan hidup mereka. Beliau menolong kaum janda
dan anak-anak yatim. Beliau selalu berada dipihak kaum tertindas serta berusaha
menyelamatkan mereka. Beliau telah berbuat banyak untuk memperbaiki keadaan
masyarakat, membangkitkan manusia, menuntut kehidupan yang lebih baik serta
membela kemanusiaan. Semuanya itu dilakukan dengan menerapkan peraturan-
peraturan yang diterimanya dari Allah SWT.
Walau beliau seorang buta huruf dan tidak pernah berguru kepada orang
lain, tetapi kecerdasan akalnya, dengan ketepatan pandangannya, dengan
kebenaran analisanya, dengan ketajaman mata hatinya, dengan kejernihan
sanubarinya, dengan ketinggian kebijaksanaanya, dan dengan pengetahuannya
yang luas.

Berikut adalah akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari:

1) Cara Bicara Rasulullah


Imam Hasan berkata, “Ceritakan kepadaku cara bicaranya.” Hind bin
Abi Halah berkata, “Ia selalu tampak sendu, selalu merenung dalam, dan
tidak pernah tenang. Ia banyak diamnya. Ia tidak pernah berbicara yang
tidak perlu. Ia memulai dan menutup pembicaraannya dengan sangat fasih.
Pembicaraannya singkat dan padat, tanpa kelebihan kata-kata dan tidak
kekurangan perincian yang diperlukan. Ia berbicara lembut, tidak pernah
kasar atau menyakitkan. Ia selalu menganggap besar anugerah Tuhan
betapapun kecilnya. Ia tidak pernah mengeluhkannya. Ia juga tidak pernah
mengecam atau memuji berlebih-lebihan apapun yang ia makan Dunia dan
apapun yang ada padanya tidak pernah membuatnya marah. Tetapi, jika
hak seseorang dirampas, ia akan sangat murka sehingga tidak seorang pun
mengenalnya lagi dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya
sampai ia mengembalikan hak itu kepada yang punya. Ketika menunjuk
sesuatu, ia menunjuk dengan seluruh tangannya. Ketika terpesona, ia
membalikkan tangannya ke bawah. Ketika berbicara,terkadang ia
bersedekap atau merapatkan telapak tangan kanannya pada punggung ibu
jari kirinya. Ketika marah, ia palingkan wajahnya. Ketika tersinggung, ia
merunduk. Ketika ia tertawa, gigi-giginya tampak seperti untaian butir-
butir hujan es.
Imam Hasan berkata, “Saya menyembunyikan berita ini dari Imam
Husain sampai suatu saat saya menceritakan kepadanya. Ternyata ia sudah
tahu sebelumnya. Kemudian saya bertanya kepadanya tentang berita ini.
Ternyata ia telah bertanya kepada ayahnya (Imam Ali) tentang Nabi, di
dalam dan di luar rumah, cara duduknya dan penampilannya, dan ia
menceritakan semuanya.
2) Akhlak Rasulullah Ketika Masuk Rumah
Imam Husain berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang perilaku
Nabi ketika ia memasuki rumahnya. Ayahku berkata, ‘Ia masuk rumah
kapan saja ia inginkan. Bila berada di rumah, ia membagi waktunya
menjadi tiga bagian; sebagian untuk Allah, sebagian untuk keluarganya,
sebagian lagi untuk dirinya. Kemudian ia membagi waktunya sendiri
antara dirinya dan orang lain; satu bagian khusus untuk sahabatnya dan
bagian lainnya untuk umum. Ia tidak menyisakan waktunya untuk
kepentingan dirinya. Termasuk kebiasaannya pada bagian yang ia lakukan
untuk orang lain ialah mendahulukan atau menghormati orang-orang yang
mulia dan ia menggolongkan manusia berdasarkan keutamaannya dalam
agama. Di antara sahabatnya, ada yang mengajukan satu keperluan, dua
keperluan, atau banyak keperluan lain. Ia menyibukkan dirinya dengan
keperluan mereka. Jadi, ia menyibukkan dirinya untuk melayani mereka
dan menyibukkan mereka dengan sesuatu yang baik bagi mereka.
“Ia sering menanyakan keadaan sahabatnya dan memberi tahu mereka
apa yang patut mereka lakukan. ‘mereka yang hadir sekarang ini harus
memberitahukan kepada yang tidak hadir. Beritahukan kepadaku orang
yang tidak sanggup menyampaikan keperluannya kepadaku. Orang yang
menyampaikan kepada pihak yang berwenang keluhan seseorang yang
tidak sanggup menyampaikannya, akan Allah kokohkan kakinya pada Hari
Perhitungan’. Selain hal-hal demikan, tidak ada yang disebut-sebut
dihadapannya dan tidak akan diterimanya. Mereka datang menemui beliau
untuk menuntut ilmu dan kearifan. Mereka tidak bubar sebelum mereka
menerimanya. Mereka meninggalkan majlis Nabi sebagai pembimbing
untuk orang di belakangnya.’
3) Akhlak Rasulullah di Luar Rumah
“Aku bertanya kepadanya tentang tingkah laku Nabi yang mulia di luar
rumahnya. Ia menjawab, ‘Nabi itu pendiam sampai ia merasa perlu untuk
bicara. Ia sangat ramah kepada setiap orang. Ia tidak pernah mengucilkan
seorang pun dalam pergaulannya. Ia menghormati orang yang terhormat
pada setiap kaum dan memerintahkan mereka untuk menjaganya kaumnya.
Ia selalu berhati-hati agar berperilaku yang tidak sopan atau
menunjukkkan wajah yang tidak ramah kepada mereka. Ia
suka menanyakan keadaan sahabat-sahabatnya dan keadaan orang-orang di
sekitar mereka, misalnya keluarganya atau tetangganya. Ia menunjukkan
yang baik itu baik dan memperkuatnya. Ia menunjukkan yang jelek itu
jelek dan melemahkannya. Ia selalu memilih yang tengah-tengah dalam
segala urusannya.’
“Ia tidak pernah lupa memperhatikan orang lain karena ia takut mereka
alpa atau berpaling dari jalan kebenaran. Ia tidak pernah ragu-ragu dalam
kebenaran dan tidak pernah melanggar batas-batasnya. Orang-orang yang
paling dekat dengannya adalah orang-orang yang paling baik.
Orang yang paling baik, dalam pandangannya, adalah orang-orang
yang paling tulus menyayangi kaum muslimin seluruhnya. Orang yang
paling tinggi kedudukannya disisinya adalah orang yang paling banyak
memperhatikan dan membantu orang lain.’”
4) Cara Rasulullah Duduk
Imam Husain berkata, “Kemudian aku bertanya kepadanya tentang
cara Rasulullah duduk. Ia menjawab, ‘Rasulullah tidak pernah duduk atau
berdiri tanpa mengingat Allah. Ia tidak pernah memesan tempat hanya
untuk dirinya dan melarang orang lain duduk di situ. Ketika datang di
tempat pertemuan, ia duduk dimana saja tempat tersedia. Ia juga
menganjurkan orang lain untuk berbuat yang sama. Ia memberikan tempat
duduk dengan cara yang sama sehingga tidak ada orang yang merasa
bahwa orang lain lebih mulia ketimbang dia. Ketika seseorang duduk di
hadapannya, ia akan tetap duduk dengan sabar sampai orang itu berdiri
atau meninggalkannya. Jika orang meminta sesuatu kepadanya, ia akan
memberikan tepat apa yang orang itu minta. Jika tidak sanggup
memenuhinya, ia akan mengucapkan kata-kata yang membahagiakan
orang itu. Semua orang senang pada akhlaknya sehingga ia seperti ayah
bagi mereka dan semua ia perlakukan dengan sama.
Majelisnya adalah majelis kesabaran, kehormatan, kejujuran dan
kepercayaan. Tidak ada suara keras didalamnya dan tidak ada tuduhan-
tuduhan yang buruk. Tidak ada kesalahan orang yang diulangi lagi di luar
majlis. Mereka yang berkumpul dalam pertemuan memperlakukan
sesamanya dengan baik dan mereka satu sama lain terikat dalam
kesalehan.
Mereka rendah hati, sangat menghormati yang tua dan penyayang
kepada yang muda, dermawan kepada yang fakir, dan ramah kepada
pendatang dari luar.’
5) Cara Rasulullah Bergaul Dengan Sahabatnya
“Aku bertanya kepadanya bagaimana Rasulullah bergaul dengan
sahabat-sahabatnya. Ia menjawab, ‘Rasulullah ceria, selalu lembut hati,
dan ramah. Ia tidak kasar dan tidak berhati keras. Ia tidak suka
membentak-bentak. Ia tidak pernah berkata kotor, tidak suka mencari-cari
kesalahan orang, juga tidak suka memuji-muji berlebihan. Ia mengabaikan
apa yang tidak disukainya dalam perilaku orang begitu rupa sehingga
orang tidak tersinggung dan tidak putus asa. Ia menjaga dirinya untuk
tidak melakukan tiga hal: bertengkar, banyak omong, dan berbicara yang
tidak ada manfaatnya. Ia juga menghindari tiga hal dalam hubungannya
dengan orang lain: mengecam orang, mempermalukan orang, dan
mengungkit-ungkit kesalahan orang. Ia tidak pernah berkata kecuali kalau
ia berharap memperoleh anugerah Tuhan. Bila ia berbicara, pendengarnya
menundukkan kepalanya, seakan-akan burung bertengger di atas
kepalanya. Baru kalau ia diam, pendengarnya berbicara. Mereka tidak
pernah berdebat di hadapannya. Jika salah seorang di antara mereka
berbicara, yang lain mendengarkannya sampai ia selesai.
Mereka bergiliran untuk berbicara di hadapannya. Ia tertawa jika
sahabatnya tertawa; ia juga terkagum-kagum jika sahabatnya terpesona. Ia
sangat penyabar kalau ada orang baru bertanya atau berkata yang tidak
sopan, walaupun sahabat-sahabatnya keberatan. Ia biasanya berkata, “Jika
kamu melihat orang yang memerlukan pertolongan, bantulah ia.” Ia tidak
menerima pujian kecuali dari orang yang tulus. Ia tidak pernah menyela
pembicaraan orang kecuali kalau orang itu melampaui batas.
Ia menghentikan pembicaraannya atau berdiri meninggalkannya.’
6) Diamnya Rasulullah
“Kemudian aku bertanya padanya tentang diamnya Nabi. Ia
berkata, ‘Diamnya Nabi karena empat hal:
 karena kesabaran,
 kehati-hatian,
 pertimbangan dan;
 perenungan.

Berkaitan dengan pertimbangan, ia lakukan untuk melihat dan


mendengarkan orang secara sama. Berkaitan dengan perenungan, ia
lakukan untuk memilah yang tersisa (bermanfaat) dan yang binasa (yang
tidak bermanfaat). Ia gabungkan kesabaran dengan lapang-dada. Tidak ada
yang membuatnya marah sampai kehilangan kendali diri. Beliau berhati-
hati dalam empat hal, yaitu:

 Dalam melakukan perbuatan baik sehingga orang dapat


menirunya;
 Dalam meninggalkan keburukan sehingga orang berhenti
melakukannya;
 Dalam mengambil keputusan yang memperbaiki ummatnya
 dalam melakukan sesuatu yang mendatangkan kebaikan
dunia dan akhirat.

Kepribadian dan perilaku Beliau berbeda dengan manusia lainnya.


Tidak ada yang bisa memahami hakikat kedalaman akhlak orang seperti
Muhammad SAW, kecuali penciptanya dan orang yang memiliki
kesamaan karakter dengannya. Sebagai umatnya, kesamaan karakter
tersebutlah yang harus senantiasa kita usahakan ada melekat pada diri kita
agar dicintai Allah SW, sebagaimana Allah mencintai Rasul kita.

Penanaman pendidikan karakter (akhlaq) tidak bisa hanya sekedar


mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu.
Penanaman karekter (akhlaq) perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan
atau pembudayaan dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan
lingkungan social maupun lingkungan (exposure) media massa.

Namun fenomena yang terjadi saat ini sangatlah bertolak belakang


dengan firman Allah SWT. Banyaknya kemaksiatan dan kriminalitas
adalah bukti bahwa bangsa ini mengidap dekadensi moral akut. Parahnya,
gejala ini bukan hanya menimpa masyarakat kalangan bawah, tetapi juga
meliputi berbagai kalangan yang menjadi panutan masyarakat kita.
Tingginya tingkat korupsi dan kolusi, baik yang dilakukan birokrat
maupun tokoh lainnya, membuat masyarakat kehilangan panutan yang
pada gilirannya melahirkan “krisis keteladanan”. Selain itu, banyak umat
Islam (terutama generasi muda), bahkan anak-anak yang masih dibawah
umur, mengidolakan bahkan hingga meniru perilaku tokoh-tokoh populer
tertentu. Ada kalanya, umat memang mengidolakan tokoh-tokoh yang
memiliki prestasi positif; misalnya atlet, ilmuwan, dai, atau seniman.
Tetapi sering pula kita melihat bahwa tokoh-tokoh yang dijadikan panutan
tersebut adalah manusia-manusia yang sesungguhnya memiliki perilaku
yang jauh dari konsepsi islami.
Bangsa kita yang mayoritas muslim, kerap mengingkari
ketauladanan Rasulullah Muhammad Saw. Padahal, Rasulullah
Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia
sebagaimana sabdanya, “Innama bu‘itstu liutammima makaarimal
akhlaaqi” (Bahwasanya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlak mulia).

Sifat-sifat Rasulullah SAW menggambarkan akhlak mulia yang


diwarnai oleh akhlak Al Qur,an dan sangatlah patut dijadikan sebagai
contoh yang baik bagi kita, diantara sifatnya adalah:

1. Sidq (benar)

Seperti yang difirmankan Allah SWT,

‫ق َجا َء َوالَّ ِذي‬


ِ ‫ق بِالصِّ ْد‬
َ ‫ص َّد‬ َ ِ‫ْال ُمتَّقُونَ هُ ُم أُو ٰلَئ‬
َ ‫ك ۙ بِ ِه َو‬

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan


membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa”) . (Q.S. Az-
Zumar:33)

Para rasul Allah dan Muhammad SAW mempunyai sifat sidq, yang
membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran tentunya ia sendiri
bersifat sidq sehingga apa yang disampaikan dapat diterima. Oleh karena itu,
dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima Islam. Sifat sidq berarti
membenarkan dan mengikuti Islam sebagai sumber kebenaran.

2. Tabligh (menyampaikan).
Allah SWT berfirman:

Artinya:
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu berarti) Kamu tidak
menyampaikan amanatNya” (Q.S. al-Maidah; 67)
Seorang Rasulullah diperintahkan untuk menyampaikan semua wahyu
yang diterima dari Allah walaupun ia harus menghadapi halangan dan
rintangan yang berat. Rasulullah SAW harus menyampaikan seluruh ajaran
Allah Swt, sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam.
Salah satu rahasia kenapa Islam tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok
tempat dan bagaimana pula dengan cepatnya perubahan-perubahan di tengah
masyarakat. Kenapa jumlah bilangan pengikut Islam semakin hari semakin
ramai dan semakin banyak yang menyokongnya. Jawabannya adalah sifat
tabligh yang dimiliki oleh Rasulullah SAW dan pengikutnya.
Setiap muslim merasakan bahwa dakwah atau menyampaikan Islam sebagai
suatu kewajiban yang perlu dilaksanakan di mana saja dan kapan saja.
Artinya dalam keadaan bagaimanapun, Ummat Islam sentiasa menyampaikan
risalah ini kepada siapa saja yang menerimanya.
Allah Swt. berfirman, “…Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah
diberi Al-Kitab dan orang-orang yang ummi (buta huruf), sudahkah kamu
masuk Islam? Jika mereka telah masuk Islam niscaya mereka mendapat
petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah Swt.) Dan Allah Maha Melihat akan hamba-
hamba-Nya”. (QS. Ali Imran; 20)
3. Amanah (dapat dipercaya).
Firman Allah SWT :

Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(Q.S; 4, 58)
Amanah secara umum berarti bertanggungjawab terhadap apa yang
dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan keadilan,
memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang
disepakatinya.
Seorang Rasul harus dapat dipercaya untuk menyampaikan seluruh pesan
yang diperintahkan oleh Allah SWT persis seperti yang dikehendaki-Nya,
tanpa ditambahi atau dikurangi sedikit pun. Hal ini dimaksudkan tidak lain
agar umat manusia memahami dengan saksama wahyu yang diturunkan
melalui RasulNya tersebut. Pada dasarnya, modal utama hubungan antar
personal adalah kepercayaan.
4. Fathanah (cerdas/cerdik/bijaksana).
Seorang Rasul haruslah cerdik dan bijaksana karena dengan kedua hal
tersebutlah ia dapat memimpin dan membimbing umat dengan baik. Fathanah
juga diartikan sebagai bijaksana dalam semua sikap, perkataan, dan
perbuatannya.
Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah
dan strategi-strategi seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan
sebagainya. Di antara kecerdasan Rasul adalah mempunyai pandangan bahwa
Islam akan menaklukkan Mekah dan menaklukkan Khaibar. Rasul
menggambarkan pada saat tersebut ummat Islam masuk ke Masjidil Haram
dengan aman sentausa, serta bercukur dan menggunting rambut kepala.
Kecerdasan Rasul dalam memperkirakan kekuatan Ummat Islam dan
kelemahan pihak lawan juga dibuktikan di dalam peperangan lainnya.
Allah Saw berfirman dalam Qur’an Surat al-Fat-h:

Artinya:
“Sesungguhnaya Allah akan membuktikan kepada Rasulnya tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki masjidil haram, insya Allah dalam keadaan aman,
dengan mencukur rambutkepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak
merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia
memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat”. (Q.S: 48, 27)
Kita tentu sangat mendambakan hadirnya seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat seperti disebutkan di atas. Sudah terlalu lama umat Islam berada di
belakang kemajuan umat lain khususnya umat islam di Indonesia. Dan untuk
menggapai hal tersebut, diperlukan sosok pemimpin yang memiliki sifat-sifat
seperti disebutkan di atas.
Adapun sifat-sifat mustahil Rasul, diantaranya:
1. Kidzib, artinya dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih
oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh
bimbingan dari Allah SWT, sehingga terhindar dari sifat-sifat tercela.
Setiap Rasul benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta
hanya dimiliki oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri,
sedangkan Rasul mementingkan umatnya.
2. Khianat, artinya curang. Tidak mungkin seorang Rasul berkhianat atau
ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Orang yang berkhianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, Rasul tidak mungkin
menjadi seseorang yang munafik.
3. Kitman, artinya tidak menyampaikan atau selalu menyembunyikan. Semua
ajaran yang disampaikan oleh Rasul kepada umatnya tidak ada yang
pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan dipahami
oleh akal pikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti
peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muammad SAW.
4. Baladah, artinya bodoh. Seorang Rasul mempunyai tugas berat. Rasul
tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika Rasul bodoh, maka beliau tidak
akan dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil Rasul
bersifat bodoh.

2.3 Kepribadian Rasulullah SAW


Bukan hanya perkataan-perkataan beliau saja yang mengandung makna
tersembunyi, bahkan perilaku Rasulullah sendiri merupakan subjek untuk
penafiran yang sudah seharusnya direnungkan secara mendalam. Dalam al-Quran
disebutkan,
Sesungguhnya telah ada dalam (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
kedatangan hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah. (QS. Al-Ahzab:21)
Sebagaimana telah disebutkan dalam ayat al-Quran diatas, perilaku Rasulullah
adalah suri teladan bagi para pengikutnya. Keberadaan beliau bagaikan sebuah
sumber atau titik pusat semua tindakan dan hukum. Riwayat kehidupan
Rasulullah bukan untuk kepentingan cerita itu sendiri, tetapi lebih penting lagi
adalah danafsiran dan penerapan perilaku yang beliau contohkan untuk kita.
Sangat penting mengetahui maksud tindakan beliau dalam situasi tertentu. Tetapi
sayang, kita (para pengikut Rasulullah) bahkan tidak ingat sedikit pun perkataan-
perkataan beliau, sekalipun dalam bentuk literal, apalagi kita harus menguraikan
perilaku dan praktik kehidupannya.
Adapun kepribadian Rasulullah SAW yang dapat disebutkan di dalam makalah
ini, antara lain:
1. Kasih sayang beliau kepada tawanan perang musuh
Nabi Muhammad SAW memperlakukan tawanan perang dengan baik dan
kasih sayang sebagaimana mestinya, kendatipun mereka termasuk musuh Islam.
Seorang nasrani bernama ‘Adiy bin Al-Tha’iy merasa sangat tidak senang melihat
Rsulullah SAW. Dari Madinah ia berlari ke Syam untuk bergabung dengan orang-
orang yang seagama, dan juga untuk mengeakan diri dari peraturan-peraturan
Islam yang berlaku di Madinah. Dalam suatu peperangan ‘Ali bin Abi Thalit
berhasil menawan saudara perempuan ‘Adiy yang bersama tawanan-tawanan
lainnya. Ketika berjumpa dengan nabi, adik ‘Abiy itu berkata “Ya Rasulullah,
ayahku telah tewas, dan aku sekarang jauh dari saudara yang dapat memberikan
pertolongan. Perlakukanlah aku dengan baik, Tuhan niscaya membalas anda
dengan kebaikan pula”. Beliau memahami apa yang dimaksud oleh perempuan
itu.
Ketika Rasulullah mengetahui bahwa orang yang akan menolong tawanan
itu ‘Adiy bin Hatim yang lari dari Madinah, beliau menolak. Akan tetapi
perempuan itu mengulangi lagi permohonannya. Rasulullah kemudian teringat
kepada kedermawanan ayah perempuan itu dimasa Jahiliyah. Akhirnya beliau
memerintahkan para sahabat supaya memerdekakannya. Ia diberikan pakaian,
makanan, uang saku dan dikembalikan ke Syam bersama rombongan pertama
yang berangkat ke negeri itu. Pada waktu berkumpul lagi bersama saudaranya,
perempuan itu menceritakan semuanya apa yang diperbuat Rasulullah SAW,
penghormatan apa yang telah diberikan kepadanya dan bagaimana baiknya beliau
memperlakukan dirinya. Terpengaruh oleh ketinggian budi yang diberikan
Rasulullah kepada adiknya, ‘Adiy bin Hatim segera kembali ke Madinah dan saat
itu juga ia memeluk Islam, bergabung dengan barisan kaum muslimin.
2. Tidak mementingkan diri sendiri
Pada suatu hari di kala beliau sedang sangat membutuhkan pakaian,
datanglah seorang perempuan menghadiahkan baju kepada beliau. Tidak lama
kemudian datang seorang lelaki minta bantuan secarik kain yang dapat digunakan
untuk membungkus jenazah. Baju yang baru saja diterima dari seorang perempuan
tadi dengan serta diberikan oleh beliau kepada laki-laki yang membutuhkan kain
kafan. Padahal beliau sendiri memerlukannya.
Meskipun beliau biasa mengenakan pakaian sederhana tetapi beliau tidak
pantang memakai pakaian bagus dalam waktu yang sesuai. Demikian juga dalam
hal makanan. Walaupun beliau tidak biasa makan minum serba lezat, tetapi tidak
pantang menikmati makanan dan minuman lezat.
3. Menghargai budi baik orang lain
Setiap orang mengenal bahwa Nabi Muhammad SAW seorang yang
berpendirian wajib membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan yang sama.
Pada suatu saat utusan raja Habasyah dan Najasyi menghadap beliau, ia disambut
baik dan dilayani sendiri oleh beliau. Sahabt-sahabat beliau berpendapat,
sebenarnya beliau tidak perlu berbuat seperti itu, tetapi beliau menjawab, “dahulu
mereka menghormati sahabat-sahabatku dan sekarang aku hendak membalas budi
mereka”.
Demikian juga sikap beliau terhadap istrinya yang telah wafat, Siti
Khadijah R.A. sehingga istri berikutnya, Siti ‘Aisyah R.A. mengatakan, “aku
tidak pernah cemburu kepada wanita lain seperti kecemburuan kepada Khadijah,
karena aku terlalu sering mendengar Rasulullah menyebut-nyebut kebaikannya”.
Anas bin Malik R.A. mengatakan, “setiap menerima hadiah Rasulullah
SAW selalu berkata: bawalah itu ke rumah si Faulah, dia teman Khadijah dan
mencintainya”.
4. Sayang kepada semua makhluk
Beliau orang yang sangat besar rasa sayangnya. Hati beliau amat lembut
dan jiwanya sangat halus. Beliau bercintakasih kepada sesama manusia,
menyayangi binatang, bahkan membukakan pintu bagi kucing yang hendak masuk
ke dalam rumah.
5. Ketinggian mutu bahasanya
Beliau seseorang yang sangat mahir berbicara dengan bahasanya bermutu
tinggi. Ucapannya singkat dan padat, lidahnya amat fasih, dan ungkapannya
dalam. Beliau pandai membuat kata-kata yang banyak mengandung hikmah.
Diantara beberapa kata mutiara beliau yang mengandung hikmah mendalam ialah:
1. Orang yang mengenal harga dirinya tidak akan celaka.
2. Manusia adalah sumber segala-galanya.
3. Setiap kebajikan adalah shadaqah.
6. Kesabaran dan kemurahan hatinya
Sebagaimana yang telah dibahas, Rasulullah SAW adalah seseorang yang
amat sabar menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan. Selain itu beliau juga
maha pemaaf, kendati dalam keadaan mampu bertindak. Allah sendirilah yang
melalui firman-Nya telah mengajarkan beliau “berilah maaf, perintahkanlah
kebajikan dan jangan hiraukan orang-orang yang tidak mau mengerti.” Sifat-sifat
yang diajarkan Allah itu dijelaskan perngertiannya oleh beliau, “hendaklah
engkau menghubungi orang yang memutuskan hubungan denganmu, member
kepada orang yang tidak mau memberi kepadamu, dan memaafkan orang yang
berbuat dzalim terhadap dirimu.” Lalu Allah juga berfirman, “maka hendaklah
engkau sabar menanggung penderitaan yang menimpamu, maka sesungguhnya
yang demikian itu patut diutamakan.” Allah juga berfirman “hendaklah engkau
bersabar seperti sabarnya para Rasul ‘ulul azmi (yang berhati teguh)” ; dan
firman Allah juga “dan sesungguhnya barangsiapa yang sabar dan memaafkan
maka yang demikian itulah urusan yang patut diutamakan.”
Oleh sebab itu, walaupun beliau menghadapi banyak gangguan dan
hinaan, hatinya tetap sabar, tabah dan sanggup menahan diri. Mengenai kesabaran
beliau Siti ‘Aisyah R.A. mengatakan, “setiap beliau menghadapi dua pilihan,
selalu memilih yang paling mudah, selama yang mudah itu bukan maksiat. Jika
yang mudah itu berupa maksiat maka beliau adalah orang yang paling
menjauhkan diri dari maksiat. Beliau tidak pernah menuntut balas kecuali
mengenai hal-hal yang berupa kedurhakaan atau pelanggaraan terhadap kebenaran
Allah.”
7. Kedermawanannya
Dalam hal kedermawanan beliau sukar dicarikan bandingannya. Jabir
meriwayatkan, bahwasannya setiap diminta orang Rasulullah SAW tidak pernah
menjawab “tidak”.
Ibnu Abbas, mengatakan beliau orang yang paling dermawan dan paling
banyak berbuat kebajikan, terutama dalam bulan Ramadhan.
Anas bin Malik mengatakan, pernah ada orang yang minta sesuatu kepada
Rasulullah SAW. Oleh beliau diberi seekor kambing. Orang itu segera kembali ke
daerah permukimannya kemudian berseru kepada kaumnya supaya beramai-ramai
memeluk Islam. Ia berkata,”Muhammad memberi tanpa takut melarat.”
8. Keberaniannya
Beliau terkenal sebagai orang yang sangat berani. Betapapun gawatnya
peperangan yang dihadapi, beliau tidak pernah mundur. Padahal dalam keadaan
terjepit banyak sekali pendekar-pendekar perang lari untuk menyelamatkan diri.
Dalam perang Hunain beliau tetap berada di atas baghl (binatang hasil perkawinan
silang antara kuda dan kedelai)-nya, walaupun beliau dalam keadaan terjepit dan
banyak pasukan muslimin yang lari. Dengan tabah beliau tetap memimpin
perlawanan sambil berseru, “aku seorang Nabi.. aku tidak berdusta dan aku putra
Abu Muthhalib!” tidak ada orang lain yang saat itu memperlihatkan keberanian
seperti beliau.menurut kenyataan, setiap orang pemberani yang turut berkembang
bersama beliau sudah pernah lari dari medan tempur yang sangat sulit
dihadapinya.
‘Ali bin Abi Thalib berkata, “bila pertempuran telah memuncak dan
berlangsung mati-matian, kami selalu mengkhawatirkan keselmatan Rasulullah
SAW, sebab tidak ada orang yang lebih dekat dengan musuh selain beliau.”
Pada suatu malam penduduk Madinah dihinggapi ketakutan karena
mendengar suara yang tidak bias mereka dengar. Banyak lelaki kelur pergi
menuju ke arah tempat suara. Akan tetapi ditengah jalan mereka berpapasan
dengan Rasulullah SAW yang telah mendahului mereka pergi seorang diri ke
tempat suara itu untuk mencari keterangan. Ketika itu beliau menunggang kuda
dan membawa pedang. Kepada orang-orang yang hendak menuju suara itu beliau
berkata: “kalian tidak usah takut lagi!”.
9. Besar rasa malunya
Rasulullah SAW orang yang sangat besar rasa malunya dan pantang
melihat aurat orang lain. Abu Sa’id meriwayatkan, “Rasulullah lebih pemalu
daripada gadis bercadar. Bila tidak menyukai sesuatu kami dapat mengerti dari
wajah beliau. Karena sangat pemalu dan untuk menjaga harga diri, beliau tidak
pernah membicarakan sesuatu yang tidak disukainya.”
Diriwayatkan juga, bahwa beliau tidak pernah menatapkan pandangan
mata kepada orang lain, Siti ‘Aisyah R.A. mengatakan, “bila Rasulullah
mendengar berita yang tidak disukainya mengenai seseorang, beliau tidak
bertanya, ‘mengapa Fulan berkata begitu’, cara beliau bertanya ialah: ‘mengapa
mereka berbuat atau berkata begitu’. Beliau tidak mau menyebut nama orang yang
bersangkutan. Dan jika tidak menyukai sesuatu beliau menyebutkannya dengan
jalan kiasan.”
10. Pergaulan dan sopan santunnya
Dalam keterangannya mengenai sifat-sifat Rasulullah SAW, ‘Ali bin Abi
Thalib R.A. mengatakan, “beliau seorang yang paling lapang dada, menjaga baik-
baik ucapannya, amat lembut perangainya, dan bersikap sangat hormat dalam
pergaulan.
Qais bin Sa’ad bin ‘Ubadah menceritakan pengalamannya sendiri sebagai
berikut; “pada suatu hari Rasulullah SAW dating berkunjung kepada kami. Ketika
beliau hendak pulang ayahku (Sa’ad) menyiapkan seekor kedelai yang diberi
permadani diatas punggungnya. Ayah lalu menyuruhku supaya mengantarkan
beliau. Ternyata beliau tidak mau naik keledai yang telah dipersiapkan itu, bahkan
beliau berkata padaku; “silahkan engkau naik”aku menolak. Akhirnya beliau
dengan tegas berkata; “kalau engkau tidak mau naik, lebih baik tidak usah
mengantarkan aku, pulanglah!”aku memilih lebih baik pulang dari pada naik
keledai sedangkan beliau berjalan kaki.”
Beliau bergaul akrab dengan orang lain, menghormati setiap pemuka
kabilah, dan berhati-hati terhadap semua orang tanpa mengurangi kecerahan air
muka dan kehalusan budinya. Beliau sangat teliti terhadap sahabt-sahabatnya dan
kepada masing-masing diberikan sesuai dengan kedudukannya. Dalam
pertemuan-pertemuan tidak ada orang yang perlakuannya lebih istimewa dari
orang lain. Bila tidak dapat memenuhi permintaan orang yang membutuhkan
pertolongan, beliau menjawab dengan tutur kata yang manus dan kembut.
Kedermawanan dan budi baiknya dirasakan oleh orang banyak sehingga beliau
dipandang sebagai ayah, dan dihadapan beliau semua orang adalah sama
sederajat. Wajah beliau selalu cerah, halus budi-bahasanya, peramah, luwes dan
tidak berkeras hati. Beliau bukan orang yang suka berteriak dan bukan pembual.
Bahkan bukan tukang cela dan bukan tukang puji. Terhadap kejadian yang tidak
disenanginya beliau lebih suka melupakannya. Bila beliau dipanggil beliau pasti
menyahut. Beliau mau menerima hadiah dan selalu membalas pemberian orang.
Beliau juga suka bergaul dengan sahabat-sahabatnya, bercakap-cakap dan
bergurau, suka menjenguk orang sakit sampai ke Madinah. Beliau mudah sekali
memaafkan orang yang berhalangan. Bila berjumpa dengan orang lain beliau
selalu menyapanya dengan ucapan salam. Saat berjabat tangan dengan para
sahabat beliau selalu mengeluarkan tangan terlebih dahulu.
11. Kebenaran kata-katanya
Sebuah riwayat memberitahukan bahwa, Abu Jahl pernah berkata terus
terang kepada Rasulullah SAW, “hai Muhammad,kami bukan tidak percaya
padamu, tetapi kami tidak percaya kepada apa yang kamu bawa (agama Islam).”
Sehubungan dengan firman Allah:
“mereka itu tidak mendustakan engkau, tetapi orang dzalim itu
mengingkari ayat-ayat Allah.” (al-an’am:33)
Heraclus juga pernah bertanya kepada Abu Sufyan, “apakah sebelum
Muhammad mengatakan apa-apa yang telah dikatakannya itu, kalian pernah
menyaksikan beliau berdusta?” Abu Sufyan menjawab: “tidak”.
Al-Nadhar bin al-Harits pernah mengatakan kepada kaum Musyrikin
Quraisy, Muhammad adalah orang muda yang paling jujur di kalangan kalian,
paling tidak pernah berdusta dan paling terpercaya; tetapi setelah rambutnya
sudah beruban dan dia dating membawa agama, kalian menuduhnya sebagai
tukang sihir. Bkan, demi Allah dia bukan tukang sihir!”.
Al-Hasan bin ‘Ali R.A. cucu Rasulullah SAW mengatakan bahwa
kakeknya mau mendengar dan tidak mau mempercayai orang-orang yang
memburuk-burukan orang lain.’
Dalam pertemuan beliau orang yang paling anggun, banyak diam, tidak
berbicara jika tidak perlu, dan tidak mau mendengar perkataan yang tidak baik.
Ketawanya hanya senyum, pembicaraannya jelas, tidak berkepanjangan dan tidak
berkependekan. Pertemuan yang dihadirinya selalu diliputi ketekunan, kebajikan
dan kejujuran. Disaat beliau berbicara, pendengarnya terpaku diam bagaikan
tonggak.
Mahabenar Allah yang memuji beliau dengan firman-Nya “sungguh
benarlah engkau berakhlak agung.” (Q.S. Al-Qalam : 4). Perangai setinggi itun
merupakan factor yang membuat pribadi beliau sangat simpatik sehingga dapat
melunakkan sikap kepala batu kaumnya, dan setelah mereka memeluk Islam
semuanya rela berkorban membela agama Allah dan Rasul-Nya.
‘Ali bin Abi Thalib R.A pernah bertanya kepada beliau tentang jalan hidup
yang dipegang teguh oleh beliau. Menjawab pertanyaan itu beliau menerangkan
sebagai berikut:
“Ma’rifat adalah modalku. Akal pangkal agamaku. Cintakasih landasanku.
Rindu kepada Allah kendaraanku. Dzikir (mengingat kepada) Allah
ketentramanku. Percaya kepada Allah adalah kekayaanku. Prihatin sahabatku.
Ilmu senjataku. Sabar pakaianku. Ridha keberuntunganku. Zuhud pekerjaanku.
Keyakinan kekuatanku. Berkata benar penolongku. Taat (kepada Allah)
kehormatanku. Jihad (dijalan Allah) perangaiku, dan shalat adalah kesukaanku.”

2.4 Akhlak kepada Rasulullah SAW


Allah berfirman,

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri,


berat rasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan
penyayang terhadap orang – orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun
iman. Sebagai umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah
saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita
perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ
kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.

Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah
kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh
disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-
baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya paling
tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.

Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran


dan petunjuk, yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.

Sebagaimana firman Allah :

“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi


rahmad bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).

Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan


kepadanya atas agama-Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan
risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari kesalahan dalam
menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan
mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak
makan untuk beliau, memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan sebagian
perkara ghaib.

1. Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa
yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini
merupakan konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah
rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan
kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi
dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul


(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa:59)

Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan


seruan “Hai orang-orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi
mereka karena merekalah yg siap menerima perintah Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin
siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan
kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya
serta larangan-larangan -Nya.

Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia


akan taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa
Allah SWT sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang
nampak maupun yang tersembunyi.
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada
Allah dan rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra
kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa
kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul
sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia
tidak mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan
pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah SWT,
di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

“Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah.


Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80). 

Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya,


maka ia akan memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan
kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang mati syahid dan orang-
orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita
miliki.

Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah
satu kunci untuk bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak
mau mengikuti Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam
dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

2. Menghidupkan sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan
merupakan suatu pilihan, tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran
Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban
yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati
sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Secara umum bid’ah adalah sesat karena berada diluar perintah Allah
SWT dan Rasul-Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa
Nabi membenarkan banyak persoalan yang sebelumnya belum pernah
beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua bentuk
amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak
melanggar syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada
Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat Allah serta
Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.

Sebagaimana nabi bersabda :

“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap


manusia akan mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang
hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya
(tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada
sabda Rasulullah :

“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah


sesat”.

Juga hadis Rasulullah :

“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak
dari agama ia ditolak”.

Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru


diakukan itu membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau
tidak. Jika ilmu agama sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah
memperoleh kebaikan.

Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu


amalan adalah kata-kata sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah
memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak ada
satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu
baik kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan
kenapa harus kita yang melakukannya. Bahkan dengan hal itu mereka
menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau berzikir bersama adalah
bid’ah, dan itu adalah sesat.

Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :

a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri


menganjurkan atau menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan
bahwa rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi
sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita
bukan dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh
beliau. Contohnya adalah hadis Rasulullah yang menganjurkan orang
untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah mendengar
Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan
langsung oleh Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan
dengan tangan kanan, dan lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan
secara langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan
hanya mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para
sahabat yang saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.

Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan


nabi dan para sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula
didiamkan oleh beliau, yaitu yang dilakukan oleh para ulama. Misalkan
mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama
yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah yang
menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang
pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya
asalkan tidak bertentangan dengan Islam.

Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang


dianggap sesat adalah menghalalkan sebagian dari agama yang tidak
diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan dengan yang telah disyari’atkan
oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah sengaja shalat tidak
menhadap kiblat, mengerjakan shalat dengan satu sujud, atau yang lebih
banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan orang
yang telah meninggal dengan sesaji serta memohon kepada Allah dan
berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna sesaji
tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu


yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :

a. Istighfar setiap waktu


b. Menjaga wudhu
c. Bersedekah
d. Shalat dhuha
e. Puasa Muharram dan shalat tahajud :

Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : “ Rasulullah Saw bersabda :

“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan


Muharram dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardu ialah shalat
malam.” ( H.R. Muslim no.1163).

3. Membaca shalawat dan salam


Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya
adalah agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah
Swt dan para malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau dan Allah
memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan
taslim kepada beliau. Allah berfirman :

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi


Saw. ‘Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.’”
(Q.S. Al-Ahzab : 56).

Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti


memohonkan rahmat dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah
sedang shalawat malaikat berarti pengagungan dan permohonan rahmad
Allah untuknya.

Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang


menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak
membatasi dengan salah satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan
“Shallallaahu ‘alaih (semoga shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau
hanya mengucapkan ‘alaihissalam (semoga dilimpahkan untuknya
keselamatan)”. Jadi digabung : “washshalaatu wassalaamu ‘ala
Rasulillah, atau Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad,
atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal itu karena Allah memerintahkan
untuk mengucapkan keduanya.

Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at


pada waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan
sunnah muakaddah. Diantara waktu itu adalah ketika shalat diakhir
tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah seperti khutbah jum’at dan khutbah
hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan
keluar masjid, juga ketika menyebut nama beliau.

Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang


tata cara mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar
memperbanyak shalawat kepadanya pada hari jum’at, sebangaimana
sabdanya :

“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam


jum’at, barang siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah
bershalawat untuknya 10 kali.”

Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari


membaca shalawat kepada Nabi, diantaranya adalaH:

a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.


b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali
untuk beliau.
c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi
permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang
tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.
e. Sebab diampuninya dosa-dosa.
f. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang
mengucapkan shalawat dan salam kepadanya. 
4. Mencintai Keluarga Nabi

Mengikuti kerabat Rasulullah SAW yang mulia dan berlepas diri


dari musuh mereka, adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh
islam dan telah dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama. Rasulullah
menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda yang berat dan
berharga, sebanding dengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku
tinggalkan dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah
Kitabullah(Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul
baitku. Barang siapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak
akan tersesat selamanya hingga bertemu denganku ditelaga al-Haudh.”
(HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya
Nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi
hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah
mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian yang besar”. (HR. Abu
daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang


disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk
agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita
hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan
agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang
seperti itu bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada
kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.

Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan,


pintu keselamatan, dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita
untuk mencintai dan menaati mereka.
Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw
bersabda’: “Jadikanlah ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala
bagi tubuh dan tidak ubahnya dua mata bagi kepala. Karena
sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan
kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk kecuali
dengan kedua mata.”.

Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai


ahlul bait manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya.
Rasulullah mengatakan bahwa kecintaan ini merupakan upah dari Allah
Swt atas risalah yang disampaikannya. Sebagaimana firman Allah,
“katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas
seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).

Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa,


melainkan kecintaan yang mendorong manusia kepada maqam kedekatan
ilahi, dan mampu memasuki pintu kebahagiaan abadi.

5. Berziarah Ke Makam Rasulullah

Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni


amalan yang sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan
bahwa Nabi Muhammad bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah
kemakamku, maka ia dijamin akan mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat
Islam untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di
Haramain (Makkah dan Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari
tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah haji menyempatkan diri
berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam Rasulullah
SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku
setelah aku meninggal dunia, maka ia seperti orang yang berziarah
kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan:
”Berziarah ke makam Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah
(ibadah) yang paling mulia, karena itu, sudah selayaknya untuk
diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia
telah diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang
telah melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang
harus diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala
dijadikan kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke
Rasullullah SAW maka itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang
harus diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW
kepada kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang
melarang umat Islam menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta,
atau sebagai berhala yang disembah.. Yakni dalam hadits Rasulullah
SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan
janganlah kamu jadikan rumahmu sebagai kuburan. Maka bacalah
shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca akan sampai
kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin Hanbal:
8449).
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin
Alawi Maliki al-Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar :
“Sebagian ulama ada yang memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits
itu adalah) larangan untuk berbuat tidak sopan ketika berziarah ke
makam Rasulullah SAW yakni dengan memainkan alat musik atau
permainan lainnya, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada
perayaan. (Yang seharusnya dilakukan adalah) umat Islam berziarah ke
makam Rasul hanya untuk menyampaikan salam kepada Rasul, berdoa di
sisinya, mengharap berkah melihat makam Rasul, mendoakan serta
menjawab salam Rasulullah SAW.
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan
kita akan jasa dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi
salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita kepada beliau.

2.5 Teladan Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki akhlak umat manusia zaman
sekarang
Melihat perkembangan terakhir umat Islam di Indonesia tergambar dengan
jelas betapa merosotnya akhlaknya sebagai umat Islam. Khususnya yang terjadi di
kalangan remaja, padahal nilai suatu bangsa sangat tergantung dari kualitas
akhlak-akhlak nya, seperti dikatakan “bahwa suatu bangsa itu sangat ditentukan
kualitas akhlaknya, jika akhlak sudah rusak, maka hancurlah bangsa tersebut”.
Dilihat dari bentuk dan contoh perilaku terpuji dikalangan remaja, maka terdapat
sisi negatif yang terjadi apabila perilaku pergaulan remaja itu tidak sesuai dengan
akhlak Islam dalam fenomena kehidupan ini, diantara nilai-nilai negatif akibat
perilaku buruk yang terjadi dari fenomena-fenomena yang tampak merupakan
krisis moral atau permasalahan akhlak yang dialami para remaja, dengan
akibatnya para remaja jauh dari akhlak yang terpuji, diantara dampak negative
yang berpengaruh pada diri sendiri yakni, mereka lebih sering menghabiskan
waktu hidupnya untuk berfoya-foya dengan hal-hal yang menyimpang dari
agama, seperti kerusakan moral remaja dengan menggunakan narkoba, pengaruh
buruk yang diperoleh adalah dapat merusak hati dan otak, begitupun sikap remaja
yang seperti itu cenderung anarkis, berani, bahkan bisa jauh dan lupa pada
Tuhannya, karena pada dasarnya pergaulan yang semacam itu merupakan akhlak
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang telah dimuat dalam al-Qur’an dan
hadits, bahkan dengan perilaku seorang remaja yang seperti itu dapat menjadikan
dampak negatif pada orang lain. Mereka mengancam hak-hak hidup orang lain
seperti membunuh, menganiaya, serta mengancam kehormatan orang lain dan
bersifat tidak susila seperti pemerkosaan dan perzinaan.
Perbuatan remaja tersebut pada akhirnya akan menimbulkan keresahan
sosial, sehingga kehidupan masyarakat tidak harmonis, tentram, ikatan solidaritas
menjadi runtuh. Secara yuridis formal perbuatan-perbuatan mereka jelas melawan
hukum tertulis atau undang-undang. Sebagaimana sumber mengatakan yang
artinya:
“Sebagian ahli balaghoh mengatakan: implikasi kemuliaan akhlak itu
adalah ketentraman, dan manusia yang berakhlak mulia akan selamat sebaliknya,
orang yang hina akhlaknya berada dalam kesengsaraan, yang berarti dirinya itu
dalam kepedihan“.
Banyak faktor yang melatarbelakangi rusaknya mental dan kepribadian
kaum remaja di negeri ini. Faktor itu meliputi; pendidikan, lingkungan sosial,
ekonomi, seni-budaya, dan lain sebagainya. Era globalisasi yang ditandai dengan
kemajuan di berbagai bidang terutama dalam bentuk transformasi teknologi
informasi dan budaya memberi dampak signifikan bagi perubahan watak dan
perilaku kaum remaja. Intensitas penggunaan internet dan video game yang
meningkat di kalangan anak-anak dan remaja turut memberi andil.
Sekarang ini kita bisa melihat begitu banyak remaja yang suka bergaya,
berperilaku, dan meniru artis asing. Contohnya korean style yang sedang
mewabah di kalangan remaja. Ironisnya, hal itu juga diikuti remaja muslim.
Memang, kegiatan meniru sang idola bagian dari pembentukan pribadi remaja
dalam tahap pencarian jati diri. Dalam ilmu psikologi hal itu sah saja selama
kegiatan meniru bernilai positif. Namun yang disayangkan, lebih banyak kegiatan
meniru itu justru bernilai negatif dan berpotensi merusak mental kepribadian
remaja.
Pasalnya, apa yang mereka tiru dan ikuti tidak selaras dengan norma
maupun nilai-nilai agama, sosial, dan budaya yang dianut di negeri ini. Sebagai
negara yang mayoritas beragama Islam dan berbudaya ketimuran sangatlah tidak
sesuai bila mengikuti budaya asing, khususnya barat, yang cenderung liberal,
hedonis, dan permisif. Mengembangkan pemikiran yang maju dan modern seperti
yang dilakukan kaum reformis Barat boleh saja dilakukan selama tidak menafikan
nilai-nilai moralitas yang ditanamkan oleh agama dan kultur sosial setempat.
Islam mengajarkan umatnya untuk mencari ilmu sampai ke negeri China,
belajar hingga akhir hayat, dan mengembangkan potensi dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan di dunia selama tidak menyalahi syariat agama.
Semestinya kaum remaja muslim jangan hanya sekadar sebagai penonton, peniru,
atau pengekor. Remaja muslim harus menjadi pembaharu, pemikir, dan pioner
bagi kemajuan masyarakat dunia. Seperti yang dulu pernah dilakukan oleh
ilmuwan Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Ibnu
Ismail Al Jazari, dan banyak lagi yang lainnya.
Pada masa ini dengan terjadinya perkembangan global di segala bidang
kehidupan selain mengindikasikan kemajuan umat manusia di satu pihak, juga
mengindikasikan kemunduran akhlak pada kaum remaja, disamping itu era
informasi yang berkembang pesat pada saat ini dengan segala dampak positif
dengan negatifnya telah mendorong adanya pergeseran nilai moral dikalangan
remaja. Oleh karena itu perilaku akhlak terpuji dikalangan remaja ini perlu
ditanamkan dalam diri dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
adanya kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh manusia yang
tidak seimbang dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan gejala baru
berupa krisis akhlak terutama yang terjadi di kalangan remaja, untuk menerapkan
akhlak yang baik dalam menghadapi kondisi lingkup yang semacam itu, maka
seorang remaja haruslah lebih bijaksana, pintar, dan waspada dalam
menyikapinya, dengan adanya pembinaan terhadap remaja yang telah ditunjukkan
dalam al-Qur’an dan hadits yang ada. Maka di dalam pergaulan lingkup hidupnya,
seorang remaja sudah pastilah harus menanamkan akhlak terpuji dalam kehidupan
sehari-hari, yang mana di klasifikasikan kedalam beberapa lingkup pergaulan.
Diantaranya:
1. Bergaul dengan orang tua, yakni dengan berkata sopan, santun, lemah lembut, jika
hendak pergi maka mintak izin dan mengucapkan salam, senantiasa patuh
terhadap perintahnya, selalu membantu dan mendo’akan orang tua. Firman Allah:
(an-Nisa' [4]:36) yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapak”. (QS. an-Nisa' [4]: 36).
2. Bergaul dengan guru, yakni dengan selalu mentaati perintahnya, berkata sopan
ketika mengikuti pelajarannya, ikhlas penuh kesabaran dalam mengikuti
pelajarannya, serta mendo’akan guru. Dalam hadits disebutkan, yang artinya:
“Muliakanlah orang yang telah memberi pelajaran kepadamu”
3. Bergaul dengan lawan jenis, Islam telah memberi rambu-rambu (batasan) yang
harus diperhatikan antara laki-laki dan perempuan. Diantaranya: wanita harus
menutup aurat yang tampak, masing-masing hendaknya menjaga diri, jangan
sampai terjerumus dalam pergaulan bebas (zina), kewajiban laki-laki
menghormati wanita, serta menjaga diri dari minum-minuman, obat-obatan yang
berbahaya dan terlarang.
4. Bergaul dengan teman sebaya, yakni dengan cara menghargai, tidak suka
menghina sesama, saling menasehati, mendahulukan kepentingan bersama dari
pada diri sendiri, serta bertutur kata yang lembut.
Akhlak yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha
orang-orang bertakwa. Dengan akhlak yang baik, pelakunya akan terangkat ke
derajat yang ter-tinggi. Tidak ada amalan yang lebih berat dalam timbangan
seorang muslim dihari kiamat nanti dari pada akhlak yang baik.
Dalam pergaulan sehari-hari di tengah masyarakat seorang harus memiliki
pegangan yang kukuh. Di antara prinsip-prinsip yang harus dikembangkan adalah:
Mampu mengontrol dan membawa diri dalam semua situasi
Mencari kawan yang baik dan dapat memotivasi untuk mengembangkan potensi,
mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap semua tugas yang diemban dan
sehingga dapat mempersiapkan masa depan yang gemilang.
Tidak mudah larut dalam kesenangan dan pergaulan yang bebas karena
kebiasaan ini akan menguras segala kemampuan dan dapat menghancurkan masa
depan.
Secara factual harus diakui bahwa dalam kehidupan remaja terdapat
beberapa hal khusus yang perlu mendapat perhatian. Di samping ketentuan umum
tentang hubungan bermasyarakat, beberapa hal khusus itu antara lain:
a. Mengucapkan dan menjawab salam
b. Berjabat tangan
c. Kkalawat (berdua-duaan antara pria dan wanita)
d. Mencari teman yang baik
Dikarenakan akhlak para remaja zaman sekarang tidak sesuai dengan
akhlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, maka perlu adanya
penanaman sifat-sifat terpuji.
Hal yang perlu ditekankan pada pembentukan karakter remaja Islami
adalah penanaman sifat-sifat terpuji seperti: jujur, sabar, adil, bijaksana, amanah,
rendah hati, welas asih kepada sesama, suka menolong, peka terhadap lingkungan,
dan bertoleransi atas perbedaan yang ada. Muslim yang baik adalah pribadi yang
tidak suka pada kekerasan, permusuhan, dendam, kebencian, atau mengobarkan
api konflik kepada orang lain, apalagi kepada sesama muslim.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah : 2). Di ayat lain Allah Ta’ala
berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan menzholimi seseorang walaupun
sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan
melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (QS.
An-Nisa’: 40).
Rasulullah saw menekankan pentingnya menjaga diri dari perbuatan zalim
atau menyakiti orang lain, terlebih kepada sesama muslim. Beliau bersabda:
“Janganlah kalian saling hasad, janganlah kalian saling membenci, janganlah
kalian saling membelakangi, janganlah seorang dari kalian membeli barang yang
telah dibeli oleh orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, ia tidak
menzhaliminya dan tidak merendahkannya. Takwa itu disini (beliau menunjuk ke
dadanya 3 kali), cukuplah seseorang dikatakan jahat jika dia menghinakan
saudaranya sesama muslim. Setiap muslim dengan muslim lainnya adalah haram
darahnya, hartanya, dan kehormatannya”. (HR. Muslim)
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Nabi Muhammad SAW. adalah sosok manusia yang agung akhlaknya


dan luhur budinya (QS. al-Qalam (68): 4). Jika Allah SWT. memberikan
pujian atas keluhuran budinya, tentu saja hal ini tidak main-main. Allah Yang
Maha Benar tidak akan pernah berbohong atas ucapan-Nya. Sebagai umat
Islam dan sekaligus umat Nabi Muhammad Saw. kita harus menjadikannya
sebagai teladan utama yang harus kita ikuti semua anjurannya dan kita hindari
semua larangannya.

Di zaman yang canggih sekarang ini, tidak sedikit tantangan yang kita
hadapi dalam rangka meneladani sifat-sifat dan perilaku Nabi Muhammad
Saw., baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dengan kesadaran yang
tinggi dan dengan ketulusan hati serta dengan modal cinta dan taat kita
kepada Allah Swt. dan Nabi Muhammad SAW., Insya Allah kita dapat
meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan kita sehari-hari.

3.2 Saran

Alangkah baiknya setelah kita mempelajari dan mempahami ahlak


Nabi Muhammad SAW., dan kita meladani ahlak nabi dalam kehidupan
sehari-hari dalam bentuk amalan perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Barasyiy, Muhammad ‘Athiyyah. [1985] Keagungan Muhammad Rasulullah.


Bandung : Pustaka Jaya

Alhamid, Zaid Husein. [1995] Kisah 25 Nabi dan Rasul. Jakarta : Pustaka Amani

Amstrong, Karen. [2006] Muhammad Nabi Zaman Kita. Yogyakarta : Beranda


Publishing

Muthahhari, Murthada. [1995] Akhlak Suci Nabi Yang Ummi. Bandung : Penerbit
Mizan Anggota IKAPI

Saebani, Beni Ahmad. [2010] Ilmu Akhlak. Bandung : Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai