Nim : 1168010051
SEMESTER 2/B
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang
“Akhlak dan Kepribadian Nabi Muhammad SAW Serta Implementasi dalam
Kehidupan Zaman Sekarang” sebagai salah satu tugas yang harus dipenuhi dalam
rangka pemenuhan tugas makalah dalam mata kuliah Ilmu Akhlak.
Penyusunan makalah ini disamping untuk memenuhi tugas seperti yang
disebut diatas, juga bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam
membentuk pola pikir, berperilaku, serta berwawasan ke depan tentang tema yang
dibahas dalam makalah ini.
Saya sadari bahwa tugas makalah ini tentu masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
April, 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………... 2
BAB II : ISI
2.1 Biografi Nabi Muhammad SAW…………………………………………. 3
2.2 Akhlak Nabi Muhammad SAW………………………………………….. 7
2.3 Kepribadian Nabi Muhammad SAW…………………………………….. 19
2.4 Akhlak Terhadap Nabi Muhammad SAW……………………………….. 26
2.5 Teladan Nabi Muhammad SAW untuk Umat Manusia Zaman Sekarang.. 38
BAB III : PENUTUP
3.1 Simpulan………………………………………………………………….. 43
3.2 Saran……………………………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 44
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
Namun, ayah Nabi Muhammad atau Abdullah bin Abu Thalib meninggal
pada saat Nabi belum dilahirkan, dan disusul oleh ibunya saat Nabi Muhammad
berusia 6 tahun. Beliau diperlakukan dengan baik oleh sanak saudara yang masih
hidup. Pertama beliau tinggal bersama kakeknya, Abdul Muthalib, yang pada
masa mudanya adalah pedagang yang sangat sukses. Orang tua ini amat sayang
kepada Nabi Muhammad. Dia suka membawa ranjangnya keluar, di mana dia bisa
berbaringdi bawah bayangan ka’bah, dikelilingi putra-putranya. Biasanya,
Muhammad duduk di sampingnya, sembari mengelus punggungnya dengan kasih
sayang. Namun ketika dia meninggal, Nabi Muhammad tidak mendapatkan
warisan apa-apa. Sanak saudaranya yang lebih kuat mengendalikan usahanya dan
Muhammad hidup bersama pamannya, Abu Thalib, yang menjadi sayyid (kepala)
klan Hasyim yang sangat dihormati di Mekkah, sekalipun bisnisnya gagal. Abu
Thalib sangat menyayangi keponakan dan saudara-saudaranya juga membantu
pendidikan Muhammad. Saudara termuda, Hamzah, seorang pria yang kuat,
mengajari Muhammad ilmu bela diri, mencetak beliau menjadi pemanah ulung
dan pemain pedang yang tangguh. Pamannya, Abbas, adalah seorang bankir yang
bisa mencarikan pekerjaan bagi Muhammad mengelola caravan di bagian utara
menuju Syiria.
“Barang siapa yang menaati Rosul, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan
barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”.
Nabi Muhammad muncul sebagai nabi dan rasul ditengah masyarakat arab
yang sedang menderita perpecahan dan kemorosotan. Mereka benar-benar dalam
kebodohan yang luar biasa, sama sekali jauh dari ilmu dan keterampilan, tidak
mengenal agama dan tidak tahu soal politik. Masing-masing kabilah terus-
menerus bertengkar dan bermusuhan dengan tetangganya, kemudian dengan
datangnya Islam Rasulullah SAW mewujudkan suatu umat yang besar,
mendirikan sebuah Negara yang luas, menciptakan dunia dan masyarakat yang
baru yang berjiwa luhur, bertabiat jernih, berakidah mendalam, bertekad mantap,
beriman teguh, berakhlak lurus, berhati jujur, rela tunduk kepada kebenaran dan
berpegang kuat pada keadilan,. Semuanya itu merupakan soal-soal besar yang
tidak dapat diwujudkan oleh siapapun juga, baik sebelum maupun sesudah beliau.
1. Sidq (benar)
Para rasul Allah dan Muhammad SAW mempunyai sifat sidq, yang
membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran tentunya ia sendiri
bersifat sidq sehingga apa yang disampaikan dapat diterima. Oleh karena itu,
dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima Islam. Sifat sidq berarti
membenarkan dan mengikuti Islam sebagai sumber kebenaran.
2. Tabligh (menyampaikan).
Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan dari Tuhanmu. Dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu berarti) Kamu tidak
menyampaikan amanatNya” (Q.S. al-Maidah; 67)
Seorang Rasulullah diperintahkan untuk menyampaikan semua wahyu
yang diterima dari Allah walaupun ia harus menghadapi halangan dan
rintangan yang berat. Rasulullah SAW harus menyampaikan seluruh ajaran
Allah Swt, sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam.
Salah satu rahasia kenapa Islam tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok
tempat dan bagaimana pula dengan cepatnya perubahan-perubahan di tengah
masyarakat. Kenapa jumlah bilangan pengikut Islam semakin hari semakin
ramai dan semakin banyak yang menyokongnya. Jawabannya adalah sifat
tabligh yang dimiliki oleh Rasulullah SAW dan pengikutnya.
Setiap muslim merasakan bahwa dakwah atau menyampaikan Islam sebagai
suatu kewajiban yang perlu dilaksanakan di mana saja dan kapan saja.
Artinya dalam keadaan bagaimanapun, Ummat Islam sentiasa menyampaikan
risalah ini kepada siapa saja yang menerimanya.
Allah Swt. berfirman, “…Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah
diberi Al-Kitab dan orang-orang yang ummi (buta huruf), sudahkah kamu
masuk Islam? Jika mereka telah masuk Islam niscaya mereka mendapat
petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah Swt.) Dan Allah Maha Melihat akan hamba-
hamba-Nya”. (QS. Ali Imran; 20)
3. Amanah (dapat dipercaya).
Firman Allah SWT :
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(Q.S; 4, 58)
Amanah secara umum berarti bertanggungjawab terhadap apa yang
dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan keadilan,
memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang
disepakatinya.
Seorang Rasul harus dapat dipercaya untuk menyampaikan seluruh pesan
yang diperintahkan oleh Allah SWT persis seperti yang dikehendaki-Nya,
tanpa ditambahi atau dikurangi sedikit pun. Hal ini dimaksudkan tidak lain
agar umat manusia memahami dengan saksama wahyu yang diturunkan
melalui RasulNya tersebut. Pada dasarnya, modal utama hubungan antar
personal adalah kepercayaan.
4. Fathanah (cerdas/cerdik/bijaksana).
Seorang Rasul haruslah cerdik dan bijaksana karena dengan kedua hal
tersebutlah ia dapat memimpin dan membimbing umat dengan baik. Fathanah
juga diartikan sebagai bijaksana dalam semua sikap, perkataan, dan
perbuatannya.
Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah
dan strategi-strategi seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan
sebagainya. Di antara kecerdasan Rasul adalah mempunyai pandangan bahwa
Islam akan menaklukkan Mekah dan menaklukkan Khaibar. Rasul
menggambarkan pada saat tersebut ummat Islam masuk ke Masjidil Haram
dengan aman sentausa, serta bercukur dan menggunting rambut kepala.
Kecerdasan Rasul dalam memperkirakan kekuatan Ummat Islam dan
kelemahan pihak lawan juga dibuktikan di dalam peperangan lainnya.
Allah Saw berfirman dalam Qur’an Surat al-Fat-h:
Artinya:
“Sesungguhnaya Allah akan membuktikan kepada Rasulnya tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu
pasti akan memasuki masjidil haram, insya Allah dalam keadaan aman,
dengan mencukur rambutkepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak
merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia
memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat”. (Q.S: 48, 27)
Kita tentu sangat mendambakan hadirnya seorang pemimpin yang memiliki
sifat-sifat seperti disebutkan di atas. Sudah terlalu lama umat Islam berada di
belakang kemajuan umat lain khususnya umat islam di Indonesia. Dan untuk
menggapai hal tersebut, diperlukan sosok pemimpin yang memiliki sifat-sifat
seperti disebutkan di atas.
Adapun sifat-sifat mustahil Rasul, diantaranya:
1. Kidzib, artinya dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih
oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh
bimbingan dari Allah SWT, sehingga terhindar dari sifat-sifat tercela.
Setiap Rasul benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta
hanya dimiliki oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri,
sedangkan Rasul mementingkan umatnya.
2. Khianat, artinya curang. Tidak mungkin seorang Rasul berkhianat atau
ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Orang yang berkhianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, Rasul tidak mungkin
menjadi seseorang yang munafik.
3. Kitman, artinya tidak menyampaikan atau selalu menyembunyikan. Semua
ajaran yang disampaikan oleh Rasul kepada umatnya tidak ada yang
pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan dipahami
oleh akal pikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti
peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muammad SAW.
4. Baladah, artinya bodoh. Seorang Rasul mempunyai tugas berat. Rasul
tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika Rasul bodoh, maka beliau tidak
akan dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil Rasul
bersifat bodoh.
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah
kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh
disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-
baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya paling
tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.
1. Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa
yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini
merupakan konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah
rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan
kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi
dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah
satu kunci untuk bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak
mau mengikuti Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam
dianggap sebagai orang yang tidak beriman.
2. Menghidupkan sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan
merupakan suatu pilihan, tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran
Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban
yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati
sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Secara umum bid’ah adalah sesat karena berada diluar perintah Allah
SWT dan Rasul-Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa
Nabi membenarkan banyak persoalan yang sebelumnya belum pernah
beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua bentuk
amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak
melanggar syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada
Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat Allah serta
Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak
dari agama ia ditolak”.
2.5 Teladan Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki akhlak umat manusia zaman
sekarang
Melihat perkembangan terakhir umat Islam di Indonesia tergambar dengan
jelas betapa merosotnya akhlaknya sebagai umat Islam. Khususnya yang terjadi di
kalangan remaja, padahal nilai suatu bangsa sangat tergantung dari kualitas
akhlak-akhlak nya, seperti dikatakan “bahwa suatu bangsa itu sangat ditentukan
kualitas akhlaknya, jika akhlak sudah rusak, maka hancurlah bangsa tersebut”.
Dilihat dari bentuk dan contoh perilaku terpuji dikalangan remaja, maka terdapat
sisi negatif yang terjadi apabila perilaku pergaulan remaja itu tidak sesuai dengan
akhlak Islam dalam fenomena kehidupan ini, diantara nilai-nilai negatif akibat
perilaku buruk yang terjadi dari fenomena-fenomena yang tampak merupakan
krisis moral atau permasalahan akhlak yang dialami para remaja, dengan
akibatnya para remaja jauh dari akhlak yang terpuji, diantara dampak negative
yang berpengaruh pada diri sendiri yakni, mereka lebih sering menghabiskan
waktu hidupnya untuk berfoya-foya dengan hal-hal yang menyimpang dari
agama, seperti kerusakan moral remaja dengan menggunakan narkoba, pengaruh
buruk yang diperoleh adalah dapat merusak hati dan otak, begitupun sikap remaja
yang seperti itu cenderung anarkis, berani, bahkan bisa jauh dan lupa pada
Tuhannya, karena pada dasarnya pergaulan yang semacam itu merupakan akhlak
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang telah dimuat dalam al-Qur’an dan
hadits, bahkan dengan perilaku seorang remaja yang seperti itu dapat menjadikan
dampak negatif pada orang lain. Mereka mengancam hak-hak hidup orang lain
seperti membunuh, menganiaya, serta mengancam kehormatan orang lain dan
bersifat tidak susila seperti pemerkosaan dan perzinaan.
Perbuatan remaja tersebut pada akhirnya akan menimbulkan keresahan
sosial, sehingga kehidupan masyarakat tidak harmonis, tentram, ikatan solidaritas
menjadi runtuh. Secara yuridis formal perbuatan-perbuatan mereka jelas melawan
hukum tertulis atau undang-undang. Sebagaimana sumber mengatakan yang
artinya:
“Sebagian ahli balaghoh mengatakan: implikasi kemuliaan akhlak itu
adalah ketentraman, dan manusia yang berakhlak mulia akan selamat sebaliknya,
orang yang hina akhlaknya berada dalam kesengsaraan, yang berarti dirinya itu
dalam kepedihan“.
Banyak faktor yang melatarbelakangi rusaknya mental dan kepribadian
kaum remaja di negeri ini. Faktor itu meliputi; pendidikan, lingkungan sosial,
ekonomi, seni-budaya, dan lain sebagainya. Era globalisasi yang ditandai dengan
kemajuan di berbagai bidang terutama dalam bentuk transformasi teknologi
informasi dan budaya memberi dampak signifikan bagi perubahan watak dan
perilaku kaum remaja. Intensitas penggunaan internet dan video game yang
meningkat di kalangan anak-anak dan remaja turut memberi andil.
Sekarang ini kita bisa melihat begitu banyak remaja yang suka bergaya,
berperilaku, dan meniru artis asing. Contohnya korean style yang sedang
mewabah di kalangan remaja. Ironisnya, hal itu juga diikuti remaja muslim.
Memang, kegiatan meniru sang idola bagian dari pembentukan pribadi remaja
dalam tahap pencarian jati diri. Dalam ilmu psikologi hal itu sah saja selama
kegiatan meniru bernilai positif. Namun yang disayangkan, lebih banyak kegiatan
meniru itu justru bernilai negatif dan berpotensi merusak mental kepribadian
remaja.
Pasalnya, apa yang mereka tiru dan ikuti tidak selaras dengan norma
maupun nilai-nilai agama, sosial, dan budaya yang dianut di negeri ini. Sebagai
negara yang mayoritas beragama Islam dan berbudaya ketimuran sangatlah tidak
sesuai bila mengikuti budaya asing, khususnya barat, yang cenderung liberal,
hedonis, dan permisif. Mengembangkan pemikiran yang maju dan modern seperti
yang dilakukan kaum reformis Barat boleh saja dilakukan selama tidak menafikan
nilai-nilai moralitas yang ditanamkan oleh agama dan kultur sosial setempat.
Islam mengajarkan umatnya untuk mencari ilmu sampai ke negeri China,
belajar hingga akhir hayat, dan mengembangkan potensi dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan di dunia selama tidak menyalahi syariat agama.
Semestinya kaum remaja muslim jangan hanya sekadar sebagai penonton, peniru,
atau pengekor. Remaja muslim harus menjadi pembaharu, pemikir, dan pioner
bagi kemajuan masyarakat dunia. Seperti yang dulu pernah dilakukan oleh
ilmuwan Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Ibnu
Ismail Al Jazari, dan banyak lagi yang lainnya.
Pada masa ini dengan terjadinya perkembangan global di segala bidang
kehidupan selain mengindikasikan kemajuan umat manusia di satu pihak, juga
mengindikasikan kemunduran akhlak pada kaum remaja, disamping itu era
informasi yang berkembang pesat pada saat ini dengan segala dampak positif
dengan negatifnya telah mendorong adanya pergeseran nilai moral dikalangan
remaja. Oleh karena itu perilaku akhlak terpuji dikalangan remaja ini perlu
ditanamkan dalam diri dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
adanya kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh manusia yang
tidak seimbang dengan kemajuan moral akhlak, telah memunculkan gejala baru
berupa krisis akhlak terutama yang terjadi di kalangan remaja, untuk menerapkan
akhlak yang baik dalam menghadapi kondisi lingkup yang semacam itu, maka
seorang remaja haruslah lebih bijaksana, pintar, dan waspada dalam
menyikapinya, dengan adanya pembinaan terhadap remaja yang telah ditunjukkan
dalam al-Qur’an dan hadits yang ada. Maka di dalam pergaulan lingkup hidupnya,
seorang remaja sudah pastilah harus menanamkan akhlak terpuji dalam kehidupan
sehari-hari, yang mana di klasifikasikan kedalam beberapa lingkup pergaulan.
Diantaranya:
1. Bergaul dengan orang tua, yakni dengan berkata sopan, santun, lemah lembut, jika
hendak pergi maka mintak izin dan mengucapkan salam, senantiasa patuh
terhadap perintahnya, selalu membantu dan mendo’akan orang tua. Firman Allah:
(an-Nisa' [4]:36) yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapak”. (QS. an-Nisa' [4]: 36).
2. Bergaul dengan guru, yakni dengan selalu mentaati perintahnya, berkata sopan
ketika mengikuti pelajarannya, ikhlas penuh kesabaran dalam mengikuti
pelajarannya, serta mendo’akan guru. Dalam hadits disebutkan, yang artinya:
“Muliakanlah orang yang telah memberi pelajaran kepadamu”
3. Bergaul dengan lawan jenis, Islam telah memberi rambu-rambu (batasan) yang
harus diperhatikan antara laki-laki dan perempuan. Diantaranya: wanita harus
menutup aurat yang tampak, masing-masing hendaknya menjaga diri, jangan
sampai terjerumus dalam pergaulan bebas (zina), kewajiban laki-laki
menghormati wanita, serta menjaga diri dari minum-minuman, obat-obatan yang
berbahaya dan terlarang.
4. Bergaul dengan teman sebaya, yakni dengan cara menghargai, tidak suka
menghina sesama, saling menasehati, mendahulukan kepentingan bersama dari
pada diri sendiri, serta bertutur kata yang lembut.
Akhlak yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha
orang-orang bertakwa. Dengan akhlak yang baik, pelakunya akan terangkat ke
derajat yang ter-tinggi. Tidak ada amalan yang lebih berat dalam timbangan
seorang muslim dihari kiamat nanti dari pada akhlak yang baik.
Dalam pergaulan sehari-hari di tengah masyarakat seorang harus memiliki
pegangan yang kukuh. Di antara prinsip-prinsip yang harus dikembangkan adalah:
Mampu mengontrol dan membawa diri dalam semua situasi
Mencari kawan yang baik dan dapat memotivasi untuk mengembangkan potensi,
mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap semua tugas yang diemban dan
sehingga dapat mempersiapkan masa depan yang gemilang.
Tidak mudah larut dalam kesenangan dan pergaulan yang bebas karena
kebiasaan ini akan menguras segala kemampuan dan dapat menghancurkan masa
depan.
Secara factual harus diakui bahwa dalam kehidupan remaja terdapat
beberapa hal khusus yang perlu mendapat perhatian. Di samping ketentuan umum
tentang hubungan bermasyarakat, beberapa hal khusus itu antara lain:
a. Mengucapkan dan menjawab salam
b. Berjabat tangan
c. Kkalawat (berdua-duaan antara pria dan wanita)
d. Mencari teman yang baik
Dikarenakan akhlak para remaja zaman sekarang tidak sesuai dengan
akhlak yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, maka perlu adanya
penanaman sifat-sifat terpuji.
Hal yang perlu ditekankan pada pembentukan karakter remaja Islami
adalah penanaman sifat-sifat terpuji seperti: jujur, sabar, adil, bijaksana, amanah,
rendah hati, welas asih kepada sesama, suka menolong, peka terhadap lingkungan,
dan bertoleransi atas perbedaan yang ada. Muslim yang baik adalah pribadi yang
tidak suka pada kekerasan, permusuhan, dendam, kebencian, atau mengobarkan
api konflik kepada orang lain, apalagi kepada sesama muslim.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah : 2). Di ayat lain Allah Ta’ala
berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan menzholimi seseorang walaupun
sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan
melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”. (QS.
An-Nisa’: 40).
Rasulullah saw menekankan pentingnya menjaga diri dari perbuatan zalim
atau menyakiti orang lain, terlebih kepada sesama muslim. Beliau bersabda:
“Janganlah kalian saling hasad, janganlah kalian saling membenci, janganlah
kalian saling membelakangi, janganlah seorang dari kalian membeli barang yang
telah dibeli oleh orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, ia tidak
menzhaliminya dan tidak merendahkannya. Takwa itu disini (beliau menunjuk ke
dadanya 3 kali), cukuplah seseorang dikatakan jahat jika dia menghinakan
saudaranya sesama muslim. Setiap muslim dengan muslim lainnya adalah haram
darahnya, hartanya, dan kehormatannya”. (HR. Muslim)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Di zaman yang canggih sekarang ini, tidak sedikit tantangan yang kita
hadapi dalam rangka meneladani sifat-sifat dan perilaku Nabi Muhammad
Saw., baik yang bersifat internal maupun eksternal. Dengan kesadaran yang
tinggi dan dengan ketulusan hati serta dengan modal cinta dan taat kita
kepada Allah Swt. dan Nabi Muhammad SAW., Insya Allah kita dapat
meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan kita sehari-hari.
3.2 Saran
Alhamid, Zaid Husein. [1995] Kisah 25 Nabi dan Rasul. Jakarta : Pustaka Amani
Muthahhari, Murthada. [1995] Akhlak Suci Nabi Yang Ummi. Bandung : Penerbit
Mizan Anggota IKAPI